• Tidak ada hasil yang ditemukan

Calon yang Perlu Memakai Daftar I-B

Diagram 6

Calon Yang Perlu Memakai Daftar I-B

Indentifikasi calon dari instansi lain/daftar I-SL(K) Identifikasi calon dengan pengamatan langsung oleh pencacah Calon yang memenuhi syarat untuk I-A I-B I-B Tidak memenuhi syarat untuk I-A I-B

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 47

4.3. Jika Matching Ternyata Kurang Lengkap

Jika lebih dari 15 persen calon berasal dari hasil pengamatan langsung, pejabat struktural harus meneliti kenapa hal ini bisa terjadi. Banyaknya calon dari hasil pengamatan langsung menunjukkan bahwa staf BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota kemungkinan besar tidak melakukan matching dengan daftar instansi lain secara baik.

Dalam keadaan seperti ini, pejabat struktural harus melakukan koreksi sebagai berikut:

· Meneliti jawaban perusahaan pada rincian II-2 dan menentukan instansi

mana yang perlu dilibatkan dalam tahap matching.

· Segera melakukan matching dengan instansi tersebut dan mengisi halaman

tambahan I-SL(K).

· Untuk calon tambahan tersebut, tugaskan Koordinator Statistik Kecamatan

(KSK) untuk mengisi ulang daftar isian I-B. Kali ini, sumber ditulis berdasarkan hasil matching dan isian dilengkapi untuk seluruh calon, baik memenuhi syarat sebagai tambahan Direktori maupun tidak.

Hal seperti ini bisa dihindari dengan menyelesaikan matching secara lengkap sebelum Koordinator Statistik Kecamatan ke lapangan. Tujuan tatacara ini adalah untuk menjamin bahwa daftar perusahaan dari instansi lain tetap sebagai sumber utama. Akan tetapi apabila hasil pengamatan langsung kurang dari 15 %, langkah-langkah seperti di atas tidak harus dilakukan karena dikhawatirkan hanya akan memperpanjang proses tetapi tidak banyak mempengaruhi tingkat keberhasilan sumber.

4.4. Daftar Isian I-B

Daftar Isian I-B harus diisi dengan hasil cek lapangan terhadap dua kolompok calon perusahaan tambahan:

48 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

1. Semua calon dari daftar I-SL(K), baik yang memenuhi syarat sebagai tambahan Direktori maupun yang tidak.

2. Calon dari pengamatan langsung yang memenuhi syarat untuk ditambahkan ke Direktori.

Pengisian Daftar Isian I-B harus dilaksanakan pada bulan Januari-April, sebelum dropping daftar II-A untuk perusahaan baru. Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) segera mengisi blok I daftar isian I-B sebelum pergi ke lapangan, dengan menyalin data dari isian I-SL(K) dan mengisi dengan data lainnya yang relevan.

4.4.1. Pemeriksaan di Lapangan (Blok II)

Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) harus membawa daftar isian I-B ke lapangan untuk mencatat hasil pengamatannya di blok II. Keterangan rinci mengenai pertanyaan di blok II diberikan dalam pedoman untuk Koordinator Statistik Kecamatan . Koordinator Statistik Kecamatan harus diingatkan untuk tidak mencatat informasi dari lapangan di blok I atau blok III.

4.4.2. Pengawasan oleh Pejabat Struktural BPS Kabupaten/Kota (Blok III)

Daftar Isian I-B yang telah dilengkapi dikembalikan ke BPS Kabupaten/Kota untuk mengisi informasi tertentu dan dilakukan pemeriksaan oleh kasie/pengawas. Nama, Produksi Utama, dan Tenaga kerja (Blok IIIA)

Informasinya dikutip dari I-SL(K). Kecuali untuk kasus pengamatan langsung blok III.A diisi “pengamatan langsung” kode 70.

Apabila sumber tidak menyebutkan produksi utama atau jumlah tenaga kerja, sel- sel tersebut diisi “TA.” Jangan disamakan keterangan dari sumber (blok III) dengan keterangan dari lapangan (blok II). Keterangan di blok III A akan dibandingakan dengan Blok II untuk menilai ketepatan keterangan masing-masing sumber.

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 49

Cek dobel (Blok IIIB)

Terhadap calon yang memenuhi kondisi untuk ditambahkan ke dalam Direktori (Blok II rincian 3 baris 1 terisi), dicek lagi barangkali sudah ada dalam Direktori. Hasil pengecekannya ditulis di blok ini dengan cara memberi tanda cek (ü) pada sel yang sesuai. Apabila yang diberi tanda cek adalah jawaban "YA" maka tuliskan nama dan KIP perusahaan yang sudah ada di Direktori. Perhatikan pula isian Blok II-5 dan blok V. Pemeriksaan di BPS Kabupaten/Kota agar dilakukan terhadap semua daftar I-B untuk mencek bahwa Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) telah memahami dengan benar instruksi yang diberikan.

