• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II AKUNTABILITAS KINERJA

2.1 Capaian Kinerja

Pengukuran tingkat capaian kinerja Sekretariat Jenderal triwulan II tahun 2021 dilakukan dengan membandingkan antara target dengan realisasi dari masing-masing indikator kinerja sasaran selama periode tersebut. Hasil dari perbandingan tersebut akan diperoleh persentase pencapaian terget.

2.1.1 Sasaran 1: "Meningkatnya Birokrasi Kemendag yang Akuntabel, Transparan, dan Berintegritas "

No. Indikator Kinerja Target Periode Januari – Juni 2021 Realisasi % Capaian

1 Indeks Reformasi Birokrasi Nilai 78 77,53 99,4

2 Nilai Hasil Evaluasi SAKIP Predikat BB BB 100

3 Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Kemendag

Opini WTP WTP 100

IK-1: Indeks Reformasi Birokrasi

Secara singkat reformasi birokrasi diartikan sebagai upaya untuk melakukan pembaruan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintah dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur. Tujuan dari reformasi birokrasi adalah terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik dengan aparatur berintegritas tinggi, produktif, dan melayani secara prima dalam rangka meningkatkan kepercayaan publik. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintah yang efektif dan efisien. Reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pemerintah terus berkomitmen mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dalam rangka menciptakan birokrasi yang bersih, bebas KKN, berdaya (capable), dan melayani. Hal tersebut tertuang dalam 8 (delapan) area perubahan reformasi birokrasi (RB) yang merupakan elemen birokrasi, antara lain: pola pikir, kelembagaan, regulasi dan perundang-undangan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas, pengawasan, dan pelayanan publik. Delapan area perubahan ini harus diinternalisasikan oleh seluruh kementerian/lembaga/daerah sebagai komitmen pemerintah untuk terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Gambar 1 Delapan Area Perubahan Reformasi Birokrasi

Sumber: Sekretariat Jenderal

Pelaksanaan reformasi birokrasi harus terus dievaluasi, hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan dan pencapaian reformasi birokrasi di lingkungan internal, memonitor rencana aksi tindak lanjut hasil penilaian mandiri di lingkungan internal, dan memberikan saran perbaikan untuk meningkatkan kualitas reformasi birokrasi.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2025 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2020-2024, telah dilakukan evaluasi atas pelaksanaan reformasi birokrasi pada Kementerian Perdagangan. Pelaksanaan evaluasi berpedoman pada Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Berdasarkan evaluasi yang telah dilaksanakan, lndeks Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan tahun 2020 adalah 77,53 dengan kategori "BB". Dengan demikian persentase capaian kinerja sampai dengan akhir triwulan II tahun 2021 sudah mencapai 99,4 persen.

Tabel 2 Perkembangan Nilai Indeks Reformasi Birkrasi Kemneterian Perdagangan Tahun 2019-2020

Tahun Nilai Indeks Reformasi Birokrasi

2019 76,40

Adapun yang kami lakukan sepanjang tahun 2020 sehingga terdapat kemajuan dalam penerapan reformasi birokrasi Kementerian Perdagangan, antara lain:

1. Arahan Presiden terkait penyederhanaan organisasi, yakni menyederhanakan birokrasi pemerintahan menjadi dua level dan mengoptimalkan peran jabatan fungsional, mendorong Kementerian Perdagangan untuk bergerak cepat melakukan penyederhanaan birokrasi dengan penyetaraan jabatan administrasi ke jabatan fungsional sesuai PermenPANRB 28 Tahun 2019 tentang penyetaraan jabatan administrasi ke dalam jabatan fungsional. Hal ini dimaksudkan guna memangkas rangkaian hierarki pengambilan keputusan yang terlalu panjang, sehingga menghambat proses pelayanan publik. Penyederhanaan itu akan berdampak pada peningkatan kinerja birokrasi, termasuk upaya untuk membuat birokrasi menjadi lebih gesit, dinamis, dan mudah melakukan penyesuaian.

