• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia Calabura Linn.) dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Escherichia Coli, dan Candida Albicans Secara In vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia Calabura Linn.) dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Escherichia Coli, dan Candida Albicans Secara In vitro"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Dikeringanginkan Diblender

Direndam dalam etanol selama 3 hari Disaring

Disaring

Diulang sebanyak 3 kali

Dirotarievaporator pada suhu didih etanol

Dibuat konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, dan 0% sebagai kontrol

Dilarutkan dalam DMSO

Dipipet sebanyak 10 µ l

Diteteskan pada permukaan cakram kosong

Dibiarkan ± 1 jam hingga larutan ekstrak berdifusi ke dalam cakram

LAMPIRAN 2. Penyiapan Isolat Mikroba Uji Maserat

Filtrat Residu

Ekstrak Kental

Larutan Ekstrak

Cakram yang mengandung ekstrak

(2)

Masing-masing disubkultur dengan menggunakan media miring

Diinkubasi pada suhu 30oC selama 24-72 jam

Disuspensikan dalam larutan NaCl 0,9% steril sehingga diperoleh kekeruhan standard McFarland 108 Dilakukan pengenceran 10-2 sehingga diperoleh suspensi 106 CFU/ml

LAMPIRAN 3. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia calabura Linn) terhadap Pertumbuhan S. mutans, E. coli, dan C. albicans

(3)

Dituang ke dalam cawan petri steril Dibiarkan memadat

Diusapkan suspensi biakan dengan cotton bud

Diletakkan cakram yang mengandung ekstrak tumbuhan Diletakkan cakram pembanding Diinkubasi selama 24-72 jam pada suhu ruang

Diamati dan diukur zona bening di sekitar cakram

Media MHA dan SDA

Media Uji

(4)

LAMPIRAN 4. Pengamatan Zona Hambat (mm) Ekstrak Etanol Daun Seri terhadap Pertumbuhan S. mutans

Isolat Waktu Pengamatan Ulangan Konsentrasi Zona Hambat

S. mutans K(+) K(-) 5% 10% 15% 20% 25%

Hari ke-1 1 32 mm - 12 mm 14 mm 15 mm 15 mm 16 mm

(15 Agt’ 15) 2 32 mm - 11 mm 14 mm 13 mm 15 mm 16 mm

3 21 mm - 12 mm 14 mm 13 mm 15 mm 17 mm

Rata-rata 28,3 mm - 11,6 mm 14 mm 13,6 mm 15 mm 16,3 mm

Hari ke-2 1 33 mm - 14 mm 15 mm 15 mm 16 mm 17 mm

(16 Agt’ 15) 2 32 mm - 12 mm 15 mm 14 mm 15 mm 16 mm

3 22 mm - 12 mm 14 mm 13 mm 16 mm 18 mm

Rata-rata 29 mm - 12,6 mm 14,6 mm 14 mm 15,6 mm 17 mm

Hari ke-3 1 33 mm - 14 mm 15 mm 15 mm 17 mm 18 mm

(17 Agt’ 15) 2 32 mm - 11 mm 16 mm 13 mm 14 mm 18 mm

3 19 mm - 10 mm 14 mm 13 mm 17 mm 19 mm

(5)

LAMPIRAN 5. Pengamatan Zona Hambat (mm) Ekstrak Etanol Daun Seri terhadap Pertumbuhan E. coli

Isolat Waktu Pengamatan Ulangan Konsentrasi Zona Hambat

E. coli K(+) K(-) 5% 10% 15% 20% 25%

Hari ke-1 1 41 mm - 6 mm 6 mm 7 mm 8 mm 10 mm

(15 Agt’ 15) 2 31 mm - 8 mm 9 mm 10 mm 11 mm 12 mm

3 34 mm 5 mm 6 mm 11 mm 12 mm 9 mm 13 mm

Rata-rata 35,3 mm 5 mm 6,6 mm 8,6 mm 9,6 mm 9,3 mm 11,6 mm

Hari ke-2 1 42 mm - 7 mm 8 mm 9 mm 10 mm 11 mm

(16 Agt’ 15) 2 32 mm - 8 mm 10 mm 11 mm 12 mm 13 mm

3 36 mm - 8 mm 10 mm 11 mm 7 mm 13 mm

Rata-rata 36,6 mm - 7,6 mm 9,3 mm 10,3 mm 9,6 mm 12,3 mm

Hari ke-3 1 42 mm - 7 mm 8 mm 9 mm 10 mm 11 mm

(17 Agt’ 15) 2 32 mm - - 10 mm 11 mm 12 mm 13 mm

3 36 mm - 8 mm 10 mm 9 mm 7 mm 13 mm

(6)

LAMPIRAN 6. Pengamatan Zona Hambat (mm) Ekstrak Etanol Daun Seri terhadap Pertumbuhan C. albicans

Isolat Waktu Pengamatan Ulangan Konsentrasi Zona Hambat

C. albicans

K(+) K(-) 5% 10% 15% 20% 25%

Hari ke-1 1 - - 12 mm 13 mm 14 mm 15 mm 16 mm

(15 Agt’ 15) 2 5 mm - 12 mm 13 mm 14 mm 15 mm 16 mm

3 - - 13 mm 14 mm 15 mm 16 mm 17 mm

Rata-rata 5 mm - 11,6 mm 13,6 mm 14,3 mm 15,3 mm 16,3 mm

Hari ke-2 1 - - 13 mm 15 mm 18 mm 20 mm 21 mm

(16 Agt’ 15) 2 5 mm - 15 mm 16 mm 17 mm 18 mm 19 mm

3 - - 16 mm 17 mm 18 mm 19 mm 20 mm

Rata-rata 5 mm - 7,6 mm 14,6 mm 16 mm 17,6 mm 19 mm

Hari ke-3 1 - - 13 mm 15 mm 18 mm 20 mm 21 mm

(17 Agt’ 15) 2 5 mm - 15 mm 16 mm 17 mm 18 mm 19 mm

3 - - 16 mm 17 mm 18 mm 19 mm 20 mm

(7)

LAMPIRAN 7. Hasil Analisa Statistik

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

S. mutans

Perlakuan Zona Hambat (mm)

(8)

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,769.

b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

E. coli

Perlakuan Zona Hambat (mm)

K(+) 36,67b

3. Uji Duncan C. albicans

Zona_Hambat C. albicans

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

C. albicans

Perlakuan Zona Hambat (mm)

(9)

LAMPIRAN 8. Dokumentasi Zona Hambat a. Pengamatan Hari 1:

S. mutans U1 S. mutans U2 S. mutans U3

E. coli U1 E. coli U2 E. coli U3

(10)

b. Pengamatan Hari 2:

S. mutans U1 S. mutans U2 S. mutans U3

E. coli U1 E. coli U2 E. coli U3

(11)

c. Pengamatan Hari 3:

S. mutans U1 S. mutans U2 S. mutans U3

E. coli U1 E. coli U2 E. coli U3

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, I., Mehmood, I. Z. and Arina, Z. B. 2001.Antimirobial and Phytochemical Studies on 45Indian Medicinal Plants Againts Multi-drug Resistent Human Pathogens.Journal of Ethnopharmacology. 74: 113-123

Alfath, C. R., Yulina, V. dan Sunnati. 2013. Antibacterial Effect of Granati Fructus Cortex Extract on Streptococcus mutans In Vitro. Journal of Dentistry Indonesia. 20(1): 5-8.

.

Angelica, N. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmannii (Nees dan th. Ness)) Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 2(2): 1-8.

Anggraeni, A., Yuliati, A. dan Nirwana I. 2005. Perlekatan koloni Streptococcus mutans Pada Permukaan Resin Komposit Sinar Tampak. Universitas Airlangga. Surabaya. 8-12.

Arum, Y. P. Supartono dan Sudarmin. 2012. Isolasi dan Uji Daya Antimikroba Daun Kersen(Muntingia calabura). Jurnal MIPA. 35(2): 165-174.

Bawa, I. 2011. Aktivitas Antioksidan Antijamur Senyawa Atsiri Bunga Cempaka Putih (Michelia alba). Jurnal Kimia.5(1): 43-50.

Bayley, T.J. and Leinster, S. J. 1977. Ilmu Penyakit Dalam Untuk Profesi Kedokteran Gigi. Buku Kedokteran. Jakarta.

Branen, A. L. dan Davidson, P. J. 1993.Antimicrobials in Foods. Marcel Dekker, New York.

Brooks, G. F., Janet, S.B. and Stephen, A. M.. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.

Dalimunthe, A. dan Nainggolan, M. 2006. Pengujian Ekstrak Etanol Sabut Kelapa (Cocos nucifera Linn) Terhadap Bakteri Escheria coli dan Shigella dysentriae.Komunikasi Penelitian. 18(3): 40-44.

David, W. W. and Stout, T. R. 1971.Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic Assay.Microbiology.22(4): 659-665.

