• Tidak ada hasil yang ditemukan

Campuran Beton 1. Batu Beton

Dalam dokumen 1. Buku Konstruksi Bangunan_1 2013 (Halaman 40-52)

Jelaskan apa itu kayu olahan, beri 4-contoh yang kamu kenal, dan bagaimana cara membuatnya,

B. Campuran Beton 1. Batu Beton

Bahan beton berupa agregat kasar, yaitu batu beton atau kerikil atau batu pecah, sebagai bahan agregat kasar, terdiri dari batuan alam utuh, dan batuan alam yang dipecah. Kerikil (gravel) adalah bebatuan kecil dan biasanya diambil dari sungai, dan ada pula batu granit yang dipecahkan. Ukuran kerikil

Pemahaman !

Dapatkah kamu mengenal pasir dan kerikil (spilt) yang biasa digunakan tukang bangunan ?, coba jelaskan pemahamanmu tentang jenis pasir itu !

Paham kah kamu bentuk dan warna pasir berbeda-beda, dan taukah kamu bahan pasir diambil dari mana ?

Pemahaman !

Dapatkah kamu mengenal pasir dan kerikil (spilt) yang biasa digunakan tukang bangunan ?, coba jelaskan pemahamanmu tentang jenis pasir itu !

Paham kah kamu bentuk dan warna pasir berbeda-beda, dan taukah kamu bahan pasir diambil dari mana ?

yang selalu digunakan ialah antara 2 mm dan 75 mm. Selan utnuk bahan beton, kerikil sering digunakan dalam pembangunan badan jalan, dan sebagai batu campuran untuk sirtu. Batu kerikil, dapat dibedakan atas; kerikil galian, kerikil sungai dan kerikil pantai.Kerikil galian biasanya

mengandung zat-zat seperti tanah liat, debu, pasir danzat-zat organik.Kerikil sungai dan kerikil pantai biasanya bebas dari zatzatyang tercampur, permukaannya licin dan bentuknya lebih bulat, kerikil alam yang kasar akanmenjamin pengikatan adukan lebih baik. Terdapat beberapa jenis batu kerikil yang sudah dikenali, yakni:

 Kerikil tepi  Kerikil pantai  Cadas teluk  Cadas tumbukan  Kerikil tumbukan  Kerikil murni  Kerikil sisa  Kerikil Piemonte  Kerikil gunung  Kerikil sungai

Batu pecah atau disebut juga kricak(Split Stone / Batu Split/ Batu Pecah), adalah agregat kasar yang diperoleh dari batu alamyang dipecah, berukuran 5-70 mm. Proses panggilingan biasanyadilakukan dengan mesin pemecah batu (crusher).Batu beton atau split untuk betonmempunyai bentuk bervariasi sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dalam membuat sebuah konstruksi bangunan. Istilah bentuk atau tipe batu split untukb Beton disebutkan sesuai ukurannya di pasaran ada 1-2, 2-3, dan 3-4 dalam ukuran centi meter. Sebagai contoh jika kita akan mengerjakan konstruksi bangunan sebuah tiang atau kolom cor beton dengan ukuran 20 cm x 30 cm atau 30 cm x 30 cm kita bisa menggunakan batu split ukuran terbesar yaitu tipe 3-4, tetapi jika kita akan mengerjakan pengecoran kolom praktis yang hanya berukuran 10 cm x 10 cm maka sebaiknya kita menggunakan ukuran yang paling kecil yaitu tipe 1-2.

Menurut ukurannya, batu beton jenis spilt/kricak dapat dibedakan atas; a. Ukuran butir : 5 - 1 0 mm disebut spilt/kricak halus,

b. Ukuran butir : 10-20 mm disebut spilt/kricak sedang, c. Ukuran butir : 20-40 mm disebut spilt/kricak kasar, d. Ukuran butir : 40-70 mm disebut spilt/kricak kasar sekali.

Gambar 2-1 : Batu Beton (Kerikil/Spilt)

Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm, sebagai bahan adukan beton, maka agregat kasar harus diperiksa baik secar visual dan bila perlu menggunakan laboratorium pengujian, untuk mutu beton khusus. Bahan betin agregat kasar harus terdiri dari butir keras dan tidak berpori, agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapatdipakai, apabila jumlah butir-butir-butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 20%dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifatkekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruhcuaca.Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, ditentukan terhadap berat kering, dan juga tidak boleh mengandung zat-zat yang dapatmerusak beton.