2. Penyederhanaan ini perlu didukung oleh penataan kembali organisasi dan tata kerja Kementerian Perdagangan guna mewujudkan organisasi Kementerian Perdagangan yang lebih proporsional, efektif dan efeisien, sehingga terbitlah Peraturan Kementerian Perdagangan Nomor 80 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan.

3. Deregulasi kebijakan telah dilakukan oleh Kementerian Perdagangan, khususnya dalam bentuk penyederhanaan prosedur dalam rangka mempercepat proses pelayanan. Contoh deregulasi kebijakan yang telah dilakukan adalah kebijakan tentang pengalihan pemeriksaan persyaratan impor di luar kawasan pabean (post border) untuk menekan dwelling time, serta kebijakan tentang integrasi pelayanan perijinan berusaha secara elektronik di bidang perdagangan melalui online single submission dengan BKPM.

4. Upaya positif lainnya yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan adalah penerapan penilaian Wilayah Tertib Administrasi (WTA) terhadap seluruh unit kerja sebagai perwujudan penguatan pengawasan internal. Hasil positif dari penerapan WT A tersebut adalah perbaikan tata kelola pada seluruh unit kerja di Kementerian Perdagangan.

5. Terdapat 3 (tiga) unit kerja Kementerian Perdagangan yang mendapat predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) pada tahun 2020.

Beberapa hal diatas dapat menggambarkan bahwa Kementerian Perdagangan terus melaksanakan perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan terhadap tata kelola organisasi yang efektif dan efisien, yang bersih dari KKN, dan juga pelayanan publik berkualitas dengan penguatan kelembagaan dan manajemen pelayanan.

Pada triwulan ke II tahun 2021 ini ada beberapa hal yang telah dilakukan dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan yang meliputi :

1. Pengusulan Unit PDSI dan PPSDK untuk Pembangunan Zona Integritas di Lingkungan Sekretariat Jenderal

2. Penyampaian Hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Tahun 2021 ke KemenPAN-RB

3. Pembahasan Lembar Kerja Evaluasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Tahun 2021

4. Pendampingan penyusunan Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Kementerian 5. Pendampingan penyusunan Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Unit Sekretariat

Jenderal

6. Rapat Integrasi Sistem Manajemen Kinerja sebagai tindak lanjut rekomendasi Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tahun 2020

Keberhasilan yang telah diraih dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Perdagangan menjadi katalis dan pendorong, serta penyemangat bagi seluruh unit kerja Kementerian Perdagangan untuk berlomba-lomba menghadirkan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Keberlanjutan dan penguatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di tahun 2021 memiliki peran penting dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dalam mewujudkan visi dan misi Kementerian Perdagangan. Untuk itu, diharapkan sinergitas, koordinasi dan kolaborasi antar unit kerja di Kementerian Perdagangan yang telah terjalin baik, dapat terus terjaga dan semakin meningkat.

IK-2: Nilai Hasil Evaluasi SAKIP

Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 tahun 2015 tentang pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Tujuan dari pelaksanaan evaluasi SAKIP untuk menilai tingkat akuntabilitas kinerja atau pertanggungjawaban atas hasil (outcome) terhadap penggunaan anggaran dalam rangka mewujudkan pemerintah yang berorientasi kepada hasil (result oriented goverment) serta memberikan saran perbaikan.

Terdapat 4 komponen penilaian dalam evaluasi SAKIP dengan bobot yang berbeda, yaitu:

1. Perencanaan Kinerja (Bobot 30%);

Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan SAKIP yang dilakukan oleh Kementerian PAN-RB pada tahun 2020, Kementerian Perdagangan memperoleh nilai 75,42 atau predikat BB. Nilai tersebut menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dibandingkan dengan capaian kinerjanya, kualitas pembangunan budaya kinerja birokrasi, dan penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi hasil pada Kementerian Perdagangan menunjukkan hasil sangat baik.

Tabel 3 Perkembangan Nilai AKIP Kementerian Perdagangan Tahun 2019 – 2020

Hasil evaluasi SAKIP Kementerian Perdagangan tahun 2020 telah memenuhi target Predikat BB sesuai Perjanjian Kinerja dengan tingkat capaian kinerja 100%.