Day, F. 2003. Pengaruh Glukosa, Fruktosa, Sukrosa, Sorbitol, dan Aspartam terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans dan Produksi Dekstran. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

(13)

Fuad, Z. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Awar-Awar (Ficus septic Burm f) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 29523 dan Escherichia coli ATCC 35218.[Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Ganiswarna, S. G. 1995. Farmakologi dan Terapi. UI-Fakultas Kedokteran, Jakarta.

Ginting, G. R. 2008. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Kembu-Kembu (Callicarpa candicans Burm. F.) dan Rintih Bulung (Piper muricatum BI.) terhadap Bakteri dan Khamir Patogen serta Uji Toksisitas terhadap Brine Shrimp.[Skripsi]. Medan, Indonesia : Universitas Sumatera Utara.

Green, J. dan Rianto S. 2005.Terapi Herbal Pengobatan Alami Mengatasi Bakteri. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Hamdiyati, Y., Kusnadi dan Irman R. 2012. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta) Terhadap Pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis.[Skripsi]. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Hawley, L. B. 2003. Mikrobiologi dan Penyakit Infeksi.Hipokrates. Jakarta.

Harborne,J. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerbit ITB: Bandung.

Jawetz, E., Joseph, L. M. dan Edward, A. A.1984. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Jawetz, E., Joseph, L. M. dan Edward, A. A.1995. Mikrobiologi Kedokteran. University of California: San Fransisco.

Jawetz, E., Joseph, L. M. dan Edward, A. A.1996. Mikrobiologi Kedokteran. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Kainon, M. 2009. Pengaruh Ekstrak Etanol Tumbuhan Patikan Cina (Euphorbia thymifolia Linn) Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Escheria colidan Shigella dysentriae Secara in vitro Sebagai Penunjang Pengajaran Biologi di SMA. [Tesis]. Malang: Universitas Negeri Malang, Program

Pascasarjana.

Karlina, C. Y., Ibrahim, M. dan Trimulyono, G. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Herba Krokot (Portulaca oleracea L.)terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.Lentera Biology. 2(1): 87-93.

(14)

Kusumaningtyas, E. 2009.Mekanisme Infeksi Candida albicanspada Permukaan Sel. Bogor: Prosiding Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. 304-313.

Marsono, E. 2002.Etiologi Diare Akut di Bangsal Infeksi RS Dr. Kariadi.[Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro, Program Pascasarjana.

Middleton, E.and Chitan, K. 1994. The Impact of Plant flavonoids on Mammalian Biology : Implication for Immunity, Inflammation, and Cancer. Chapman and Hall: London

Mpila, D. A., Fatimawali dan Weny, I. W. 2011. Ujia Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mayana (Coleus atropurpureus [L} Benth) terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa Secara In Vitro.[Skripsi]. Manado: FMIPA Unsrat.

Molero, G., Rosalia D. O., Frederica N. G., Lucia M., Jesus P. Concha G., Miguel S. P.and Cesar N. 1998. Candida albicans Dimorphism and Pathogenicity.International Microbiology. 1: 95-106.

Naidu dan Davidson P. M. 2000.Natural Food Antimicrobial System. CRC Press: New York.

Pelczar, M. J. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi.Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi2. UI Press: Jakarta.

Prasetyo, A. D. dan Sasongko, H. 2014.Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 70% daun Kersen (Muntingia calabura L.) Terhadap Bakteri Bacillus subtilis dan Shigella dysentriae sebagai Materi Pembelajaran Biologi SMA Kelas X untuk Mencapai Kd 3-4 pada Kurikulum 2013. JUPEMASI-PBIO.1(1).

Puspasari, R. K., Titin, S. dan Hayat. S. 2014. Studi Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altilis) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa.Jurnal Sains dan Teknologi Kimia. 5(2): 96-106. Ramos, S. C. S., Jose, C. S., Claudio, A. g., Ivan, C., Ana, F. F. and Jose, V. L.

2009. Antibacterial and Cytotoxic Properties of Some Plant Crtude Extracts used in Northeastern Folk Medicine. Brazillian Journal of Pharmacognosy. 19(2A): 376-381.

Reapina, E. 2007.Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Kulit Kayu Mesoyi (Crytocaria massoia) terhadap Pertumbuhan Bakteri Patogen dan Pembusuk Pangan.[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

(15)

Rostinawati, T., Sulistiyaningsi dan Desi, A. 2009.Penentuan Fraksi Aktif Ekstrak Metanol Daun Sukun (Artocarpus communic Forst.) sebagai Penghambat Pertumbuhan Candida albicans dan Microsporum gypseum.Farmaka.7(3): 58-60.

Schuurs, A. H. B. 1988. Patologi Gigi Geligi. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Sholikhatin, E., Sarwiyono dan Puguh, S. 2014. Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Streptococcus agalactiae Pada Sapi Perah di Daerah Ngantang, Malang.[Skripsi]. Malang: Universitas Brawijaya.

Simatupang, M. M. 2009. Candida albicans.[Disertasi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Simatupang, M. 2011. Isolasi Senyawa Flavanoida Dari Kulit Batang Tumbuhan Seri (Muntingia calabura L). [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sirait, M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Institut Teknologi Bandung: Bandung.

Siregar, R. F. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etanol dan Air RebusanKulit Batang Ingul (Toona sinensis M. Roem) Terhadap Beberapa Bakteri.[Skripsi]. Medan:Universityas Sumatera Utara.

Soemantadiredja, Y. H. dan Mieke, H.S. 2005.Isolasi Gen Kariogenik gtf BC Streptococcus mutans dari Plak Gigi Anak-Anak.Majalah Kedokteran Gigi. 38(3): 151-153.

Soemiati dan Berna E. 2002.Uji Pendahuluan Efek Kombinasi Antijamur Infus Daun Sirih (Piper betle L.), Kulit Buah Delima (Punica granatum L.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.)Terhadap Jamur Candida albicans.Makara.6(3): 149-155.

Suryaningsih, A.E., Sri, M. dan Estu, M. 2010. Aktivitas Antibakteri Senyawa Aktif Daun Senggani (Melastoma candidum D. don) Terhadap Bacillus licheniformis.Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS. Semarang. Suryowinoto, U. M.1997. Flora Eksotika Tanaman Peneduh. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

(16)

Zaenab,. Mardiastuti, H. W., Anny, V. P. dan Logawa, B. 2004. Uji Antibakteri Siwak (Salvadora persica Linn) Terhadap Streptococcus mutans (ATC31987) dan Bacteroides melaninogenicus.Makara Kesehatan. 8(2).37-40.

Zakaria, Z. A., Sulfian, A. S.,Ramasamy, K., Ahmat, N., Sulaiman, M. R., Arifah, A.K., Zuraini, A. and Somchit, M.N. 2010. In vitro Antimicrobial Activity of Muntingia calabura Extracts and Fractions. African Journal of Microbiology.4(4): 304-308.

LAMPIRAN 1. Ekstrasi Etanol Daun Seri dengan Metode Maserasi

(17)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam FMIPA dan Laboratorium Mikrobiologi FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.2Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, timbangan meja, rotary evaporator, cawan Petri, Erlenmeyer, autoklaf, inkubator, mikroskop, blender, gelas piala, gelas ukur, spatula, magnetic stirrer, oven, spatula, handspray, bunsen, jarum ose dan pipet serologi.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun seri, isolat Streptococcus mutans, Escherichia coli, dan C. albicans,cotton bud, aquadest, alkohol 70%, media sabouraud dextrose agar (SDA), Mueller Hinton Agar (MHA), nutrient agar (NA),NaCl 0,9 %, kloramfenikol, ketokonazol, dimethilsulfoxyde (DMSO), etanol, metanol, kloroform, n-heksan, pereaksi Wagner, Meyer, Salkowasky, Lieberman-Bouchard, Dragendroff, FeCl3,

MgHCl, NaOH 10%, H2SO4(p), Bouchardat, CeSO4 1%, dan H2SO4 10%.

3.3Rancangan Penelitian

(18)

dilanjutkan dengan dianalisis dengan uji Duncan pada taraf 5% dengan bantuan software SPSS ver. 21.Lihat Lampiran 7 halaman 42.

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu pembuatan ekstrak dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol, uji skrining fitokimia, dan pengujian aktivitas antimikroba oleh daunseri.

3.4.1 Ekstraksi Tumbuhan dengan Metode Maserasi

Satu kilogram daun seri dikeringanginkan selama ± 1 minggu. Masing-masing sampel lalu diblender. Sampel yang telah halus direndam dengan menggunakan etanol dalam botol selama 3 hari pada suhu ruangan. Setelah 3 hari pemaserasian, maserat kemudian disaring, filtrat kemudian dipisahkan dan ampasnya direndam kembali dengan menggunakan etanol yang baru, maserasi dilakukan ± 3 kali dengan menggunakan kertas saring hingga diperoleh maserat yang terakhir berwarna jernih dan dipekatkan dalam rotari evaporator pada suhu didih etanol (Ginting, 2008). Hasilnya akan diperoleh ekstrak kental masing-masing sampel. Masing-masing ekstrak kental dimasukkan dalam botol vial.Ekstrak yang diperoleh disimpan di dalam botol gelap dan disimpan pada suhu refrigerator. Lihat Lampiran 1 halaman 36.