2. Pasir

Pasir adalah agregat halus bahan beton, agregat halus adalah butiran halus yang memiliki kehalusan 2mm – 5mm, dan menurut SNI 02-6820-2002 , agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,75 mm, agregat halus merupakan agregat yang besarnya tidak lebih dari 5 mm, sehingga pasir dapat berupa pasir alam atau berupa pasir dari pemecahan batu yang dihasilkan oleh pemecah batu. Sementara itu, menurut SNI 1737-1989-F , agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir,atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan. Pasir adalah bahan batuan halus, terdiri dari butiran dengan ukuran 0,14-5 mm, didapat dari basil desintegrasi batuan alam (natural sand)atau dengan memecah (artificial sand). Sebagai bahan adukan, baik untuk spesi maupun beton, maka agregat halus harus diperiksa secara lapangan.

Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03-6821-2002 adalah sebagai berikut:

a) Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.

b) Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah 10% berat. Sedangkan jika dipakai magnesium sulfat c) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap

berat kering), jika kadar lumpur melampaui 5% maka pasir harus di cuci

Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori diantara butiran yang besar, sehingga pori-porinya sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi. Pada agregat untuk pembuatan beton diinginkan suatu butiran yang berkemampatan tinggi, karena volume pornya sedikit maka bahan pengiat yang dibutuhkan juga sedikit. Menurut SK SNI T-15-1990-03 , kekasaran pasir dapat dibedakan menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu :

1) Pasir Kasar 2) Pasir Agak Kasar 3) Pasir Agak Halus 4) Pasir Halus

Pemeriksaan pasir, sebagai bahan bangunan, yaitu dengan cara penggenggaman, dilakukan denngan mengambil pasir dengan kelembaban agak tinggi atau dalam kondisi agak basah (tapi jangan terlalu basah), lalu digenggam kuat-kuat dan dilepas. Jika tetap menggumpal maka kadar lumpur cukup tinggi, kandungan lumpur juga dapat terlihat di telapak tangan. Kemudian dengan cara penenggelaman pasir dilakukan dengan menggenggam pasir lalu memasukkan tangan ke dalam air jernih, lalu dibuka dan digerak-gerakkan perlahan, dan akan terlihat partikel lumpur yang terpisah dari pasir. Jika terdapat partikel yang mengambang atau mengapung, maka perlu dicurigai kandungan organik yang cukup tinggi pada pasir. Berikut ini dapat dilakukan pemeriksaan lapangan dengan cara sederhana.

Pemeriksaan kandungan bahan organik agregat halus (pasir) di lapangan; a) Masukkan pasir dalam gelas atau botol bening

b) Campurkan larutan soda api 3% c) Aduk atau kocok, lalu diamkan 24 jam

jika larutan menjadi berwarna coklat tua, mengindikasikan kandungan organik dalam agregat cukup tinggi, Indikasi kandungan organik juga dapat terlihat jika pasir ditenggelamkan dalam air jernih, yaitu apabila terlihat partikel mengambang

Pemeriksaan kandungan lumpur agregat halus (pasir) di lapangan ada beberapa cara, yaitu;

a) Peremasan atau penggosokan (tidak terukur) b) Penggenggaman (tidak terukur)

c) Penenggelaman pasir di air jernih (tidak terukur) d) Pengocokan (terukur)

Tiga pemeriksaan sederhana pertama merupakanpemeriksaan tidak terukur, yang hanya dilakukan untuk pemeriksaan cepat ketika menerima material atau melakukan inspeksi cepat. Cara peremasan atau penggosokan dilakukan dengan mengambil pasir kering udara atau sedikit lembab lalu diremas-remas

dengan satu tangan atau digosok di antara dua telapak tangan, lalu dilihat partikel yang menempel di telapak tangan, menunjukkan perkiraan kadar lumpur yang terkandung dalam pasir.

3. Semen (Portland Cement/PC)

Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari bahasa latin caementum , yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Sejarah menceritakan bahwa fungsi semen sejak zaman dahulu, pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Semen, sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.Sejarah menjelaskan dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya.

Semen Portland (sering disebut sebagai OPC, dari Ordinary Portland Cement) adalah jenis yang paling umum dari semen dalam penggunaan umum di seluruhdunia karena merupakan bahan dasar beton, plesteran semen, dan sebagian besarnon-nat khusus. Ini adalah bubuk halus yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland (lebih dari 90%), jumlah terbatas kalsium sulfat (yang mengontrol waktu yang ditetapkan) dan sampai 5% bagian kecil sebagaimana diizinkan oleh berbagai standar. Sejarah Semen Portland dikembangkan dari semen alami yangterbuat di Inggris pada awal abad kesembilan belas, dan namanya berasal darikemiripannya dengan batu Portland, jenis bangunan batu yang digali di Isle of Portland di Dorset, Inggris.

Penggunaan yang paling umum untuk semen Portland adalah dalam produksi beton, adalah material komposit yang terdiri dari agregat kerikil, pasir, semen, dan air. Sebagai bahan konstruksi, beton dapat dicetak dalam hampir semua bentuk yang diinginkan, dan sekali mengeras, dapat menjadi elemen struktur.

