SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar sarjana farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan Oleh :
Usnul Alifa
Nim : 068114004
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar sarjana farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan Oleh :
Usnul Alifa
Nim : 068114004
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iii
PADA PASIEN OPERASI SESAR (CAESAREANSECTION) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA PERIODE 2008
Oleh :
Usnul Alifa
NIM : 068114004
Telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama
Dra. A. M. Wara K., M.Si., Apt. 30 Mei 2011
Pembimbing Pendamping
iv
YOGYAKARTA PERIODE 2008
Oleh :
Usnul Alifa
NIM : 068114004
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Pada tanggal: 14 Juli 2011
Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Dekan
Ipang Djunarko, M.Sc.,Apt.
Panitia Penguji : Tanda Tangan
1. Dra. A. M. Wara K., M.Si., Apt. ...
2. Drs. Mulyono, Apt. ...
3. dr. Fenty, M.Kes, Sp.PK. ...
v
Ku Persembahkan Untuk :
Allah SWT
Bapak, Ibu, dan Nenekku tercinta
Adikku tersayang
Keluargaku
Dan Almamaterku
“Berusahalah Tuk Tidak Jadi Manusia Yang Berhasil, TapiBerusahalah Tuk menjadi Manusia Yang Berguna”
(Albert)
Sesungguhnya dibalik
kesukaran terdapat
vii
karena hanya dengan rahmat serta kehendaknya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul
“EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN OPERASI
SESAR (CAESAREAN SECTION) DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA PERIODE 2008”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan
farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal yang
mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberikan ijin
bagi penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta
2. Bapak dan Ibu di bagian Rekam Medik dan segenap pihak Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas, waktu, dan
membantu kelancaran penulis dalam pengambilan data penelitian ini.
3. Ipang Djunarko, M.Sc.,Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah
viii
5. Dra. A. M. Wara K., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing utama yang
telah memberikan petunjuk, saran, semangat, dan masukan yang berharga
dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
memberikan petunjuk, saran, semangat, dan masukan yang berharga dalam
proses penyusunan skripsi ini.
7. dr. Fenty, M.Kes, Sp.PK. selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.
8. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan
skripsi.
9. Ayahanda H.Mahsunun, Ibunda Hj.Sucik, dan Nenek yang telah
membesarkan dan mendidik penulis, selalu memberikan semangat, kasih
sayang, pengorbanan serta doa yang tulus untuk kesuksesan penulis.
10. My sister Iis Farida yang selalu memberikan semangat, kasih sayang dan
doanya untuk penulis.
11. Jeni, bunga, siska, valen, bima, dan arjun yang selalu menghadirkan
keceriaan di hati penulis.
12. Mbak wied, distha, mbak fie2 yang selalu menghibur, semua bantuan,
ix
disebutkan satu per satu, terima kasih atas kekompakan, pertemanan, dan
dukungannya selama belajar di Farmasi.
15. Teman-teman FKK 07 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima
kasih atas kekompakan dan dukungannya.
16. Teman-teman KKN alternatif angkatan XXXIV kelompok Dukuh Krodan
atas keceriaan dan telah memberikan banyak pelajaran hidup yang tak
ternilai harganya.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini
bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 30 Mei 2011
x
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 30 Mei 2011
Penulis,
xi
Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif yang bersifat retrospektif yang pengumpulan datanya dilakukan melalui lembar rekam medik.
Dari hasil penelitian, pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih terbanyak pada usia 32 tahun (26,09%), dengan usia janin >37 (matur) (60,87%), dan pasien menjalani rawat inap selama 3-5 hari. Semua pasien pulang dengan kondisi klinis yang membaik. Golongan obat yang diberikan pada pasien operasi sesar adalah golongan antiinfeksi (100%), analgetika (100%), obstetrik dan ginekologi (100%), obat gizi dan darah (100%), cairan elektrolit (100%), dan tranfusi darah (41,67%), serta obat lain (62,5%).
Dari hasil evaluasidrug related problemsterdapat 23 kasus DRP, yaitu 12 kasus dosis terlalu rendah, 4 kasus dosis terlalu tinggi, 5 kasus membutuhkan obat tambahan, 2 kasus pemilihan obat kurang tepat, 7 kasus efek samping yang tidak diinginkan, dan 2 kasus obat yang tidak dibutuhkan.
xii
Panti Rapih Hospital Yogyakarta in the period 2008. This is a non experimental research with descriptive design which have retrospective characteristic.
From the results of the study, patients caesarean section at Panti Rapih Hospital, the largest at the age of 32 years (26.09%), with fetal age> 37 (mature) (60.87%), and patients hospitalized for 3-5 days. all of the patients are home with a better clinical condition. Group of drugs given to patients caesarean sectionis a class of anti-infective (100%), analgetics (100%), obstetrics and gynecology (100%), nutritional medicine and blood (100%), the liquid electrolyte (100%), and blood tranfusions (41, 67%), and other drugs (62.5%).
From the results of evaluation of drug-related problems there were 23 cases of DRP, i.e. 12 cases the dose is too low, too high dose of 4 cases, 5 cases require additional drugs, 2 cases of inappropriate drug selection, 7 cases of unwanted side effects, and 2 cases of drug not required.
xiii
HALAMAN JUDUL ... i-ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi
PRAKATA ... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x
INTISARI ... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
xiv
1. Tujuan Umum ... 6
2. Tujuan Khusus ... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Fisiologi Kehamilan ... 7
B.Caesarean section... 8
1. Istilah-Istilah dalam Operasi Sesar... 9
2. Indikasi-Indikasi dalam Operasi Sesar... 9
C. Komplikasi-Komplikasi Operasi Sesar dan Terapinya ... 16
1. Nyeri ... 16
a) Definisi ... 16
b) Penyebab ... 17
c) Terapi ... 18
d) Penggolongan analgetika ... 19
2. Infeksi ... 21
a). Definisi ... 21
b). Penyebab ... 22
c). Terapi ... 22
d). Penggolongan antibiotika ... 23
3. Anemia ... 26
xv
D. Penggunaan Obat yang Rasional ... 29
E. Drug Related Problems (DRPs) ... 29
F. Keterangan Empiris ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 32
B. Definisi Operasional ... 33
C. Subyek Penelitian ... 34
D. Populasi dan Sampel ... 35
E. Bahan Penelitian dan Lokasi Penelitian ... 35
F. Jalan Penelitian ... 35
1. Analisis Situasi dan Penentuan Masalah ... 35
2. Tahap Penulusuran Data ... 36
3. Tahap Pengambilan Data ... 36
4. Tahap Analisis Data ... 37
G. Tata Cara Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pasien Operasi Sesar ... 40
B. Evaluasi Penggunaan Obat Operasi Sesar... 44
xvi
c) Analgetika ... 53
d) Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah .. 55
e) Cairan Elektrolit dan Tranfusi Darah ... 58
f) Obat Lain ... 59
C. Drug related problems (DRPs) ... 61
1. Dosis terlalu rendah ... 62
2. Dosis terlalu tinggi ... 62
3. Membutuhkan obat tambahan ... 63
4. Pemilihan obat kurang tepat ... 64
5. Efek samping yang tidak diinginkan ... 65
6. Obat yang tidak dibutuhkan ... 65
D. Rangkuman Pembahasan ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69
B. Saran... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
LAMPIRAN ... 74
xvii
Tabel II Usia Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ... 40
Tabel III Usia Janin Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Tahun 2008... 41
Tabel IV Lama Rawat Inap Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ... 42
Tabel V Kelas Terapi pada Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ... 44
Tabel VI Antibiotika Profilaksis yang Diterima Pasien Operasi Sesar
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ... 48
Tabel VII Antibiotika Terapi yang Diterima Pasien Operasi Sesar
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ... 49
Tabel VIII Antibiotika yang Digunakan Sebagai Profilaksis ... 50
Tabel IX Obstetrik dan Ginekologi yang Diterima Pasien Operasi Sesar
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ... 53
Tabel X Analgetika yang Diterima Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008... 54
Tabel XI Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah yang Diterima
Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
xviii
Periode Tahun 2008 ... 60
Tabel XIII Presentase Kasus DRP yang Terjadi pada Pasien
Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
xix
Gambar 1A Anatomi Pada Wanita ... 7
Gambar 2 Proses Operas Sesar ... ... 8
Gambar 3 Ketuban pecah dini ... 10
Gambar 4 Posisi Janin Normal dan Abnormal dalam Rahim Ibu ... 13
Gambar 5 Plasenta Previa ... 16
Gambar 6 Proporsi Usia Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ... .. 41
Gambar 7 Proporsi Usia Janin Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ... 42
Gambar 8 Perbandingan Lama Rawat Inap Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008.. 43
Gambar 9 Kelas Terapi pada Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ... . 45
Gambar 10 Antibiotika Profilaksis yang Diterima Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 .. 48
Gambar 11 Antibiotika Terapi yang Diterima Pasien Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 ... 49
xx
Gambar 14 Golongan dan Jenis Obat Lain yang Diterima Pasien
Operasi Sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
xxi
Lampiran 2 Contoh Logaritma Pengobatan pada Pasien Operasi Sesar
dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini... 75
Lampiran 3 Data Rekam Medik Pasien Operasi Sesar
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Tahun 2008 ... 76
Lampiran 4 Penggolongan Obat Pasien Operasi Sesar
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia bersama Pemerintah (Departemen
Kesehatan dan Departemen Kesejahteraan Sosial) menyatakan dalam Surat
Edaran Direktorat Jenderal Pelayanan Medik (Dirjen Yanmedik) Departemen
Kesehatan RI No 78 tahun 1991 adanya pembatasan angka operasi sesar untuk
rumah sakit pendidikan atau rujukan sebesar 20% dan rumah sakit swasta 15%,
dikarenakan tingginya angka kejadian operasi sesar dati tahun ke tahun di
beberapa rumah sakit di seluruh Indonesia. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal
baik itu operasi sesar atas indikasi medis maupun indikasi non medis (Anonim,
2001).