Pengawas agar memberitahu Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) untuk segera mengirim formulir I-B yang sudah terisi, sehingga pengawas dapat memeriksa apakah Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) sudah bisa mengisi dengan sempurna. Lebih baik mengetahui kesalahan sewaktu dicek dari pada harus memperbaiki kesalahan ketika semua kuesioner sudah masuk.

4.4.3. Cek oleh Pejabat Struktural BPS Provinsi (Blok IV)

Cek dobel (Blok IVA)

Pemeriksaan di BPS Provinsi dilakukan hanya untuk calon-calon yang berkode 1 pada rincian II-3 dengan tujuan mengamati barangkali masih ada yang dobel, lolos dari pengamatan BPS Kabupaten/Kota. Perusahaan yang sudah ada dalam Direktori sebagai tutup/kecil kemudian aktif kembali, jangan dianggap “baru.” Calon seperti ini supaya diberi kode 2, di-file tersendiri, dan digunakan untuk memperbaiki Direktori.

Calon perusahaan berada di Kabupaten/Kota lain (Blok IVB)

Untuk calon yang mengisi baris 6 di blok II rincian 3, pengawas Provinsi perlu cek dulu apakah perusahaan yang alamatnya di Kabupaten/Kota lain sudah ada dalam Direktori. Kalau memang belum ada, keterangan tentang calon ini harus disampaikan ke BPS Kabupaten/Kota bersangkutan.

50 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

4.5. Daftar Isian II-B

Pencacah wajib mengisi daftar isian II-B untuk semua perusahaan dalam Direktori yang tahun lalu aktif (termasuk perusahaan yang baru ditambahkan ke Direktori pada waktu pemutakhiran terakhir ) tetapi tidak dapat mengisi daftar isian II-A atau daftar isian survei tahunan karena tutup/pindah, industri kecil, usang/tidak terpakai, pindah, atau aktif tapi non respon.

Daftar isian II-B digunakan dalam dua tahap. 1. Selama Januari-April

Ketika pencacah mengunjungi perusahaan dari Direktori lama tetapi tidak dapat memberikan daftar isian survei tahunan karena perusahaan tersebut tutup/pindah, atau menjadi kecil, atau menjadi usang/tidak terpakai, maka pencacah tersebut langsung mengisi daftar isian II-B ditempat. Langkah ini memungkinkan memasukkan data ke dalam Direktori dengan segera, sehingga baik BPS Provinsi maupun pencacah mengetahui tidak perlu lagi mengambil daftar isian II-A.

2. Pada saat mendekati batas waktu

Pada saat batas waktu pengembalian daftar isian survei tahunan (daftar II- A) yang terisi lengkap telah dekat, BPS Provinsi supaya meminta BPS Kabupaten/Kota untuk mengumpulkan semua daftar isian II-B yang berisi perusahaan dalam Direktori yang aktif tetapi belum melengkapi/mengisi (non respon) daftar isian survei tahunan. BPS Provinsi akan memasukkan informasi pokok dari daftar isian II-B ke dalam database Direktori (daftar isian I-A), kemudian daftar isian II-B tersebut dikirimkan ke BPS RI (c.q. Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang).

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 51

4.6. Direktori Menurut Wilayah

BPS Kabupaten/Kota akan menggunakan Direktori menurut wilayah untuk memonitor penggunaan daftar isian survei (daftar II-A) dan II-B. Daftar ini menunjukkan perusahaan-perusahaan yang :

1. Aktif, termasuk aktif lama (AL), aktif baru (AB) dan aktif kembali (AK).

2. Baru non aktif, termasuk tutup permanen baru (TP), tutup sementara baru (TS), kecil baru (KB), usang baru (UB) dan bukan industri (BI).

Pada akhir tahun survei, BPS Kab/Kota supaya mengirimkan daftar II-B, untuk setiap perusahaan yang tidak bisa mengisi kuesioner survei tahunan (daftar II-A) ke BPS Provinsi. Dengan demikian jumlah daftar II-A aktif ditambah daftar II-B Non Respon sama dengan jumlah perusahaan aktif atau target yang harus diselesaikan 100 persen.