Penggunaan Semen Portland (PC) juga digunakan dalam mortar, yaitu campuran pasir denga air saja. Adonan campuran semen dengan air dicampur dalam beberapa jam dapat mengeras, dan semakin lama akan semakin sempurna kekerasannya. Pada prinsipnya, kekuatan beton akan terus meningkat perlahan-lahan selama air tersedia untuk hidrasi lanjutan, beton biasanya kering setelah normalnya 21 hari, dan lama kelamaan akan mencapai titik kekerasan maksimal.

Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu :

1) Tipe I (Ordinary Portland Cement); Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratn khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain.Tipe semen ini paling banyak diproduksi dan banyak dipasaran

2) Tipe II (Moderate sulfat resistance); Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerah–daerah tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan air selama pengeringan agar tidak terjadiSrinkege (penyusutan) yang besar perlu ditambahkan sifat moderat “Heat of hydration”. Semen Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan utama

3) Tipe III (High Early Strength); Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.Semen tipe III ini dibuat dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan semen Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur 7 hari semen Portland tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan menggunakan semen portlan tipe I pada umur 28 hari

4) Tipe IV (Low Heat Of Hydration); Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah. Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette (beton) yang massive dan

dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam, lapangan udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan selama periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak terjadi pengembangan volume beton yang bisa menimbulkan cracking (retak). Pengembangan kuat tekan (strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding semen portland tipe I

5) Tipe V (Sulfat Resistance Cement); Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi seperti: air laut, daerah tambang, air payau dsb.

Tabel 2-1 : Karakter Semen dan Penggunaannya NO JENIS

SEMEN

KARAKTER APLIKASI

PENGGUNAAN 1 I  Waktu ikat awal ± 120

menit.

 Waktu ikat akhir ± 300 menit

Normal, tidak memerlukan persyaratan khusus

2 II  Waktu ikat = PC tipe I  Panas hidrasi sedang

Moderate sulfate resistance, misal untuk konstruksi bawah tanah 3 III  Komposisi kimia

setara dgntipe I  Butiran partikel jauh

lebih halus

High early strength, untuk struktur yg memerlukan kekuatan awal yang tinggi

4 IV  Panas hidrasi rendah Low heat of hydration, digunakan untuk struktur dengan massa beton yang besar misalnya graving dam 5 V  Perkembangan kuat

tekan lebih lambat dibanding tipe I  Waktu ikat awal ± 240

menit

 Waktu ikat akhir ± 480 menit

High sulfate resistance, digunakan untuk konstruksi yg memerlukan ketahanan yg tinggi terhadap serangan sulfat

Pemeriksaan mutu semen, mungkin tidak perlu kita bicarakan disini, karena secara standar setiap produksi semen telah mengalami pengawasan uji mutu dari pabrik.setidaknya, bila tidak ada enyimpangan dalam transportasi, setiap

semen yag dikirim dalam bentuk kemasan tertutup dari toko, dijamin pasti sudah melewati uji mutu yang standar. Jadi perlu diawasi dan diperiksa adalah campuran beton, dari material semen, pasir dan spilt. Untuk konstruksi bangunan sederhana, seperti bangunan rumah tinggal, ruko, gedung pertemuan, jalan beton, pemeriksaan semen dilapangan sangat jarang dilakukan, karena semen portland yang beredardi pasaran sudah melalui pengawasan yang ketat dari mulai instansi perindustrian, perdagangan dan pengawasan mutu produk di Indonesia.

Beriktu ini adalah bahan bacaan untuk pemahaman tentang bahan, syarat adukan campuran dan adukan beton.

Ketentuan menurut SNI 03-4810-1998, tentang bahan berbunyi:

Pasal 2.2.2 Bahan; Bahan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) Semen sesuai dengan SNI 15-2049-1990, Semen Portland, Mutu dan Cara Uji;

2) Air sesuai SNI 03-6861.1-2002, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Non Logam);

3) Bahan tambahan sesuai dengan SNI 03-2495-1991, Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton;

4) Agregat sesuai dengan SNI 03-1750-1990 Agregat Beton, Mutu dan Cara Uji.

Ketentuan menurut SNI 03-4810-1998, tentang campuran beton segar, berbunyi:

Pasal 2.2.4 Campuran Beton Segar

Campuran beton segar harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

 Diambil sesuai dengan SNI 03-1972-1990, Metode Pengambilan Contoh Campuran Beton Segar;

 Uji slump sesuai dengan SNI 03-1972-1990, Metode Pengujian Slump Beton;

 Uji kandungan udara sesuai dengan SNI 03-3418-1994, Metode Pengujian Kandungan Udara pada Beton Segar dan ASTM Standard C-231, Tets Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure Method;

 Pengukuran suhu sesuai dengan ASTM Standard C 1064, Test Method for Temperature of Freshly Mixed Portland Cement Concrete.

