• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Candida albicans

Candida albicans adalah fungi patogen oportunistik yang menyebabkan berbagai penyakit pada manusia seperti sariawan, lesi pada kulit, vulvavaginitis, candiduria dan gastrointestinal candidiasis. Mekanisme infeksi C. albicans sangat komplek termasuk adhesi dan invasi, perubahan morfologi dari bentuk sel khamir ke bentuk filamen (hifa), pembentukan biofilm dan penghindaran dari sel-sel imunitas inang. Kemampuan C.albicans untuk melekat pada sel inang merupakan faktor penting pada tahap permulaan kolonisasi dan infeksi. Perubahan fenotip menjadi bentuk filamen memungkinkan C. albicans untuk melakukan penetrasi ke epithelium dan berperanan dalam infeksi dan penyebaran C. albicans pada sel inang. C. albicans juga dapat membentuk biofilm yang dipercaya terlibat dalam penyerangan sel inang dan berhubungan dengan resistansi terhadap antifungi. Dengan memahami mekanisme infeksi C. albicans akan membantu memperbaiki diagnosis laboratorium dan terapi terhadap C. albicans (Kusumaningtyas, 2009).

C. albicans merupakan salah satu contoh jamur oportunistik, yaitu jamur yang biasanya tidak menyebabkan penyakit, tetapi dapat menyebabkan penyakit pada orang yang mekanisme pertahanannya terganggu. C.albicans juga dapat menimbulkan infeksipada mata dan organ-organ lain bila dimasukkan secara intravena (jarum,penyalahgunaan narkotika dan sebagainya) (Pelczar, 1998).

Candida telah muncul sebagai salah satu infeksi nosokomial yang penting. Candida adalah anggota flora normal terutama saluran pencernaan, juga selaput mukosa saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit dan dibawah jari-jari kuku tangan dan kaki. Candida tampak sebagai ragi lonjong, kecil, berdinding tipis, bertunas, gram positif, dan memiliki pseudohifa. Infeksi candida dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen. Penyakit yang disebabkan oleh candida dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru, kadang- kadang dapat menyebabkan septicemia, endokarditis atau meningitis (Simatupang, 2009).

C.albicans adalah suatu jamur lonjong bertunas yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat.Kandida adalah anggota flora normal selaput lender, selaput pernapasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita.Pada tempat-tempat ini jamur ini dapat menjadi dominan dan dihubungkan dengan keadaan-keadaan patogen.Pada sediaan mikroskopik eksudat, Candida tampak sebagai ragi lonjong bertunas, gram positif, ukurannya 2-3 x 4-6 µ m, dan sel-sel bertunas, gram positif, yang memanjang menyerupai hifa.C. albicans meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas; menghasilkan asam dari sukrosa; dan tidak bereaksi dengan laktosa (Jawetz et al, 1984).

Jamur C. albicans biasanya hidup sebagai saprofit dalam rongga mulut, usus dan vagina.Pada orang sehat jamur ini bersifat normal, tetapi pada keadaan tertentu, yaitu pada keadaan daya tahan tubuh menurun jamur ini dapat berubah sifatnya menjadi patogen dengan menimbulkan berbagai keluhan.Pada vagina jamur ini dapat menimbulkan gejala keputihan yang dikenal sebagai kandidiasis vagina (Soemiati dan Berna, 2002).Kandidiasis dapat menyerang kulit lipatan kuku (paronikia) dan daerah-daerah intertigo di mana terdapat maserasi. Infeksi

dapat akut atau kronik (biasanya dalam lipatan kuku). Bentuk generalisata terjadi dengan kandidiasis membran mukosa (Bayley dan Leinster, 1977).Menurut Rostinawati, dkk (2009), penyakit kulit dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Candida albicans merupakan bagian dari flora normal selaput lendir di saluran pernapasan,saluran cerna dan vagina dan dapat menyebabkan candidiasis mulut (sariawan), candidiasis usus, candidiasis vagina (vaginitis), candidiasis kulit dan candidiasis sistemik.

Secara histologik, berbagai lesi kulit pada manusia menunjukkan peradangan. Beberapa menyerupai pembentukan abses; lainnya menyerupai granuloma menahun. Kadang-kadang ditemukan Candida dalam jumlah besar dalam saluran pencernaan setelah pemberian antibiotika oral, misalnya tetrasiklin, tetapi hal ini biasanya tidak menyebabkan gejala-gejala. Candida dapat dibawa oleh aliran darah ke banyak organ, termasuk selaput otak, tetapi biasanya tidak dapat menetap (Jawetzet al.1984).

Menurut Hawley (2003), Candida spp. adalah ragi, beberapa seperti C. albicans, juga menghasilkan pseudohifa dan hifa sejat dalam jaringan. Candida spp. ditemukan sebagai flora mukokutis normal, tetapi di bawah kondisi tertentu, dapat tumbuh berlebihan dan melakukan invasi. Berikut adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh C. albicans:

1. Oral thrush

Terjadi pada bayi prematur, pasien yang mendapat antibiotik, dan pejamu dengan tanggap imun yang lemah.Oral thrush dapat berkembang menjadi esofagitis, kemudian gastritis, dan akhirnya, melalui defek di usus, menjadi septikemia.

