• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Evaluasi Penggunaan Obat Operasi Sesar

1. Kelas Terapi

Obat-obat yang diterima oleh pasien operasi sesar selama perawatan sangat bervariasi, tergantung dari keadaan klinis masing-masing pasien. Akan tetapi, pada umumnya kelas terapi yang diterima adalah kelas terapi antiinfeksi, analgetika, Obstetrik dan Ginekologi, obat gizi dan darah, cairan elektrolit, tranfusi darah serta obat lain. Kelas terapi pada pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 diperlihatkan pada tabel V dan gambar 9.

Tabel V.Kelas Terapi pada PasienOperasi Sesardi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008

Kelas terapi Jumlah kasus Persentase (%)

Antiinfeksi 23 100%

Analgetika 23 100%

Obstetrik dan Ginekologi 23 100%

Obat gizi dan darah 23 100%

Cairan elektrolit 23 100%

Tranfusi darah 10 41,67%

Gambar 9. Kelas Ter

Pada gambar diata sesar adalah antiinfeksi cairan elektrolit.

Berikut akan diba sesarberdasarkan kelas

2. Jenis Obat

a. Antiin

Pada kasus be tertentu yang sering terjadi infeksi pasca dianjurkan untuk tinda luasnya sifat resistensi

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 100

erapi pada PasienOperasi Sesardi Rumah Sak Yogyakarta Periode Tahun 2008

diatas, obat yang paling banyak digunakan pada nfeksi, analgetika, obstetrik dan ginekologi, obat

dibahas satu-persatu obat-obat yang digunakan

las terapinya.

iinfeksi

bedah, antiinfeksi profilaksis diberikan untuk g disertai infeksi pasca bedah atau yang bera sca bedah. Pemberian antiinfeksi sesudah indakan profilaksis terhadap bahaya infeksi. D ensi mikroba terhadap antibiotika, pengobatan

100 100 100 100

41.67

Sakit Panti Rapih

pada pasien operasi obat gizi dan darah,

kan pasien operasi

uk tindakan bedah erakibat berat bila sudah operasi sesar . Dengan semakin an untuk tindakan

profilaksis digunakan antibiotika berspektrum luas. Akan tetapi, pada kasus operasi sesar, terutama dengan indikasi ketuban pecah dini, antibiotika untuk tindakan profilaksis perlu diberikan. Tujuannya yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi yang timbul akibat adanya cairan yang keluar melalui vagina, yang juga merupakan jalan masuk bagi mikroba, terutama mikroba bersifat patogen. Operasi sesar seperti ketuban pecah dini, antibiotika profilaksis dirasa sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya infeksi sebelum operasi.

Antibiotika profilaksis yang diterima oleh pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta adalah injeksi ampisilin atau ceftriaxone yang diberikan 30 menit sampai 1 jam sebelum operasi atau selama menunggu persiapan ruang operasi. Pemberian antibiotika dilanjutkan kembali setelah operasi selesai atau setelah bayi lahir, umumnya dengan antibiotika amoksisilin yang diberikan secara oral selama 3-5 hari.

Pemberian antibiotika profilaksis selama operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta masih ada yang tidak sesuai dengan pedoman terapi antibiotika untuk profilaksis pada kasus operasi sesar, yaitu antibiotika diberikan 30 menit sebelum operasi dan setelah kelahiran bayi. Antibiotika yang sering digunakan berdasarkan pedoman (Anonim, 2000) adalah kombinasi ampisilin 2 gram secara intravena (i.v.) setiap 6 jam, gentamisin 5 mg/kg BB secara i.v. dan metronidazol 500mg secara i.v. setiap 8 jam, sedangkan untuk infeksi yang tidak terlalu berat dapat diberikan amoksisilin 500mg secara oral. Dari hasil penelitian, antibiotika yang diberikan pada pasien pasca operasi sesar terdapat 1 kasus dalam bentuk kombinasi, dan kasus lainnya tidak dalam bentuk kombinasi, hal tersebut

disebabkan karena pemberian antibiotika lebih pada tindakan profilaksis, Antibiotika sebelum operasi diberikan melalui injeksi supaya antibiotika yang bersangkutan onsetnya lebih cepat dalam darah, sehingga lebih cepat memberikan efek pencegahan terhadap infeksi sebelum operasi.

