• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

V- 8 c.Kemudahan dalam mendapatkan

Gambar 5.17 Diagram batang persepsi terhadap kemudahan dalam mendapatkan elpiji

69% setuju dan 26 % sangat setuju bahwa gas elpiji lebih mudah didapatkan dari minyak tanah. Masyarakat harus mengantri berjam-jam hanya untuk mendapatkan 1 L minyak tanah. Karena hal ini lah menjadi salah satu motivasi masyarakat memutuskan untuk beralih menggunakan gas elpiji.

d. Ramah Lingkungan

Gambar 5.18 Diagram batang persepsi emisi gas elpiji

Lebih dari 80% responden setuju bahwa gas elpiji lebih ramah lingkungan dari minyak tanah. Dilihat dari segi emisi (gas pembakaran) ternyata berdasarkan fakta yang ada menjelaskan bahwa gas pembakaran kompor minyak tanah berupa asap kompor menyebabkan asap dengan tingkat polutan yang cukup tinggi dilihat dari warna asap kompor tersebut yaitu hitam, sedangkan pada kompor yang menggunakan LPG terbukti lebih ramah lingkungan dengan gas pembakaran yang lebih bersahabat.

commit to user

V-9 e. Praktis

Gambar 5.19 Diagram batang persepsi terhadap cara penggunaan elpiji 68% setuju dan 25% sangat setuju bila pemakaian gas elpiji lebih praktis dari minyak tanah. Di segi penggunaan, LPG dinilai lebih mudah dalam penggunaan dibandingkan penggunaan kompor yang menggunakan minyak tanah dengan bukti semisal pada saat menggunakan kompor minyak tanah, perlu menggunakan sumbu yang kemudian dibasahi dengan minyak tanah dan disulut dengan api barulah sumbu tersebut akan menghasilkan api yang digunakan untuk dimasukan ke sumbu kompor guna meratakan sumbu (kapilaritas) pada kompor minyak tanah. Di sisi lain ketika menggunakan kompor gas yang menggunakan LPG, maka tidak perlu repot-repot untuk melakukan prosedur selama prosedur kompor minyak tanah. Selain hal-hal kemudahan yang telah dijabarkan diatas, kemudahan dan kepraktisan penggunaan kompor berbasis LPG adalah kemudahan dalam perawatannya.

f. Keamanan

Gambar 5.20 Diagram batang persepsi terhadap keamanan elpiji

26% sangat setuju, 41% setuju, 13% ragu-ragu, 19% tidak setuju dan 1% sangat tidak setuju bahwa mereka masih merasa takut menggunakan gas elpiji. Ketakutan masyarakat dalam menggunakan gas elpiji terpaku

commit to user

V-10

pada rumor bahwa elpiji atau kompor gas lebih rawan untuk meledak. Untuk masyarakat yang tidak setuju menganggap bahwa dengan penggunaan yang benar ledakan pada gas elpiji dapat dihindari apalagi saat ini pemerintah menetapkan bahwa tabung gas elpiji telah memenuhi standard Safety SNI 19-1452-2001.

5.2 Analisis Cluster

Analisis cluster dilakukan untuk mencari karakteristik perilaku masyarakat kota Surakarta dalam menggunakan gas elpiji. Dalam menggunakan gas elpiji masyarakat Surakarta terdiri dari 3 cluster. Dari tabel 4.10 perbedaan dari ketiga

cluster ini akan dijelaskan, sebagai berikut: 1. Cluster 1

Cluster 1 mempunyai karakteristik usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi. Pendidikan tamat SLTA dan PT/akademik, menggunakan gas elpiji jenis 12 kg, membeli di agen, telah menggunakan elpiji > 1 tahun, menggunakan gas elpiji untuk memasak dan wáter heater, dan motivasi pembelian dikarenakan praktis.

2. Cluster 2

Cluster 2 mempunyai karakteristik usia, pendapatan dan jumlah anggota keluarga di bawah rata-rata populasi. Pendidikan tamat SLTA, menggunakan gas elpiji jenis 3 kg dan 12 kg, membeli di warung, telah menggunakan elpiji > 1 tahun, menggunakan gas elpiji untuk memasak dan motivasi pembelian dikarenakan praktis dan murah.

3. Cluster 3

Cluster 3 mempunyai karakteristik usia dan pendapatan di bawah rata-rta populasi tetapi memiliki jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi. Pendidikan tamat SLTP dan SLTA, menggunakan gas elpiji jenis 3 kg, membeli di warung, menggunakan elpiji 6 bulan - 1 tahun dan > 1 tahun, menggunakan gas elpiji untuk memasak dan motivasi pembelian dikarenakan murah, mudah didapatkan dan praktis.