3.4.2 Uji Skrining Fitokimia

Uji skrining fitokimia daun seri yang akan dilakukan meliputi pemeriksaan kandungan senyawa flavanoid, alkaloid, steroid dan terpenoid. Pemeriksaan senyawa ini sesuai dengan prosedur yang telah dilakukan Harbone (1987), yaitu: 1. Uji Flavonoid

Daun serikering yang telah dihaluskan dimasukkan sebanyak 3 g ke dalam Erlenmeyer yang berisi 100 ml metanol. Kemudian dipanaskan hingga ¼ volume awal, lalu disaring. Ekstrak yang terbentuk dimasukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi. Tabung I ditetesi FeCl3, tabung II ditetesi MgHCl, tabung

III ditetesi H2SO4(p) dan tabung 4 ditetesi NaOH 10%. Kemudian diamati

(19)

2. Uji Alkaloid

Daun seri yang telah kering kemudian dihaluskan dan dimasukkan sebanyak 3 g ke dalam Erlenmeyer yang berisi 100 ml metanol. Kemudian dipanaskan hingga ¼ volume awal, lalu disaring. Ekstrak yang terbentuk dimasukkan ke dalam 4 buah tabung reaksi. Tabung I ditetesi pereaksi Meyer, tabung II

ditetesi pereaksi Wagner, tabung III ditetesi Bouchardat dan tabung 4 ditetesi Dragendrof. Kemudian diamati perubahan warna yang terjadi dan diamati hasilnya.

3. Uji Steroid

Daunseri yang telah dihaluskan dimasukkan sebanyak 3 g ke dalam Erlenmeyer yang berisi 100 ml n-heksan. Kemudian dipanaskan hingga ¼ volume awal, lalu disaring. Ekstrak yang terbentuk dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi. Tabung I ditetesi CeSO4 dalam H2SO4(p) 10%, tabung II

ditetesi reagen Salkowsky (H2SO4) dan tabung III ditetesi

Liebermen-Bouchard. Kemudian diamati perubahan warna yang terjadi dan diamati hasilnya.

4. Uji Terpenoid

Daun seri kering yang telah dihaluskan dimasukkan sebanyak 3 g ke dalam Erlenmeyer yang berisi 100 ml kloroform. Kemudian dipanaskan hingga ¼ volume awal. Kemudian disaring. Ekstrak yang terbentuk dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi. Tabung I ditetesi CeSO4 dalam H2SO4(p) 10%,

tabung II ditetesi reagent Salkowsky (H2SO4(p)), tabung III ditetesi Liebermen

Bouchard.Kemudian diamati perubahan warna yang terjadi dan diamati hasilnya.

3.4.3 Penyiapan Mikroba Uji

(20)

homogen, sehingga diperoleh suspensi mikroba 106 CFU/ml (Fatimah dkk, 2006). Lihat Lampiran 2 halaman 37.

3.4.4 Uji Aktivitas Antimikroba Ektrak Etanol Daun dan Buah Seriterhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Escherichia coli, dan Candida albicans

(21)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Etanol Daun Seri (Muntingia calabura Linn.) Dengan Metode Maserasi

Ekstraksi etanol daun seri dengan metode maserasi telah dilakukan dengan mengeringkan daun seri sebanyak 1 kg.Daun seri kemudian diblender dan direndam dengan etanol selama 3 hari hingga menghasilkan maserat. Maserat yang dihasilkan disaring kembali, filtratnya dipisahkan dan ampasnya direndam kembali dengan etanol baru, kemudian dilakukan kembali maserasi sebanyak 3 kali hingga menghasilkan maserat yang jernih dan dipekatkan dengan rotarievaporator hingga menghasilkan ekstrak etanol daun seri sebanyak 7,8 gr seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2 dibawah.

Gambar 2. Penyiapan ekstrak etanol daun seri

A. Daun seri yang dikeringanginkan selama 1 minggu. B. Daun seri yang telah diblender. C. Ekstrak etanol daun seri

4.2 Hasil Uji Skrining Fitokimia Daun Seri (Muntingia calabura Linn.)

Dari hasil uji skrining fitokimia, didapatkan keragaman metabolit sekunder yang terkandung di dalam ekstrak daun seri (Muntingia calabura) dengan berbagai pereaksi, dilihat dari uji positif yang terdapat dalam sampel.Hasil uji skrining fitokimia daun seri dapat dilihat dari Tabel 4.1.

\

(22)

Tabel 4.1 Hasil Uji skrining fitokimia daun seri (Muntingia calabura)

Keterangan : (-) tidak terdapat senyawa, (+): sedikit, (++): sedang, (+++): banyak

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa skrining fitokimia dilakukan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol daun seri.Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun seri mengandung senyawa utama flavanoid dan terpenoid serta saponin. Dimana pada pengujian flavanoid dilakukan dengan diteteskannya FeCl3 ke dalam

ekstrak etanol daun seri, dan akan berubah warna menjadi warna hitam. Pengujian terpenoid ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi warna merah bata pada lempengan logam yang dimasukkan ke dalam tabung yang berisi pereaksi CeSo4, Liebermen-Bouchard, akuades, dan alkohol 96%. Pengujian saponin

ditandai dengan adanya buih apabila pereaksi saponin (akuades, alkohol 96% dan HCl 6% 2N) yang telah dicampur dengan ekstrak etanol daun seri dikocok. Penelitian lain tentang ekstrak etanol oleh Puspasari, dkk (2014), menunjukkan bahwa ekstrak etanol pada daun sukun (Artocarpus altilis) yang mengandung golongan senyawa tanin, flavanoid, steroid dan saponin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Ekstrak etanol daun mayana (Coleus atropurpureus L. Benth) dengan konsentrasi 96% dalam penelitian Mpila et al., (2011) dapat mengambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa.

(23)

burmannii) juga dapat menghambat pertumbuhan Escherichia coli danStaphylococcus aureus.

Merujuk pada penelitian yang dilakukan Hamdiyati, dkk (2012), ekstrak etanol daun patikan kebo (Euphorbiahirta) mengandung senyawa aktif yang bersifat antibakteri seperti flavanoid, tanin, alkaloid, dan terpenoid.Ekstrak daun patikan kebo tersebut dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis.

Menurut Ahmad et al., (1998), etanol merupakan pelarut yang lebihbaik dibandingkan air dan heksana jika akan mengekstrak komponenantimikroba.Diduga aktivitas antibakteri ekstrak etanoldisebabkan oleh adanya senyawa glikosida, yaitu saponin.Selainglikosida, senyawa tanin juga larut dalam etanol dan memiliki aktivitasantimikroba.

Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar yang senyawa yang terdiri dari rantai C6-C3-C6 dan sering ditemukan diberbagai macam tumbuhan dalam

bentuk glikosida atau gugusan gula bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik. Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder yang disintesis dari asam piruvat melalui metabolisme asam amino (Sirait, 2007).Menurut Arum dkk.(2012), daun seri mengandung senyawa flavonoid.Flavonoid yang merupakan senyawa obat yang dapat digunakan sebagai

antioksidan, antibakteri, dan antiinflamasi.

(24)

Menurut Naidu dan Davidson (2000),senyawa saponin juga dilaporkan memiliki daya antibakteri terhadap beberapaspesies bakteri.Saponin juga dapat menghambatpertumbuhan atau membunuh mikroba dengan cara berinteraksi denganmembran sterol. Efek utama saponin terhadap bakteri adalah adanya pelepasanprotein dan enzim dari dalam sel-sel.

4.3Penghambatan Ekstrak Etanol Daun Seri(Muntingia calabura Linn.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Escherichia coli, dan Candida albicans

Dalam penelitian ini, uji penghambatan ekstrak etanol daun seri terhadap pertumbuhan S. mutans, E.coli, dan C. albicansdiambil dari data hari ketiga dan dianalisis dengan menggunakan uji Duncan pada tabel 4.2 :

Tabel 4.2 Uji Penghambatan Ekstrak Ekstrak Etanol Daun Seri(Muntingia calabura Linn.) terhadap PertumbuhanStreptococcus mutans, Escherichia coli, danCandida albicans

Patogen Zona Hambat (mm)

Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Seri

K (+) K (-) 5% 10% 15% 20% 25%

S. mutans 28b - 11,67a 15,0a 13,67a 16,0a 18,3a E. coli 36,6b - 7,5a 9,3a 9,6a 9,6a 12,3a C. albicans 5 - 14,6a 16,0ab 17,67bc 19,0cd 20,0d Keterangan: K(+): Kloramfenikol (bakteri) dan ketokonazol (jamur), K(-): DMSO

(25)

mengandung senyawa flavanoid yang merupakan senyawa obat yang dapat digunakan sebagai antioksidan, antibakteri dan antiinflamasi.