Pemberian antibiotika terapi diberikan pada pasien operasi sesar dengan tujuan untuk pengobatan infeksi yang telah terjadi. Salah satu tanda terjadinya suatu infeksi oleh bakteri adalah adanya kenaikan suhu tubuh sekitar 380C. dari

hasil penelitian, terdapat satu pasien yang mengalami kenaikan suhu tubuh yaitu 390C. pasien tersebut dicurigai mengalami infeksi.

Pemberian antiinfeksi haruslah hati-hati dan dengan dosis yang tepat, karena dapat menyebabkan resistensi terhadap obat antiinfeksi itu sendiri. Antiinfeksi yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes.

Obat antiinfeksi yang diberikan kepada pasien operasi sesar adalah antibiotika yang diperlihatkan pada tabel VI dan tabel VII. Dari hasil penelitian, antibiotika golongan penisilin, yaitu amoksisilin (antibiotika terapi) dan antibiotika Sefalosporin generasi ketiga yaitu ceftriaxone (antibiotika profilaksis) merupakan antibakterial yang paling banyak digunakan dan merupakan pilihan pertama untuk terapi pasien pasca operasi sesar.

Amoksisilin da kadarnya dalam serum resistensi pada pasien. jenis lainnya, karen dibandingkan dengan Ceftriaxone m Ceftriaxone selektif mempunyai T1/2yang Tabel VI. An Rumah Sak N o

Sub Gol. Gol 1 Antibiotika Pe 2 Sefa 3 Kom ba Gambar 10. Antibiotik Sakit 0 10 20 30 40 50 60

dan ampisilin merupakan antibiotika time-rum tergantung pada interval pemberian, supa sien. Penggunaan amoksisilin lebih banyak digun

rena amoksisilin mempunyai absorbsi ya an ampisilin.

merupakan antibiotika golongan sefalosporin ktif terhadap Enterobacteriaceae dan Pseudo

ng panjang.

Antibiotika Profilaksis yang Diterima PasienOp

Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008

Golongan Jenis Nama

Dagang

Jum ka Penisilin Ampisilin Ampisilin®

efalosporin Cefriaxone Ceftriaxone®

ombinasi bakteri

Kotrimoksol SanprimaF®

otika Profilaksis yang Diterima PasienOperasi S

akit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008

41.67

54.17

4.16

-dependent yang supaya tidak terjadi digunakan daripada yang lebih baik

in generasi ketiga. seudomonas, serta Operasi Sesardi 2008 Jumlah kasus Persenta se (%) 10 43,48 12 52,17 1 4,35

asi Sesardi Rumah 08

Dari gambar di banyak digunakan pa ampisilin 10 kasus, da

Tabel VII. Antibiotika Pan N

o

Sub Gol. Gol

1 Antibiotika Pe

2 Kom

ba

Gambar 11. Antibio Sakit

Pada pasien ope menggunakan antibiot 16 kasus, karena amoksi dan jaringan dan ko mendapatkan antibiot lain ketika tidak mem tidak dituliskan dalam

0 50 100

r diatas dapat dilihat, penggunaan antibiotika pada operasi sesar adalah ceftriaxone seban dan kombinasi ceftriaxone dengan kotrimoksasol

ika Terapi yang Diterima PasienOperasi Sesar

Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008

Golongan Jenis Nama

Dagang

Jum ka Penisilin Amoksisilin Amoksan®

ombinasi bakteri

Kotrimoksasol Sanprima F®

biotika terapi yang Diterima PasienOperasi Sesar

akit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008

operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapi biotika terapi yang paling banyak adalah amoksi

moksisilin mempunyai absorbsi yang lebih bai kotrimoksasol® 6 kasus. Dan terdapat 1 ka biotika terapi. Pihak dokter mungkin memper

emberikan antibiotika terapi kepada pasien, am kartu rekam medik.

