• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cakupan Peta Dasar Pertanahan di Provinsi Kajian

Dalam dokumen TIM PENYUSUN LAPORAN (Halaman 46-49)

BAB IV Analisis Capaian Peta Dasar Pertanahan dan Peta Bidang Tanah

IV.1 Peta Dasar Pertanahan

IV.1.2 Cakupan Peta Dasar Pertanahan di Provinsi Kajian

Sementara itu, pada bagian ini menguraikan tentang kondisi cakupan peta pendaftaran tanah pada masing-masing provinsi kajian. Cakupan peta dasar pertanahan di luar kawasan non-hutan pada provinsi kajian dapat di lihat pada Tabel IV.2 berikut.

Tabel IV.2 Cakupan Peta Dasar Pertanahan di Provinsi Kajian

No Provinsi

Selatan 5.241.832 3.451.252 1.790.580 3.005.203 57,33 446.049 42,67 3 Nusa Tenggara

Barat 943.593 943.593 0 731.018 77,47 212.575 22,53

4 Kalimantan

Selatan 1.942.285 1.942.284,88 0 1.942.284,88 100 0 0

5 Sulawesi Utara 748.780 748.779,525 0 263.009 35,13 485.771,53 64,88

Sumber: Kantor Wilayah BPN Provinsi Kajian dan Hasil Analisis,2016

Tabel IV.2 menunjukkan bahwa seluruh kawasan budidaya pada empat provinsi kajian (Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara) sudah dipetakan dalam peta dasar pertanahan. Sebaliknya, kawasan budidaya di Provinsi Sumatera Selatan yang baru dipetakan dalam peta dasar pertanahan baru sekitar 65% dari seluruh

Riau Papua DKI Jakarta Jambi Papua Barat Kalimantan Timur Jawa Timur Kalimantan Tengah Banten Kalimantan Barat Bengkulu Maluku Utara Sulawesi Tengah Kep. Bangka Belitung Sumatera Selatan Kalimantan Utara Maluku Sumatera Utara Sulawesi Selatan Kep. Riau Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Lampung Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Barat Jawa Barat Sulawesi Utara Kalimantan Selatan Aceh Gorontalo Nusa Tenggara Timur Bali DI Yogyakarta

Cakupan Peta Dasar Pertanahan Nasional hingga Juni 2016

Prasyarat Cakupan Peta Dasar INDONESIA (%)

Peta < 80% = 27 Provinsi Peta ≥ 80% = 7 Provinsi

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan - Bappenas 37 terdigitasi, Provinsi Sumatera Utara menjadi provinsi dengan capaian terendah (1,96%) di antara provinsi kajian lainnya. Sebaliknya, Provinsi Kalimantan Selatan menjadi provinsi tertinggi dalam pencapaian peta dasar pertanahannya (100%). Capaian peta dasar pertanahan dari kelima provinsi kajian dapat di lihat pada Gambar IV.2 berikut.

Gambar IV.2 Cakupan Peta Dasar Pertanahan di Provinsi Kajian, 2016 Sumber: Kantor Wilayah BPN Provinsi Kajian dan Hasil Analisis, 2016

Namun demikian, apabila di lihat dari data cakupan peta dasar pertanahan nasional untuk kelima provinsi kajian yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar Kementerian ATR/BPN hingga Juni 2016 dan Kanwil BPN masing-masing provinsi kajian, keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan (lihat perbedaan data pada Tabel IV.3 dan Gambar IV.3 di bawah).

Tabel IV.3 Perbedaan Data Capaian Peta Dasar Pertanahan antara BPN Pusat dengan Kanwil BPN Provinsi Kajian

Provinsi Nasional Kanwil Perbedaan

Sumatera Utara 40,49% 1,96% 38,53%

Sumatera Selatan 36,27% 87,08% 50,81%

Nusa Tenggara Barat 74,45% 77,47% 3,02%

Kalimantan Selatan 86,79% 100% 13,21%

Sulawesi Utara 82,32% 35,13% 47,19%

Sumber: ATR/BPN (hingga Juni 2016), Kantor Wilayah BPN Provinsi Kajian, dan Hasil Analisis (2016)

Perbedaan yang cukup signifikan nampak pada capaian cakupan peta dasar pertanahan di Provinsi Sumatera Utara, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Selatan. Direktorat Pengukuran

0 20 40 60 80 100

Sumatera Utara Riau Papua DKI Jakarta Jambi Papua Barat Kalimantan Timur Jawa Timur Kalimantan Tengah Banten Kalimantan Barat Bengkulu Maluku Utara Sulawesi Tengah Kep. Bangka Belitung Sulawesi Utara Kalimantan Utara Maluku Sulawesi Selatan Kep. Riau Sumatera Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Lampung Jawa Tengah Sumatera Barat Jawa Barat Nusa Tenggara Barat Aceh Gorontalo Nusa Tenggara Timur Bali DI Yogyakarta Kalimantan Selatan

Cakupan Peta Dasar Pertanahan di Provinsi Kajian

Persentase (%) Prasyarat Cakupan Peta Dasar INDONESIA (%)

Peta < 80% = 4 Provinsi Peta ≥ 80% = 1 Provinsi

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan - Bappenas

38

dan Pemetaan Dasar Kementerian ATR/BPN mencatat bahwa capaian peta dasar pertanahan Provinsi Sumatera Utara hingga Juni 2016 sudahmencapai 41%, tetapi data dari Kanwil BPN Sumatera Utara menunjukkan bahwa capaian peta dasar pertanahannya baru mencapai sekitar 2% (hampir 40% lebih rendah dari data capaian nasional). Kondisi demikian menyebabkan data capaian peta dasar pertanahan yang sudah terdigitasi di Provinsi Sumatera Utara menjadi lebih rendah daripada Provinsi Riau dan menjadi provinsi terendah secara nasional dalam capaian peta dasar pertanahannya.