Meskipun begitu, masih terdapat beberapa catatan terkait dengan implementasi SAKIP di Kementerian Perdagangan diantaranya adalah:

a. Belum seluruh sasaran dan indikator kinerja pada setiap level organisasi memenuhi kriteria kualitas yang baik, terutama terkait dengan karakteristik keterukuran, relevansi, dan orientasi hasil.

b. Penjabaran kinerja dari tingkat kementerian ke unit kerja eselon I dan eselon II sebagian besar sudah cukup baik dilakukan. Akan tetapi, penjejangan ke level jabatan selanjutnya belum seluruhnya menggambarkan kerangka logis manajemen kinerja.

c. lnformasi hasil pengukuran kinerja belum dimanfaatkan secara optimal untuk perbaikan strategi pencapaian kinerja.

d. Pelaksanaan program dan kegiatan belum memperhatikan adanya upaya koordinasi kinerja lintas sektor atau crosscutting secara optimal. Masing-masing unit melaksanakan program dan kegiatan di unitnya tanpa memperhatikan aspek kolaborasi dengan unit rerja lain.

e. Peran pimpinan pada tiap unit kerja belum maksimal dalam melakukan reviu dan monitoring capaian kinerja, sehingga kualitas pengendalian internal dalam memantau capaian kinerja secara berkala belum berjalan baik.

f. Kualitas informasi pelaporan kinerja belum optimal. Hal ini terlihat dari belum lengkapnya informasi dalam bentuk pengungkapan terhadap analisis faktor-faktor yang mempengajuhi kesenjangan kinerja.

Sumber: Kementerian PAN-RB

Menindaklanjuti hasil evaluasi di atas dan dalam rangka lebih mengefektifkan penerapan SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan, Sekretariat Jenderal akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan reviu atas Renstra Kementerian Perdagangan Tahun 2020 – 2024 untuk memastikan kualitas sasaran dan indikator kinerja pada setiap level organisasi, serta penjabaran kinerja telah sesuai dengan logical-framework dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

2. Memanfaatkan informasi hasil pengukuran kinerja untuk perbaikan strategi pencapaian kinerja.

3. Mendorong upaya koordinasi kinerja lintas sektor atau crosscutting secara optimal pada setiap unit kerja, dengan memperhatikan aspek kolaborasi antar unit kerja.

4. Memperkuat peran pimpinan pada setiap unit kerja di Kementerian Perdagangan dalam melakukan reviu pemantauan, dan evaluasi atas capaian kinerja secara berkala. Selanjutnya, memanfaatkan hasilnya sebagai langkah perbaikan perencanaan kinerja di periode berikutnya.

5. Meningkatkan kualitas pelaporan kinerja dengan memastikan kelengkapan informasi terhadap analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan kinerja, serta rnemastikan keandalan data kinerja.

6. Mengintegrasikan pemanfaatan teknologi informasi dalam rangka optimalisasi pelayanan internal, meliputi: perencanaan, penganggaran, dan monev kinerja.

Pada Semester II Tahun 2021, Sekretariat Jenderal akan memulai proses pengembangan sistem aplikasi e-Monitoring Kementerian Perdagangan yang terintegrasi dengan aplikasi SKP (Sasaran Kerja Pegawai), SAS (Sistem Aplikasi Keuangan Satker), dan SMART (Sistem Monitoring Anggaran Terpadu). Dengan terintegrasinya aplikasi-aplikasi tersebut, proses monitoring kinerja di Kementerian Perdagangan diharapkan dapat lebih tertelusur dari tingkat instansi (kementerian) hingga ke level jabatan terendah (pegawai), baik dalam pencapaian target indikator kinerja maupun rencana kerja anggaran (RKA). Integrasi sistem informasi juga akan menyederhanakan proses pengumpulan data kinerja di lingkungan Kementerian Perdagangan.

7. Melakukan revisi atas Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 794 tahun 2015 tentang pedoman Penyusunan Dokumen SAKIP di Lingkungan Kementerian Perdagamgan dengan memperhatikan catatan hasil evaluasi di atas.