Hal ini dapat dilihat dari hasil uji statistik Duncan yang dilakukan pada Lampiran 7 hal 42, dimana pada perlakuan kontrrol positif terhadap bakteri S. mutans (28 mm) menunjukkan nilai yang signifikan (p > 0,05) yang ditandai dengan notasi b. Pada perlakuan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25 dan E. coli (36,67 mm) menunjukkan nilai yang signifikan (p > 0,05) yang ditandai dengan notasi b. Sedangkan pada konsentrasi 5% (11,67 mm), 10% (15mm), 15% (13,67 mm), 20% (16 mm) dan 25% (18,3 mm) tidak menunjukkan nilai yang signifikan (p < 0,05) yang ditandai dengan notasi a. Hal yang sama juga terjadi pada bakteri E.coli, dimana kontrol positif (36,67 mm) menunjukkan perbedaan yang nyata atau nilai yang signifikan. Sedangkan untuk perlakuan 5% (7,5 mm), 10% (9,3 mm), 15% (9,67 mm), 20% (9,67 mm) dan 25% (12,3 mm) tidak menunjukkan nilai yang signifikan yang ditandai dengan notasi a. Untuk C. albicans, uji statistik menunjukkan perlakuan kontrol positif tidak berpengaruh. Pada perlakuan konsentrasi 5% (14,67 mm) dan konsentrasi 25% (20 mm) menunjukkan perbedaan yang nyata (p > 0,05), sedangkan pada konsentrasi 10% (16 mm), 15% (17,67 mm), dan 20% (19 mm) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05). Dalam penelitian ini, kontrol positif menggunakan kloramfenikol 30 µg untuk bakteri dan ketokenazol 20 µg untuk jamur dimana diameter zona hambat terbesar 36,6 mm dalam menghambat E. coli dan zona hambat terkecil 5 mm dalam menghambat C. albicans. Hal ini menunjukkan bahwa kloramfenikol 30 µglebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri dibandingkan dengan ekstrak etanol daun seri.Ekstrak etanol daun seri lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur C. albicans dibandingkan ketokonazol 20 µg.

(26)

DMSO menurut Reapina (2007), adalah pelarut yang umum digunakan dalam analisis atau percobaan, karena kemampuannya untuk melarutkan senyawa baik polar ataupun nonpolar.DMSO memiliki sifat seperti emulsifier.DMSO merupakan cairan bening dengan bau seperti bawang putih.DMSO memiliki titik didih 189o C dan dapat larut dalam air.DMSO bersifat stabil dalam kondisi normal dan bersifat higrokopis. DMSO efektif sebagai pelarut dalam proses ekstraksi.

Untuk lebih jelasnya, pengaruh ekstrak etanol daun seri terhadap pertumbuhan S. mutans, E. coli danC. albicans ditunjukkan di dalam Gambar 3 berikut:

Gambar 3. Diameter zona hambat ekstrak etanol daun seri terhadap pertumbuhanS. mutans, E.coli dan C. albicans hari ketiga

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa pada perlakuan konsentrasi 15% ekstrak etanol daun seri (13,6 mm) terhadap pertumbuhan S. mutans mengalami penurunan. Penurunan zona hambat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.Konsentrasi zat antimikroba dapat mempengaruhi diameter zona hambat, semakin tinggi konsentrasi bakteri atau senyawa antimikroba maka akan semakin cepat bakteri itu terbunuh karena kandungan senyawa bioaktif yang tinggi sehingga menghasilkan zona hambat yang lebih besar (Karlina et al. 2013).

Menurut David dan Stout (1971), waktu kontak ekstrak dengan mikroba uji juga dapat mempengaruhi diameter zona hambat.Penurunan zona hambat dipengaruhi oleh kondisi laju difusi ekstrak yang berkurang pada hari berikutnya.Saat

(27)

berdifusi, konsentrasi ekstrak etanol dari daun seri mengecil, sehingga kesempatan pertumbuhan mikroba membesar.Zona hambat berkaitan dengan kecepatan berdifusi antibiotik atau antimikroba maupun metabolit ke dalam media. Kecepatan berdifusi ini diperhitungkan dalam penentuan keampuhan metabolit tersebut dalam menghambat mikroba patogen uji (Alfath et al, 2013).

Data hasil penghambatan ekstrak terhadap pertumbuhan S.mutans, E.coli dan C. albicans dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 39, Lampiran 5 halaman 40 dan Lampiran 6 hal 41. Diameter zona hambat ekstrak daun seri dapat dilihat pada Gambar 4.1, 4.2 dan 4.3 berikut.

Gambar 4.1. Zona hambat ekstrak etanol daun seri terhadap pertumbuhan

(28)

Gambar 4.2 Zona hambat ekstrak etanol daun seri terhadap pertumbuhan

E.colisetelah 72 jam inkubasi dengan kontrol positif, kontrol negatif, konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% pada suhu 37o C

Gambar 4. 3 Zona hambat ekstrak etanol daun seri terhadap pertumbuhan

C. albicans72 jam inkubasi dengan perlakuan kontrol positif, kontrol negatif, konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% pada suhu 37o C

(29)

coli, dan Candida albicans. Dilihat dari Gambar 4.1, Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 yang menunjukkan diameter zona hambat ekstrak etanol daun seri terbesar terdapat pada konsentrasi 25% dalam menghambat C. albicans sebesar 20 mm dan diameter zona hambat terkecil ada pada konsentrasi 5% yaitu 7,5 mm dalam menghambat E. coli. Merujuk pada penelitian sebelumnya oleh Sholikhatin, et al., (2014) bahwa pada ekstrak etanol daun seri terhadap pertumbuhan Streptococcus agalactiaememiliki zona hambat tertinggi pada konsentrasi 40% dan terendah adalah pada konsentrasi 20% dengan rata-rata zona hambatan dari 5,77-7,02 mm. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Prasetyo dan Sasongko (2014) konsentrasi hambat bunuh minimum ekstrak etanol 70% daun seri terhadap bakteri Bacillussubtilismemiliki persentasi penghambatansebesar 6,25% dan Shigella dysenteriae(3,25%). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh komponen penyusun dinding sel mikroorganisme tersebut. Dimana dinding bakteri Gram positif (S. mutans) lebih sederhana dibandingkan bakteri Gram negatif (E. coli), yaitu terdiri dari dua sampai tiga lapis membran sitoplasma yang tersusun dari asam tekoat dan asam teikhouronik, sedangkan dinding sel bakteri Gram negatif lebih kompleks dan lebih tebal, tersusun dari peptidoglikan, lipoprotein, dan lipopolisakarida, (Jawetz dkk., 1996).

Menurut Branen dan Davidson(1993), E. coli merupakan bakteri Gram negatif.Bakteri Grampositif dan Gram negatif memiliki ketahanan yang berbeda terhadapsenyawa antimikroba.Bakteri Gram negatif umumnya sensitif terhadapsenyawa antimikroba yang bersifat polar karena dinding sel bakteri Gramnegatif bersifat polar sehingga lebih mudah dilewati oleh senyawaantibakteri yang bersifat polar.Sebaliknya bakteri Gram positif lebihsensitif terhadap senyawa antibakteri yang bersifat non polar karena penyusun dindingsel bakteri Gram positif adalah peptidoglikan.

(30)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Ekstrak etanol daun seri memiliki kandungan metabolit sekunder flavanoid, saponin dan terpenoid. Metabolit sekunder yang terkandung dalam daun seri berpotensi sebagai antimikroba terhadap pertumbuhan S. mutans, E.coli, dan C. albicans. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin besar diameter zona hambat pertumbuhan mikroba patogen. Diameter zona hambat terbesar dihasilkan pada konsentrasi 25% pada jamur C. albicans yaitu 20 mm,dan zona hambat terkecil pada konsentrasi 5% terhadap pertumbuhan E.coliyaitu 7,5 mm

5.2 Saran

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Flora Mikroba Normal Pada Manusia

Kulit dan selaput mukosa selalu mengandung berbagai mikroorganisme yang dapat dikelompokkan dalam dua golongan: (1) flora menetap yang terdiri atas mikroorganisme yang jenisnya relatif tetap dan biasa ditemukan di daerah-daerah tertentu pada umur tertentu, bila terganggu, mikroorganisme itu tumbuh kembali dengan segera. (2) flora sementara yang terdiri atas mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang mendiami kulit atau selaput mukosa selama beberapa jam, hari atau minggu. Mikroorganisme ini berasal dari lingkungan sekitarnya.Mikroorganisme yang secara tetap terdapat pada permukaan tubuh merupakan komensal.Mikroorganisme dapat tumbuh subur pada daerah tertentu, bergantung pada faktor-faktor fisiologik, suhu, kelembaban, serta adanya zat-zat makanan dan zat-zat penghambat tertentu.Anggota flora normal sendiri dapat menimbulkan penyakit dalam keadaan tertentu.Bila dengan paksa disingkirkan dari lingkungan yang terbatas ini dan dimasukkan ke dalam aliran darah atau jaringan, organism-organisme ini dapat menjadi patogen.Misalnya, streptokokus golongan viridians.Flora normal yang terdapat pada hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus yang menetap dan streptokokus.Spesies Actinomycetes dalam keadaan normal terdapat pada jaringan tonsil dan gingiva orang dewasa, berbagai protozoa mungkin terdapat juga.Ragi (spesies Candida) terdapat dalam mulut (Jawetz., et al, 1996).