Amoksisilin Kotrimoksasol 72.72 27.28 profilaksis yang banyak 12 kasus, oksasol 1 kasus.

sardi Rumah Sakit

Jumlah kasus Persentas e (%) 16 72,72 6 27,28 Sesardi Rumah 08 apih Yogyakarta oksisilin® sebesar baik dalam plasma kasus yang tidak pertimbangkan hal n, yang mungkin

Tabel VIII. Antibiotika yang digunakan sebagai profilaksis Nama obat Catatan khusus Cara

pemberian

Dosis dewasa

Keterangan Penisilin

Ampisilin Tidak aktif terhadap kuman yang memproduksi betalaktamase

p.o, i.m, i.v 250-500mg tiap 8jam;

Indikasi : digunakan pada infeksi sel kemih dan saluran cerna, bronkhitis akut, infeksi sistemik yang kuat. Sefalosporin Seftriakson Sefalosporin gen. III

i.m, i.v 1-2g/dosis 1-2x/24jam Peringatan : kurang efektif terhadap kuman gram positif, spektrum terhadap kuman gram negatif lebih luas, efektif terhadap pseudomonas SPP

b. Obat dalam Obstetrik dan Ginekologi

Pasien pasca operasi sesar mempunyai kemungkinan yang sangat besar untuk mengalami pendarahan pasca bedah. Pendarahan pasca bedah terjadi setelah bayi lahir, darah yang keluar melebihi 400-500cc. Pendarahan pasca operasi sesar atau pendarahan postpartum dapat terjadi karenaantonia uterusakibat persalinan pada partus kasep, hidramnion, dan janin besar atau berat janin lebih dari 4.000 gram; trauma jalan lahir akibat rupture uteri, robekan serviks, robekan vagina, dan emboli air ketuban.

Dampak yang paling berbahaya dari pendarahan postpartum adalah kematian. Akan tetapi, dengan tersedianya fasilitas dan tenaga ahli yang menunjang serta obat-obatan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya pendarahan postpartum, maka semua hal tersebut dapat dihindari. Beberapa obat yang sering digunakan untuk pencegahan pendarahanpostpartumadalah oksitosik dan alkaloid ergot.

Jenis pendarahan postpartum ada dua, yaitu pendarahan primer yang terjadi dalam 24 jam pertama dan pendarahan sekunder yang terjadi setelah 24 jam. Gejala klinis yang muncul pada pendarahan postpartum yang melebihi 25% dari volume darah, antara lain dapat menurunkan tingkat kesadaran, frekuensi nadi dan pernafasan meningkat, tekanan darah menurun, pucat dan anemia, pada keadaan yang serius dapat disertai gejala syok.

Oksitosik adalah obat yang bekerja dengan cara merangsang pengeluaran prostaglandin yang banyak dijumpai dalam jaringan tubuh, sehingga terjadi kontraksi uterus yang berada dalam kehamilan. Kerja dari oksitosik tersebut digunakan untuk memulai persalinan, baik pada kehamilan muda maupun lanjut dan mencegah atau menghentikan pendarahan pasca salin. Oksitosik dianggap memberikan kemudahan dalam persalinan dan memegang peranan penting dalam refleks ejeksi susu, serta mengurangi pembengkakan payudara pasca persalinan.

Oksitosin memberikan hasil yang baik pada pemberian parenteral, karena jika diberikan injeksi oksitosin tunggal, kadang-kadang tidak berhasil. Hal tersebut disebabkan oleh penguraian dengan cepat oksitosin oleh oksigenase.

Oksitosin dapat diberikan dalam bentuk infus tetes lama secara intravena bersama dengan 5% glukosa. Keuntungan pemberian oksitosin dengan infus tetes lama adalah dapat mengatur dengan tepat kegiatan kontraksi.

Dalam pertolongan proses melahirkan lebih disukai menggunakan methilergometrin. Hal ini disebabkan oleh khasiatnya terhadap uterus lebih cepat dan lebih kuat, serta tidak menunjukkan efek vasokontriksi dan efek simpatolitik.

Oksitosin untuk tindakan pencegahan pendarahan pasca salin diberikan secara intravena lambat sebesar 5 unit setelah plasenta keluar. Bila terjadi pendarahan pasca salin maka oksitosin dapat diberikan secara intravena dengan dosis 5 unit, diikuti dengan infus 5-20 unit dalam 500 ml glukosa 5% untuk antonia uterus, sedangkan untuk abortus inkomplit infus diberikan 20-40 miliunit/menit. Dari data yang diperoleh, dosis oksitosin yang diberikan pada pasien pasca operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode 2008 yaitu 1 ampul atau 10 UI (International Unit) dan 20 UI yang diberikan bersama dengan 5% dextrosa dalam bentuk infus intravena.

Methylergometrin adalah derivat dari alkaloid ergot. Methylergometrin digunakan untuk penanganan terapi pendarahan uterus yang berhubungan dengan operasi sesar dan pendarahan pada masa nifas.