Kategori “tutup sementara” dan ”kecil baru” dibuat untuk memudahkan BPS Kab/Kota memantau perusahaan yang diperkirakan akan hidup kembali. Karena dalam menentukan kelompok industri dari hasil Survei Industri Pengolahan tahun 2011 mengacu pada penggunanaan KBLI 2009 khususnya Kategori Industri Pengolahan. Jika terdapat perusahaan manufaktur dalam frame Direktori I-A ternyata bukan termasuk Sektor Industri Pengolahan, maka harus dilakukan perubahan kondisi perusahaan di Direktori I-A menjadi bukan industri. BPS Provinsi perlu mengirim ke BPS Kabupaten/Kota daftar perusahaan yang “tutup sementara” dan ”kecil baru” untuk diperiksa ulang oleh BPS Kabupaten/Kota.

4.7. Perusahaan Tutup

Perusahaan yang dinyatakan tutup oleh pencacah pada daftar II-B, padahal pada survei tahun lalu memiliki tenaga kerja 100 atau lebih perlu dilakukan pengecekan di lapangan melalui telepon atau langsung didatangi (bulan Juni) oleh salah seorang pejabat struktural Kabupaten/Kota untuk memastikan apakah memang benar perusahaan tersebut tutup. Proses pengecekan ini dicatat di blok V-A daftar isian II-B. Apabila perusahaan yang dinyatakan tutup tetapi pada tahun berjalan (pada saat didatangi) masih

52 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

memiliki tenaga kerja, maka perusahaan tersebut baru dinyatakan tutup sementara. Perusahaan seperti ini akan dicek lagi di tahun-tahun berikutnya.

4.8. Perusahaan menjadi Kecil

Perusahaan yang pada Direktori lama memiliki tenaga kerja sekitar 20 orang, maka pencacah bisa secara langsung menanyakan ke perusahaan jumlah tenaga kerja pada tahun survei tersebut, jika kurang dari 20 orang maka langsung diisi dengan daftar isian II- B.

Apabila ada laporan yang menyatakan bahwa suatu perusahaan tenaga kerjanya berkurang menjadi kurang dari 20 padahal tahun sebelumnya perusahaan tersebut memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang, maka pejabat struktural supaya melakukan pengecekan di lapangan melalui telepon atau langsung didatangi.

4.9. Perusahaan Usang/tidak terpakai

Ada 3 jenis perusahaan usang: 1. Bergabung

Adanya penggabungan merupakan penggambaran dari keputusan pengawas mengenai dua atau lebih perusahaan yang menginginkan laporannya diisi dalam satu kuesioner (harus diisi oleh pengawas). Maka satu atau lebih perusahaan yang tidak diperlukan lagi harus di keluarkan dari file aktif.

2. Dobel

Biasanya adanya dobel ini menggambarkan keputusan yang diambil oleh pengawas tentang perusahaan yang tercatat dua kali dalam Direktori (harus diisi oleh pengawas/kasi). Oleh karena itu, salah satunya harus di keluarkan dari file aktif.

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 53

3. “Kosong”

Diisi oleh Koordinator Statistik Kecamatan (KSK). Untuk perusahaan yang tercatat aktif baru menurut pemutakhiran terakhir tetapi menurut Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) tidak memenuhi syarat (tutup, kecil, non-industri, dobel, dsb).

4. ”Bukan Industri”

Proses kegiatan Updating Direktori hasil Survei Manufaktur tahun 2011 dalam menentukan kelompok industri sudah berpedoman pada KBLI 2009. Pada KBLI 2009 beberapa kelompok industri yang ada di KBLI 2005 sudah tidak masuk lagi kelompok Industri Manufaktur. Sehingga harus dilakukan pengecekan kembali untuk jenis kelompok industri masing-masing perusahaan. Beberapa kelompok industri yang bukan termasuk kelompok Industri Manufaktur seperti Industri Es Balok (KBLI 15492), Industri Peneribitan (KBLI 22130 dan 22190), Industri Pemotongan Kapal (KBLI 35114), Industri Daur Ulang Barang-barang Logam (KBLI 37100) dan Industri Daur Ulang Barang-barang Non Logam (KBLI 37200). Jika terdapat perusahaan yang jenis kegiatan usahanya bukan kelompok Industri Manufaktur lagi menurut KBLI 2009, maka kondisi perusahaan tersebut dirubah menjadi bukan industri (BI) pada Program Updating Direktori.

