BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.4. Cadangan Devisa
Pengertian Cadangan Devisa atau Foreign Reserve Currencies adalah mata uang asing, misalnya dolar Amerika yang dipegang oleh pemerintah atau bank sentral setiap negara yang pada umumnya digunakan sebagai cadangan internasional (Lipsey, 2000). Cadangan devisa juga disebut stok emas dan mata uang asing yang dimiliki suatu negara yang sewaktu-waktu digunakan untuk transaksi atau pembayaran internasional (Nilawati, 2000).
Cadangan devisa (Bahasa Inggris: foreign exchange reserves) adalah simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan otoritas moneter. Simpanan ini merupakan asset bank sentral yang tersimpan dalam beberapa mata uang cadangan (reserve currency) seperti dolar, euro, atau yen, dan digunakan untuk menjamin kewajibannya, yaitu mata uang lokal yang diterbitkan, dan cadangan berbagai bank yang disimpan di bank sentral oleh pemerintah atau lembaga keuangan (Wikipedia, 2009).
Menurut Nosihin (2003), dikatakan bahwa penerimaan yang diterima pemerintah dalam bentuk valuta asing yang kemudian ditukarkan dengan rupiah, maka dalam proses pertukaran ini, akan meningkatkan cadangan aktiva Bank Indonesia dan jumlah uang beredar bertambah dengan jumlah uang yang sama. Jadi antara cadangan devisa dan jumlah uang beredar hubungannya cukup erat, di mana jumlah cadangan devisa yang ditukarkan menambah jumlah uang beredar dalam jumlah yang sama (Nilawati, 2000).
Cadangan Devisa suatu negara yang menipis dapat berakibat pada suatu negara akan kesulitan mengimpor barang-barang yang dibutuhkannya dari luar negeri, dan juga memerosotkan kredibilitas mata uangnya. Kurs mata uangnya di pasar valuta asing akan mengalami depresiasi. Apabila posisi cadangan devisa itu terus menipis dan semakin menipis, maka dapat terjadi rush terhadap valuta asing di dalam negeri. Apabila telah demikian keadaannya, sering terjadi pemerintah negara yang bersangkutan akhirnya terpaksa melakukan devaluasi (Dumairy, 1996).
Makin menipisnya cadangan devisa juga merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat kerentanan ekonomi Indonesia yaitu makin memperburuk kondisi perekonomian nasional. Tahun 1998 cadangan devisa Indonesia mencapai 23,90 triliun rupiah, akan tetapi akibat krisis ekonomi jumlah tersebut merosot, hingga bulan September 1999 berkisar 16,01 milyar dollar AS (Tulus T.H. Tambunan, 2000).
Menurut Arief (1999), dijelaskan bahwa ketergantungan impor dan transfer neto yang tinggi membahayakan neraca pembayaran yakni defisit transaksi berjalan dan defisit modal yang terus menerus meningkat. Akibatnya cadangan devisa menjadi semu, artinya banyak mengandung dan bahkan didominasi oleh komponen utang luar negeri. Cadangan devisa tidak lagi diperoleh dari surplus ekspor, tetapi dari pinjaman luar negeri. Sebagian besar pinjaman luar negeri digunakan untuk menutup defisit transaksi berjalan dan membayar angsuran pokok utang luar negeri (Tulus T.H. Tambunan, 2000).
Cadangan valuta asing yang terbatas atau kecil akibat dari pendapatan ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor. Keterbatasan cadangan valuta asing ini menyebabkan kemampuan untuk mengimpor barang-barang baik bahan baku; input
antara; maupun barang modal yang sangat dibutuhkan untuk pembangunan sektor industri menjadi terbatas pula. Belum lagi ditambah dengan adanya demonstration effect yang dapat menyebabkan perubahan pola konsumsi masyarakat. Akibat dari lambatnya laju pembangunan sektor industri, seringkali menyebabkan laju pertumbuhan supply barang tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan permintaan.