Tabel IX.Obstetrik dan Ginekologiyang Diterima PasienOperasi Sesardi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008

N o Sub Golongan Golongan Obat Jenis Nama Dagang Jumlah kasus Persen tase (%) 1 Obat Obstetrik dan Ginekologi

Oksitosik Oksitosin Oxytocin® 23 100

2 Alkaloid

ergot

Methylergometrin Methergin® 23 100

Dari hasil penelitian, obat methilergometrin maleat atau methergin® telah diberikan dengan dosis yang tepat yaitu 3 kali 1 tablet per hari. Dan semua pasien operasi sesar mendapatkan obat Obstetrik dan Ginekologi.

c. Analgetika

Analgetika pada pasien pasca operasi sesar diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri pasca operasi, karena keluhan utama bagi pasien pasca operasi sesar adalah nyeri yang timbul setelah operasi. Analgetika yang diberikan pada pasien operasi sesar di Rumah Sakit Panti Rapih adalah antiinflamasi non-steroid, yaitu asam mefenamat, nonflamin, dan pronalges.

Asam mefenamat yang diberikan umumnya selama 2-4 hari setelah operasi, tergantung pada lama timbulnya gejala nyeri. Asam mefenamat tidak boleh diberikan lebih dari 7 hari karena dapat menyebabkan kerusakan hati. Asam mefenamat sebaiknya diberikan setelah makan, karena dapat menimbulkan perangsang lambung yang berakibat timbulnya nyeri pada lambung.

Nonflamin m berkhasiat untuk perada

Pronalges jug Pronalges sebaiknya tukak peptik yang da timbulnya nyeri pada

Tabel X. Anal Pan N o Sub Golongan Golong Oba 1 Analgetika Anti mas ster 2 3 4 Gambar 12. Analgetik Dari gambar di pasca operasi sesar pa antara lain asam m

0 10 20 30 40 50 asam mefenam 50

merupakan golongan obat antiinflamasi non radangan pasca operasi.

juga termasuk golongan obat antiinflama a diberikan setelah makan, karena mempunya dapat menimbulkan perangsang lambung da lambung, dan asma.

nalgetika yang Diterima PasienOperasi Sesar

Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008

olongan Obat

Jenis Nama Dagang Juml

kasus ntiinfla asi non steroid Asam mefenamat Mefinal® 19 Asam mefenamat+ Ketoprofen Mefinal®+ Pronalges® 1 Asam mefenamat+ Tinoridin HCl Mefinal®+ Nonflamin® 2 Ketoprofen Pronalges® 16

ika yang Diterima PasienOperasi Sesardi Ru Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008 r diatas, untuk meringankan rasa nyeri yang diti r pasien diberikan obat golongan Antiinflam

mefenamat, pronalges, kombinasi asam

am namat pronalges asam mefenamat+ nonflamin asam mefenamat +pronalges 50 42.5 5 2.5 non-steroid yang masi non-steroid. yai kontraindikasi g yang berakibat di Rumah Sakit umlah asus Persentase (%) 19 50 1 2,64 2 5,26 16 42,10

Rumah Sakit Panti

ditimbulkan akibat amasi non steroid mefenamat dan

nonflamin, serta kombinasi asam mefenamat dan pronalges. Dari keempat obat yang diberikan, yang paling banyak adalah obat asam mefenamat (19 kasus) sebanyak 50%.

d. Obat yang mempengaruhi gizi dan darah

Malnutrisi dengan berbagai tingkatan sering terjadi pada pasien pasca bedah di Rumah Sakit, terutama pada wanita hamil. Hal tersebut disebabkan oleh volume distribusi pada wanita hamil lebih besar dari wanita yang tidak hamil. Adanya fetus akan memperluas ruang lingkup sirkulasi darah pada ibu, karena darah yang berfungsi mengangkut nutrisi, selain diedarkan pada tubuh ibu juga harus diedarkan pada fetus. Malnutrisi dapat menekan kekebalan, mempermudah terinfeksi, dan mengganggu proses kesembuhan pasien yang bersangkutan. Oleh karena itu, pasien perlu mendapat terapi dengan obat yang dapat mempengaruhi gizi dan darah, sehingga dapat mempercepat kesembuhan pasien.