4.10. Perusahaan Pindah

BPS Kabupaten/Kota menggunakan blok III untuk melaporkan perusahaan yang pindah ke luar Kabupaten/Kota. (pindah masih di dalam Kabupaten/Kota tidak perlu dilaporkan, kecuali perusahaan menghilang tanpa meninggalkan alamat baru, kasus ini bisa dilaporkan tutup). Laporan kepindahan dalam daftar II-B dikumpulkan di BPS Provinsi yang selanjutnya diinformasikan ke BPS Kabupaten/Kota yang kedatangan perusahaan pindah tersebut. Informasi ini digunakan untuk mengirimkan kuesioner II-A, alamat barunya juga dimasukkan ke dalam Direktori. Untuk perusahaan yang pindah masih dalam satu Provinsi tidak diberikan KIP baru. Daftar II-B untuk kasus ini tidak perlu dikirim ke BPS Pusat. Jika perusahaan pindah keluar Provinsi dan alamat barunya diketahui, BPS

54 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Provinsi harus menulis surat ke BPS Provinsi yang kedatangan perusahaan tersebut sekaligus memberikan alamatnya yang baru, serta memberikan tembusan suratnya ke BPS RI c.q Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang. Kemudian tanggal pengiriman berita dan kemana dikirimnya dicatat di blok V.B daftar isian II-B.

4.11. Perusahaan Non-Respon

Jika ada perusahaan yang aktif tapi nonrespon, BPS Kabupaten/Kota memeriksa isian blok IV daftar isian II-B untuk mengetahui sudah berapa kali Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) melakukan kunjungan ke perusahaan tersebut. Apabila tampaknya Koordinator Statistik Kecamatan sudah tidak mungkin lagi melakukan kunjungan ulang dan perusahaan tersebut bertenaga kerja 100 atau lebih, maka pejabat dari BPS Kabupaten/Kota perlu mendatangi perusahaan tersebut. Demikian selanjutnya apabila pejabat BPS Kabupaten/Kota masih tetap tidak berhasil mendapatkan daftar isian II-A yang terisi lengkap, maka pejabat dari BPS Provinsi diharapkan dapat turun ke lapangan khususnya ke perusahaan yang dominan. Seandainya tidak berhasil juga, maka perusahaan itu dinyatakan nonrespon. Banyaknya kunjungan yang telah dilakukan oleh pejabat BPS Kabupaten/Kota dan pejabat BPS Provinsi dicatat di blok IV daftar isian II-B. Namun apabila tidak sempat dikunjungi, supaya diisi tanda strip (-) pada blok tersebut. Perusahaan non respon dapat membantu pengawas Kabupaten/Kota untuk mengindentifikasi perusahaan-perusahaan yang paling sulit serta menyiapkan rencana untuk mengunjunginya.

4.12. Pemakaian KIP di Daftar II-A dan II-B

Daftar isian II-B dan daftar isian survei (daftar II-A), menyediakan tempat untuk penulisan KIP di halaman depan. Pemakaian KIP setiap perusahaan industri pada tahun survei 2011 berdasarkan KBLI 2009 dengan mengkonversi terlebih dahalu data final Direktori Industri Pengolahan masing-masing provinsi, yang sebelumya masih memakai kode KBLI 2005 untuk produksi utama yang dihasilkan. Namun kenyataannya setiap tahun masih selalu ada saja daftar II-A yang datang di BPS RI (c.q Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang) tanpa KIP. Staf BPS Kabupaten/Kota dan Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) seharusnya merasa bertanggung jawab untuk selalu menuliskan KIP Direktori

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 55 dalam halaman depan kuesioner survei atau daftar II-B. Untuk daftar II-A, KIP harus ditulis sebelum kuesioner disampaikan ke perusahaan, hal ini di perlukan supaya:

1. Arus datang perginya dokumen dapat di monitor oleh direktori.

2. Menghilangkan kemungkinan dobel baru, karena dobel baru bisa muncul jika BPS Provinsi atau BPS RI menerima kuesioner tanpa KIP, sehingga diasumsikan sebagai perusahaan baru.

Jika karena sesuatu dan lain hal BPS Kabupaten/Kota tak dapat mengisi KIP di kuesioner, tuliskan sebabnya atau alasan di halaman depan (sebagai contoh “perusahaan baru, KIP belum diketahui oleh BPS Kabupaten/Kota”). Sebenarnya hal ini bisa dihindari bila BPS Provinsi mengirimkan Direktori yang sudah dimutakhirkan tepat pada waktunya ke BPS Kabupaten/Kota. Bila KIP dapat dipindahkan dengan lebih cepat ke dalam kuesioner, maka hasilnya akan lebih baik. Ilustrasi mengenai kegiatan ini dapat dilihat pada diagram 7.

56 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Dokumen terkait