Dari penjelasan perbedaan karakteristik ketiga cluster di atas, cluster 1 termasuk dalam masyarakat dengan ekonomi yang lebih mapan. Hal ini terlihat dari jumlah pendapatan di atas rata-rata, dan tingkat pendidikan tamat SLTA dan

commit to user

V-11

PT/akademik. Masyarakat pada cluster ini sudah menggunakan gas elpiji jauh sebelum pemerintah mengeluarkan kebijakan konversi gas elpiji, pemakaian >1tahun, sehingga ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan konversi gas elpiji, masyarakat pada cluster ini tidak terjadi perubahan perilaku. Hal ini pun terlihat dari motivasi dalam mengunakan gas elpiji, mereka menggunakan gas dikarenakan lebih praktis. Masyarakat cluster ini sudah tidak merasa takut dalam menggunakan gas elpiji, dikarenakan mereka menganggap ledakan dapat dihindari dengan penggunaan yang tepat. Cluster ini kebanyakan menggunakan tabung 12 Kg, karena dirasa lebih praktis tanpa harus melakukan pembelian ulang setiap minggunya, meskipun harga tabung 12 kg lebih mahal dari tabung 3 kg. Penggunaan gas pada cluster ini tidak hanya untuk kebutuhan memasak tetapi juga untuk water heater.

Cluster 3 adalah cluster yang dinilai sebagai sasaran paling potensial dilakukannya program konversi gas elpiji. Hal ini dikarenakan cluster ini mempunyai pendapatan dibawah rata-rata populasi, sedangkan jumlah anggota keluarga di atas rata-rata populasi sehingga dapat dikategorikan sebagai keluarga yang ekonominya masih rendah. Selain itu pembelian gas elpiji dimotivasi dikarenakan gas elpiji lebih murah, mudah didapatkan daripada minyak tanah. Namun kendala bagi pemerintah, cluster ini memiliki tingkat pendidikan tamat SLTP dan sebagian besar dulunya adalah pengguna minyak tanah, sehingga program konversi gas elpiji bukan hanya merubah bahan bakar dari minyak tanah ke gas elpiji tetapi juga merubah perilaku dan kebiasaan. Sebagian besar masyarakat pada cluster ini masih merasa takut dalam menggunakan gas elpiji dikarenakan tabung gas sering bocor dan meledak. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam menggunakan dan mengantisipasi jika terjadi kebocoran pada tabung gas. Oleh karena itu pemerintah harus lebih meningkatkan sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap pemakaian dan perawatan produk konversi.

Cluster 2 adalah campuran cluster 1 dan 3. Hal ini terlihat dari penggunaan tabung gas dimana sebagian menggunakan tabung 3 Kg dan sebagiannya lagi menggunakan tabung 12 kg. Meskipun begitu cluster ini tetap menjadi sasaran konversi gas elpiji karena cluster ini termasuk dalam masyarakat

commit to user

V-12

menengah ke bawah, dilihat dari pendapatan di bawah rata-rata. Motivasi menggunakan gas elpiji dikarenakan praktis dan murah.

5.3 Analisis Konsumsi

Konsumsi penggunaan gas elpiji dipengaruhi oleh faktor pendapatan, jumlah anggota keluarga dan usia.

1. Pendapatan

Berdasarkan teori konsumsi, konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga, semakin besar pendapatan maka akan semakin tinggi tingkat konsumsi suatu produk. Namun, dari gambar 4.9 ternyata pendapatan keluarga tidak berpengaruh terhadap jumlah konsumsi gas elpiji. Hal ini membuktikan bahwa gas elpji merupakan suatu barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh semua orang dan tidak terpatok terhadap jumlah pendapatan yang dimiliki.

2. Jumlah Anggota Keluarga

Dari gambar 4.13 dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap jumlah konsumsi gas elpiji. Semakin banyak anggota keluarga yang dimiliki maka akan semakin besar pula konsumsi gas elpiji yang digunakan. Keluarga yang memiliki jumlah anggota 3 orang mengkonsumsi sebanyak 3 tabung dalam sebulan, keluarga yang beranggotakan 4 orang mengkonsumsi 4 tabung dalam sebulan dan keluarga yang beranggotakan 5 orang mengkonsumsi 5-6 tabung dalam sebulan. 3. Usia

Dari gambar 4.17 diketahui bahwa siklus hidup dan usia tidak berpengaruh terhadap konsumsi pemakaian gas elpiji. Hal ini membuktikan bahwa usia bukanlah batasan dalam menggunakan gas elpiji.

Berdasarkan faktor yang berpengaruh terhadap pemakaian gas elpiji yaitu jumlah anggota keluarga dapat dilakukan perhitungan indeks konsumsi gas elpiji yang digunakan oleh masyarakat Surakarta. Setelah melakukan perhitungan, maka diperoleh indeks konsumsi gas elpiji per keluarga sebesar 130.586 kcal/bulan atau 11,6 Kg/bulan, indeks konsumsi gas elpiji perorangan sebesar 32.646 kcal/bulan atau 2,9 Kg/bulan. Sedangkan jumlah gas elpiji yang dibutuhkan oleh masyarakat Surakarta 1.541.912,614 kg/bulan.

commit to user

V-13

Dokumen terkait