Penggunaan obat yang mempengaruhi gizi dan darah haruslah sesuai dengan kebutuhan tubuh, jangan terlalu berlebihan, terutama penggunaan obat gizi dan darah dari golongan multivitamin. Penggunaan vitamin yang berlebih dapat menimbulkan gejala keracunan. Sebaliknya, bila kekurangan vitamin, dapat mengakibatkan gejala defisiensi. Pengobatan dengan sediaan besi oral hanya dibenarkan bila terdapat defisiensi besi. Tindakan profilaksis hanya dibenarkan pada wanita hamil yang mempunyai faktor risiko lain untuk terjadinya defisiensi besi, misalnya pada pasien yang mengalami menoragi.

Dari hasil penelitian, seperti yang disajikan pada tabel XI, hampir seluruh pasien menerima terapi obat yang mempengaruhi gizi. Vitamin C diberikan untuk terapi pasien pasca operasi sesar karena tubuh akan membutuhkan vitamin C yang lebih banyak pada pasca bedah, vitamin C sangat penting untuk pembentukan kolagen dan bahan interseluler lain dalam jaringan, sehingga dapat mempercepat penyembuhan dan untuk masa laktasi. Kebutuhan akan vitamin C akan meningkat 300%-500% pada penyakit infeksi, pasca bedah atau trauma, kehamilan dan laktasi.

Vitamin B1 (tiamin) oleh tubuh digunakan untuk metabolisme energi,

terutama karbohidrat, sehingga kebutuhan vitamin B1 umumnya sebanding

dengan asupan kalori. Vitamin B1digunakan untuk pengobatan pada wanita hamil

yang kurang gizi penderita muntah saat hamil atau pada penyakit infeksi terkadang membutuhkan vitamin B1untuk memperbaiki kondisi tubuh pasien.

Vitamin B12 (sianokobalamin) diabsorbsi dengan lambat di usus halus,

pada operasi sesar, terapi suportif dengan vitamain B12 diberikan pada pasien

karena kebutuhannya menjadi meningkat pasca bedah. Pemberian vitamin B12

berguna dalam pembelahan sel, sehingga dapat mempercepat perbaikan sel yang rusak akibat adanya sayatan pada saat pembedahan. Selain itu, vitamin B12 juga

Tabel XI. Oba Operasi Sesardi R Gol. Obat Mempengaruhi darah Sa He Mempengaruhi gizi Vi Ne Al B Gambar 13.Obat Operasi Sesardi R Pada gambar obat Vitamin C® dan

0 20 40 60 80 100 8.67

bat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah yang D di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode

Nama Dagang

Kandungan Obat Jumlah

kasus Sangobion® Asam folat,

fe-glukonat, mangan sulfat, sorbitol

2

Hemobion® Asam folat, kalsium karbonat, asam askorbat, cholecalciferol, fe fumarate 1 Vitamin C® Vitamin C 23 Neurobion® Vitamin B1, B6, B12 2 Alinamin F® Fursultiamine HCI,

Vitamin B1

23 CDR® Kalsium, Vitamin C,

Vitamin D

21 B com C® Vitamin B12, Vitamin

C

3

at yang Mempengaruhi Gizi dan Darah yang Dit di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode

ar diatas, menunjukkan semua pasien operasi dan Alinamin F® sebesar 100%, CDR® 91,30%

4.35 100 8.67 100 91.3 Diterima Pasien ode Tahun 2008 lah asus Persentase (%) 8,67 4,35 100 8,67 100 91,30 13,04 iterima Pasien ode Tahun 2008 si sesar diberikan 91,30%, B com C® 13.04

13,04%, Sangobion® dan Neurobion® masing-masing 8,67%, serta Hemobion® 4,35%.

e. Cairan Elektrolit dan Tranfusi Darah

Pada setiap ruangan tubuh terdapat konsentrasi elektrolit yang dominan. Pada cairan intraseluler yang dominan adalah kalium dan fosfat, sedangkan pada cairan ekstraseluler adalah natrium dan kalium. Pertukaran ion ini didominasi oleh pompa natrium, yang mendapat energi dari perubahan adenotrifosfat dengan katalisator enzim Na-K adenotrifosfatase.

