• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (lanjutan) (b) Aset keuangan yang tersedia untuk dijual

Dalam dokumen FS Bank Mandiri Tbk Ind Final opini (Halaman 44-47)

Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan (neraca) konsolidasian, Grup mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Lihat Catatan 2c.(G).(a) untuk kriteria bukti obyektif adanya penurunan nilai.

Penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang atas nilai wajar dari investasi dalam instrumen utang di bawah biaya perolehannya merupakan bukti

obyektif terjadinya penurunan nilai dan menyebabkan pengakuan kerugian

penurunan nilai. Ketika terdapat bukti tersebut diatas untuk aset keuangan yang tersedia untuk dijual, kerugian kumulatif, yang merupakan selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya telah diakui pada laporan laba rugi konsolidasian, dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi konsolidasian.

Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi konsolidasian, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan melalui laporan laba rugi konsolidasian.

(c) Kontrak jaminan keuangan dan komitmen

Kontrak jaminan keuangan adalah kontrak yang mengharuskan penerbit untuk melakukan pembayaran yang ditetapkan untuk mengganti uang pemegang kontrak atas kerugian yang terjadi karena debitur tertentu gagal untuk melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo, sesuai dengan ketentuan dari instrumen utang. Jaminan keuangan tersebut diberikan kepada bank-bank, lembaga keuangan dan badan-badan lainnya atas nama debitur untuk menjamin kredit dan fasilitas-fasilitas perbankan lainnya.

Jaminan keuangan awalnya diakui dalam laporan keuangan konsolidasian sebesar nilai wajar pada tanggal jaminan diberikan. Nilai wajar dari jaminan keuangan pada saat dimulainya transaksi pada umumnya sama dengan provisi yang diterima untuk jaminan diberikan dengan syarat dan kondisi normal. Setelah pengakuan awal, liabilitas Bank atas jaminan tersebut diukur pada jumlah yang lebih tinggi antara jumlah awal, dikurangi amortisasi provisi, dan estimasi terbaik dari jumlah yang diharapkan akan terjadi untuk menyelesaikan jaminan tersebut. Estimasi ini ditentukan berdasarkan pengalaman transaksi yang sejenis dan kerugian historis masa lalu, dilengkapi dengan penilaian manajemen. Pendapatan provisi yang diperoleh diamortisasi selama jangka waktu jaminan dengan menggunakan metode garis lurus.

Peningkatan jumlah liabilitas yang berkaitan dengan jaminan keuangan dilaporkan sebagai biaya operasi lain-lain pada laporan laba rugi konsolidasian.

c. Instrumen Keuangan(lanjutan)

G. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan(lanjutan)

(d) Cadangan kerugian penurunan nilai atas aset produktif sebelum berlakunya PSAK 55 (Revisi 2006) pada tanggal 1 Januari 2010

Aset produktif terdiri atas giro pada Bank Indonesia dan bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, efekefek, Obligasi Pemerintah, tagihan lainnya -transaksi perdagangan, efek-efek yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, kredit yang diberikan, piutang pembiayaan konsumen, tagihan akseptasi, penyertaan saham dan komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit, serta aset produktif yang berasal dari kegiatan syariah.

Komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit terdiri atasletters of credit yang tidak dapat dibatalkan yang masih berjalan, letters of credit yang diterbitkan dengan program penjaminan Bank Indonesia, garansi yang diterbitkan dalam bentuk standby letters of credit, bank garansi, kelonggaran tarik (committed) dan risk sharing.

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia, Grup mengklasifikasikan aset produktif ke dalam satu dari lima kategori dan aset non produktif ke dalam satu dari empat kategori. Aset produktif tidak bermasalah (performing) diklasifikasikan sebagai “Lancar” dan “Dalam Perhatian Khusus”, sedangkan aset produktif bermasalah

(non-performing) diklasifikasikan kedalam tiga kategori yaitu: “Kurang Lancar”,

“Diragukan” dan “Macet”. Efek-efek diklasifikasikan sebagai “Lancar”, “Kurang Lancar” dan “Macet”.

Pengklasifikasian aset produktif dan jumlah minimum penyisihan kerugian atas aset produktif serta komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit dihitung berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum sebagaimana telah diubah terakhir dengan PBI No. 11/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009. Dalam penerapan

PBI No. 7/2/PBI/2005 tersebut, Bank melakukan klasifikasi aset produktif

berdasarkan evaluasi atas kinerja debitur, prospek usaha dan kemampuan membayar kepada Bank.

Untuk Bank Syariah Mandiri, pengklasifikasian aset produktif dilakukan berdasarkan PBI No. 8/21/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, sebagaimana dalam pasal-pasal tertentu telah diubah dengan PBI No. 9/9/PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007 dan terakhir berdasarkan PBI No. 10/24/PBI/2008 tanggal 16 Oktober 2008. Pada tahun 2011, pengklasifikasian aset produktif Bank Syariah Mandiri ditentukan berdasarkan PBI No. 13/13/PBI/2011 tanggal 24 Maret 2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Pembentukan penyisihan minimum sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:

c. Instrumen Keuangan(lanjutan)

G. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan(lanjutan)

(d) Cadangan kerugian penurunan nilai atas aset produktif sebelum berlakunya PSAK 55 (Revisi 2006) pada tanggal 1 Januari 2010 (lanjutan)

Persentase minimum penyisihan kerugian

Lancar 1%

Dalam perhatian khusus 5%

Kurang lancar 15%

Diragukan 50%

Macet 100%

Persentase di atas berlaku untuk saldo aset produktif dan komitmen & kontinjensi, dikurangi nilai agunan, kecuali untuk aset produktif dan komitmen & kontinjensi yang dikategorikan sebagai lancar, dimana persentasenya berlaku langsung atas saldo aset produktif dan komitmen dan kontinjensi yang bersangkutan.

Untuk aset produktif dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Utang Pemerintah (Obligasi Pemerintah) dan untuk aset produktif yang dijamin dengan agunan tunai berupa giro, deposito, tabungan, setoran jaminan, emas, Sertifikat Bank Indonesia atau Surat Utang Negara, Jaminan Pemerintah Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, standby letter of credit dari

prime bank yang diterbitkan sesuai dengan Uniform Customs and Practice for

Documentary Credits, International Chamber of Commerce Publication No. 600 (UCP 600 )danInternational Standard Banking Practice (ISBP),tidak perlu dibentuk penyisihan.

Untuk efek-efek, sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang “Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum”, penyisihan minimum yang wajib dibentuk adalah sebagai berikut:

Persentase minimum penyisihan kerugian

Lancar 1%

Kurang lancar 15%

Macet 100%

Estimasi kerugian untuk komitmen dan kontinjensi yang mempunyai risiko kredit disajikan sebagai liabilitas pada laporan posisi keuangan (neraca) konsolidasian. Lihat Catatan 2c.I mengenai ketentuan transisi dan dampak penerapan awal PSAK 55 (Revisi 2006).

Penerimaan kembali aset produktif yang telah dihapusbukukan dicatat sebagai penambahan penyisihan kerugian aset produktif selama tahun berjalan. Jika terdapat kelebihan dari penerimaan pokok, kelebihannya diakui sebagai pendapatan bunga.

Sesuai dengan PAPI (Revisi 2008), Anak Perusahaan yang bergerak dalam bidang Perbankan Syariah masih menggunakan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah

c. Instrumen Keuangan(lanjutan)

Dalam dokumen FS Bank Mandiri Tbk Ind Final opini (Halaman 44-47)