• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI

Dalam dokumen FS Bank Mandiri Tbk Ind Final opini (Halaman 29-35)

Direksi bertanggung jawab atas penyusunan laporan keuangan konsolidasian Bank dan Anak Perusahaan (“Grup”) yang telah diselesaikan pada tanggal 7 Maret 2012.

Kebijakan akuntansi utama yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian Bank dan Anak Perusahaan adalah seperti dijabarkan di bawah ini:

Laporan keuangan konsolidasian disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam -LK) No. VIII.G.7 tentang “Pedoman Penyajian Laporan Keuangan” yang terdapat dalam lampiran keputusan ketua

a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian

Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan harga perolehan, kecuali untuk aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual, aset dan liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, dan seluruh instrumen derivatif yang diukur berdasarkan nilai wajar. Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan akuntansi berbasis akrual, kecuali laporan arus kas konsolidasian.

Laporan arus kas konsolidasian disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas-aktivitas operasional, investasi dan pendanaan. Laporan keuangan Anak Perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan syariah disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 101 “Penyajian Laporan

Keuangan Syariah”, PSAK No. 102, “Akuntansi Murabahah”, PSAK No. 104, “Akuntansi

Istishna”, PSAK No. 105, “Akuntansi Mudharabah”, PSAK No. 106, “Akuntansi Musyarakah”,

PSAK No. 107, “Akuntansi Ijarah”, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) dan standar akuntansi keuangan lain yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, mencakup pula pedoman akuntansi dan pelaporan yang ditetapkan oleh otoritas perbankan Indonesia dan Bapepam-LK.

Dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian sesuai dengan Standar Akuntansi Indonesia, dibutuhkan estimasi dan asumsi yang mempengaruhi:

 nilai aset dan liabilitas dilaporkan dan pengungkapan atas aset dan liabilitas kontinjensi pada tanggal laporan keuangan konsolidasian;

 jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan.

Walaupun estimasi ini dibuat berdasarkan pengetahuan terbaik manajemen atas kejadian dan tindakan saat ini, hasil yang timbul mungkin berbeda dengan jumlah yang diestimasi semula. Seluruh angka dalam laporan keuangan konsolidasian ini, kecuali dinyatakan lain, dibulatkan menjadi jutaan Rupiah yang terdekat.

b. Perubahan Kebijakan Akuntansi

Berikut ini adalah perubahan standar akuntansi, dan interpretasi yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011:

- PSAK 1 (Revisi 2009) – Penyajian Laporan Keuangan, - PSAK 2 (Revisi 2009) – Laporan Arus Kas,

- PSAK 3 (Revisi 2010) – Laporan Keuangan Interim,

- PSAK 4 (Revisi 2009) – Laporan Keuangan Konsolidasi dan Laporan Keuangan Tersendiri, - PSAK 5 (Revisi 2009) – Segmen Operasi,

- PSAK 7 (Revisi 2010) – Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi, - PSAK 8 (Revisi 2010) – Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan, - PSAK 12 (Revisi 2009) – Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama, - PSAK 15 (Revisi 2009) – Investasi dalam Entitas Asosiasi,

- PSAK 19 (Revisi 2010) – Aset Tak Berwujud, - PSAK 22 (Revisi 2010) – Kombinasi Bisnis, - PSAK 23 (Revisi 2010) – Pendapatan,

- PSAK 25 (Revisi 2009) – Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan

b. Perubahan Kebijakan Akuntansi(lanjutan) - PSAK 48 (Revisi 2009) – Penurunan Nilai Aset,

- PSAK 57 (Revisi 2009) – Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi,

- PSAK 58 (Revisi 2009) – Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan,

- ISAK 7 (Revisi 2009) – Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus,

- ISAK 9 – Perubahan Atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi, dan Liabilitas Serupa, - ISAK 10 – Program Loyalitas Pelanggan,

- ISAK 11 – Distribusi Aset Non-kas Kepada Pemilik,

- ISAK 12 – Pengendalian Bersama Entitas – Kontribusi Non Moneter oleh Venturer, - ISAK 14 – Aset Tidak Berwujud – Biaya Situs Web, dan

- ISAK 17 – Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai.