Tubuh dalam mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolitnya, dengan mengalami mekanisme homeostasis. Bila tubuh mengalami dehidrasi atau syok hipovolemi, dapat menyebabkan volume cairan tubuh menurun, sehingga terjadi stres. Kondisi stres akan merangsang ginjal dan kelenjar anak ginjal. Ginjal melalui mekanisme renin-angiostensin akan mempengaruhi tekanan darah. Sedangkan kelanjar anak ginjal, melalui mekanisme aldosteron akan mempengaruhi reabsorpsi air, termasuk natrium. Dengan adanya peningkatan reabsorpsi natrium akan berakibat pada naiknya osmolaritas, yang selanjutnya merangsang kelenjar hipofisis.

Pemberian cairan elektrolit bertujuan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat dehidrasi dan pendarahan saat operasi sesar, sehingga dapat mengembalikan pasien pada kondisi normal. Berkurangnya cairan tubuh akibat pendarahan yang terjadi pada pasien operasi sesar dapat menyebabkan pasien mengalami hipotensi. Pemberian cairan elektrolit pada pasien pasca operasi sesar

tergantung pada keadaan klinis pasien tersebut. Akan tetapi secara umum, cairan elektrolit diberikan sebagai terapi suportif, dengan tujuan memenuhi kebutuhan tubuh akan elektrolit yang sulit didapatkan selama sakit.

Cairan elektrolit yang sering digunakan untuk terapi suportif adalah Ringer dextrosa dan Ringer laktat yang bersifat semantara, karena cepat menghilang dari peredaran darah. Infus dekstrosa mempunyai mekanisme memberikan kalori sebagai sumber energi dan menggantikan cairan yang hilang selama dehidrasi. Selain terapi dengan cairan elektrolit dan karbohidrat, pasien juga menerima tranfusi darah untuk mengganti darah yang hilang akibat pendarahan saat persalinan. Penentuan pemberian tranfusi darah tidak hanya ditentukan oleh banyaknya darah yang hilang, tetapi juga oleh kecepatan hilangnya darah dan kondisi fisik pasien. Jumlah pasien yang menerima terapi tranfusi darah sebanyak 10 kasus.

f. Obat Lain

Pemberian kelompok obat lain, disini mungkin dimaksudkan untuk menyembuhkan penyakit komplikasi atau gejala yang menyertai penyakit tersebut. Pemberian terapi obat lain ini akan meningkatkan jumlah obat yang dikonsumsi pasien akan semakin meningkatkan kemungkinan efek samping obat.

Deksametason merupakan jenis obat kortikosteroid yang berkhasiat menekan reaksi radang dan reaksi alergi atau sebagai antihistamin. Selain sebagai anti radang dan anti alergi, dexametason juga digunakan dalam kasus persalinan,

terutama pada bayi yang harus dilahirkan prematur, yaitu untuk mempercepat pematangan paru-paru bayi, sehingga sistem pernafasan bayi menjadi sempurna.

Kalnex termasuk jenis obat antifibrinogen yang berkhasiat mencegah degradasi fibrin, pemecahan trombosit, peningkatan kerapuhan vascular dan pemecahan faktor koagulasi. Efek ini terlihat secara klinis dengan berkurangnya jumlah perdarahan, berkurangnya waktu perdarahan dan lama perdarahan.

Primperan merupakan obat mual dan muntah atau antiemetik yang digunakan untuk mengatasi rasa mual dan muntah pasien yang timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau adanya gangguan saluran cerna. Plantacid merupakan jenis obat antasida yang digunakan untuk mengatasi tukak lambung atau maagh.

Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Lain yang Diterima Pasien Operasi Sesardi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun 2008

N o

Golongan Sub Golongan Jenis Obat Nama Dagang Jum

lah kasus Persen tase (%) 1 Obat yang mempe ngaruhi koagulasi darah Hemostatik Asam traneksamat Kalnex® 4 26,6 2 Regulator GIT Antiemetik Metoklopramid HCl Primperal® 1 6,6

3 Antasida AL dan Mg Plantacyd® 2 13,4

4 Hormon

kortikosteroid

Gambar 14.Golongan di Rumah S Dari gambar diata lain antara lain : Deksa 6,6%, dan Plantacid®

Tabel XIII. Persent Rumah Sak

No Jenis

1 Dosis terlalu re

2 Dosis terlalu tingg 3 Membutuhkan 4 Pemilihan obat 5 Efek samping oba

diinginkan 6 Obat yang tidak

ongan dan Jenis Obat Lain yang Diterima Pasien ah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Tahun atas, pasien operasi sesar mendapatkan golonga eksametason® sebanyak 53,4%, Kalnex® 26,6% d® 13,4%.

Dokumen terkait