• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

A. Pemanfaatan Ragam Informal dalam RCB

1. Campur Kode dalam RCB pada Surat Kabar SM

Kachru (dalam Suwito, 1991: 89) memberikan batasan “campur kode sebagai pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten”. Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlihat di dalamnya, campur kode dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, frase, baster perulangan kata, idiom, dan klausa. Mengacu pada teori di atas, maka peneliti menganalisis peristiwa campur kode dalam RCB pada surat kabar SM berdasarkan wujud campur kodenya.

a. Campur Kode yang Berwujud Kata

Campur kode yang terjadi dalam RCB pada surat kabar SM memiliki berbagai wujud. Salah satunya adalah campur kode yang berwujud kata. Data yang menunjukkan campur kode yang berwujud kata dapat dilihat dalam tuturan berikut.

(1) Bayangkan saja jika uang belanja iklan itu dibelikan sembako untuk rakyat atau membenahi infrastruktur pendidikan yang konsisten amburadulnya!

Pengemis Beramal ‟‟Hughh, sampeyan itu lo, apa-apa kok dibikin lelucon. Itu soal serius. Menyangkut nasib dan mati-hidupnya banyak orang,‟‟ sergah Mbakyu Celathu. (1/CK/RCB/SM/01-02-2009)

Tuturan pada data (1) tersebut mengalami peristiwa campur kode ke dalam (inner code mixing). Peristiwa campur kode yang dimaksud di sini adalah campur kode yang bersumber dari bahasa asli, yaitu bahasa Jawa. Kalimat tersebut diucapkan oleh Mbakyu Celathu yang merasa kesal dan jengkel kepada

Mas Celathu karena Mas Celathu selalu menganggap masalah yang serius sebagai

sebuah lelucon. Hal tersebut berkaitan dengan peristiwa politik yang terjadi sebelum pemilu dilaksakan, yaitu mengenai adanya kampanye dari dua partai politik besar di televisi yang saling mengklaim prestasi atas turunnya harga BBM. Peristiwa campur kode dalam data (1) ditandai dengan adanya kata sampeyan ( Anda/Bapak) Pemakaian kata sampeyan oleh Mbakyu Celathu ini dikarenakan ia ingin menimbulkan suasana kedaerahan, dan sebagai bentuk sapaan untuk menghargai/menghormati Mas Celathu sebagai mitra tutur.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang berwujud kata.

(2) ‟‟Ada yang tiba-tiba mengaku bersahabat dengan petani. Begini ngomongnya, ‟‟Saya Butet Subiyantono, mengajak rakyat Indonesia semua untuk saya dobosi...‟‟ (2/CK/RCB/SM/12-02-2009)

Pada tuturan (2) terdapat campur kode kata. Ditandai dengan adanya kata

dobosi (membohongi). Peristiwa campur kode ini termasuk jenis campur kode ke

dalam (inner code mixing), karena Mas Celathu memakai kata-kata dari bahasa Jawa. Hal tersebut dapat terjadi, karena Mas Celathu mempunyai latar belakang kebahasaan bahasa Jawa, maka penutur berkesempatan untuk bercampur kode dengan unsur bahasa Jawa. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Mas Celathu,

commit to user

ketika tampil dalam pementasan monolog pada acara malam resepsi HUT Ke-59 Suara Merdeka, di Rama Shinta Ballroom Hotel Patra Semarang. Tiap kata-kata Mas Celathu selalu muncul sindiran-sindiran dalam balutan humor yang segar. Pemakaian kata dobosi oleh Mas Celathu ini dikarenakan ia ingin menunjukkan bahwa ia adalah asli orang Jawa. Selain itu, dengan tuturan tersebut akan lebih memudahkan penerimaan maksud yang diinginkan oleh Mas Celathu.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang berwujud kata.

(3) Barangkali inilah yang membikin Mas Celathu tak ikhlas pakai kaos merah jambu. Dengan ragu diserahkan kembali kaos itu, lalu dengan nada menghiba, Mas Celathu merajuk, ”Izinkan aku tetap waras ya.

Please...tolong bebaskan aku dari kaos merah jambu. Please, please...”