Berikut ini adalah dampak atas perubahan standar akuntansi di atas yang relevan dan yang signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian:

b.i. PSAK 1 (Revisi 2009) - “Penyajian Laporan Keuangan”

PSAK 1 (Revisi 2009) tersebut berlaku restrospektif dan oleh karenanya informasi pembanding tertentu telah disajikan kembali. Dampak signifikan perubahan dari standar akuntansi tersebut terhadap Grup adalah:

• Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari laporan posisi keuangan (neraca) konsolidasian, laporan laba rugi konsolidasian, laporan laba rugi komprehensif

konsolidasian, laporan perubahan ekuitas konsolidasian, laporan arus kas

konsolidasian, catatan atas laporan keuangan konsolidasian dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif (jika Bank melakukan reklasifikasi atau penyajian kembali laporan keuangan periode sebelumnya oleh karena revisi atau

penerapan suatu standar-standar akuntansi baru atau perubahan kebijakan

akuntansi secara retrospektif). Sedangkan sebelumnya, laporan keuangan

konsolidasian terdiri dari neraca konsolidasian, laporan laba rugi konsolidasian, laporan perubahan ekuitas konsolidasian, laporan arus kas konsolidasian dan catatan atas laporan keuangan konsolidasian.

• Kepentingan nonpengendali disajikan sebagai bagian dari ekuitas, dimana

sebelumnya hak minoritas disajikan antara liabilitas dan ekuitas (lihat Catatan 60).

• Pengungkapan tambahan, antara lain: sumber ketidakpastian estimasi dan

manajemen modal (lihat Catatan 3).

• Liabilitas pajak penghasilan badan diklasifikasikan secara terpisah dalam laporan posisi keuangan (neraca) konsolidasian sebagai utang pajak kini. Sebelumnya, liabilitas pajak penghasilan disajikan sebagai bagian dari akun utang pajak (lihat Catatan 60).

Pada tanggal 13 September 2011, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) menerbitkan Buletin Teknis No. 7 yaitu “Perubahan Penyajian Kepentingan Nonpengendali dan Dampaknya Terhadap Periode Komparatif Laporan Keuangan” yang mana disebutkan bahwa penyajian atas kepentingan nonpengendali sesuai dengan PSAK 1 (Revisi 2009) merupakan reklasifikasi dimana dampak dari

b. Perubahan Kebijakan Akuntansi(lanjutan) b.ii. ISAK No. 10, “Program Loyalitas Pelanggan”

Program loyalitas pelanggan digunakan entitas untuk memberikan insentif kepada pelanggan untuk membeli barang atau jasa entitas. Jika pelanggan membeli barang atau jasa, maka entitas akan memberikan poin penghargaan kepada pelanggan (seringkali disebut sebagai “poin”). Nasabah dapat menukar poin penghargaan tersebut dengan barang atau jasa secara gratis atau dengan potongan harga. Interpretasi ini berlaku untuk poin penghargaan loyalitas pelanggan yang:

• entitas berikan kepada pelanggannya sebagai bagian dari transaksi penjualan yaitu penjualan barang, pemberian jasa, atau penggunaan aset entitas oleh pelanggan; dan

• bergantung pada pemenuhan terhadap setiap kondisi lebih lanjut yang disyaratkan, pelanggan dapat menukar barang atau jasa secara gratis atau dengan potongan harga di masa depan.

Pada setiap akhir periode laporan, poin penghargaan diakui sebagai beban dengan mengacu kepada nilai wajarnya.

Sebelum 1 Januari 2011, beban terkait program loyalitas pelanggan diakui berdasarkan akuntansi berbasis kas.

b.iii. PSAK 5 (Revisi 2009), “Segmen Operasi”

Sejak 1 Januari 2011, Grup menyajikan segmen operasi berdasarkan laporan internal grup yang disajikan kepada pengambil keputusan operasional sesuai PSAK 5 (Revisi 2009). Pengambil keputusan operasional adalah Direksi.

Sebelum 1 Januari 2011, segmen operasi grup disajikan berdasarkan segmen usaha yang terdiri dari: perbankan, bank syariah, sekuritas, asuransi, pembiayaan, layanan remittancedan lain-lain.

Informasi komparatif telah disajikan kembali agar sesuai dengan standar tersebut (lihat Catatan 52).

b.iv. PSAK 25 (Revisi 2009) - “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan”

Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan atas kontrak jaminan keuangan dan komitmen

Sejak tanggal 1 Januari 2011, Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan atas kontrak jaminan keuangan yang memiliki risiko kredit dan komitmen berdasarkan nilai yang lebih tinggi antara nilai amortisasi (nilai tercatat) dan present value atas pembayaran liabilitas yang diharapkan akan terjadi (ketika pembayaran atas jaminan tersebut menjadi probable) atau nilai cadangan kerugian penurunan nilai yang dihitung berdasarkan data kerugian historis untuk evaluasi penurunan nilai secara kolektif.

