• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4. Infeksi Kecacingan Pada Manusia

2.4.1. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

Jumlah orang di dunia yang terinfeksi Ascaris mungkin hanya kedua setelah infeksi cacing kremi, Enterobius vermicularis. Ascaris telah dikenal pada masa Romawi sebagai Lumbricus teres (dikacaukan dengan cacing tanah yang umum) dan mungkin telah menginfeksi manusia selama ribuan tahun. Lebih banyak terdapat di daerah yang beriklim panas dan lembab, tetapi dapat juga hidup di daerah yang beriklim sedang. (Garcia, 1996). Nama penyakit yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides) adalah ascariasis.

a. Morfologi

Ascaris lumbricoides adalah cacing nematode terbesar, cacing betina dewasa mempunyai bentuk tubuh posterior yang membulat, berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai ekor lurus tidak melengkung. Cacing betina mempunyai panjang 22-35 cm dan memiliki lebar 3-6 mm. Sementara cacing jantan dewasa mempunyai ukuran lebih kecil,

dengan panjangnya 12-31 cm dan lebarnya 24 mm, juga mempunyai warna yang sama dengan cacing betina, tetapi mempunyai ekor yang melengkung kearah ventral. Kepalanya mempunyai tiga bibir pada ujung anterior (bagian depan) dan mempunyai gigi-gigi kecil atau dentikel pada pinggirnya, bibirnya dapat ditutup atau dipanjangkan untuk memasukkan makanan.

Alat reproduksi dan saluran pencernaan mengapung didalam rongga badan, cacing jantan mempunyai dua buah speculum yang dapat keluar dari kloaka dan pada cacing batina vulva terbuka pada pembatasan sepertiga bahan anterior dan tengah, bagian ini lebih kecil dan dikenal sebagai cacing kopulasi.

Telur yang dibuahi (fertilized) berbentuk ovoid dengan ukuran 600 – 70 X 30 – 50 µ. Bila baru dikeluarkan tidak infektif dan berisi satu sel tunggal. Sel ini dikelilingi suatu membrane vitelin yang tipis untuk meningkatkan daya tahan telur cacing tersebut terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga dapat bertahan hidup sampai satu tahun. Disekitar membrane ini ada kulit bening dan tebal yang dikelilingi lagi oleh lapisan albuminoid ini kadang-kadang dilepaskan atau hilang oleh zat kimia yang menghasilkan telur tanpa kulit (decorticated). Di dalam rongga usus, telur memperoleh warna kecoklatan dari pigmen empedu.

Telur yang tidak dibuahi (unfertilized) berada dalam tinja, bentuk telur lebih lonjong dan mempunyai ukuran 88 – 94 X 40 - 44µ, memiliki dinding yang tipis, berwarna coklat dengan lapisan albuminoid yang kurang sempurna dan isinya tidak teratur (Soedarto, 1991).

b. Siklus Hidup Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

Cacing dewasa biasanya hidup didalam rongga usus muda. Cacing ini mendapat makanan dari makanan hospes yang setengah dicernakan dan mungkin dari sel mukosa

usus. Cacing jantan atau betina dapat ditemukan terpisah pada orang-orang dengan infeksi yang ringan sekali. Seekor cacing betina mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan 26 juta butir telur, dan sehari rata-rata dikeluarkan 200.000 butir. Telurnya belum membelah bila dikeluarkan oleh hospes dengan tinja. Suhu yang rendah menghambat pertumbuhan kira-kira 250C dengan batas antara 210C dan 300C. Suhu yang lebih rendah menghambat pertumbuhan tetapi menguntungkan lamanya kehidupan. Pada suhu 370C telur hanya tumbuh sampai stadium delapan sel. Karena telur memerlukan zat arang, maka pertumbuhan terhambat bila terdapat dalam lingkungan yang membusuk. (Brown, 1983).