(5/CK/RCB/SM/15-02-2009)

Pada tuturan (3) terdapat campur kode kata yaitu please ( bahasa Indonesia = tolong). Campur kode tersebut berasal dari bahasa Inggris, maka termasuk campur kode ke luar (outer code mixing). Tuturan tersebut diungkapkan oleh Mas Celathu yang memohon kepada istrinya, Mbakyu Celathu, untuk tidak memaksa dirinya mengenakan kaos berwarna pink, seperti yang diinginkan oleh Jeng Genit untuk memperingati hari Valentin atau Valentine Day’s. Latar belakang terjadinya campur kode yang bersifat keluar tersebut ialah Mas Celathu ingin memberi kesan bahwa ia memiliki pengetahuan bahasa Inggris yang cukup, sehingga akan menimbulkan bahwa Mas Celathu adalah seorang yang berpendidikan.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang berwujud kata.

(4) Dan umpamakan ditayangkan program news televisi, tentu akan diiringi instrumentalia lagu ”Gugur Bunga”. Soalnya, bobot adegannya

commit to user

menyerupai berita gugurnya para penumpang pesawat dan helikopter TNI yang belakangan rada sering berjatuhan dari udara Indonesia. Dan umpamakan ditayangkan program news televisi, tentu akan diiringi instrumentalia lagu ”Gugur Bunga”. Soalnya, bobot adegannya menyerupai berita gugurnya para penumpang pesawat dan helikopter TNI yang belakangan rada sering berjatuhan dari udara Indonesia. (16/CK/RCB/SM/05-07-2009)

Pada tuturan (4) terdapat campur kode kata yaitu news (bahasa Indonesia = berita). Campur kode tersebut berasal dari bahasa Inggris, maka termasuk campur kode ke luar (outer code mixing). Tuturan tersebut diungkapkan oleh Mas Celathu yang bersedih atas kematian ikan-ikan koinya. Keluarga Celathu merasa bersalah atas kejadian tersebut. Selanjutnya untuk menebus rasa bersalah itu, Mas dan Mbakyu Celathu ingin memperlakukan jazad ikan koi itu secara terhormat seperti layaknya penghormatan terhadap gugurnya para penumpang pesawat dan helikopter TNI yang belakangan rada sering berjatuhan dari udara Indonesia. Latar belakang terjadinya campur kode yang bersifat ke luar tersebut ialah Mas Celathu ingin memberi kesan bahwa ia adalah seorang yang berpendidikan cukup atau orang yang terpelajar. Selain itu, pemanfaatan unsur bahasa Inggris dapat menunjukkan status sosial penutur bahwa ia mempunyai status sosial yang tinggi.

b. Campur Kode yang Berwujud Frasa

Peristiwa campur kode dalam RCB pada surat kabar SM tidak hanya berwujud kata, akan tetapi juga berwujud frasa. Data yang menunjukkan campur kode yang berwujud frasa dapat dilihat dalam tuturan berikut ini.

(5) ‟‟LHO, Bapak kok tidak pakai baju warna pink?” “Wualaaahh....apa ya pantes? He he he ...nanti aku malah kayak ice cream rasa strawberry, semua orang jadi terangsang pengin menjilati aku gimana? Emang kenapa ta, dik?” “Bapak ki piye ta? Kan Valentine

commit to user

Tuturan pada data (5) di atas unsur bahasa yang menyisip dalam peristiwa campur kode tersebut berupa frasa dalam bahasa Inggris, yaitu ice

cream (es krim) dan Valentine Day’s (hari Valentin). Peristiwa campur kode pada

tuturan (5) di atas berasal dari bahasa Inggris, sehingga bersifat ke luar (outer code-mixing).

Tuturan Valentine Days dalam data (5) di atas diungkapkan oleh Jeng Genit, seorang gadis remaja yang sedang mencari jati dirinya. Ia menginginkan ayahnya mengenakan kaos berwarna pink, untuk memperingati hari kasih sayang atau biasa disebut hari Valentin, padahal itu bukan merupakan kebudayaan asli Indonesia. Tuturan “Wualaaahh....apa ya pantes? He he he ...nanti aku malah kayak ice cream rasa strawberry, semua orang jadi terangsang pengin menjilati aku gimana? Emang kenapa ta, dik?”diungkapkan kepada Mas Celathu, sang ayah, yang merasa tidak pantas memakai kaos yang berwarna pink, ia akan merasa seperti ice cream yang berwarna-warni jika mengenakan kaos tersebut. Latar belakang terjadinya campur kode tersebut adalah Mas Celathu dan Jeng Genit ingin memberi kesan bahwa mereka adalah seorang yang terpelajar dan mempunyai hubungan atau pergaulan yang luas.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang berwujud frasa.