b. Perubahan Kebijakan Akuntansi(lanjutan)

b.iv. PSAK 25 (Revisi 2009) - “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan” (lanjutan)

Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan atas kontrak jaminan keuangan dan komitmen (lanjutan)

Penentuan cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan atas kontrak jaminan keuangan yang memiliki risiko kredit dan komitmen diklasifikasikan menjadi lima kategori dengan persentase minimum penyisihan kerugian sebagai berikut:

Klasifikasi Persentase minimum penyisihan kerugian

Lancar 1%

Dalam perhatian khusus 5%

Kurang lancar 15%

Diragukan 50%

Macet 100%

Persentase di atas berlaku untuk komitmen dan kontinjensi (fasilitas pinjamancommitted yang diberikan yang belum digunakan, letter of credit, dan garansi yang diberikan) dikurangi nilai agunan, kecuali untuk komitmen dan kontinjensi yang dikategorikan sebagai lancar, dimana persentasenya berlaku langsung atas saldo komitmen dan kontinjensi yang bersangkutan.

Cadangan kerugian penurunan nilai aset non-produktif

Sejak tanggal 1 Januari 2011, Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas agunan yang diambil-alih dan properti terbengkalai pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual.

Sebelum 1 Januari 2011, Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai agunan yang diambil-alih dan properti terbengkalai sesuai dengan peraturan Bank Indonesia sebagai berikut:

Batas Waktu

Lancar Sampai dengan 1 tahun

Kurang lancar Lebih dari 1 tahun sampai dengan 3 tahun

Diragukan Lebih dari 3 tahun sampai dengan 5 tahun

Macet Lebih dari 5 tahun

Sejak tanggal 1 Januari 2011, Bank menentukan cadangan kerugian penurunan nilai atas rekening antar kantor dan suspense accounts pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dan nilai pemulihan.

Sebelum 1 Januari 2011, cadangan kerugian penurunan nilai rekening antar kantor dan suspense accountsditetapkan sebagai berikut:

b. Perubahan Kebijakan Akuntansi(lanjutan)

b.iv. PSAK 25 (Revisi 2009) - “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan” (lanjutan)

Cadangan kerugian penurunan nilai aset non-produktif (lanjutan)

Perubahan metode penentuan cadangan kerugian penurunan nilai di atas merupakan perubahan kebijakan akuntansi yang seharusnya diterapkan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali laporan laba rugi konsolidasian tahun sebelumnya. Namun, karena dampak dari perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak material terhadap laporan laba rugi konsolidasian tahun sebelumnya, maka tidak dilakukan penyajian kembali dan dampak perubahan tersebut diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian tahun berjalan.

b.v. PSAK 7 (Revisi 2010) - "Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi”

Sejak tanggal 1 Januari 2011, entitas Pemerintah yaitu entitas yang dikendalikan, dikendalikan bersama atau dipengaruhi secara signifikan oleh Pemerintah Republik Indonesia merupakan pihak-pihak yang berelasi dengan Grup. Informasi komparatif telah disajikan kembali (lihat Catatan 51).

Sebelum 1 Januari 2011, entitas pemerintah dianggap bukan pihak berelasi.

Lihat Catatan 2f untuk definisi dan kebijakan akuntansi transaksi dengan pihak-pihak berelasi.

b.vi. PSAK 4 (Revisi 2009) - “Laporan Keuangan Konsolidasi dan Laporan Keuangan

Tersendiri”

Sejak tanggal 1 Januari 2011, Bank menerapkan PSAK 4 (Revisi 2009) dimana di dalam laporan keuangan induk saja, penyertaan di Anak Perusahaan disajikan menggunakan harga perolehan. Sebelumnya penyertaan di Anak Perusahaan disajikan dengan menggunakan metode ekuitas. Informasi komparatif telah disajikan kembali (lihat lampiran 6/11).

c. Instrumen Keuangan A. Aset keuangan

Grup mengklasifikasikan aset keuangannya dalam kategori (a) aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, (b) pinjaman yang diberikan dan piutang, (c) aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo, dan (d) aset keuangan tersedia untuk dijual. Klasifikasi ini tergantung dari tujuan perolehan aset keuangan tersebut.

Manajemen menentukan klasifikasi aset keuangan tersebut pada saat awal

pengakuannya.

(a) Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Kategori ini terdiri dari dua sub-kategori: aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan dan aset keuangan yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh Grup untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

c. Instrumen Keuangan(lanjutan)

Dalam dokumen FS Bank Mandiri Tbk Ind Final opini (Halaman 29-35)