• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

B. Caesarean section

Operasi sesar adalah sayatan melalui dinding abdomen dan uterus untuk melahirkan janin dalam rahim. Tujuan dari operasi sesar adalah untuk menjamin turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas sehingga sumber daya manusia dapat ditingkatkan dan untuk mengeluarkan janin dari dalam rahim pada ibu-ibu yang meninggal (Mochtar, 1998).

Keuntungan dari operasi sesar adalah waktu pembedahan dapat ditentukan oleh dokter yang akan menolongnya dan persiapan dapat dilakukan dengan baik. Sedangkan kerugiannya adalah karena persalinan belum mulai, segmen bawah uterus belum terbentuk dengan baik, sehingga menyulitkan pembedahan dan akan lebih mudah terjadinya antonia uterus dengan pendarahan karena uterus belum mulai dengan kontraksinya (Prawirohardjo, 1991).

(Anonim,2011) Gambar 2. Proses Operasi Sesar

a. Istilah-Istilah dalam Operasi Sesar : 1. Operasi sesar primer (efektif)

Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara operasi sesar, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit.

2. Operasi sesar sekunder

Bersikap menunggu kelahiran biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan operasi sesar.

3. Operasi sesar ulang

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami operasi sesar dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan operasi sesar ulang.

4. Operasi sesar histerektomi

Adalah operasi sesar yang dilanjutkan dengan pengeluaran uterus. 5. Operasi sesar porro

Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan tentunya janin sudah mati, dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat (Mochtar, 1998).

b. Indikasi-Indikasi Operasi Sesar 1. Malposisi dan malpresentasi

Perlunya operasi sesar pada bayi yang dalam posisi normal dapat dilahirkan per vaginam. Bagian terbesar dari peningkatan insiden operasi sesar dalam kelompok ini berkaitan dengan presentasi pantat. Disfungsi uterus mencakup kerja uterus yang tidak terkoordinasi, dan ketidakmampuan dilatasi serviks (Oxorn, 1990).

2. Ketuban pecah sebelum waktunya

Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah pecahnya selaput berisi cairan ketuban yang terjadi 1 jam atau lebih sebelum terjadinya kontraksi. Cairan ini ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau kantung janin. Cairan ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel trofoblas, kemudian akan bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu seni janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk lingkaran atau siklus yang berulang. Kejadian ketuban pecah dini berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan ketuban pecah dini preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan. Ketuban pecah dini merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%. (Mochtar, 1998).

(Anonim, 2011) Gambar 3. Ketuban pecah dini

Adapun tanda-tanda ketuban pecah dini yaitu keluar air ketuban warna keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedikit atau sekaligus banyak. Dapat disertai demam apabila terjadi infeksi dan janin mudah diraba. Pada pemeriksaan dalam

selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering. Inspekula tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban sudah kering dan tidak ada (Mansjoer, Arif, 1999). Tanda-tanda infeksi yang terjadi :

Demam suhu tubuh diatas 380C, meningkatnya angka leukosit, bercak vagina

yang banyak, nyeri perut, dan denyut jantung janin bertambah cepat ( Mochtar,1998).

Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini. Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinyakorioamnionitis(radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada ketuban pecah dini (Anonim, 2009).

3. Persalinanprematur

Persalinan Prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Biasanya persalinan terjadi pada saat usia kehamilan mencapai 37-42 minggu. Persalinan prematur bisa merupakan suatu proses normal yang dimulai terlalu dini atau dipicu oleh keadaan tertentu, seperti infeksi rahim atau infeksi cairan ketuban (Anonim, 2009).

Setiap jam seharusnya serviks membuka minimal selebar 1 cm dan kepala janin seharusnya turun ke dalam rongga panggul minimal sebanyak 1 cm. Jika hal tersebut tidak terjadi, mungkin janin terlalu besar untuk melewati jalan lahir dan perlu dilakukan persalinan dengan bantuan forseps atau operasi sesar.

Jika jalan lahir cukup lebar tetapi persalinan tidak maju, maka diberikan oksitosin melalui infus untuk merangsang kontraksi rahim yang lebih kuat. Jika setelah pemberian oksitosin persalinan tidak juga maju, maka dilakukan operasi sesar (Anonim, 2009).

4. Kelainan posisi janin

Yang dimaksud dengan posisi janin di dalam rahim adalah arah yang dihadapi oleh janin, sedangkan letak janin adalah bagian tubuh janin yang terendah. Kombinasi yang paling sering ditemukan dan paling aman adalah menghadap ke punggung ibu dengan letak kepala, leher tertekuk ke depan, dagu menempel di dada dan kedua lengan melipat di dada. Jika janin tidak berada dalam posisi atau letak tersebut, maka persalinan bisa menjadi sulit dan mungkin persalinan tidak dapat dilakukan melalui vagina (Anonim, 2009).