Pada tahun 1970 di Amerika Serikat, persentase kelahiran dengan operasi
sesar adalah 5,5 %, mengalami puncaknya pada tahun 1988, yaitu 24,7% dan pada
tahun 1993 persentasenya 22,8%. Pada dua dekade ini kematian maternal dan
perinatal menurun (Porreco and Thorp, 1996).
Di Indonesia pada saat ini belum ada angka nasional yang tepat tentang
kematian maternal (masih dalam kandungan) dan perinatal (sudah lahir), baik
untuk suatu daerah, wilayah maupun secara nasional. Secara umum, angka
kematian maternal dari rumah sakit yang ada di Indonesia berkisar antara 51,6
sampai 206.3 per 10.000 persalinan, sedangkan angka kematian perinatal berkisar
antara 77,3 sampai 142,2 per 1000. Tingginya angka kematian maternal dan
perinatal di Indonesia ditemukan pada rumah sakit yang menerima banyak kasus
patologik dengan penderita sering kali dalam keadaan buruk (Mochtar, 1998).
Angka kelahiran dengan operasi sesar pada rumah sakit pemerintah di
indonesia adalah sekitar 11-15% sedangkan pada rumah sakit swasta dapat
mencapai 30-40%. Tingginya prevalensi ini tentu dipengaruhi banyak faktor
termasuk indikasi medis yang mewajibkan sang ibu menjalani persalinan dengan
operasi sesar ( Anonim, 2008a).
Operasi sesar bertujuan untuk menjamin turunnya tingkat morbiditas dan
mortalitas sehingga sumber daya manusia dapat ditingkatkan dan untuk
mengeluarkan janin dari dalam rahim pada ibu-ibu yang meninggal. Sekarang,
dengan kemajuan pesat dalam teknik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan
darah, indikasi dan obat-obatan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin menurun
(Mochtar, 1998).
Keluhan yang secara umum dirasakan oleh pasien pasca operasi sesar
salah satunya adalah timbulnya rasa nyeri di daerah bekas sayatan operasi. Rasa
nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya
gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot.
Untuk menghilangkan rasa nyeri biasanya digunakan suatu analgetika. Analgetika
adalah obat untuk mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran (Anief, 2003).
Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme seperti bakteri, virus,
mengobati terjadinya infeksi maka pasien memerlukan terapi antiinfeksi, yaitu
antibiotika. Antibiotika adalah golongan senyawa, baik alami maupun sintetik,
yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di
dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi bakteri (Anonim, 2006).
Prinsip dalam penggunaan antibiotika berdasarkan pada dua pertimbangan utama,
yaitu penyebab infeksi dan faktor pasien (Anonim, 2000).
Dalam proses operasi sesar, kemungkinan terjadi komplikasi antara lain,
terjadinya infeksi, hal ini disebabkan adanya pembukaan jaringan tubuh sehingga
mempermudah mikroorganisme untuk masuk ketubuh pasien. Keluhan yang
dirasakan oleh pasien pasca bedah salah satunya adalah timbulnya rasa nyeri di
daerah bekas sayatan operasi. Kemungkinan terjadinya anemia yang disebabkan
oleh adanya pendarahan antepartum maupun postpartum yang tidak segera diatasi.
Salah satu indikasi operasi sesar adalah ketuban pecah dini, dan dapat
berisiko tinggi menyebabkan infeksi bakteri, karena dengan cairan ketuban pecah
melewati vagina, maka memberi jalan masuk bakteri kedalam tubuh. Faktor
penyebab dari ketuban pecah dini antara lain, koria amniolitis (radang pada korion
dan amnion), inkonpeten serviks, kelainan letak, dan tekanan intra uterin
mendadak meningkat. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput berisi cairan
ketuban yang terjadi 1 jam atau lebih sebelum terjadinya kontraksi (Manuaba,
Beberapa faktor risiko dari ketuban pecah dini antara lain, inkompetensi
serviks (leher rahim), riwayat ketuban pecah dini sebelumya, Kelainan atau
kerusakan selaput ketuban, dan infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis
(Manuaba, 1999).
Dengan adanya komplikasi-komplikasi operasi sesar dengan indikasi
ketuban pecah dini yang terjadi, maka obat-obatan yang diberikan memungkinkan
terjadinya drug related problems (DRPs), membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Evaluasi drug related problems (DRPs) pada
pasien operasi sesar (caesarean section) di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode 2008.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
a. Seperti apakah karakteristik pasien operasi sesar yang meliputi : usia
pasien, usia janin, lama rawat inap pada pasien operasi sesar di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Tahun 2008?
b. Seperti apakah pola peresepan obat-obat yang terkait dengan golongan
dan jenis obat yang digunakan dalam pengobatan pasien operasi sesar
di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Tahun 2008?
c. Apakah obat-obat yang diberikan pada pasien operasi sesar di instalasi
terjadi Drugs Related Problems (DRPs) yang terkait dengan
penggunaan obat?
d. Seperti apakah dampak yang potensial terjadi pada pasien operasi
sesar yang berhubungan dengan penggunaan obat, di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008?
2. Keaslian penelitian
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya adalah mengenai
”Gambaran peresepan Obat pada Pasien Pasca caesarean section di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-Juni 2002 yang
dilakukan oleh Wikaningtyas (2004).
Sejauh yang penulis ketahui penelitian mengenai “Evaluasi Drug Related
Problems pada Pasien Operasi Sesar (caesarean section) di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 belum pernah
dilakukan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wikaningtyas (2004). Perbedaannya terletak pada periode penelitian, metode
pengambilan data, dan pada penelitian Wikaningtyas tidak dilakukan analisis
drug related problems(DRPs).
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai
sumber informasi bagi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta mengenai
b. Manfaat praktis penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai
pendukung proses terapi pada pasien operasi sesar oleh dokter maupun
pelaksanaan praktek farmasi klinik oleh farmasis di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
pengobatan bagi pasien operasi sesar.
B. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengevaluasi drug related
problems pada pasien operasi sesar (caesarean section) di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008.
b. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui :
1. Karakteristik pasien operasi sesar yang meliputi : usia pasien, usia
janin, lama rawat inap pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008.
2. Pola peresepan obat-obat yang terkait dengan golongan dan jenis obat
yang digunakan dalam pengobatan pasien operasi sesar di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008.
3. Drug related problems (DRPs) yang terkait dengan penggunaan
obat-obat yang terjadi pada pasien operasi sesar di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008.
4. Dampak yang potensial terjadi pada pasien operasi sesar yang
berhubungan dengan penggunaan obat di Rumah Sakit Panti Rapih
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Fisiologi Kehamilan
Kehamilan adalah masa seorang wanita membawa embrio atau fetus di
dalam tubuhnya (Anonim, 2009c). Kehamilan terjadi karena adanya proses ovulasi
sel telur ke dalam tuba fallopi, jika sel telur tersebut dibuahi oleh sperma, sel telur
akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan berkembang menjadi sebuah
proses kehamilan (Anonim, 2009c).
A B (Anonim, 2011)
Gambar 1. Pada huruf A menunjukkan gambar organ reproduksi dalam pada wanita, dan gambar B menunjukkan gambar anatomi pada wanita
Waktu kehamilan terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi
terakhir dan kelahiran dan 38 minggu dari pembuahan. Istilah medis untuk wanita
hamil adalah gravida, seorang wanita hamil yang hamil untuk pertama kalinya
disebut primigravida atau gravida (G1), sedangkan wanita yang belum pernah
hamil dikenal sebagai gravida 0 (G0) (Anonim, 2009c).
Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan matur atau cukup bulan,
kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur, sedangkan
kehamilan antara 28-36 minggu disebut kehamilan prematur (Wiknjosastro,
1991).
B. Caesarean Section
Operasi sesar adalah sayatan melalui dinding abdomen dan uterus untuk
melahirkan janin dalam rahim. Tujuan dari operasi sesar adalah untuk menjamin
turunnya tingkat morbiditas dan mortalitas sehingga sumber daya manusia dapat
ditingkatkan dan untuk mengeluarkan janin dari dalam rahim pada ibu-ibu yang
meninggal (Mochtar, 1998).
Keuntungan dari operasi sesar adalah waktu pembedahan dapat ditentukan
oleh dokter yang akan menolongnya dan persiapan dapat dilakukan dengan baik.
Sedangkan kerugiannya adalah karena persalinan belum mulai, segmen bawah
uterus belum terbentuk dengan baik, sehingga menyulitkan pembedahan dan akan
lebih mudah terjadinya antonia uterus dengan pendarahan karena uterus belum
mulai dengan kontraksinya (Prawirohardjo, 1991).
(Anonim,2011)
a. Istilah-Istilah dalam Operasi Sesar :
1. Operasi sesar primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara operasi sesar,
tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit.
2. Operasi sesar sekunder
Bersikap menunggu kelahiran biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan atau
partus percobaan gagal, baru dilakukan operasi sesar.
3. Operasi sesar ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami operasi sesar dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan operasi sesar ulang.
4. Operasi sesar histerektomi
Adalah operasi sesar yang dilanjutkan dengan pengeluaran uterus.
5. Operasi sesar porro
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan tentunya
janin sudah mati, dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan
infeksi rahim yang berat (Mochtar, 1998).
b. Indikasi-Indikasi Operasi Sesar
1. Malposisi dan malpresentasi
Perlunya operasi sesar pada bayi yang dalam posisi normal dapat dilahirkan
per vaginam. Bagian terbesar dari peningkatan insiden operasi sesar dalam
kelompok ini berkaitan dengan presentasi pantat. Disfungsi uterus mencakup kerja
uterus yang tidak terkoordinasi, dan ketidakmampuan dilatasi serviks (Oxorn,
2. Ketuban pecah sebelum waktunya
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah pecahnya selaput berisi
cairan ketuban yang terjadi 1 jam atau lebih sebelum terjadinya kontraksi. Cairan
ini ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau
kantung janin. Cairan ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel
trofoblas, kemudian akan bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu seni
janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan
mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk
lingkaran atau siklus yang berulang. Kejadian ketuban pecah dini berkisar 5-10%
dari semua kelahiran, dan ketuban pecah dini preterm terjadi 1% dari semua
kehamilan. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan.
Ketuban pecah dini merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.
(Mochtar, 1998).
(Anonim, 2011)
Gambar 3. Ketuban pecah dini
Adapun tanda-tanda ketuban pecah dini yaitu keluar air ketuban warna keruh,
jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedikit atau sekaligus banyak. Dapat disertai
selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering. Inspekula tampak air ketuban
mengalir atau selaput ketuban sudah kering dan tidak ada (Mansjoer, Arif, 1999).
Tanda-tanda infeksi yang terjadi :
Demam suhu tubuh diatas 380C, meningkatnya angka leukosit, bercak vagina
yang banyak, nyeri perut, dan denyut jantung janin bertambah cepat
( Mochtar,1998).
Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada
10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini.
Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinyakorioamnionitis(radang pada korion dan amnion). Selain
itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada ketuban pecah
dini (Anonim, 2009).
3. Persalinanprematur
Persalinan Prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan
mencapai 37 minggu. Biasanya persalinan terjadi pada saat usia kehamilan
mencapai 37-42 minggu. Persalinan prematur bisa merupakan suatu proses normal
yang dimulai terlalu dini atau dipicu oleh keadaan tertentu, seperti infeksi rahim
atau infeksi cairan ketuban (Anonim, 2009).
Setiap jam seharusnya serviks membuka minimal selebar 1 cm dan kepala
janin seharusnya turun ke dalam rongga panggul minimal sebanyak 1 cm. Jika hal
tersebut tidak terjadi, mungkin janin terlalu besar untuk melewati jalan lahir dan
Jika jalan lahir cukup lebar tetapi persalinan tidak maju, maka diberikan oksitosin
melalui infus untuk merangsang kontraksi rahim yang lebih kuat.
Jika setelah pemberian oksitosin persalinan tidak juga maju, maka dilakukan
operasi sesar (Anonim, 2009).
4. Kelainan posisi janin
Yang dimaksud dengan posisi janin di dalam rahim adalah arah yang dihadapi
oleh janin, sedangkan letak janin adalah bagian tubuh janin yang terendah.
Kombinasi yang paling sering ditemukan dan paling aman adalah menghadap ke
punggung ibu dengan letak kepala, leher tertekuk ke depan, dagu menempel di
dada dan kedua lengan melipat di dada. Jika janin tidak berada dalam posisi atau
letak tersebut, maka persalinan bisa menjadi sulit dan mungkin persalinan tidak
dapat dilakukan melalui vagina (Anonim, 2009).
(Anonim, 2011)
5. Kembar
Kembar menyebabkan rahim sangat teregang dan rahim yang sangat teregang
cenderung untuk mulai mengalami kontraksi sebelum kehamilan mencapai usia
yang matang. Akibatnya bayi kembar sering dilahirkan secaraprematurdan kecil.
Posisi dan letak janin di dalam rahim bisa berlainan, sehingga persalinan bisa
menjadi sulit. Kontraksi rahim setelah lahirnya bayi pertama cenderung
menyebabkan terlepasnya plasenta dari bayi kedua. Akibatnya, bayi kedua
cenderung mengalami masalah selama persalinan dan memiliki risiko mengalami
kelainan dan kematian yang lebih tinggi (Anonim, 2009).
6. Distosia bahu
Distosia Bahu adalah suatu komplikasi yang jarang terjadi, pada letak kepala,
salah satu bahu bayi tersangkut pada tulang kemaluan dan tertahan di dalam jalan
lahir (Anonim, 2009).