Gambar IV.3 Capaian Peta Dasar Pertanahan di Indonesia (atas) dan Provinsi Kajian (bawah)

Sumber: Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar ATR/BPN (hingga Juni 2016), Kantor Wilayah BPN Provinsi Kajian, dan Hasil Analisis (2016)

Kondisi yang dialami oleh Provinsi Sumatera Utara tersebut juga terjadi pada cakupan peta dasar pertanahan yang sudah terdigitasi di Provinsi Sulawesi Utara. Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar Kementerian ATR/BPN mencatat bahwa capaian peta dasar pertanahan Provinsi Sulawesi Utara yang terdigitasi hingga Juni 2016 sudah memenuhi

0 20 40 60 80 100

Riau Papua DKI Jambi Papua Barat Kaltim Jatim Sulsel Jabar Kalteng Banten Kalbar Bengkulu Maluku Utara Sulteng Kep. Babel Sumsel Kalut Maluku Sultra Sumut Kep. Riau Sulbar Lampung NTB Jateng Sumbar Sulut Kalsel Aceh Gorontalo NTT Bali DIY

Capaian Peta Dasar Pertanahan Nasional

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Sumut Riau Papua DKI Jambi Papua Barat Kaltim Jatim Sulsel Jabar Kalteng Banten Kalbar Bengkulu Maluku Utara Sulteng Kep. Babel Sulut Kalut Maluku Sultra Kep. Riau Sumsel Sulbar Lampung Jateng Sumbar NTB Aceh Gorontalo NTT Bali DIY Kalsel

Capaian Peta Dasar Pertanahan di Provinsi Kajian

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan - Bappenas 39 prasyarat perubahan sistem publikasi positif (82,32%), tetapi data capaian peta dasar pertanahan yang sudah terdigitasi dari Kanwil BPN Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa peta ini baru mencapai 35% (hampir 2,5 kali lebih rendah dari data BPN Pusat).

Sebaliknya, apabila kedua provinsi sebelumnya mengalami penurunan data capaian yang cukup signifikan, data capaian peta dasar pertanahan Provinsi Kalimantan Selatan dari Kanwil BPN Kalimantan Selatan ternyatamenunjukkan peningkatan capaian. Kanwil BPN Kalimantan Selatan mencatat bahwa seluruh kawasan budidaya di provinsi ini sudah terdigitasi di dalam peta dasar pertanahan (100%). Namun, Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar Kementerian ATR/BPN mencatat bahwa capaian peta dasar pertanahan Provinsi Kalimantan Selatan yang sudah terdigitasibaru mencapai 86,79% (sekitar 13% lebih rendah dari data yang tercatat pada Kanwil BPN Kalimantan Selatan). Meskipun demikian, capaian peta dasar pertanahan di Kalimantan Selatan telah menunjukkan bahwa provinsi ini sudah memenuhi prasyarat guna mendukung perubahan sistem publikasi dalam sistem pendaftaran tanah di Indonesia.

Sementara itu, kedua provinsi kajian lain, Provinsi Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat, tidak menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan dalam pencatatan capaian cakupan peta dasar pertanahan yang terdigitasi seperti ketiga provinsi sebelumnya. Data capaian peta dasar pertanahan Provinsi Sumatera Selatan yang tercatat dalam ATR/BPN hingga Juni 2016 menunjukkan bahwa capaian peta dasar pertanahan yang terdigitasi baru mencapai 36,27%, sedangkan data dari Kanwil BPN Sumatera Selatan menunjukkan bahwa cakupan peta dasar pertanahan yang terdigitasi sudah mencapai 57,33% (lebih tinggi 21%

daripada data BPN Pusat). Sementara, data capaian peta dasar pertanahan Provinsi Nusa Tenggara Barat dari ATR/BPN hingga Juni 2016 menunjukkan bahwa capaian peta dasar pertanahan yang terdigitasi di provinsi ini sudah mencapai 75%, sedangkan data dari Kanwil BPN Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa capaian peta dasar pertanahannya sudah mencapai 77,47% (3% lebih tinggi daripada BPN Pusat). Perbedaan data ini diduga disebabkan oleh kurangnya koordinasi antar pemerintah, data capaian peta dasar pertanahan di daerah masih saling tumpang tindih, atau data di daerah belum tersusun dengan rapi. Meskipun demikian, uraian analisis data capaian cakupan peta dasar pertanahan yang sudah terdigitasi ini telah menunjukkan bahwa Indonesia belum dapat melakukan perubahan sistem publikasi positif dalam sistem pendaftaran tanahnya. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar capaian peta dasar pertanahan di Indonesia belum memenuhi prasyarat.

Dalam dokumen TIM PENYUSUN LAPORAN (Halaman 46-49)