2.2 Streptococcus mutans

(32)

tersebar luas di alam. Beberapa di antaranya merupakan anggota flora normal pada manusia; yang lain dihubungkan dengan penyakit-penyakit penting pada manusia yang sebagian disebabkan oleh infeksi streptokokus, dan sebagian lagi oleh sensitisasi terhadap bakteri ini. Bakteri ini menghasilkan berbagai zat ekstraseluler dan enzim.Streptokokus adalah golongan bakteri yang heterogen.Tidak ada satu sistem pun yang cukup baik untuk mengklasifikasikannya (Jawetz, et al, 1996).

Dalam rongga mulut seseorang mengandung berbagai macam spesies bakteri yang bersifat komensal.Di antara bakteri tersebut adalah Streptococcus mutans (S. mutans) yang bersifat kariogenik dan merupakan penyebab utama karies gigi.Salah satu ciri dari bakteri ini adalah mempunyai kemampuan menempel pada semua lokasi permukaan habitatnya dalam rongga mulut, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya bakteri yang melekat pada permukaan restorasi resin komposit sinar tampak dalam rongga mulut. Aktivitas perlekatan S. mutans terhadap host melalui reseptornya dalam hal ini adalah pelikel saliva, karena pelikel saliva mempunyai beberapa macam reseptor untuk perlekatan S. mutans, dikatakan juga pelikel saliva merupakan mediator tempat melekatnya bakteri rongga mulut pada permukaan gigi dan restorasi (Anggraeni, dkk, 2005).

Kokus tunggal berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam bentuk rantai. kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai. Anggota-anggota rantai sering tampak sebagai diplokokus, dan bentuknya kadang-kadang menyerupai batang. Panjang rantai sangat bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh faktor lingkungan. Streptokokus bersifat gram-positif. Namun, pada biakan tua dan bakteri yang mati, bakteri ini menjadi gram-negatif; keadaan ini dapat terjadi jika bakteri dieramkan semalam (Jawetz, et al, 1996).

(33)

Menurut Day (2003), S.mutans hanya dapat hidup di dalam mulut bila terdapat permukaan padat seperti gigi atau geligi tiruan. Bakteri ini tidak ditemukan pada bayi yang tidak bergigi dan baru dapat dideteksi setelah gigi mulai tumbuh. Pada orang tua yang sudah tidak bergigi lagi, bakteri ini akan menghilang dan akan tampak lagi setelah memakai gigi tiruan. Walaupun habitat utama S.mutans pada permukaan gigi, keberadaannya tidak seragam pada semua permukaan gigi, bahkan sering hanya berlokasi pada permukaan tertentu.Tempat kolonisasi S.mutans biasanya pada lubang dan celah gigi, permukaan gigi dekat gusi atau pada lesi karies.

Karies gigi merupakan suatu penyakit umum yang sering ditemukan sejak pertama terdapat sejarah kehidupan manusia.Miller merupakan orang pertama yang menggambarkan karies sebagai aksi dari asam organik terhadap kalsium fosfat pada gigi.Ia memperlihatkan bila gigi diinkubasi dengan saliva dan karbohidrat, asam akan terbentuk dan menguraikan bagian gigi yang termineralisasi. Ia menyimpulkan bahwa asam yang dibentuk oleh bakteri dalam saliva menguraikan gigi. Dari penelitian ini ia merumuskan teori kemoparasitik dari karies gigi. Sejak saat itu banyak data yang mendukung teori menurunnya pH oleh produksi asam bakteri akan menghasilkan penguraian email. Penelitian Dr. Miller telah membentuk dasar untuk teori plak-tuan,rumah-substrat dari pembentukan karies. Proses pembentukan karies gigi disebabkan oleh multifaktor, pada dasarnya dapat disederhanakan menjadi hubungan yang tidak seimbangantara daya tahan gigi dengan faktor kariogenik (Soemantadiredja dan Mieke, 2005).

(34)

plak dan koloni pada permukaan gigi (Zaenabdkk. 2004).

Di dalam plak, suatu lapisan yang menutupi gigi dan yang 70% dari volumenya terdiri dari bakteri, dibentuk asam dari karbohidrat yang mengakibatkan turunnya pH lokal yang normal. Penurunan ini mengganggu keseimbangan antara jaringan gigi, biasanya email, dan lingkungannya. Lingkungan ini pada pH fisiologis jenuh dengan kalsium dan fosfat. namun pada pH 5,5 terjadi keadaan yang sebaliknya pada jaringan gigi. Bagian mineral, kalsium dan fosfat yang merupakan bahan pembentuk, oleh email diberikan kepada sekelilingnya, sehingga prosesnya berhenti; tetapi lesi awal berbentuk bintik putih pudar, yang disebut bercak putih, telah terjadi (Schuurs, 1988).

2.3 Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang memiliki p an jang sekitar 2 μm, diameter 0 ,7 μm, lebar 0 ,4-0,7μm dan bersifat anaerob fakultatif. E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata (Jawetz et al., 1995).

E. coli adalah anggota flora normal usus.E. coli berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan.E. coli termasuk ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat oganik dari lingkungannya karena tidak dapat menyusun sendiri zat organik yang dibutuhkannya. Zat organik diperoleh dari sisaorganisme lain. Bakteri ini menguraikan zat organik dalam makanan menjadi zatanorganik, yaitu CO2, H2O, energi, dan mineral.Di dalam lingkungan, bakteripembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Ganiswarna, 1995).

Menurut Jawetz et al., (1995)E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaanmeningkat atau berada di luar usus. E. coli menghasilkan enterotoksin yangmenyebabkan beberapa kasus diare.E. coli berasosiasi dengan enteropatogenikmenghasilkan enterotoksin pada sel epitel.

(35)

anerobik (Pelczar dan Chan, 2005) juga merupakan bakteri fecal dari genus Escherichia, famili Enterobacteriaceae.E. coli merupakan flora normal yang terdapat dalam usus pencernaan manusia yang umumnya menyebabkan diare di seluruh dunia bila jumlahnya melebihi normal atau terlalu banyak di dalam saluran pencernaan (Brooks et al., 2001).

Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare dapat disebabkan oleh infeksi kuman berupa parasit, bakteri (Escherichia coli) dan ada yang disebabkan oleh keracunan makanan atau obat-obatan. salah satu obat yang digunakan untuk mengobati diare ini adalah adstrigensia, yaitu obat-obat yang dapat menciutkan lapisan permukaan usus sehingga mengurangi sekresi (Dalimunthe dan Nainggolan, 2006). Menurut Marsono (2002), penyakit diare masih merupakan problema kesehatan di dunia, terutama di negara sedang berkembang dan negara industri. Jutaan kasus setiap tahun dan diperkirakan 4-5 juta orang pertahun meninggal karena diare akut.

2.4 Candida albicans

(36)

C. albicans merupakan salah satu contoh jamur oportunistik, yaitu jamur yang biasanya tidak menyebabkan penyakit, tetapi dapat menyebabkan penyakit pada orang yang mekanisme pertahanannya terganggu. C.albicans juga dapat menimbulkan infeksipada mata dan organ-organ lain bila dimasukkan secara intravena (jarum,penyalahgunaan narkotika dan sebagainya) (Pelczar, 1998).

Candida telah muncul sebagai salah satu infeksi nosokomial yang penting. Candida adalah anggota flora normal terutama saluran pencernaan, juga selaput mukosa saluran pernafasan, vagina, uretra, kulit dan dibawah jari-jari kuku tangan dan kaki. Candida tampak sebagai ragi lonjong, kecil, berdinding tipis, bertunas, gram positif, dan memiliki pseudohifa. Infeksi candida dapat terjadi apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen. Penyakit yang disebabkan oleh candida dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septicemia, endokarditis atau meningitis (Simatupang, 2009).

C.albicans adalah suatu jamur lonjong bertunas yang menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat.Kandida adalah anggota flora normal selaput lender, selaput pernapasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita.Pada tempat-tempat ini jamur ini dapat menjadi dominan dan dihubungkan dengan keadaan-keadaan patogen.Pada sediaan mikroskopik eksudat, Candida tampak sebagai ragi lonjong bertunas, gram positif, ukurannya 2-3 x 4-6 µ m, dan sel-sel bertunas, gram positif, yang memanjang menyerupai hifa.C. albicans meragikan glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas; menghasilkan asam dari sukrosa; dan tidak bereaksi dengan laktosa (Jawetz et al, 1984).

(37)

dapat akut atau kronik (biasanya dalam lipatan kuku). Bentuk generalisata terjadi dengan kandidiasis membran mukosa (Bayley dan Leinster, 1977).Menurut Rostinawati, dkk (2009), penyakit kulit dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Candida albicans merupakan bagian dari flora normal selaput lendir di saluran pernapasan,saluran cerna dan vagina dan dapat menyebabkan candidiasis mulut (sariawan), candidiasis usus, candidiasis vagina (vaginitis), candidiasis kulit dan candidiasis sistemik.