(6) Yang paling gawat, kaumnya Kartini ini hanya akan dianggap pemanis kehidupan, harus tampil cantik apabila mengenakan busana tertentu. Asal krekep rapet pastilah cantik. Dan karena itulah, maka perempuan tidak pantas jumeneng sebagai pemimpin. Sialnya, yang lelaki dibiarkan sebagai makhluk yang berkuasa menikmati, memiliki, dan mengatur nasib para perempuan itu. Wualah...kurang ajar banget. (7/CK/RCB/SM/08-03-2009)

Pada tuturan (6) di atas unsur bahasa yang menyisip dalam peristiwa campur kode tersebut berupa frasa dalam bahasa Jawa, yaitu krekep rapet (tertutup rapat). Peristiwa campur kode pada tuturan (6) di atas berasal dari bahasa Jawa, sehingga bersifat ke dalam (inner code-mixing). Tuturan terssebut diungkapkan oleh Mas Celathu untuk menanggapi fenomena yang terjadi di dalam keluarganya. Tiga perempuan di keluarga Celathu, yaitu Mbakyu Celathu, Mbak Tomboy, dan Jeng Genit tiba-tiba melakukan sebuah demonstrasi layaknya pejuang feminisme. Dalam pikiran Mas Celathu, mungkin karena sedang memperingati Hari Perempuan, lalu mereka membuat gugatan. Namun, ternyata mereka melakukan aksi tersebut untuk memperingatkan Mas Celathu. Mas Celathu heran, tidak menyangka dirinya disalahartikan melakukan diskriminasi. Seingatnya, di dalam keluarga Celathu, dia hanya menegakkan aturan demi kemajuan bersama, tetapi Mas Celathu ingin memaknai gugatan itu dengan pikiran positif. Pembagian tanggung jawab dan kesempatan juga diberikan kepada anak istrinya, tanpa membedakan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan punya hak dan peluang yang sama. Campur kode tersebut disebabkan oleh latar belakang budaya Mas Celathu yang berbudaya Jawa, maka Mas Celathu ingin menimbulkan suasana kedaerahan.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang berwujud frasa.

(7) ”PAK, boleh nggak saya ikutan Lomba Cover Girl?”

Itu pertanyaan Jeng Genit di suatu pagi, dan membuat Mas Celathu gelagapan kesulitan menemukan jawaban jitu. Hati kecilnya sih ingin mengatakan,”Ngapain sih ikut lomba gituan?” (9/CK/RCB/SM/19-04-2009)

commit to user

Pada tuturan (7) di atas unsur bahasa yang menyisip dalam peristiwa campur kode tersebut berupa frasa dalam bahasa Inggris, yaitu Cover Girl (gadis sampul). Peristiwa campur kode pada tuturan (7) di atas berasal dari bahasa Inggris, sehingga bersifat ke luar (outer code-mixing). Tuturan Cover Girl dalam data (7) di atas diungkapkan oleh Jeng Genit yang meminta ijin kepada Mas Celathu ,ayahnya, untuk mengikuti lomba pemilihan gadis sampul oleh sebuah majalah. Cover Girl merupakan ajang atau lomba untuk mencari bakat seorang gadis remaja yang dipandang secara fisik menarik untuk dipajang dalam sebuah sampul majalah. Istilah tersebut lazim digunakan apalagi oleh para remaja. Latar belakang terjadinya campur kode tersebut adalah Jeng Genit ingin memberi kesan bahwa ia adalah seorang yang berpendidikan dan mempunyai hubungan atau pergaulan yang luas.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang berwujud frasa.

(8) ’’Sampeyan sekarang sudah punya menantu lho. Janji ya, mulai sekarang musti ngrumangsani kalau sudah tua. Jangan sembarangan naik tunggangan. Omongan dan tindakannya harus lebih hati-hati. Ya ndak?‟‟ pinta Mbakyu Celathu sambil terus mengurut-urut pinggang suaminya. (11/CK/RCB/SM/17-05-2009)

Pada tuturan (8) di atas unsur bahasa yang menyisip dalam peristiwa campur kode tersebut berupa frasa dalam bahasa Jawa, yaitu musti ngrumangsani (harus merasa) dan peristiwa campur kode berupa kata dalam bahasa Jawa