7. Prolapsus korda umbilikalis
Prolapsus Korda Umbilikalis adalah suatu keadaan korda umbilikal (tali
pusar) mendahului bayi, yaitu keluar dari jalan lahir. Pada keadaan ini, jika bayi
mulai memasuki jalan lahir, tali pusar akan tertekan sehingga aliran darah ke bayi
terhenti.Prolapsus korda umbilikalisbisa terjadi secara nyata atau tersembunyi.
Pada prolapsus yang nyata, selaput ketuban telah pecah dan tali pusar
menonjol ke dalam vagina sebelum bayi turun ke jalan lahir. Prolapsus yang
nyata biasanya terjadi jika bayi berada dalam letak bokong (tetapi bisa juga terjadi
pada letak kepala), terutama jika selaput telah pecah sebelum waktunya atau jika
akibat terhentinya aliran darah ke janin, maka segera dilakukan persalinan,
biasanya melalui operasi sesar. Padaprolapsustersembunyi, selaput ketuban tetap
utuh dan tali pusar berada di depan janin atau terperangkap di depan bahu janin.
Biasanya keadaan ini diketahui melalui denyut jantung janin yang abnormal.
Prolapsus tersembunyi bisa diatasi dengan cara merubah posisi ibu atau
mengangkat kepala janin untuk menghilangkan tekanan pada tali pusar. Kadang
perlu dilakukan operasi sesar (Anonim, 2009).
8. Emboli cairan ketuban
Emboli cairan ketubanadalah penyumbatanarteri pulmoner(arteri paru-paru)
ibu oleh cairan ketuban. Suatu emboli adalah suatu massa dari bahan asing yang
terdapat di dalam pembuluh darah, emboli bisa terbentuk dari cairan ketuban.
Emboli ini sampai ke paru-paru ibu dan menyumbat arteri, penyumbatan ini
disebut emboli pulmoner. Emboli pulmoner bisa menyebabkan denyut jantung
yang cepat, irama jantung yang tidak teratur, kolaps, syok atau bahkan henti
jantung dan kematian (Anonim, 2009).
9. Pendarahan rahim
Pendarahan hebat dari rahim setelah persalinan merupakan masalah yang
serius. Biasanya selama persalinan ibu kehilangan darah sebanyak 0,5 liter.
Ketika plasenta lepas dari rahim, pembuluh darah rahim terbuka. Kontraksi rahim
membantu menutupnya pembuluh darah ini sampai mereka mengalami pemulihan
lengkap. Jika setelah proses persalinan rahim tidak berkontraksi atau jika
berkontraksi, maka darah yang hilang akan lebih banyak. Robekan pada vagina
atau serviks juga bisa menyebabkan pendarahan hebat (Anonim, 2009).
10. Plasenta previa
Plasenta merupakan suatu organ yang terbentuk pada dinding sebelah dalam
uterus segera setelah terjadi pembuahan. Plasenta previa adalah plasenta yang
letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir. Zat–zat makanan dan oksigen akan
didistribusikan dari ibu ke janinnya melalui plasenta serta membawa sisa-sisa
metabolisme ke luar dari tubuh janin.
Faktor-faktor risiko terjadinya plasenta previa antara lain :
a) operasi sesar sebelumnya pada wanita-wanita yang pernah menjalani
operasi sesar. Risiko akan makin meningkat setelah mengalami empat kali
atau lebih operasi sesar (pada wanita – wanita yang pernah 4 kali atau
lebih menjalani operasi sesar).
b) Jumlah kehamilan sebelumnya, pada wanita yang telah 5 kali hamil atau
lebih, maka risiko terjadinyaplasenta previa.
c) Kehamilan dengan janin lebih dari satu (seperti kembar dua atau kembar
tiga).
d) Merokok, menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang beredar dalam
tubuh janin, sehingga merangsang pertumbuhan plasenta yang besar.
Plasenta yang besar dihubungkan dengan perkembanganplasenta previa.
e) Kokain dan penggunaan obat – obat bius.
(Anonim, 2011)
A B
Gambar 5. Plasenta previa
C. Komplikasi-komplikasi operasi sesar dan Terapinya
1. Nyeri
a. Definisi
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Nyeri
sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi, serta sering untuk
mempermudah diagnosis. Dengan adanya nyeri, pasien merasakan hal yang tidak
mengenakkan, kebannyakan menyiksa dan karena itu berusaha untuk bebas
darinya. Nyeri merupakan salah satu keluhan yang sering dirasakan oleh pasien
operasi sesar, nyeri yang timbul terutama pada daerah bekas sayatan operasi
(Mutschler, 1986). Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi
tanda tentang adanya ganguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi
b. Penyebab
Nyeri timbul jika ada rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik
melampaui suatu nilai ambang tertentu, yaitu nilai ambang nyeri, yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan senyawa yang disebut
mediator nyeri (Mutschler, 1986).
Mediator nyeri meliputi histamin, seretonin, plasmokinin, contohnya
bradikinin, prostaglandin, dan ion kalium. Zat ini merangsang reseptor nyeri yang
letaknya pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, dan jaringan lain. Dari
tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf sensorik ke susunan saraf pusat,
melalui sumsum tulang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak
besar, rangsangan terasa sebagai nyeri (Anief, 2003).
Kualitas nyeri menurut tempatnya terjadinya dibagi atas :
1) Nyeri somatik
a. Nyeri dalam, apabila rangsang berasal dari otot, persendian, tulang,
dan jaringan ikat. Nyeri dalam dirasakan sebagai tekanan, sukar
dilokalisasi dan kebanyakan menyebar kesekitarnya dan biasanya
sering diikuti oleh reaksi vegetatif seperti tidak bergairah, mual,
berkeringant, dan menurunnya tekanan darah, contohnya yaitu nyeri
sakit kepala.
b. Nyeri permukaan, apabila rangsang bertempat dalam kulit. Nyeri
pada kulit, mempunyai karakter yang ringan, dapat dilokalisasi dengan
baik dan hilang cepat setelah berakhirnya rangsang.
2) Nyeri dalaman (viseral), sifatnya menekan dan disertai reaksi vegetatif.
Nyeri ini terjadi antara lain pada tegangan organ perut, kejang otot polos,
aliran darah kurang dan penyakit yang disertai radang (Mutschler, 1986).
c. Terapi
Untuk menghilangkan rasa nyeri pasca operasi sesar, pasien umumnya
diberikan suatu analgetika. Analgetika umumnya mempengaruhi nyeri melalui
kemungkinan-kemungkinan berikut yaitu :
1. Mencegah sensibilisasi reseptor nyeri dengan cara penghambatan
sintesis prostaglandin dengan analgetika yang bekerja diperifer.
2. Mencegah pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri dengan
memakai anestetika infiltrasi
3. Menghambat penerusan rangsang dalam serabut saraf sensorik dengan
anestetika konduksi
4. Meringankan nyeri atau meniadakan nyeri melalui kerja dalam sistem
saraf pusat dengan analgetika yang bekerja pada pusat atau obat
narkosis
5. Mempengaruhi pengalaman nyeri dengan psikofarmaka, seperti
trankuilansia, neuroleptika, antidepresiva (Mutschler, 1986).
Efek pusing dan sakit kepala akan dirasakan oleh para ibu sehabis
melakukan operasi sesar yang bangun dari tempat tidur sebelum waktu 24 jam
karena dengan bangun dari tempat tidur, cairan di sumsum tulang belakang
menuju ke otak. Jadi setelah pembiusan dianjurkan untuk tidak bangun dulu
selama 24 jam (Anonim, 2009).