(Anonim, 2011) Gambar 4. Posisi janin normal dan abnormal dalam rahim ibu

5. Kembar

Kembar menyebabkan rahim sangat teregang dan rahim yang sangat teregang cenderung untuk mulai mengalami kontraksi sebelum kehamilan mencapai usia yang matang. Akibatnya bayi kembar sering dilahirkan secaraprematurdan kecil. Posisi dan letak janin di dalam rahim bisa berlainan, sehingga persalinan bisa menjadi sulit. Kontraksi rahim setelah lahirnya bayi pertama cenderung menyebabkan terlepasnya plasenta dari bayi kedua. Akibatnya, bayi kedua cenderung mengalami masalah selama persalinan dan memiliki risiko mengalami kelainan dan kematian yang lebih tinggi (Anonim, 2009).

6. Distosia bahu

Distosia Bahu adalah suatu komplikasi yang jarang terjadi, pada letak kepala, salah satu bahu bayi tersangkut pada tulang kemaluan dan tertahan di dalam jalan lahir (Anonim, 2009).

7. Prolapsus korda umbilikalis

Prolapsus Korda Umbilikalis adalah suatu keadaan korda umbilikal (tali pusar) mendahului bayi, yaitu keluar dari jalan lahir. Pada keadaan ini, jika bayi mulai memasuki jalan lahir, tali pusar akan tertekan sehingga aliran darah ke bayi terhenti.Prolapsus korda umbilikalisbisa terjadi secara nyata atau tersembunyi.

Pada prolapsus yang nyata, selaput ketuban telah pecah dan tali pusar menonjol ke dalam vagina sebelum bayi turun ke jalan lahir. Prolapsus yang nyata biasanya terjadi jika bayi berada dalam letak bokong (tetapi bisa juga terjadi pada letak kepala), terutama jika selaput telah pecah sebelum waktunya atau jika janin belum turun ke panggul ibu. Untuk mencegah terjadinya cedera pada janin

akibat terhentinya aliran darah ke janin, maka segera dilakukan persalinan, biasanya melalui operasi sesar. Padaprolapsustersembunyi, selaput ketuban tetap utuh dan tali pusar berada di depan janin atau terperangkap di depan bahu janin. Biasanya keadaan ini diketahui melalui denyut jantung janin yang abnormal. Prolapsus tersembunyi bisa diatasi dengan cara merubah posisi ibu atau mengangkat kepala janin untuk menghilangkan tekanan pada tali pusar. Kadang perlu dilakukan operasi sesar (Anonim, 2009).

8. Emboli cairan ketuban

Emboli cairan ketubanadalah penyumbatanarteri pulmoner(arteri paru-paru) ibu oleh cairan ketuban. Suatu emboli adalah suatu massa dari bahan asing yang terdapat di dalam pembuluh darah, emboli bisa terbentuk dari cairan ketuban. Emboli ini sampai ke paru-paru ibu dan menyumbat arteri, penyumbatan ini disebut emboli pulmoner. Emboli pulmoner bisa menyebabkan denyut jantung yang cepat, irama jantung yang tidak teratur, kolaps, syok atau bahkan henti jantung dan kematian (Anonim, 2009).

9. Pendarahan rahim

Pendarahan hebat dari rahim setelah persalinan merupakan masalah yang serius. Biasanya selama persalinan ibu kehilangan darah sebanyak 0,5 liter. Ketika plasenta lepas dari rahim, pembuluh darah rahim terbuka. Kontraksi rahim membantu menutupnya pembuluh darah ini sampai mereka mengalami pemulihan lengkap. Jika setelah proses persalinan rahim tidak berkontraksi atau jika sejumlah kecil plasenta tertinggal di dalam rahim sehingg rahim tidak dapat

berkontraksi, maka darah yang hilang akan lebih banyak. Robekan pada vagina atau serviks juga bisa menyebabkan pendarahan hebat (Anonim, 2009).

10. Plasenta previa

Plasenta merupakan suatu organ yang terbentuk pada dinding sebelah dalam uterus segera setelah terjadi pembuahan. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Zat–zat makanan dan oksigen akan didistribusikan dari ibu ke janinnya melalui plasenta serta membawa sisa-sisa metabolisme ke luar dari tubuh janin.

Faktor-faktor risiko terjadinya plasenta previa antara lain :

a) operasi sesar sebelumnya pada wanita-wanita yang pernah menjalani operasi sesar. Risiko akan makin meningkat setelah mengalami empat kali atau lebih operasi sesar (pada wanita – wanita yang pernah 4 kali atau lebih menjalani operasi sesar).

b) Jumlah kehamilan sebelumnya, pada wanita yang telah 5 kali hamil atau lebih, maka risiko terjadinyaplasenta previa.

c) Kehamilan dengan janin lebih dari satu (seperti kembar dua atau kembar tiga).

d) Merokok, menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang beredar dalam tubuh janin, sehingga merangsang pertumbuhan plasenta yang besar. Plasenta yang besar dihubungkan dengan perkembanganplasenta previa. e) Kokain dan penggunaan obat – obat bius.

(Anonim, 2011)

A B

Gambar 5. Plasenta previa

C. Komplikasi-komplikasi operasi sesar dan Terapinya

Dokumen terkait