Intervensi bank sentral terhadap nilai tukar mata uang mempengaruhi penawaran uang dari penjualan cadangan internasional atau international reserves
bank sentral pada pasar internasional. Dampak penjualan cadangan internasional terhadap nilai tukar mata uang dapat dianalisis dari perubahan neraca bank sentral. Misalkan bank sentral menjual USD 3 juta aktiva luar negeri untuk menarik Rp 30 miliar mata uang rupiah dari peredaran. Pembelian mata uang rupiah oleh bank sentral mempunyai dua efek. Pertama, penjualan aktiva atau cadangan internasional bank sentral akan mengurangi cadangan internasional sebesar USD 3 juta. Kedua, pembelian mata uang rupiah berarti mengurangi sirkulasi mata uang rupiah dalam peredaran sebesar Rp. 30 miliar. Rekening-T dari bank sentral adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Model Rekening-T Bank Sentral untuk Menggambarkan Cadangan Devisa dan Sirkulasi Mata Uang
Aktiva Kewajiban
Aktiva Luar Negeri atau
Cadangan Internasional -Rp 30 miliar
Sirkulasi Mata uang -Rp 30 miliar Sumber: Buku Pasar Keuangan & Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank (2003)
Uang inti atau monetary base adalah sirkulasi mata uang rupiah ditambah cadangan internasional. Penurunan sirkulasi mata uang menunjukkan bahwa uang inti turun Rp. 30 miliar. Masyarakat atau lembaga keuangan yang membeli aktiva luar negeri membayar dengan check bank domestik, kemudian bank sentral mengurangi Rp. 30 miliar dari perkiraan deposit yang ada pada bank sentral. Transaksi deposit pada bank sentral dan cadangan internasional berkurang Rp. 30 miliar. Dari rekening- T ditunjukkan bahwa penjualan aktiva luar negeri sama dengan pembelian deposit lembaga keuangan domestik. Dengan kata lain disimpulkan bahwa pembelian mata uang domestik dengan cara menjual aktiva luar negeri bank sentral mengurangi cadangan internasional dan uang inti dengan jumlah yang sama.
Tabel 2.2. Model Rekening-T Bank Sentral untuk Menggambarkan Cadangan Devisa dan Deposit
Aktiva Kewajiban
Aktiva Luar Negeri atau
Cadangan Internasional -Rp 30 milyar
Deposit -Rp 30 milyar Sumber: Buku Pasar Keuangan & Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank (2003)
Penjualan aktiva luar negeri oleh bank sentral tidak berbeda dengan operasi penjualan sekuritas pemerintah atau bank sentral pada operasi pasar terbuka. Penjualan sekuritas pemerintah atau bank sentral melalui operasi pasar terbuka akan mengurangi jumlah peredaran uang inti, dengan kata lain penjualan aktiva luar negeri juga akan mengurangi jumlah peredaran uang inti. Dengan alasan yang sama, pembelian aktiva luar negeri dengan cara menjual deposit lembaga keuangan pada bank sentral akan meningkatkan jumlah peredaran uang inti dengan jumlah yang sama. Dengan kata lain, penjualan mata uang domestik oleh bank sentral untuk
membeli aktiva luar negeri pada pasar uang internasional akan meningkatkan cadangan internasional dan uang inti dengan jumlah yang sama.
Intervensi ini menjelaskan bahwa pembelian dan penjualan mata uang domestik oleh bank sentral mempengaruhi jumlah peredaran uang inti dan kemudian penawaran uang dalam arti luas atau broad money. Intervensi nilai tukar mata uang dengan cara menjual atau membeli matauang domestik disebut intervensi taksteril atau unsterilized foreign exchange intervention. Bagaimana jika bank sentral tidak ingin membeli atau menjual mata uang domestik untuk mempengaruhi jumlah peredaran uang inti atau penawaran uang? Bank sentral akan melawan efek intervensi nilai tukar mata uang luar negeri dengan cara operasi pasar terbuka pada pasar sekuritas pemerintah atau bank sentral. Misalkan dalam kasus pembelian Rp. 30 miliar dan penjualan USD 3 juta aset luar negeri, bank sentral melakukan pembelian Rp. 30 miliar sekuritas pemerintah atau bank sentral dari operasi pasar terbuka, dan pembelian sekuritas pemerintah atau bank sentral ini akan menambah jumlah peredaran uang inti dengan jumlah yang sama. Hasil rekening-T dari intervensi nilai tukar mata uang luar negeri dengan penutupan atau offsetting operasi pasar terbuka tidak merubah jumlah uang inti beredar, yaitu:
Tabel 2.3. Model Rekening–T Bank Sentral untuk Menggambarkan Cadangan Devisa dan Sekuritas Pemerintah
Aktiva Kewajiban
Aktiva Luar Negeri atau
Cadangan Internasional -Rp 30 milyar Sekuritas Pemerintah +Rp 30 miliar
Matauang dalam Sirkulasi
dan Cadangan Rp 0 milyar Sumber: Buku Pasar Keuangan & Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank (2003)
Intervensi nilai tukar mata uang luar negeri dengan penutupan pada operasi pasar terbuka disebut intervensi nilai tukar mata uang luar negeri steril atau sterilized foreign exchange intervention. Sekarang diketahui bahwa ada dua tipe intervensi nilai tukar mata uang luar negeri, yaitu intervensi nilai tukar mata uang tak steril atau
unsterilized dan steril atau sterilized.