Dalam persalinan normal, para ibu tidak akan merasakan gangguan rasa
sakit dan nyeri akibat tindakan medis. Lain halnya dengan persalinan operasi
sesar. Biasanya jaringan yang dipotong saat melahirkan, tidak akan kembali
optimal seperti semula, sehingga kadang-kadang daerah di sekitar jahitan sesar
biasanya akan mati rasa akibat simpul-simpul saraf yang terputus tidak bisa
tersambung secara sempurna. Dan rasa nyeri akibat persalinan operasi sesar jauh
lebih menyiksa dibandingkan persalinan normal. Bahkan setelah luka operasi
sembuh, rasa nyeri tersebut masih sering menyiksa (Anonim, 2009).
d. Penggolongan analgetika
Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja, dan efek samping analgetika
dibedakan dalam dua kelompok, yaitu :
1. Analgetika yang berkhasiat kuat, bekerja pada pusat (hipoanalgetika atau
kelompok opiat). Kerjanya pada pusat hipoanalgetika, antara lain : menurunkan
rasa nyeri dengan cara stimulasi reseptor opiat sebagai kerja analgetika;
sebaliknya tidak mempengaruhi kualitas indra lain dari dosis terapi;
mempengaruhi aktivitas kejiwaan sebagai kerja sedasi; meniadakan rasa takut
dan rasa bermasalah sebagai kerja trankuilansia; menghambat pusat pernafasan
dan pusat batuk sebagai kerja depresi pernafasan dan kerja antitusif; seringkali
mula-mula menyebabkan mual dan muntah akibat stimulasi pusat muntah
kerja antiemetika; menimbulkan miosis sebagai kerja miotika; dan
meningkatkan pembebasan anti diuretik hormon (ADH) sebagai kerja
antidiuretik.
2. Analgetika yang berkhasiat lemah sampai sedang, bekerja terutama pada
perifer dengan sifat antipiretik dan kebanyakan juga mempunyai sifat
antiinflamasi dan antireumatik. Analgetika lemah juga mempunyai sifa-sifat
psikotropik dan sedasi dari hipoanalgetikanya, akan tetapi mempunyai indikasi
pada nyeri ringan sampai sedang (Mutschler, 1986).
Seseorang yang mengkonsumsi analgetika tetap berada dalam keadaan
sadar. Analgetika tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu
meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya
kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian
tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar. Obat analgetika ini bekerja di pusat
pengatur suhu yang terletak pada batang otak. Selain itu mampu melebarkan
pembuluh darah kulit dan memicu produksi keringat sehingga semakin banyak
panas yang dibuang. Selain bekerja pada susunan saraf pusat,
analgetika-antipiretik dapat mencegah pembentukan prostaglandin, yakni zat yang
menimbulkan rasa nyeri dan peningkatan suhu tubuh (Anonim, 2008). Apabila
kadar obat analgetika dalam tubuh sudah mulai berkurang, maka pasien akan
merasakan nyeri pada bekas sayatan. Rasa itu timbul karena terjadi penglukaan
2. Infeksi
a. Definisi
Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, mikroplasma dan protozoa ke dalam tubuh manusia. Mikroorganisme
tersebut mempunyai kemampuan untuk menimbulkan penyakit (patogen), tetapi
tidak selalu hal ini akan menyebabkan seseorang menjadi sakit secara klinis
(Anonim, 2006).
Pada pasien operasi sesar infeksi yang sering terjadi adalah infeksi nifas.
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Infeksi nifas dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Infeksi nifas ringan, ditandai dengan kenaikan suhu yang beberapa hari
2. Infeksi nifas sedang, ditandai dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi dan
disertai dehidrasi
3. Infeksi nifas berat, ditandai dengan peritonitis, dan sepsis. Infeksi nifas
berat biasanya sering dijumpai pada partus terlantar, sebelumnya telah
terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang pecah terlalu lama
(Prawirohardjo, 1991).
Secara umum gejala infeksi, antara lain timbulnya rasa nyeri serta panas pada
tempat infeksi, suhu tubuh sekitar 380C, dan bila luka terinfeksi tertutup oleh
jahitan serta getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 38-400C
b. Penyebab
Pada kasus operasi sesar kemungkinan terjadinya infeksi sangat besar
yang disebabkan oleh adanya perobekan jaringan sehingga memudahkan
mikroorganisme masuk dalam tubuh.
c. Terapi
Infeksi dapat diterapi dengan menggunakan antiinfeksi. Antiinfeksi yang
sering digunakan dalam operasi sesar adalah antibiotika. Antibiotika yang sering
digunakan dalam operasi sesar yaitu antibiotika profilaksis dan antibiotika terapi.
Antibiotika profilaksis digunakan untuk mencegah terjadinya manifestasi infeksi
yang diduga akan terjadi, sedangkan antibiotika terapi adalah antibiotika yang
digunakan untuk pengobatan infeksi. Tindakan terapi diberikan bila bakteri sudah
masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan infeksi, sehingga dilakukan
pengobatan dengan jalan membunuh atau mencegah perkembangbiakan bakteri,
yaitu dengan menggunakan antibiotika, misalnya penisilin (Manuaba, 1999).
Pemberian antibiotika profilaksis diberikan 30 menit sebelum prosedur
bedah. Antibiotika juga diberikan setelah kelahiran bayi. Dosis tunggal antibiotika
profilaksis sudah cukup dan tidak kurang efektif daripada tiga kali pemberian
dosis atau pemberian hingga 24 jam dalam pencegahan infeksi. Jika prosedur
operasi berlangsung dari 6 jam atau terjadi kehilangan darah 1500ml atau lebih,
diperlukan pemberian dosis kedua untuk menjaga kecukupan kadar antibiotika
d. Penggolongan antibiotika
Antibiotika adalah obat yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat pertumbuhan atau dapat membunuh mikroorganisme lain yang
merugikan ( anief, 2004).
Antibiotika dapat dilakukan aktivitasnya lewat beberapa mekanisme, terutama
dengan penghambatan sintesis materi penting dari bakteri, misalnya dari:
1). Dinding sel (contohnya: kelompok penisilin dan sefalosporin)
2). Membran sel (contohnya: polipeptida dan polyen (nicatin, amfoterisin) dan
imidazol (mikonazol, ketokonazol)).
3). Protein sel (contohnya: kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, dan
makrolida)
4). Asam nukleat seperti DNA dan RNA (contohnya: rifamisin, asam
nalidiksat dan asiklovir).
5). Antagonisme kompetitif (contohnya: sulfonamide, trimetoprim, dan INH
(Anonim, 2008a).
Berdasarkan penggunaannya terapi antibiotika dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
1. Terapi empirik, antibiotika yang dipakai harus mencapai semua kuman
patogen yang diperkirakan menjadi penyebab penyakit. Biasanya dipakai
kombinasi beberapa antibiotika atau satu jenis antibiotika yang
2. Terapi definitif, diberikan bila kuman penyebab penyakit dapat ditentukan.
Dipilih antibiotika yang berspektrum sempit dan daya toksisitas rendah
(Anonim, 2006).
Penggolongan antibiotika berdasarkan struktur kimianya dapat dibagi
menjadi :
a).β-laktam
(1) penisilin (β-laktam I). Penisilin diperoleh dari jamur Penicillium
chrysogenum, dari berbagai macam jenis yang dihasilkan, perbedaannnya
hanya terletak pada gugus samping R saja.
(2) Sefalosporin (β-laktam II). Sefalosporin diperoleh secara semisintesis
dari sefalosporin-C yang dihasilkan jamur Cephalosporium acremonium.
Struktur, khasiat dan dan sifat sefalosporin mirip dengan penisilin.
Sefalosporin dapat dengan mudah melintas plasenta, tetapi kadarnya dalam
darah janin lebih rendah dari pada di ibunya.
b). Aminoglikosida. Antibiotika yang dihasilkan oleh fungi Streptomycesdan
Micromonospora. Aminoglikosida dapat melintas plasenta dan merusak ginjal
serta menimbulkan ketulian pada bayi, tidak dianjurkan pada kehamilan, tapi
dapat diberikan selama laktasi karena mencapai air susu ibu dalam jumlah
kecil.
c). Tetrasiklin. Senyawa tetrasiklin semula dari Streptomyces aureofaciens
yaitu klortetrasiklin dan sterptomyces rimosus yaitu oksitetrasiklin, tetapi
d). Makrolida dan Linkomisin. Kelompok dari eritromisin dengan derivatnya.