Secara histologik, berbagai lesi kulit pada manusia menunjukkan peradangan. Beberapa menyerupai pembentukan abses; lainnya menyerupai granuloma menahun. Kadang-kadang ditemukan Candida dalam jumlah besar dalam saluran pencernaan setelah pemberian antibiotika oral, misalnya tetrasiklin, tetapi hal ini biasanya tidak menyebabkan gejala-gejala. Candida dapat dibawa oleh aliran darah ke banyak organ, termasuk selaput otak, tetapi biasanya tidak dapat menetap (Jawetzet al.1984).

Menurut Hawley (2003), Candida spp. adalah ragi, beberapa seperti C. albicans, juga menghasilkan pseudohifa dan hifa sejat dalam jaringan. Candida spp. ditemukan sebagai flora mukokutis normal, tetapi di bawah kondisi tertentu, dapat tumbuh berlebihan dan melakukan invasi. Berikut adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh C. albicans:

1. Oral thrush

Terjadi pada bayi prematur, pasien yang mendapat antibiotik, dan pejamu dengan tanggap imun yang lemah.Oral thrush dapat berkembang menjadi esofagitis, kemudian gastritis, dan akhirnya, melalui defek di usus, menjadi septikemia.

Menurut Simatupang (2009), infeksi Candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrush yang dilaporkan oleh Francois Valleix (1836). Langerbeach (1839) menemukan jamur penyebab trush kemudian Berbout (1923) memberi nama organisme tersebut Candida.

2. Perleche (lecet di sudut mulut) mengisyaratkan malnutrisi.

(38)

4. Serebritis dapat terjadi pada pejamu dengan tanggap imun lemah.

2.5Tumbuhan Seri (Muntingia calabura)

Muntingia calabura banyak ditanam di negara-negara yang beriklim tropis, termasuk Indonesia dan sudah beradaptasi dengan iklim tropis Indonesia.Seri banyak ditanam di lingkungan rumah tinggal atau halaman perkantoran sebagai tumbuhan peneduh. Keindahan dari tumbuhan seri adalah pada tajuknya dan buahnya yang kecil-kecil berwarna merah yang sangat disenangi oleh anak-anak karena rasanya manis. Tumbuhan seri banyak tumbuh secara liar di antara semak-semak belukar.Tumbuhan seri dapat hidup dengan baik di tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi (Suryowinoto, 1997).

Seri (Muntingia calabura L.) adalah tumbuhan tahunan yang dapat mencapai ketinggian 10 meter. Batang tumbuhan berkayu, tegak bulat dengan percabangan simpodial. Seri memiliki beberapa bagian seperti daun, batang, bunga dan buah. Daun seri mengandung flavonoid, tanin, glikosida, saponin, steroid, dan minyak esensial. Kandungan tersebut yang membuat daun seri (M. calabura L.) memiliki potensi antioksidan dan aktivitas antibakteri yang dapat dikaitkan dengan tingginya kandungan senyawa fenolik. Senyawa tersebut didapatkan dengan cara ekstraksi etanol. diantara lemak dan karbohidrat, yaitu 7 kkal/gr (Prasetyo dan Sasongko, 2014).

(39)

Salah satu bahan alamiah yang berpotensi sebagai antimikroba adalah daun seri. Seri (M. calabura) banyak dijumpai di pinggir jalan, tumbuh di tengah retakan rumah, di tepi saluran pembuangan air dan tempat-tempat yang kurang kondusif untuk hidup karena seri mempunyai kemampuan beradaptasi yang baik. Berdasarkan beberapa penelitian, daun seri bisa dimanfaatkan sebagai obat. Karena diduga dalam daun seri mengandung senyawa flavanoid, polifenol, dan tarin. Sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan, antibakteri dan antiinflamasi (Zakariaet al. 2010).

2.5.1 Morfologi Tumbuhan Seri

(40)

2.5.2 Kandungan Metabolit Sekunder Tumbuhan Seri

Daun seri (Muntingia calabura L.) memiliki senyawa aktif berupa saponin, flavonoid, polifenol dan tanin pada daunnya, sehingga dapat digunakan sebagai antibakteri. Aktivitas antimikroba yang dimiliki oleh Muntingia calabura diduga berasal dari unsur-unsur yang terkandung didalamnya, antara lain tanin, terpenoid, flavonoid, glikosida dan saponin (Zakaria et al. 2010).

2.5.3 Manfaat Tumbuhan Seri

Buah seri langsung dapat dimakan atau diolah menjadi sirup, selai dan permen, rasanya pun tidak kalah dengan minuman olahan dari buah yang mahal.Kayu seri lunak dan mudah kering, sangat berguna sebagai kayu bakar.Kayu dari tumbuhan seri ini juga cukup kuat sehingga banyak yang dipakai untuk membuat perabotan.Kulit kayunya yang mudah dikupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut.Daunnya dapat dijadikan semacam teh (Simatupang, 2011).

2.6 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan tahappendahuluan dalam suatu penelitian

fitokimiayang bertujuan untuk memberikan gambarantentang golongan senyawa

yang terkandungdalam tanaman yang sedang diteliti.Metodeskrining fitokimia

dilakukan dengan melihatreaksi pengujian warna dengan menggunakansuatu

pereaksi warna. Hal penting yang berperanpenting dalam skrining fitokimia

adalahpemilihan pelarut dan metode ekstraksi(Kristianti dkk., 2008). Menurut

Harborne (1987), senyawa yang termasuk fitokimia antara lain senyawa fenol,

flavanoid, tanin, alkaloid,tepenoid dan steroid. Flavonoidmerupakan golongan

yang penting karena memiliki spektrum aktivitasantimikroba yang luas dengan mengurangi kekebalan pada organisme sasaran (Naidu dan Davidson, 2000).

Menurut Siregar (2009), ada beberapa kandungan metabolit sekunder tumbuhan, diantaranya:

a. Flavanoid

(41)

fenol yang terbesar. Sebenarnya flavonoida terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga pastilah ditemukan pula dalam telah ekstrak tumbuhan. Flavonoid merupakan salah satu senyawa fenol alami yang tersebar luas pada tumbuhan, yang disintesis dalam jumlah sedikit (0,5–1,5%)17 dan dapat ditemukan pada hampir semua bagian tumbuhan. Mekanisme antimikroba senyawa fenolik adalahmengganggu kerja di dalam membran sitoplasma mikroba.Termasuk diantaranya adalah mengganggu transpor aktif dan kekuatan proton(Naidu dan Davidson, 2000).

Menurut Middleton dan Kandaswami (1994), flavonoid memegang peranan penting dalam biokimia dan fisiologi tanaman, diantaranyaberfungsi sebagai antioksidan, penghambat enzim, dan prekursor bagi komponen toksik.Flavonoid mampu menghambat enzim topoisomerase II (DNA girase), yang merupakan enzim penting dalam proses replikasi dan transkripsi DNA bakteri, sehingga dapat mengganggu proses tersebut. Selain itu komponen bioaktif fenol dapat mengakibatkan lisis sel dan menyebabkan denaturasi protein, menghambat pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat sertamenghambat ikatan ATP-ase pada membran sel(Zakariaet al. 2010).

b. Tanin

Tanin merupakan sejenis kandungan kimia tumbuhan yang bersifat fenol, mempunyai rasa sepat dan memiliki kemampuan meyamak kulit.Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu.Beberapa tanindapat mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor,dan menghambat enzim seperti reverse transkripitase dan DNA topoisomerase (Robinson, 2000).

Menurut Puspasari dkk, (2014), golongansenyawa tanin bekerja membentukkompleks dengan polisakarida dinding selbakteri sehingga dapat menghambatpertumbuhan bakteri tersebut.Tanin jugamempunyai sifat sebagai pengelat yangdiduga dapat mengerutkan dinding selsehingga mengganggu permeabilitas sel itusendiri.Akibat terganggunyapermeabilitas, sel tidak dapat melakukanaktivitas hidup sehingga pertumbuhannyaterhambat bahkan mati.

(42)

Triterpenoida adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis digunakan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu

skualena. Triterpenoida adalah senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Lieberman-Bouchard (anhibrida-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena

dan sterol memberikan warna hijau biru.

Triterpenoid merupakan golongan terpenoid yang berpotensi sebagai antimikroba.Selain itu senyawa ini banyak digunakan untuk menyembuhkan penyakitgangguan kulit.Triterpenoid memiliki sifat antijamur, insektisida,antibakteri, dan antivirus (Robinson, 2000).

d. Glikosida

Glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian dua senyawa, yaitu gula dan bukan gula.Bagian gula biasa disebut glikon sementara bagian bukan gula disebut aglikon atau genin.

e. Saponin

Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk, menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir.Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air.