Meski di masa pandemi COVID-19 yang kembali membatasi kegiatan perkantoran, implementasi SAKIP Kementerian Perdagangan masih tetap dijalankan dengan metode virtual. Dalam rangka menjamin kualitas penyelenggaraan SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan, Sekretariat Jenderal telah melaksanakan rangkaian kegiatan pendukung selama tahun 2021, diantaranya adalah:

1. Rapat Kerja Kementerian Perdagangan Tahun 2021;

2. Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2020 (pada tingkat Kementerian, Eselon I, dan Eselon II);

3. Penyusunan Rencana Strategis Tahun 2020-2024 pada tingkat Kementerian dan seluruh unit Eselon I;

4. Penyusunan Perjanjian Kinerja Tahun 2021 (pada tingkat Kementerian, Eselon I, dan Eselon II);

5. Penyusunan Laporan Triwulanan Tahun 2021 dan Pengukuran Pencapaian Kinerja pada tingkat Kementerian dan Eselon I;

6. Pemantauan Kinerja Secara Elektronik, baik melalui aplikasi E-Monitoring Online Kemendag maupun website SMART Kemenkeu;

7. Evaluasi SAKIP Internal yang dilakukan APIP Kementerian Perdagangan;

8. Pelaksanaan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi melalui pengisian Lembar Kerja Evaluasi pada website PMPRB Kemenpan-RB dan penjabaran bukti dukung serta penyusunan Rencana Aksi;

9. Pada TA 2021, Pemerintah melakukan pemotongan anggaran K/L dalam rangka penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Dengan adanya kebijakan tersebut, Sekretariat Jenderal mengkoordinasikan refocusing dan realokasi anggaran di Kementerian Perdagangan dengan meningkatkan efisiensi anggaran dan efektivitas program/kegiatan, sehingga target indikator kinerja tetap dapat terpenuhi.

IK-3: Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Kemendag

Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Penjelasan Pasal 16 ayat (1), opini merupakan pernyataan professional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang berdasarkan pada kriteria (a) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (b) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (c) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (d) efektivitas sistem pengendalian intern (SPI). Terdapat empat jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa:

1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian – WTP (unqualified opinion); opini wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan

diungkapkan dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.

2. Opini Wajar Dengan Pengecualian – WDP (qualified opinion); opini wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan dikecualikan, sehingga informasi keuangan dalam laporan keuangan yang tidak dikecualikan dalam opini pemeriksa dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.

3. Opini Tidak Wajar – TW (adverse opinion); opini tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material, sehingga informasi keuangan dalam laporan keuangan tidak dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.

4. Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Memberikan Pendapat – TMP (disclaimer of opinion); pernyataan menolak memberikan opini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak dapat diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan. Dengan kata lain, pemeriksa tidak dapat memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, sehingga informasi keuangan dalam laporan keuangan tidak dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.

Tabel 4 Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan Tahun 2011 – 2020

No. Tahun Anggaran Hasil Opini BPK

1. 2011 WTP

2. 2012 WTP

3. 2013 WTP

4. 2014 WTP

5. 2015 WTP

6. 2016 WTP

7. 2017 WTP

8. 2018 WTP

9. 2019 WTP

10. 2020 WTP

Sumber: BPK-RI

a. Faktor yang mendukung:

• Dukungan Manajemen Strategis, di mana seluruh jajaran Pimpinan Kementerian Perdagangan peduli dan berperan aktif untuk mendukung penuh upaya penyelenggaraan pengelolaan dan pelaporan keuangan dan BMN yang transparan dan akuntabel melalui jalur koordinasi rapat pimpinan maupun koordinasi antara Pengelola dan Pejabat Pembina secara intens.

• SDM Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan dan BMN Pusat yang terlatih, berpengalaman, dan proaktif, di mana pejabat atau pengelola keuangan telah mendapatkan pelatihan/sosialisasi, telah bertugas lebih dari 1 tahun, menerima dan mengkomunikasikan setiap aturan teknis baru berikut potensi permasalahan yang dihadapi baik pada rapat pimpinan maupun dalam sosialisasi atau forum konsultasi teknis yang diselenggarakan Biro Keuangan.