Sampeyan (anda/kamu/bapak). Peristiwa campur kode yang berwujud frasa dan

kata pada tuturan (8) di atas berasal dari bahasa Jawa, sehingga bersifat ke dalam (inner code-mixing). Tuturan di atas diungkapkan oleh Mbakyu Celathu yang mengingatkan Mas Celathu, suaminya, bahwa sekarang ia sudah tua dan sudah

mempunyai menantu jadi dalam berbicara dan bertindak harus lebih berhati-hati. Campur kode yang terjadi dalam tuturan (8) di atas disebabkan karena latar belakang sosial penutur adalah budaya Jawa, maka tuturan Mbakyu Celathu tersebut secara tidak langsung terpengaruh oleh budayanya, yaitu budaya Jawa. Selain itu konteks tuturannya berada pada konteks budaya Jawa, sehingga Mbakyu Celathu lebih menekankan maksud/keinginannya kepada Mas Celathu dengan memanfaatkan unsur bahasa Jawa yang dianggap lebih sopan.

c. Campur Kode yang Berwujud Baster

(9) Dan kepada Mbakyu Celathu, dia cuma berpesan: ”Umpamakan kamu

nge-fans sama capres nggantheng, jangan kemudian kamu pakai lisptik

warna biru ya. Aku kan tetap ingin melihat bibirmu segar seperti merah delima.” (3/CK/RCB/SM/15-02-2009)

Pada tuturan (9) terdapat campur kode bentuk baster, yaitu nge-fans (mengidolakan). Campur kode bentuk baster nge-fans merupakan penggabungan dua unsur bahasa, yaitu bentuk fans termasuk unsur dari bahasa Inggris dan awalan nge- yang berasal dari dialek Jakarta. Oleh karena itu, campur kode pada tuturan (9) di atas bersifat ke luar atau disebut outer code-mixing. Tuturan di atas diungkapkan oleh Mas Celathu yang berpesan kepada istrinya untuk tampil apa adanya, tidak terpengaruh dengan fenomena-fenomena yang terjadi ketika dan setelah pemilihan umum dilaksanakan. Latar belakang terjadinya campur kode yang bersifat ke luar ialah Mas Celathu ingin memberi kesan bahwa ia adalah orang yang mempunyai pergaulan yang cukup luas.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang berwujud baster.

(10) ”Sudahlah. Katimbang aku yang nggondok sakit hati, biarin aja. Mau ngrokok sampai cangkem-nya kobong, toh yang menanggung

commit to user

akibatnya ya dia sendiri. Males aku,” ujar Mbakyu Celathu kepada Jeng Genit, bungsu keluarga Celathu, suatu kali. (17/CK/RCB/SM/02-08-2009)

Pada tuturan (10) terdapat campur kode bentuk baster, yaitu cangkemnya (bibirnya). Campur kode bentuk baster cangkemnya merupakan penggabungan dua unsur bahasa, yaitu bentuk cangkem termasuk unsur dari bahasa Jawa dan akhiran –nya yang berasal dari bahasa Indonesia. Oleh karena itu campur kode pada tuturan (10) di atas bersifat ke dalam atau disebut inner code-mixing. Tuturan di dalam data (10) diungkapkan oleh Mbakyu Celathu yang merasa kesal karena himbauan atau larangannya kepada Mas Celathu untuk berhenti merokok tidak dihiraukan. Fenomena dalam data (10) juga berkaitan dengan adanya fatwa dari MUI bahwa merokok itu haram, selain mengganggu kesehatan bagi si perokok itu sendiri, asap rokok juga dapat mengganggu kesehatan orang-orang yang ada di sekitarnya. Latar belakang terjadinya campur kode yang bersifat ke dalam ialah Mbakyu Celathu ingin memberi kesan bahwa ia adalah orang yang menunjukkan kekhasan daerahnya.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang berwujud baster.