Telur yang infekstif, bila ditelan oleh manusia, menetas di bagian atas usus muda, dan mengeluarkan larva rabditiform (berukuran 200-300 kali 14µ), yang menembus dinding usus yang masuk vena kecil atau pembuluh limfe. Melalui sirkulasi portal larva ini masuk ke hepar, kemudian ke jantung dan paru. Larvanya mungkin sampai di paru-paru hanya 0,01 mm, maka kapiler tersebut pecah dan larva keluar ke alveoli. Kadang-kadang beberapa larva dapat masuk ke jantung kiri melalui vena paru-paru dan disebarkan sebagai emboli keberbagai alat dalam badan. Larva bermigrasi atau dibawa oleh bronchiolus ke bronchus, naik ke trachea sampai ke epiglottis, dan turun melalui oesophagus ke usus muda. Selama masa hidupnya di dalam paru-paru, larva membesar sampai lima kali ukuran semula, yaitu 1,5 mm panjangnya. Setelah sampai di dalam usus larva mengalami perubahan kelima. Cacing betina yang bertelur didapati dalam waktu kira-kira 2 bulan setelah infeksi, dan hidup selama 12 sampai 18 bulan (Brown, 1983). c. Patologi dan Gejala Klinis

Gejala yang timbul pada manusia dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan larvanya. Infeksi yang hanya mengandung 10-20 ekor cacing biasanya tanpa gejala klinis

dan baru diketahui sebagai penderita apabila telah dilakukan pemeriksaan tinja atau cacing dewasa keluar bersama tinja (Brown, 1983, Hadiwartono, 1994).

Gangguan karena larva biasanya terjadi pendarahan yang kecil pada dinding alveolus dan akan timbul gangguan pada paru yang disertai dengan batuk, demam dan eosinofilia. Pada foto toraks tampak infiltrate, yang menghilang dalam waktu tiga minggu, keadaan ini yang disebut sindromloeffler. Gangguan ini disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan, kadang-kadang penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual-mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.

Cacing gelang ini mempunyai cairan tubuh yang dapat menimbulkan reaksi toksik sehingga terjadi gejala demam disertai alergi misalnya gatal-gatal, oedema wajah, konjungitis dan iritasi saluran pernafasan bagian atas. Selain itu cacing dewasa juga dapat menimbulkan berbagai akibat yang bersifat mekanik, seperti obstruksi usus, intususepsi. Migrasi cacing ke organ misalnya lambung, esophagus, mulut, hidung, rima glottis atau bronkus dapat menyumbat pernafasan penderita, dan dapat terjadi apendiksitis, penyumbatan saluran empedu, abses hati dan pankreatitis akut (Brown, 1983).

Cacing dewasa pada anak-anak menimbulkan kekurangan gizi, dan cairan tubuh cacing dapat menimbulkan reaksi sehingga terjadi gejala mirip demam tifoid disertai tanda alergi misalnya urtikaria, oedema diwajah. Konjungtif dan iritasi pernafasan bagian atas. Akibat mekanik misalnya obstruksi usus, intususepsi atau perforasi ulkus di usus.

Migrasi cacing ke organ-organ (Ascaris Ektopi) misalnya kelambung, esophagus mulut, hidung, terjadi apendisitis, abses hati, obstruksi saluran empedu dan pankreatitis akut (Soedarto, 1991).

d. Pengobatan dan Pencegahan Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) - Pengobatan

Pengobatan dapat dilakukan secara perorangan atau secara massal pada masyarakat. Untuk perorangan dapat dipergunakan bermacam-macam obat misalnya piperazin, pirantel pamoat atau mebendazol (Gandahusada, dkk, 2000).

- P enyuluhan kesehatan

Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, higiene keluarga dan higiene pribadi seperti :

1. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.

2. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu menggunakan sabun.

3. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat.

Karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun, pencegahan dan pemberantasan di daerah endemic adalah sulit. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah sebagai berikut :

1. Mengadakan kemoterapi misal setiap 6 bulan sekali di daerah endemic ataupun daerah yang rawan terhadap penyakit ascariasis.

2. Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan.

3. Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup cacing misalnya memakai jamban/WC.

4. Makan makanan yang dimasak saja.

5. Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada di daerah yang menggunakan tinja sebagai pupuk.

Dokumen terkait