Linkomisin secara kimiawi berbeda dengan eritromisin, tetapi mirip sekali
mengenai aktivitasnya, mekanisme kerja, dan pola resistensinya, bahkan
terdapat resistensi silang dan antagonism dengannya.
e). Polipeptida. Kelompok ini terdiri dari polimiksin B dan polimiksin E,
basitrasin, dan gramisidin. Antibiotika ini dihasilkan oleh jenis bakteri.
Polimiksin hanya aktif terhadap kuman gram-negatif termasuk pseudomonas,
sedangkan basitrasin dan gramisidin termasuk kuman gram-positif.
Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama,
yaitu:
1. Penyebab infeksi, pemberian antibiotika yang paling ideal adalah
berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman.
2. Faktor pasien, diantara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam
pemberian antibiotika antara lain: fungsi ginjal, hati, riwayat alergi, daya
tahan terhadap infeksi, daya tahan terhadap obat, beratnya infeksi, usia,
Tabel I. Data Farmakokinetika beberapa Sefalosporin
Nama generik Cara pemberian Waktu paro
Generasi I
Sefalotin i.m, i.v 0,5-0,9
Sefazolin i.m, i.v 1,8
Sefradin Oral, i.m, i.v 0,8
Sefaleksin Oral 1,4
Sefadroksil Oral 1,4
Generasi II
Sefamandol i.m, i.v 0,6-1
Sefaroksim i.m, i.v 1,3-1,7
Sefaranid i.m, i.v 2,7-3,0
Generasi III
Sefotaksim i.m, i.v 1
Seftizokrin i.m, i.v 1,4-1,8
Seftriakson i.m, i.v 6,0-9,0
Sefmenokrim i.m, i.v 1
Seftazidin i.m, i.v 1,8
Sefoperazon i.m, i.v 1,9-2,1
Moksalatam i.m, i.v 2,0-2,3
Sefsaladin i.m, i.v 1,6-1,9
3. Anemia
a. Definisi
Anemia merupakan kelainan sel darah merah yang paling umum dan
merupakan masalah yang sering dijumpai pada pelayanan klinis. Gejala dan tanda
non-spesifik yang berkaitan mencakup rasa lemah, letih, pucat, palpitasi dan
terkadang angina pektoris atau gagal jantung kongestif (Skoch, Daley, dan
Forsmark, 1996).
b. Penyebab
Kemungkinan terjadinya anemia pada kasus operasi sesar disebabkan oleh
adanya pendarahan antepartum maupun postpartum yang tidak segera diatasi.
Jumlah pendarahan sebanyak 25-30% dari volume darah dalam waktu singkat
Keadaan-keadaan yang mungkin timbul adalah tekanan darah akan menurun, nadi
meningkat, pernafasan cepat dan dangkal, tekanan darah central menurun, dan
produksi urin semakin menurun (Manuaba, 1986). Selain disebabkan karena
pendarahan, anemia pada pasien operasi sesar dapat juga disebabkan kekurangan
gizi selama ibu mengandung.
Pendarahan yang cukup banyak akan menimbulkan perubahan cairan tubuh
dan metabolismenya, sehingga dapat mengganggu sistem tubuh secara
keseluruhan. Kehilangan cairan tubuh disebabkan karena:
1) Dehidrasi, persalinan yang berlangsung lama dan hiperemesis gravidarum
karena kurang makan dan minum. Cairan yang diberikan kombinasi
Ringer laktat, Ringer dextrose atau chloret.
2) Pendarahan karena abortus atau keguguran, trauma persalinan, pendarahan
antepartum, pendarahan postpartum, dan tindakan bedah (Manuaba, 1999)
c. Terapi
Tranfusi darah tidak dapat dipisahkan dari bagian obstetrik dan ginekologi,
karena komplikasi pendarahan dapat menjadi penyebab kematian utama. Untuk
menolong jiwa penderita dapat diberikan cairan pengganti berupa tranfusi darah
untuk mengembalikan volume darah (Manuaba, 1999). Selain dengan tranfusi
darah, anemia karena kekurangan gizi pada ibu hamil dapat diatasi dengan
pemberian vitamin dan beberapa amineral yang penting untuk metabolisme.
Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil
untuk mempertahankan kesehatan dan seringkali bekerja sebagai kofaktor untuk
Vitamin yang dibutuhkan untuk mengatasi anemia pada masa kehamilan
adalah vitamin yang mengandung zat besi, asam folat, dan vitamin B12(Anonim,
2010).
d. Penggolongan vitamin
Vitamin larut air disimpan dalam tubuh hanya dalam jumlah terbatas dan
sisanya dibuang, sehingga untuk mempertahankan saturasi jaringan maka vitamin
larut air perlu sering dikonsumsi.
Penggolongan vitamin berdasarkan kelarutannya, yaitu:
1). Vitamin yang larut air : tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), piridoksin
(vitamin B6), nikotinamida, asam folat, asam pantotenat, asam
para-aminibenzoat, biotin (vitamin H), rutin, sianokobalamin (vitamin B12), asam
askorbat (vitamin C).
2). Vitamin yang larut dalam lemak : vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan
vitamin K (Anief, 2003).
D. Penggunaan Obat yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional, mensyaratkan bahwa pasien menerima
obat-obatan yang sesuai pada kebutuhan klinik mereka, dalam dosis yang
memenuhi kebutuhan individu mereka sendiri, untuk suatu periode waktu yang
Istilah penggunaan obat yang rasional dalam konteks biomedis mencakup
kriteria berikut :
1. Obat yang benar
2. Indikasi yang tepat
3. Obat yang tepat
4. Dosis pemberian dan durasi pengobatan yang tepat
5. Pasien yang tepat
6. Dispensingyang benar
7. Kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Siregar, 2006).
E. Drug related problems(DRPs)
Permasalahan dalam farmasi klinis terutama muncul karena pemakaian
obat. Drug related problems(DRPs) atau sering diistilahkan dengandrug therapy
problems (DTP) adalah kejadian atau efek yang tidak diharapkan yang dialami
pasien dalam proses terapi dengan obat dan secara aktual atau potensial
bersamaan dengan o21-28utcome yang diharapkan pada saat mendapat perawatan
akibat dari suatu penyakit (Cipolle, 2004).
Masalah–masalah dalam kajian DRP menurut Cipolle, Stand dan Morley
(1998) antara lain :
1. Memerlukan terapi tambahan (need for additional drug therapy), jika
kondisi baru yang membutuhkan obat , kondisi kronis yang membutuhkan
kondisi yang mempunyai risiko kejadian efek samping dan memnutuhkan
obat untuk pencegahannya.
2. Terapi tanpa indikasi (unnecessary drug therapy), jika obat yang diberikan
tidak sesuai dengan indikasi pada saat itu, pemakaian obat kombinasi yang
seharusnya tidak diperlukan, dan meminum obat dengan tujuan untuk
mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat dihindari.
3. Obat salah (wrong drug), jika obat yang diberikan kepada pasien tidak
efektif (kurang sesuai dengan indikasinya), obat tersebut efektif tetapi
tidak ekonomis, pasien mempunyai alergi terhadap obat tersebut, obat
yang diberikan mempunyai kontraindikasi dengan obat lain yang
membutuhkan, dan antibiotikaka yang sudah resisten terhadap infeksi
pasien.
4. Pasien mendapat obat yang tidak mencukupi atau kurang (dosage too low),
jika dosis obat tersebut terlalu rendah untuk memberikan efek, dan interval
dosis tidak cukup.
5. Pasien mendapat dosis obat yang berlebih (dosage too high), jika dosis
obat terlalu tinggi untuk memberikan efek.
6. Munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek samping obta (adverse
drug reaction) dan adanya reaksi obat (drug interaction), jika ada alergi,
ada faktor resiko, ada interaksi dengan obat lain, dan hasil laboraturium
berubah akibat penggunaan obat.
7. Ketidaktaatan pasien mengunakan obat yang diresepkan (uncompliance),
error pada saat peresepan, penyerahan obat dan monitoring pasien,
ketidaktaan pasien, pasien tidak membeli obat yang disarankan karena
mahal, pasien tidak menggunakan obat karena ketidaktahuan cara
memakai obat, pasien tidak menngunakan obat karena ketidak percayaan
dengan produk obat yang dianjurkan.
Sebagai farmasis diharapkan dapat mengidentifikasi DRPs, kemudian
membuat solusi terhadap DRPs tersebut, sehingga tercapainya obat yang
diharapkan yaitu : tepat indikasi, efektif, aman, dan ditaati pasien (Cipolle, 2004).
F. Keterangan Empiris
Distribusi kelompok umur pasien, umur janin, profil pengobatan pasien
yang meliputi : kelas terapi obat, golongan obat, dan jenis obat yang digunakan
pasien akan mempengaruhi terjadinya drug related problemspada pasien operasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai EvaluasiDrud Related ProblemsPada Pasien Operasi
Sesar (Caesarean section) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode 2008 merupakan penelitian non eksperimental karena tidak
ada perlakuan pada subyek uji. Rancangan penelitiannya ialah deskritif evaluatif,
karena data yang telah diperoleh dari lembar rekam medik kemudian dievaluasi,
dan dideskripsikan dengan memaparkan fenomena apa yang terjadi, yang
ditampilkan datanya dilakukan secara retrospektif karena data yang digunakan
diambil dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, artinya data yang
diambil adalah data mulai dari pasien masuk sampai keluar (Sastroasmoro dan
Ismael, 1995).
B. Definisi Operasional
1. Evaluasi penggunaan obat adalah melihat serta mengevaluasi obat-obatan
yang diberikan pada pasien operasi sesar yang meliputi : golongan dan
jenis obat, dosis obat, sertadrug related problemsyang terjadi.
2. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput berisi cairan ketuban yang
terjadi 1 jam atau lebih sebelum terjadinya kontraksi.
3. Lembar medical record merupakan lembar catatan dokter dan perawat
yang berisi data klinis serta perkembangan kondisi pasien operasi sesar
(Caesarean section) di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta periode Tahun 2008.
4. Obat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah obat yang diberikan untuk
terapi pasien operasi sesar di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Tahun 2008.
5. Drug Related Problems ( DRPs ) yang dimaksud adalah permasalahan
yang muncul dengan penggunaan obat, yang meliputi : butuh terapi obat
tambahan, salah obat, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, efek
samping obat, obat tanpa indikasi dan ketidaktaatan pasien.
6. Butuh terapi obat tambahan adalah, jika kondisi baru yang membutuhkan
obat, kondisi kronis yang membutuhkan kelanjutan terapi obat, kondisi
yang membutuhkan kombinasi obat, dan kondisi yang mempunyai risiko
kejadian efek samping dan membutuhkan obat untuk pencegahannya.
7. Salah obat adalah jika obat yang diberikan kepada pasien tidak efektif,
obat tersebut efektif tetapi tidak ekonomis, pasien mempunyai alergi
terhadap obat tersebut, obat yang diberikan mempunyai kontraindikasi
dengan obat lain yang dibutuhkan.
8. Dosis terlalu rendah adalah jika dosis obat terlalu rendah untuk
memberikan efek, dan interval dosis tidak cukup.
9. Dosis terlalu tinggi adalah jika dosis obat terlalu tinggi untuk memberikan
efek.
10. Efek samping obat adalah jika ada alergi, ada faktor risiko, ada interaksi
11. Obat tanpa indikasi adalah jika obat yang diberikan tidak sesuai dengan
indikasi pada saat itu, pemakaian obat kombinasi yang seharusnya tidak
diperlukan, dan meminum obat dengan tujuan untuk mencegah efek
samping obat lain yang seharusnya dapat dihindarkan.
12. Dosis obat yang dimaksud adalah dosis yang diberikan pada pasien operasi
sesar untuk satu kali pemberian.
13. Waktu pengamatan adalah waktu mulai dari pasien operasi sesar masuk
sampai keluar menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Tahun 2008.
14. Outcome adalah hasil atau dampak terapi dari pengobatan pasien operasi
sesar setelah menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Tahun 2008
15. Ikterus adalah perubahan warna kulit pada mata (yang normal berwarna
putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
16. Kernikterus adalah suatu keadaan dimana ikterus tidak ditanggulangi
dengan baik.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yaitu pasien yang meliputi seluruh pasien rawat inap di
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008, mulai pasien masuk
sampai keluar menjalani rawat inap. Jumlah pasien operasi sesar di Rumah Sakit
Panti Rapih selama periode tahun 2008 sebanyak 487 pasien. Berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi yang telah penulis tegakkan, diperoleh 38 kasus yang kemudian akan
D. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah semua kasus operasi sesar yang tercatat
di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun
2008.
Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah semua kasus operasi sesar yang
memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
Umur antara 30 – 35 tahun
Melakukan operasi sesar
Terdiagnosa mengalami ketuban pecah dini(KPD)
Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah data rekam medik yang
tidak lengkap.
E. Bahan Penelitian dan Lokasi Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah berupa lembar rekam medik
pasien operasi sesar sepanjang tahun 2008 yang berisi data klinis dan peresepan
obat untuk pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Tahun 2008.
F. Jalannya Penelitian
1. Analisis situasi dan penentuan masalah
Dimulai dengan melihat pola pasien operasi sesar yang ada di Rumah
Sakit Panti Rapih sepanjang tahun 2008, yang diperoleh langsung dari lembar
bentuk catatan terdistribusi pola pasien operasi sesar tahun 2008, sehingga
diketahui angka kejadian pasien operasi sesar periode tahun 2008.
Penelitian mengenai EvaluasiDrud Related ProblemsPada Pasien Operasi
Sesar (Caesarean section) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Tahun 2008 belum pernah dilakukan sebelumnya, maka
masalah tentang Evaluasi Drug Related Problems Pada Pasien Operasi Sesar
(Caesarean section)di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Tahun 2008 ini dipilih oleh peneliti untuk dijadikan bahan penelitian.
2. Tahap penulusuran data
Tahap penelusuran data dilakukan dengan melihat lembar rekam medik
yang berupa catatan yang terkait dengan pasien operasi sesar di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008. Berdasarkan catatan tersebut dapat
dicatat nomor rekam medik, nama, usia pasien, usia janin, diagnosa masuk dan
diagnosa keluar, obat-obat yang diterima pasien serta lama rawat inap yang
dijalani pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Tahun 2008.
3. Tahap pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dibagian penyimpanan sementara lembar
rekam medik pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Data
yang diambil, merupakan data sekunder. Dalam proses ini data diperoleh dengan
medik pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih. Data yang diambil
meliputi nomor rekam medik ; usia pasien ; usia janin ; diagnosis masuk dan
diagnosis keluar ; obat-obat yang diberikan meliputi golongan, jenis, dosis,
jumlah yang diberikan, dan cara pemberiannya serta lama rawat inap yang dijalani
pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Periode Tahun 2008.
4. Tahap Analisis Data
Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan usia pasien, usia janin,
persentase golongan dan jenis obat yang diterima pasien, lama rawat inap serta
kondisi pasien saat pulang di Rumah Sakit Panti Rapih Periode Tahun 2008.
Semua ini disampaikan dalam bentuk tabel, kemudian data tersebut akan
diberikan keterangan berupa narasi dan penjelasannya. Tahap terakhir yang
dilakukan adalah membahas dan mengevaluasi mengenai penggunaan obat
berdasarkan DRPs khususnya pada pasien kasus operasi sesar di Rumah Sakit
Panti Rapih sepanjang tahun 2008.