(11) ‟‟Kalau manusia beneran, mana mungkin punya pikiran jahat menghancurkan kehidupan?‟‟ jawab Mas Celathu ketika bininya bertanya, ‟‟Kira-kira manusia macem apa ya, pelaku pengeboman itu?‟‟ ‟‟Mungkin pelakunya jenis manusia kapok lombok,‟‟ jawab Mbakyu Celathu seraya menerangkan, ‟‟kapok lombok‟‟ adalah perilaku orang yang selalu ingin mengulang kekonyolan, meski kekonyolan itu nggak enak dan menyengsarakan. Kayak orang kepedasan menggigit cabe. Pas mulutnya nyonyor kepedasan selalu bilang kapok, kapok, kapok. Tapi jika nanti mengunyah tempe, tetap saja menceplus lombok. (15/CK/RCB/SM/19-07-2009)

Pada tuturan (11) terdapat campur kode bentuk baster, yaitu menceplus (menggigit/memakan). Campur kode bentuk baster menceplus merupakan penggabungan dua unsur bahasa, yaitu bentuk ceplus termasuk unsur dari bahasa

Jawa dan awalam me - yang berasal dari bahasa Indonesia. Oleh karena itu campur kode pada tuturan (11) di atas bersifat ke dalam atau disebut inner code-mixing. Tuturan tersebut diutarakan oleh Mbakyu Celathu untuk menjawab pertanyaan dari Mas Celathu, ketika suaminya tersebut bertanya manusia seperti apa yang tega, dan dengan keji melakukan aksi pengeboman yang terjadi berkali-kali di Indonesia. Hal ini sangat berkaitan dengan banyaknya aksi teror/pengeboman yang terjadi di Indonesia, kejadian tersebut mungkin memang murni kasus terorisme atau mungkin ada konspirasi politik yang melatar belakanginya. Latar belakang terjadinya campur kode yang bersifat ke dalam ialah Mbakyu Celathu ingin menunjukkan latar belakang budayanya yang berbudaya Jawa.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang berwujud baster.

(12) Dan itu tuh...makannya juga jangan ngawur. Kalau ketemu sate kambing kok selalu cenanangan. Dikontrol tuh kolesterolnya. Mosok trigliseride kok sampai 609. Kalau kena stroke gimana? Ngejob ya

ngejob,..tapi harus ingat kekuatan badan. Wis tuwa kok maunya tetap

mbagusi...‟‟ (18/CK/RCB/SM/23-08-2009)

Pada tuturan (12) terdapat campur kode bentuk baster, yaitu ngejob (bekerja). Campur kode bentuk baster ngejob merupakan penggabungan dua unsur bahasa, yaitu bentuk job yang termasuk unsur dari bahasa Inggris dan awalan nge- yang berasal dari dialek Jakarta. Oleh karena itu campur kode pada tuturan (12) di atas bersifat ke luar atau disebut outer code-mixing. Tuturan dalam data (12) diungkapkan oleh Mbakyu Celathu yang mengingatkan suamuinya ,Mas Celathu, agar ia harus lebih sadar diri, karena sudah tua bekerja harus melihat kondisi badan tidak terlalu memaksakan, menjaga kesehatan dan mengatur pola

commit to user

makan. Latar belakang terjadinya campur kode yang bersifat ke luar ialah Mbakyu Celathu ingin memberi kesan bahwa ia adalah orang yang terpelajar atau orang yang berpendidikan cukup.

d. Campur kode Berwujud Perulangan Kata

Peristiwa campur kode dalam RCB pada surat kabar SM ada yang berwujud perulangan kata. Data yang menunjukkan campur kode yang berwujud perulangan kata tampak dalam tuturan berikut.

(13) ‟‟Lagian saya kan dikaruniai diabetes melitus. Untuk menyelenggarakan ‟duel ranjang‟ selalu butuh perjuangan maha dahsyat. Kalau kadar gulanya mumbul, yang terjadi malah ‟layu sebelum berkembang‟. Lha wong siji wae ra entek-entek, kok arep ndobel. Boyok-ku kelakon sempal nanti,‟‟ begitu kilah Mas Celathu menampik ajakan berpoligami. (6/CK/RCB/SM/08-03-2009)

Pada tuturan (13) di atas terdapat campur kode berupa kata ulang yang berasal dari bahasa Jawa, yaitu entek-entek (habis-habis). Kata ulang pada tuturan (13) di atas termasuk kata ulang utuh karena tidak mendapat imbuhan dan tidak berubah bunyi. Campur kode ini bersifat ke dalam (inner code-mixing). Tuturan tersebut diungkapkan oleh Mas Celathu yang meyakinkan istrinya dengan berbagai alasan, bahwa ia tidak mungkin akan berpoligami. Hal ini berkaitan dengan fenomena merebaknya isu-isu tentang perselingkuhan dan poligami yang ketika itu menjadi topik pembicaraan yang hangat dalam masyarakat. Latar belakang terjadinya campur kode tersebut adalah Mas Celathu ingin menunjukkan kekhasan daerahnya.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang berwujud perulangan kata.