SNI Untuk Konstruksi Beton, Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Batu Cetak Beton Pasangan Dinding, [ SNI 03-6821-2002 ].

 Spesifikasi ini mencakup ketentuan mengenai agregat ringan yang digunakan dalam pembuatan batu cetak beton ringan untuk untuk pasangan dinding dan persyaratan yang meliputi komposisi kimia dan sifat-sifat fisis agregat ringan

SNI Untuk Konstruksi Beton, Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan Struktur, [ SNI 03-2461-2002 ].

 Standar ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi produsen/ perencana dan pelaksanaan pekerjaan beton dalam menilai mutu agregat ringan yang memenuhi persyaratan. Spesifikasi ini mencakup ketentuan mengenai agregat ringan yang digunakan dalam pembuatan beton struktural dengan pertimbangan utamanya adalah ringannya bobot dan tingginya kekuatan, yang meliputi persyaratan mengenai komposisi kimia, sifat fisis serta penggantian pasir alam. Nilai dinyatakan dalam satuan metrik yang digunakan sebagai standar

SNI Untuk Konstruksi Beton, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal, SNI 03-2834-2000

Ketentuan (pasal) 2. Acuan

 SNI-03-1750-1990, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton  SNI-15-2049-1994, Semen Portland

 SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam),

 SNI-03-2914-1992, Spesifikasi Beton Tahan Sulfat.  SNI-03-2915-1992, Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air

 American Concrete Institute (ACI) – 1995, Design of Normal Concrete Mixes, Building Code Requirements for Reinforced Concrete

 British Standard Institution (BSI) – 1973, Spesification for Aggregates from Natural Sources for Concrete, (Including Granolithic), Part 2 Metric Units.

 Development of the Environment (DOE) 1975, Design of Normal Concrete Mixes, Building Research Establisment.

Ketentuan (pasal) 3. Pengertian

Dalam standar ini yang dimaksud dengan:

1) Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tampa bahan tambah membentuk massa padat;

2) Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200 – 2500) kg/m3 menggunakan agregat alam yang dipecah;

3) Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm

4) Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 5 mm – 40 mm

5) Kuat tekan beton yang disyaratkan f ,

c adalah kuat tekan yang ditetapkan oleh perencana struktur (berdasarkan benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm);

6) Kuat tekan beton yang ditargetkan fcr adalah kuat tekan rata rata yang diharapkan dapat dicapai yang lebih besar dari f,

c;

7) Kadar air bebas adalah jumlah air yang dicampur ke dalam beton untuk mencapai konsistensi tertentu, tidak termasuk air yang diserap oleh agregat;

8) Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air bebas dan berat semen dalam beton;

9) Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton dinyatakan dalam mm ditentukan dengan alat kerucut abram (SNI 03-1972-1990 tentang Metode Pengujian Slump Beton Semen Portland);

10) Pozolan adalah bahan yang mengandung silica amorf, apabila dicampur dengan kapur dan air akan membentuk benda padat yang keras dan bahan yang tergolongkan pozolan adalah tras, semen merah, abu terbang, dan bubukan terak tanur tinggi

11) Semen Portland-pozolan adalah campuran semen Porland dengan pozolan antara 15%-40% berat total camnpuran dan kandungan SiO2 + Al2O3+Fe2O3 dalam pozolan minimum 70%;

12) Semen Portland tipe I adalah semen Portland untuk penggunaan umum tanpa persyaratan khusus;

13) Semen Portland tipe II adalah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahan terhadap sulfat dan kalor hidrasi sedang;

14) Semen Portland tipe III adalah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi;

15) Semen Portland tipe V adalah semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahan yang tinggi terhadap sulfat; 16) bahan tambah adalah bahan yang ditambahkan pada campuran bahan

pembuatan beton untuk tujuan tertentu.

Setelah membaca seluruh bahan bacaan di atas, pahamilah seluruh isinya, bila ada yang belum kamu pahami betul, Tanya dan diskusikan dengan temanmu. Bila temanmu juga tidak paham, tanyakan kepada gurumu

Selanjutnya, cari dan temukan bahan bangunan yang belum pernah kamu lihat baca dan komunikasikan kepada seluruh temanmu.

Setelah membaca seluruh bahan bacaan di atas, pahamilah seluruh isinya, bila ada yang belum kamu pahami betul, Tanya dan diskusikan dengan temanmu. Bila temanmu juga tidak paham, tanyakan kepada gurumu

Selanjutnya, cari dan temukan bahan bangunan yang belum pernah kamu lihat baca dan komunikasikan kepada seluruh temanmu.

Dalam dokumen 1. Buku Konstruksi Bangunan_1 2013 (Halaman 40-52)