Menurut Harborne (1987), saponin bersifat seperti sabun dan dapatdideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Saponinmenghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba dengan caraberinteraksi dengan membran sterol. Efek utama saponin terhadap bakteriadalah adanya pelepasan protein dan enzim dari dalam sel-selSaponin bekerja dengan cara mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma sehingga dapat menyebabkan sel mikroba lisis.(Zakariaet al. 2010).

2.7 Mekanisme Kerja Antibakteri

Menurut Jawetz et al. (1996), mekanisme kerja antibakteri dibedakan menjadi empat secara umum, yaitu

(43)

Antibakteri terikat pada reseptor sel (beberapa diantaranya adalah enzim transpeptidase), kemudian terjadi reaksi transpeptidase sehingga sintesis peptidoglikan terhambat.Mekanisme diakhiri dengan penghentian aktivitas penghambat enzim autolysis pada dinding sel.

2. Antibakteri yang menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri Terganggunya membran sitoplasma oleh zat yang bersifat surfaktan, menyebabkan permeabilitas dinding sel berubah dan menjadi rusak. Komponen-komponen penting yang berada di dalam sel seperti protein, asam nukleat, nukleotida keluar dari sel dan berangsur-angsur sel akan mati.

3. Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri

Suhu dan konsentrasi tinggi zat kimia dapat mendenaturasi protein yang merupakan komponen esensial bagi berlangsungnya kehidupan sel. Senyawa penghambat sintesis protein juga dapat menyebabkan kesalahan dalam pembacaan kode pada mRNA sehingga protein tidak terbentuk, dan sel akan mati.

4. Antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat

(44)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit infeksi yang dialami oleh manusia sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme patogen. Hal ini merupakan salah satu masalah yang sering terjadi di berbagai negara termasuk di Indonesia. Salah satu penyakit yang sering dijumpai di kalangan masyarakat Indonesia adalah karies gigi. Dari penelitian epidemiologis yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Gigi RI pada tahun 1982 ternyata 70% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi berlubang dan yang paling bertanggung jawab dalam menyebabkan karies gigi ini adalah plak gigi (Day, 2003). Bakteri penyebab penyakit gigi salah satunya adalah Streptococcus mutans (Zaenab dkk, 2004).

Selain pada gigi, bakteri juga dapat menginfeksi pencernaan manusia. Ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada pencernaan manusia, diantaranya adalah bakteri Escherichia coli yang dapat menyebabkan penyakit diare.E. coli merupakan 2 dari 12 bakteri yang secara umum paling kebal terhadap obat-obatan.Bakteri E. coli dapat menyebabkan penyakit diare yang parah atau berdarah.Bakteri ini merupakan bakteri simbiotik yang baik dan penting ditemukan dalam saluran pencernaan manusia, namun bakteri ini juga dapat menjadi patogen opurtunistik pada kondisi-kondisi tertentu (Green dan Rianto, 2005).Penyakit diare dan disentri cenderung meningkat dari tahun ke tahun, karena kondisi lingkungan, terutama air minum dari sumur-sumur atau sungai yang digunakan sebagai air minum cenderung mengalami kontaminasi. Penyakit diare menimbulkanbanyak korban dengan cepat, dan masih menjadi penyebab kematian nomor satu untuk anak-anak di Indonesia (Kainon, 2009).

(45)

mulut, vagina dan saluran pencernaan, dan dapat menyebabkan berbagai infeksi, tergantung pada sifat dari inangnya (Molero et al., 1998).

Saat ini, berbagai macam penyakit yang ditimbulkan oleh beberapa mikroorganisme di kalangan masyarakat Indonesia menimbulkan berbagai keresahan. Masyarakat membutuhkan obat yang dapat mengatasi penyakit tersebut, seperti halnya antibiotik. Meskipun antibiotik tersedia dalam berbagai jenis, tetapi masih saja memiliki beberapa kekurangan bagi sebagian masyarakat, seperti harga yang mahal, sulit terjangkau, dan terkadang menimbulkan efek samping bagi tubuh manusia. Hal inilah yang membuat masyarakat mencari alternatif lain dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar mereka untuk menggunakannya sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit tersebut. Berbagai macam penyakit dapat diobati dengan memanfaatkan ramuan dari tumbuh-tumbuhan yang mudah didapat di sekitar rumah, penggunaan ramuan tumbuhan tersebut secara tradisional tidak memiliki efek samping yang ditimbulkan seperti yang terjadi pada pengobatan kimia (Siregar, 2009).

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan berbagai jenis tumbuhan, hal ini didukung oleh keadaan tanah yang subur serta iklim yang cocok. Banyak diantara tumbuh-tumbuhan tersebut yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber zat aktif dalam pengobatan, yang biasa dikenal dengan sebutan obat tradisional. Penggunaan obat tradisional sudah mulai banyak dilakukan dengan tujuan untuk menghemat biaya pengobatan yang semakin mahal dan memanfaatkan potensi kekayaan alam di Indonesia yang sangat beragam (Suryaningsih et al., 2010). Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah tumbuhan seri (Muntingia calabura Linn.). Di Indonesia secara tradisional buah seri digunakan untuk mengobati asam urat dan kandungan dan rebusan daun seri ternyata dapat berkhasiat sebagai pembunuh mikroba berbahaya dan dapat digunakan sebagai antiseptik (Simatupang, 2011).

(46)

konsentrasi 1 mg/ml memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus dan B.subtilis. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah ekstrak etanol dari daun dan buah seri dapat menghambat pertumbuhan S. mutans, E. coli, dan C.albicans.

2. Permasalahan

Penyakit yang dialami oleh manusia sebagian besar disebabkan oleh berbagai bakteri dan jamur patogen.Streptococcus mutans, Escherichia coli, dan Candida albicans merupakan sebagian mikroba yang menjadi penyebab penyakit infeksi.Saat ini belum diketahui apakah ekstrak etanol dari daun seri dapat menghambat pertumbuhan ketiga mikroba tersebut.

3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kemampuan ekstrak etanol daun seri dalam menghambat pertumbuhanS. mutans, E. coli, dan C.albicans secara in vitro.

4. Hipotesis

Kemampuan ekstrak etanol daun seri dalam menghambat pertumbuhan S. mutans, E. coli, dan C.albicans secara in vitro memiliki keragaman.

5. Manfaat

(47)

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia calabura Linn.) dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus mutans, Escherichia coli, dan Candida albicans

Secara In Vitro

ABSTRAK

Penelitian tentang uji aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia calabura Linn.) dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus mutans, Escherichia coli, dan Candida albicanssecara in vitrotelah dilakukan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima taraf konsentrasi ekstrak daun seri, yaitu 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan tiga jenis patogen yaitu S. mutans, E. coli dan C. albicans. Metode yang digunakan untuk mengukur besar zona hambat adalah metode difusi cakram. Data dianalisis dengan menggunakan teknik Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun seri menghambat pertumbuhan seluruh mikroba uji, dan semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan semakin besar efek penghambatannya. Zona hambat tertinggi dihasilkan pada konsentrasi 25% yaitu 20 mm dalam mengambat C. albicans dan zona hambat terkecil pada konsentrasi 5% yaitu 7,5 mm dalam menghambat E. coli.

(48)

In Vitro Antimicrobial Activity of Etanol Extract of cherry (Muntingia calabura Linn.) Leaves against Streptococcus mutans, Escherichia coli, and Candida albicans

ABSTRACT

A study about in vitro antimicrobial activity of etanol extract of cherry (Muntingia calabura Linn.) leaves against Streptococcus mutans, Escherichia coli, and Candida albicans has been done. The experimental design was completely randomized with five levels of ethanol extract of cherry leaves concentrations: 5%, 10%, 15%, 20%, 25% and three type of pathogen: S. mutans, E. coli and C. albicans.The diffusion disc method used for measuring of zone of inhibition. The data analysis technique used is the technique of Analysis of Variance (ANOVA) followed by Duncan test. The result showed that ethanol extract of cherry leaf inhibited the growth of all tested microbs.The higher concentration of extract used greater inhibitory effect obtained against all patogen microba. The highest zone of inhibition was 20 mm at 25% ethanol extract against C. albicans, and the lowest zone of inhibition was 7,5 mm at 5% ethanol extract against E. coli.