• Pendampingan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dalam hal ini Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan yang selain melaksanakan audit rutin, juga melaksanakan program Reviu Laporan Keuangan tiap periode pelaporan keuangan dimana dilakukan koreksi/penyempurnaan pelaporan baik dari sisi nilai/angka maupun penjelasan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

b. Faktor yang menghambat:

• Koordinasi dengan Satuan Kerja Daerah, dimana Kementerian Perdagangan turut mengalokasikan anggaran Dekonsentrasi (DK) bagi pemerintah tingkat propinsi serta Tugas Pembantuan (TP) bagi pemerintah tingkat kabupaten/kota dengan metode pelaksanaan anggaran DK/TP bersifat independen dilaksanakan oleh pemda sendiri namun wajib dilaporkan dalam Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan. Hingga saat ini turnover SDM pada lingkungan pemerintah daerah terus terjadi di mana staf/pejabat pengelola anggaran DK/TP alokasi Kemendag yang telah dilatih dan berpengalaman mendapat penugasan di dinas/bidang lain sehingga perlu dilakukan pelatihan/sosialisasi/monev secara berkala.

• Adanya kondisi pandemic COVID-19 yang pada Januari s.d Juni 2021 mempengaruhi realisasi penerimaan PNBP pada satker PNBP di lingkungan Kementerian Perdagangan, dimana adanya pembatasan pergerakan sosial yang turut mempengaruhi upaya-upaya pelatihan/sosialisasi, monitoring dan evaluasi serta koordinasi penyampaian data terkait dengan pelaporan ataupun pemeriksaan.

c. Upaya yang telah dilakukan dan perlu dilanjutkan

• Penyediaan aturan/petunjuk teknis bidang pengelolaan dan pelaporan keuangan dan BMN yang dipandang perlu untuk lingkup Kementerian Perdagangan.

• Pelaksanaan Sosialisasi/Forum Konsultasi Teknis bidang pengelolaan dan pelaporan keuangan dan BMN dalam rangka penyebaraluasan peraturan/informasi baru, menjaring permasalahan serta penyamaan persepsi.

• Pelaksanaan monitoring dan evaluasi bidang pengelolaan dan pelaporan keuangan dan BMN secara berkala untuk memantau implementasi pelaksanaan di lapanganserta menjaring informasi.

• Pembentukan tim Ad-Hoc untuk menangani permasalahan terkait bidang pengelolaan dan pelaporan keuangan dan BMN yang membutuhkan koordinasi lintas unit Pembina baik internal Kementerian Perdagangan maupun lintas Kementerian/Lembaga.

• Satker PNBP di lingkungan Kementerian Perdagangan akan membuat kegiatan yang kreatif, misalnya menggunakan teknologi informasi (Aplikasi Zoom), untuk kegiatan fisik tetap akan dilakukan dengan protokol kesehatan.

Dalam kaitan dengan Pandemi COVID-19, dilakukan optimalisasi koordinasi melalui media daring baik dengan menggunakan Zoom, Whatsapp, Google Meet, ataupun media daring lainnya. Kegiatan yang mendukung penyusunan laporan keuangan, antara lain: Koordinasi Penyusunan Laporan Keuangan Tingkat Kementerian Semester I; Penyusunan Laporan Keuangan Tingkat Kementerian Tahunan; Penyusunan Laporan Keuangan Tingkat Kementerian (Audited);

Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan Triwulan III; Penyusunan Laporan Keuangan Perwakilan Kementerian Perdagangan di Luar Negeri; Penyusunan Dokumen Penunjang Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan;

Rencana Aksi (Action Plan) Kementerian Perdaganganatas Audit BPK RI (LK, Kinerja, PDTT); Koordinasi dan Pendampingan Pelaksanaan Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan dan Kinerja Kementerian Perdagangan; Pemantauan dan Evaluasi Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan.