G. Tata Cara Analisis Hasil
Analisis hasil dalam penelitian ini dikelompokan menurut usia pasien, usia
janin, persentase golongan dan jenis obat yang diterima pasien, lama rawat jalan,
serta kondisi pasien saat selesai menjalani rawat jalan dari Rumah Sakit Panti
Rapih Periode Tahun 2008.
Data dibahas secara evaluatif dengan bantuan visualisasi tabel, yang meliputi :
2. Persentase usia pasien, usia janin, lama rawat inap, dan kondisi pasien saat
selesai menjalani rawat inap dihitung dengan cara menghitung jumlah tiap
kasus kemudian dibagi dengan jumlah kasus keseluruhan dikalikan 100%.
3. Persentase golongan dan jenis obat yang digunakan dihitung dengan cara
menjumlahkan berapa kali golongan dan jenis obat yang digunakan pada
setiap kasus, kemudian dibagi jumlah kasus operasi sesar dikalikan 100%.
4. Evaluasi penggunaan obat untuk pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti
Rapih Periode tahun 2008 dengan cara mengidentifikasi DRPs yang terjadi
terkait dengan penggunaan obat:
a. Butuh obat, yaitu jika kondisi baru yang membutuhkan obat, kondisi
kronis yang membutuhkan kelanjutan terapi obat, kondisi yang
membutuhkan kombinasi obat, dan kondisi yang mempunyai risiko
kejadian efek samping dan membutuhkan obat untuk pencegahannya.
b. Obat yang diberikan salah/tidak sesuai, yaitu pemberian obat yang
tidak sesuai dapat menyebabkan tidak tercapainya manfaat klinik yang
optimal dalam pencegahan maupun pengibatan penyakit.
c. Pasien mendapat dosis obat yang kurang.
d. Munculnya efek samping akibat penggunaaan obat.
e. Pasien mendapat dosis yang berlebih
Identifikasi DRPs dilakukan dengan menggunakan metode SOAP (Subyek,
Obyek, Assessement, Plan) termodifikasi, bagian Plan diganti dengan
melihat dosis obat serta bentuk sediaan obat digunakan AHFS Drug Handbook
tahun 2005, Physicians Drug Handbook tahun 2003, Informatorium Obat
Nasional Indonesia (IONI) tahun 2000, MIMS tahun 2009/2010, Informasi
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik pasien operasi sesar
Karakteristik pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Tahun 2008 yang mengalami diagnosa ketuban pecah dini, karena
ketuban pecah dini perlu mendapatkan perawatan unit gawat darurat. Dengan
keluarnya sebagian air ketuban dapat menyebabkan terjadinya aspirasi air ketuban
pada saluran pernafasan bayi. Hal ini dapat berakibat fatal (kematian) pada bayi,
karena dengan adanya air ketuban dalam saluran pernafasan, bayi akan mengalami
kesulitan dalam bernafas. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 38 kasus.
Data yang diperoleh diambil mulai pasien datang sampai pasien pulang.
Pengelompokan pasien operasi sesar berdasarkan usianya dapat dilihat pada tabel
II dan gambar 6.
Tabel II.Usia PasienOperasi Sesardi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
Umur pasien Jumlah kasus Persentase (%)
30 tahun 3 13,04%
31 tahun 4 17,39%
32 tahun 6 26,09 %
33 tahun 4 17,39%
34 tahun 4 17,39%
35 tahun 2 8,7 %
Gambar 6. Propor
Dari hasil pene
karena pada usia terse
operasi sesar di Ruma
Dari data yan
pecah dini paling bany
Pasien yang
berbeda-beda, dapat di
Tabel III.Usia Jan
Usia janin <37 minggu
>37 minggu 17.39%
17.39%
orsi Usia PasienOperasi Sesardi Rumah Sakit Yogyakarta Periode Tahun 2008
penelitian, hanya dilihat dari usia 30 tahun sa
rsebut merupakan jumlah usia yang terbanyak y
umah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Peroide Tahun
ang diperoleh, pasien operasi sesar dengan di
banyak pada usia 32 tahun (26,09%).
g menjalani operasi sesar terjadi dengan usi
t dilihat pada tabel III dan gambar 7.
JaninOperasi Sesardi Rumah Sakit Panti Rapi Periode Tahun 2008
Jumlah kasus Perse
9 39,13
akit Panti Rapih
sampai 35 tahun,
k yang melakukan
ahun 2008.
diagnosa ketuban
usia janin yang
Gambar 7. Propor
Pada usia jani
sebelum usia kehami
saat usia kehamilan
prematur merupakan
oleh keadaan tertentu,
Dari data yan
dengan diagnosa ketuba
37 minggu (matur) se
Lama rawat i
gambar 8.
Tabel IV.Lam
Lama rawat inap 3 hari 4 hari 5 hari
60.87
oporsi Usia JaninOperasi Sesardi Rumah Sakit Yogyakarta Periode Tahun 2008
janin yang disebut prematur adalah persalina
milan mencapai 37 minggu. Biasanya persalina
n mencapai 37-42 minggu yang disebut mat
an suatu proses normal yang dimulai terlalu di
ntu, seperti infeksi rahim atau infeksi cairan ketuba
ang diperoleh, pada usia janin yang mengalam
tuban pecah dini yaitu paling banyak usia janin
sebesar 60,87%.
t inap pasien operasi sesar, dapat dilihat pada
Lama Rawat Inap PasienOperasi Sesardi Rum Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
ap Jumlah kasus Perse
10 4
akit Panti Rapih
linan yang terjadi
linan terjadi pada
matur. Persalinan
u dini atau dipicu
ketuban.
lami operasi sesar
nin yang mencapai
pada tabel IV dan
umah Sakit Panti
Gambar 8. Perbandin Pan
Pasien operasi sesa
2008 umumnya menj
pulang. Akan tetapi, a
sudah diijinkan pulang
yang menjalani raw
perawatan pre-operasi
Dari data yang di
Panti Rapih Periode T
Pasien yang menjalani
dalam kondisi klinisny
0 10 20 30 40 50
3 ha 43.48
ingan Lama Rawat Inap PasienOperasi Sesar
Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
sesar yang dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih
enjalani rawat inap 4 hari (47,82%) sebelum m
pi, ada juga yang menjalani rawat inap selama
pulang, karena secara klinis kondisinya sudah m
awat inap lebih lama, umumnya karena h
asi terlebih dahulu.
diperoleh, pasien operasi sesar yang dirawat
ode Tahun 2008 umumnya menjalani rawat inap
lani rawat inap selama 3 hari sudah diijinkan
snya sudah membaik.
hari 4 hari 5 hari
43.48 47.82
8.7
sardi Rumah Sakit
pih Periode Tahun
mereka diijinkan
a 3 hari (43,48%)
membaik. Pasien
harus menjalani
at di Rumah Sakit
nap selama 4 hari.
B. Evaluasi Penggunaan Obat pada Pasien Operasi Sesar di Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
1. Kelas Terapi
Obat-obat yang diterima oleh pasien operasi sesar selama perawatan sangat
bervariasi, tergantung dari keadaan klinis masing-masing pasien. Akan tetapi,
pada umumnya kelas terapi yang diterima adalah kelas terapi antiinfeksi,
analgetika, Obstetrik dan Ginekologi, obat gizi dan darah, cairan elektrolit,
tranfusi darah serta obat lain. Kelas terapi pada pasien operasi sesar di Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 diperlihatkan pada tabel V dan
gambar 9.
Tabel V.Kelas Terapi pada PasienOperasi Sesardi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008
Kelas terapi Jumlah kasus Persentase (%)
Antiinfeksi 23 100%
Analgetika 23 100%
Obstetrik dan Ginekologi 23 100%
Obat gizi dan darah 23 100%
Cairan elektrolit 23 100%
Tranfusi darah 10 41,67%