(49)

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SERI (Muntingia calabura Linn.)DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Streptococcus mutans,

Escherichia coli, dan Candida albicans SECARA In Vitro

SKRIPSI

OLEH:

ASTRI MEILYSA DOSH SIAGIAN 090805057

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(50)

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SERI (Muntingia calabura Linn.)DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Streptococcus mutans,

Escherichia coli, dan Candida albicans SECARA In Vitro

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

OLEH:

ASTRI MEILYSA DOSH SIAGIAN 090805057

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(51)

PERSETUJUAN

Judul : Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia calabura Linn.) dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus mutans, Escherichia coli, dan Candida albicans secara In vitro

Kategori : Skripsi

Nama : Astri Meilysa Dosh Siagian

Nomor Induk Mahasiswa : 090805057

Program Studi : Sarjana (S1) Biologi

Departemen : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Januari 2016

Komisi Pembimbing:

Pembimbing 2, Pembimbing1,

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si. Prof. Dr.Erman Munir, M. Sc. NIP. 197404051999032001 NIP.1965110119991031002

Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

(52)

PERNYATAAN

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SERI (Muntingia calabura Linn.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Streptococcus mutans, Escherichia coli,

danCandida albicans SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya

Medan, Januari 2016

(53)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan pertolongannNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SERI (Muntingia calabura Linn.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Streptococcus mutans, Escherichia coli, danCandida albicans SECARA IN VITRO. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains pada Fakultas MIPA USU Medan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua,ayahanda dan ibunda tercinta, Drs. SH. Siagian dan Dortha Marpaung yang selalu memberikan kasih sayang, doa, perhatian, pengorbanan yang besar, serta motivasi kepada penulis. Kepada ketiga abang dan adik penulis, Ridwan Dosh Siagian, Tommy Tio Dosh Siagian, S.E., Asido Ardian Dosh Siagian, Amd. Dan Atika Junita Dosh Siagian, SH serta seluruh keluarga besar penulis atas segala bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc. selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu , bimbimbingan, tenaga dan pikiran saat bimbingan pada masa penelitian hingga penilisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dr.It Jamilah, M.Sc dan Ibu Dra. Isnaini Nurwahyuni, M. Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran serta arahan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. Bapak Dr. Salomo Hutahaean, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan semangat, bimbingan dan nasehat selama masa perkuliahan. Ibu Dr. Nursahara Pasaribu M. Sc selaku ketua Departemen Biologi FMIPA USU. Ibu Nurhasni Muluk, Ibu Rosalina Ginting, Bang Ewin, dan Kak Siti selaku staf pegawai Departemen Biologi FMIPA USU.

(54)

waktu, pengorbanan, dan segala bantuan saat kuliah hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kepada teman-teman penulis, icheg, yenni, della, dian, erik, dan ivana. Kepada 09topus, imam, aan, bobby, laura, frishy, julie, grace, febri, bertua, febrin, agustina, wulan, lisa, dan teman-teman 2009 lainnya yang telah memberikan dukungan penuh untuk penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga ucapkan kepada seluruh adek-adek 2010, adek asuh 2011,adek-adek 2012 bobby pranoto, aditya, novita wijaya, david, agustono, melda, nolo, wilda, yolanda, dan fredi. Adek 2013, eka dan semua rekan-rekan yang telah memberi semangat kepada penulis.

Akhirnya dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Atas partisipasi dan dukungannya penulis ucapkan terimakasih.

Medan, Januari 2016

(55)

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia calabura Linn.) dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus mutans, Escherichia coli, dan Candida albicans

Secara In Vitro

ABSTRAK

Penelitian tentang uji aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia calabura Linn.) dalam Menghambat Pertumbuhan Streptococcus mutans, Escherichia coli, dan Candida albicanssecara in vitrotelah dilakukan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan lima taraf konsentrasi ekstrak daun seri, yaitu 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan tiga jenis patogen yaitu S. mutans, E. coli dan C. albicans. Metode yang digunakan untuk mengukur besar zona hambat adalah metode difusi cakram. Data dianalisis dengan menggunakan teknik Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun seri menghambat pertumbuhan seluruh mikroba uji, dan semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan semakin besar efek penghambatannya. Zona hambat tertinggi dihasilkan pada konsentrasi 25% yaitu 20 mm dalam mengambat C. albicans dan zona hambat terkecil pada konsentrasi 5% yaitu 7,5 mm dalam menghambat E. coli.

(56)

In Vitro Antimicrobial Activity of Etanol Extract of cherry (Muntingia calabura Linn.) Leaves against Streptococcus mutans, Escherichia coli, and Candida albicans

ABSTRACT

A study about in vitro antimicrobial activity of etanol extract of cherry (Muntingia calabura Linn.) leaves against Streptococcus mutans, Escherichia coli, and Candida albicans has been done. The experimental design was completely randomized with five levels of ethanol extract of cherry leaves concentrations: 5%, 10%, 15%, 20%, 25% and three type of pathogen: S. mutans, E. coli and C. albicans.The diffusion disc method used for measuring of zone of inhibition. The data analysis technique used is the technique of Analysis of Variance (ANOVA) followed by Duncan test. The result showed that ethanol extract of cherry leaf inhibited the growth of all tested microbs.The higher concentration of extract used greater inhibitory effect obtained against all patogen microba. The highest zone of inhibition was 20 mm at 25% ethanol extract against C. albicans, and the lowest zone of inhibition was 7,5 mm at 5% ethanol extract against E. coli.

(57)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN xi

Bab 1. Pendahuluan 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Permasalahan 3

1.3Tujuan 3

1.4Hipotesis 3

1.5Manfaat 3

Bab 2. Tinjauan Pustaka 4

2.1 Flora Mikroba Normal Pada Manusia 4

2.2 Streptococcus mutans 4

2.3 Escherichia coli 7

2.6 Skrining Fitokimia 13

2.7 Mekanisme Kerja Antibakteri 16

Bab 3. Bahan dan Metode 17

3.1 Waktu dan Tempat 17

3.2 Alat dan Bahan 17

3.3 Rancangan Penelitian 17

3.4 Prosedur Penelitian 18

3.4.1 Ekstraksi Tumbuhan dengan Metode Maserasi 18

3.4.2 Uji skrining Fitokimia 18

(58)

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Ekstraksi Daun seri (Muntingia calabura Linn.) dengan 21 Metode Maserasi

4.2 Hasil Uji Skrining Fitokimia Daun Seri (Muntingia calabura Linn.) 21

4.3 Penghambatan Ekstrak Etanol Daun Seri 24

(Muntingia calabura Linn.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Escherichia coli, dan Candida albicans

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 30

5.2 Saran 30

Daftar Pustaka 31

(59)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

Gambar

1 Daun Seri 11

2 Persiapan Ekstrak Etanol Daun Seri 21

3 Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Seri 26 terhadap Pertumbuhan S. mutans, E.coli dan

C.albicans Hari Ketiga

4.1 Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Seri terhadap 27 Pertumbuhan S. mutans setelah 72 jam Inkubasi.

4. 2 Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Seri terhadap 27 Pertumbuhan E.coli setelah 72 jam Inkubasi

(60)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

Tabel

4.1 Uji Skrining Fitokimia Daun Seri (Muntingia 22 Calabura Linn.)

4.2 Penghambatan Ekstrak Etanol Daun Seri 24 (Muntingia calabura Linn.) terhadap Pertumbuhan

(61)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

Lampiran

Lampiran 1. Ekstraksi Etanol Daun Seri dengan Metode Maserasi 36

Lampiran 2. Penyiapan Mikroba Uji 37

Lampiran 3. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Seri (Muntingia 38 calabura Linn.) terhadap Pertumbuhan S. mutans,

E. coli, dan C. albicans

Lampiran 4. Pengamatan Zona Hambat (mm) Ekstrak Etanol Daun 39 Seri terhadap Pertumbuhan S. mutans

Lampiran 5. Pengamatan Zona Hambat (mm) Ekstrak Etanol Daun 40 Seri terhadap Pertumbuhan E. coli

Lampiran 6. Pengamatan Zona Hambat (mm) Ekstrak Etanol Daun 41 Seri terhadap Pertumbuhan C. albicans

Lampiran 7. Hasil Analisa Statistik 42

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Uji skrining fitokimia daun seri (Muntingia calabura)
Tabel 4.2 Uji Penghambatan Ekstrak Ekstrak Etanol Daun Seri(Muntingia calabura Linn.) terhadap PertumbuhanStreptococcus mutans, Escherichia coli, danCandida albicans
Gambar 3. Diameter zona hambat ekstrak etanol daun seri terhadap   pertumbuhanS. mutans, E.coli dan C
Gambar 4.1. Zona hambat ekstrak etanol daun seri terhadap pertumbuhan  S. mutans setelah 72 jam inkubasi dengan perlakuan kontrol positif,   kontrol negatif, konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% pada suhu 37o C
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bagi penyedia barang / jasa lain yang keberatan atas Pengumuman Pemenang Lelang ini diberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis kepada Kelompok Kerja

[r]

Berdasarkan hasil proses pelelangan beserta berita acara evaluasi dan setelah dilakukan penelitian terhadap BAHP Nomor : 10/Pokja ULP/MTsN Tangse/PU- eProc/2012 tanggal 2

[r]

Berdasarkan hasil proses pelelangan beserta berita acara evaluasi dan setelah dilakukan penelitian terhadap BAHP Nomor : 10/Pokja ULP/MTsN Padang Tiji/PU-eProc/2012 tanggal

[r]

Pada hari ini SENIN tanggal ENAM bulan AGUSTUS tahun DUA RIBU DUA BELAS, dimulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB dengan mengambil tempat di MAN Lamongan ,

Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. Kabupaten Banyumas Tahun 2005-2025 dan