(14) Hayo, mau ngapain lagi sekarang? Mau bilang ”urip mung mampir ngguyu” lagi sambil wajahnya pringas-pringis? Lha mbok mringis-nya sampai mrongos ya bakal ngos-ngosan. Soalnya, suhu badan Mas Celathu

diibaratkan bisa untuk bikin telur setengah matang. Matanya berkunang-kunang kayak teler cimeng. Jika berjalan tertatih-tatih seperti tuna netra kehilangan tongkat putih. (8/CK/RCB/SM/22-03-2009)

Pada tuturan (14) di atas terdapat campur kode berupa kata ulang, yaitu

pringas-pringis (cengar-cengir/senyum-senyum). Kata ulang ini termasuk kata

ulang berubah bunyi. Dalam kata ulang pringas-pringis terjadi pergantian fonem, dari bentuk dasarnya pringis, fonem /i/ pada bentuk dasarnya tersebut diubah menjadi fonem /a/, sehingga pengulangannya menjadi pringas. Campur kode ini bersifat ke dalam karena berasal dari bahasa Jawa. Tuturan di atas diungkapkan oleh Mbakyu Celathu kepada Mas Celathu yang ketika itu sedang terbaring sakit di rumah sakit karena terkena demam berdarah. Mbakyu Celathu merasa kesal kepada Mas Celathu karena nasihatnya tidak pernah dihiraukan, akhirnya Mas Celathu harus beristirahat di rumah sakit. Latar belakang terjadinya campur kode ini adalah untuk menunjukkan latar belakang budaya Mbakyu Celathu sebagai orang Jawa.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang berwujud perulangan kata.

(15) ”Makanya, sekarang diminum tuh jamu pegagannya. Biar daya ingat sampeyan tetap kuat. Dieling-eling dulu kayak apa sejarah capres itu. Dulunya jahat atau tidak? Pernah jadi penculik atau pembunuh atau memang orang suci? Kalau sampeyan sudah lupa permanen, ya nanti pasti keliru kalau nyontreng milih presiden,” nasihat Mbakyu Celathu. (10/CK/RCB/SM/03-05-2009)

Pada tuturan (15) di atas terdapat campur kode berupa kata ulang yang berasal dari bahasa Jawa, yaitu Dieling-eling (Diingat-ingat). Kata ulang pada tuturan (15) di atas termasuk pengulangan bentuk dasar secara sebagian, tanpa perubahan fonem. Campur kode ini bersifat ke dalam (inner code-mixing).

commit to user

memberikan jamu tradisional berupa rebusan daun pegagan kepada Mas Celathu, yang dipercaya berkhasiat untuk meningkatkan daya ingat, agar Mas Celathu dapat mengingat dengan baik nama calon wakil rakyat, supaya tidak salah memilih waktu mencontreng. Hal ini berkaitan dengan fenomena akan dilaksanakannya pemilihan umum di Indonesia yang akan memilih presiden dan wakilnya. Latar belakang terjadinya campur kode tersebut adalah Mbakyu Celathu ingin menonjolkan sifat kedaerahannya.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang berwujud perulangan kata.

(16) ”Wualah lagakmu Pakne-pakne. Lha wong modalnya cuma nyonthong aja gayanya melebihi wakil rakyat yang bakal dilantik,” ejek Mbakyu sambil masih terus berkemas-kemas. (19/CK/RCB/SM/27-09-09)

Tuturan pada data (16) di atas diungkapkan oleh Mbakyu Celathu. Pada data (16) terdapat campur kode berupa kata ulang yang berasal dari bahasa Jawa, yaitu Pakne-pakne (Bapak-bapak). Kata ulang pada tuturan (22) di atas termasuk kata ulang utuh karena tidak mendapat imbuhan dan tidak berubah bunyi. Campur kode ini bersifat ke dalam (inner code-mixing). Latar belakang terjadinya campur kode tersebut adalah Mbakyu Celathu ingin menunjukkan kekhasan latar belakang budaya yang dimilikinya, yaitu budaya Jawa dengan memanfaatkan bentuk kata sapaan dalam bahasa Jawa yang ditujukan kepada Mas Celathu, suaminya.

e. Campur Kode Berwujud Ungkapan atau Idiom

Peristiwa campur kode dalam RCB pada surat kabar SM ada yang

Dokumen terkait