Menurut Simatupang (2009), infeksi Candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrush yang dilaporkan oleh Francois Valleix (1836). Langerbeach (1839) menemukan jamur penyebab trush kemudian Berbout (1923) memberi nama organisme tersebut Candida.

2. Perleche (lecet di sudut mulut) mengisyaratkan malnutrisi.

3. Endokasrditis (dengan septikemia transien) terjadi pada pecandu obat terlarang IV atau orang dengan kateter menetap.

4. Serebritis dapat terjadi pada pejamu dengan tanggap imun lemah. 2.5Tumbuhan Seri (Muntingia calabura)

Muntingia calabura banyak ditanam di negara-negara yang beriklim tropis, termasuk Indonesia dan sudah beradaptasi dengan iklim tropis Indonesia.Seri banyak ditanam di lingkungan rumah tinggal atau halaman perkantoran sebagai tumbuhan peneduh. Keindahan dari tumbuhan seri adalah pada tajuknya dan buahnya yang kecil-kecil berwarna merah yang sangat disenangi oleh anak-anak karena rasanya manis. Tumbuhan seri banyak tumbuh secara liar di antara semak- semak belukar.Tumbuhan seri dapat hidup dengan baik di tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi (Suryowinoto, 1997).

Seri (Muntingia calabura L.) adalah tumbuhan tahunan yang dapat mencapai ketinggian 10 meter. Batang tumbuhan berkayu, tegak bulat dengan percabangan simpodial. Seri memiliki beberapa bagian seperti daun, batang, bunga dan buah. Daun seri mengandung flavonoid, tanin, glikosida, saponin, steroid, dan minyak esensial. Kandungan tersebut yang membuat daun seri (M. calabura L.) memiliki potensi antioksidan dan aktivitas antibakteri yang dapat dikaitkan dengan tingginya kandungan senyawa fenolik. Senyawa tersebut didapatkan dengan cara ekstraksi etanol. diantara lemak dan karbohidrat, yaitu 7 kkal/gr (Prasetyo dan Sasongko, 2014).

Salah satu bahan alamiah yang berpotensi sebagai antimikroba adalah daun seri. Seri (M. calabura) banyak dijumpai di pinggir jalan, tumbuh di tengah retakan rumah, di tepi saluran pembuangan air dan tempat-tempat yang kurang kondusif untuk hidup karena seri mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik. Berdasarkan beberapa penelitian, daun seri bisa dimanfaatkan sebagai obat. Karena diduga dalam daun seri mengandung senyawa flavanoid, polifenol, dan tarin. Sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan, antibakteri dan antiinflamasi (Zakariaet al. 2010).

2.5.1 Morfologi Tumbuhan Seri

Tumbuhan Seri merupakan perdu atau pohon kecil yang tingginya sampai 12 m, meski umumnya hanya sekitar 3-6 m saja. Selalu hijau dan terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Cabang-cabang mendatar , menggantung di ujungnya membentuk naungan yang rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan rambut kelenjar, demikian pula daunnya. Daun-daun terletak mendatar , berseling ,helaian daun tidak simetris , bundar telur lanset , tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 x 4-14 cm sisi bawah berambut kelabu rapat , bertangkai pendek. Daun penumpu yang sebelah meruncing berbentuk benang lk 0,5 cm , agak lama lalu mengering dan rontok , sementara sebelah lagi rudimeter . Bunga dalam berkas berisi 1-3(-5) kuntum, terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun, bertangkai panjang, berkelamin dua dan berbilangan lima, kelopak berbagi dalam , tajuk meruncing bentuk benang, berambut halus , mahkota bertepi rata , bundar telur terbalik , putih tipis gundul 1 cm. Benang sari berjumlah banyak , 10 sampai lebih dari 100 helai . Bunga yang mekar menonjol keluar, ke atas helai-helai daun , namun setelah menjadi buah menggantung ke bawah , tersembunyi di bawah helai daun. Umumnya hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap berkasnya. Bertangkai panjang , bulat hampir sempurna, diameter 1-1,5 cm, hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak , bermahkota sisa tangkai putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut lima. Berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil , halus , putih dan kekuningan ,terbenam dalam daging dan sari buah yang manis sekali (Simatupang, 2011).

2.5.2 Kandungan Metabolit Sekunder Tumbuhan Seri

Daun seri (Muntingia calabura L.) memiliki senyawa aktif berupa saponin, flavonoid, polifenol dan tanin pada daunnya, sehingga dapat digunakan sebagai antibakteri. Aktivitas antimikroba yang dimiliki oleh Muntingia calabura diduga berasal dari unsur-unsur yang terkandung didalamnya, antara lain tanin, terpenoid, flavonoid, glikosida dan saponin (Zakaria et al. 2010).

2.5.3 Manfaat Tumbuhan Seri

Buah seri langsung dapat dimakan atau diolah menjadi sirup, selai dan permen, rasanya pun tidak kalah dengan minuman olahan dari buah yang mahal.Kayu seri lunak dan mudah kering, sangat berguna sebagai kayu bakar.Kayu dari tumbuhan seri ini juga cukup kuat sehingga banyak yang dipakai untuk membuat perabotan.Kulit kayunya yang mudah dikupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut.Daunnya dapat dijadikan semacam teh (Simatupang, 2011).

Dokumen terkait