Rencana Aksi dalam mewujudkan Opini WTP antara lain:

1. Melakukan pembinaan dalam penyusunan Laporan Keuangan serta melakukan monitoring penyelesaiannya.

2. Memastikan bahwa Laporan Keuangan (Neraca, LRA dan CaLK) selesai tepat waktu dan akuntabel.

2.1.2 Sasaran 2: " Meningkatnya Kapabilitas Kinerja Organisasi Kemendag yang Inovatif dan Responsif "

No. Indikator Kinerja Target

Periode Januari – Juni 2021

Realisasi % Capaian 4 Nilai Capaian Kinerja Organisasi Nilai 90 94,05 104,5%

5 Tingkat Kematangan Sistem Pemerintahan

Berbasis Elektronik Predikat Baik Baik 100

IK-4: Nilai Capaian Kinerja Organisasi

Pengukuran Nilai Capaian Kinerja Organisasi ditentukan berdasarkan Nilai Kinerja Anggaran (NKA) yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan, dimana NKA merupakan gabungan dari nilai SMART (Sistem Monitoring Anggaran Terpadu) dengan bobot 60% dan nilai IKPA (Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran) dengan bobot 40%. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 118/KMK.02/2021 tentang Penetapan Kementerian Negara/Lembaga yang Diberikan Penghargaan atas Kinerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2020, Nilai Kinerja Anggaran Kementerian Perdagangan pada tahun 2020 adalah 94,05. Sehingga persentase capaian indikator kinerja ini sebesar 104,5% dari target Perjanjian Kinerja.

Adapun untuk Nilai Kinerja Anggaran Tahun 2021 biasanya baru diumumkan oleh Kementerian Keuangan pada triwulan I tahun 2022.

Nilai SMART

Pengukuran nilai SMART dilakukan berdasarkan hasil Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22/PMK.02/2021 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang merupakan penyempirnaan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214 Tahun 2017. Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA) di Kementerian Perdagangan dilakukan secara berjenjang pada tingkat satker, unit kerja eselon I, dan kementerian. Nilai akhir hasil EKA Tahun 2020 sebagaimana dipantau melalui aplikasi SMART adalah 97,01 dengan predikat kinerja “SANGAT BAIK”. Sementara itu, nilai SMART Kementerian Perdagangan tahun 2021 masih belum final karena masih banyak output dan indikator kinerja yang baru dapat diukur dan direalisasikan pada akhir tahun.

Nilai SMART Kementerian Perdagangan tahun 2020 sebesar 97,01 menunjukkan peningkatan 3,30 persen dibandingkan nilai SMART tahun lalu, yaitu 93,905. Perkembangan nilai SMART Kementerian Perdagangan selama 5 tahun terakhir menunjukkan tren positif. Peningkatan nilai SMART secara drastis terjadi pada tahun 2017 dan 2018, dimana masing-masing mencatatkan peningkatan 16,28%

dan 11,67%. Hal ini dikarenakan pada periode tersebut Sekretariat Jenderal melakukan sosialisasi dan pendampingan pengisian aplikasi SMART secara gencar

sehingga terjadi peningkatan kepatuhan dan kesadaran dari unit-unit kerja untuk melaporkan capaian kinerja output, indikator kinerja dan anggaran melalui aplikasi SMART. Saat ini, pemantauan dan pelaporan capaian kinerja melalui sistem informasi SMART telah dilakukan secara rutin dan periodik (bulanan dan triwulanan) di lingkungan Kementerian Perdagangan dari tingkat kementerian hingga satker .

Gambar 2 Perkembangan Nilai Kinerja Anggaran Kementerian Perdagangan Tahun 2016-2020

Sumber: Diolah dari SMART Kementerian Keuangan (http://monev.anggaran.kemenkeu.go.id/smart)

Pengukuran Nilai Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA) Kementerian Perdagangan diatas merupakan gabungan dari dua komponen penilaian, yaitu: Capaian Sasaran Strategis (Aspek Manfaat) dan Rata-rata Nilai Evaluasi Kinerja Anggaran Eselon I dengan bobot sama besar masing-masing 50%. Nilai komponen-komponen tersebut pada tahun 2020 adalah sebagai berikut:

a. Aspek Manfaat/Capaian Sasaran Strategis (CSS) memperoleh nilai 100 dari rata-rata persentase capaian seluruh Indikator Kinerja Utama yang tercantum pada Perjanjian Kinerja di tingkat Kementerian.

b. Rata-rata Nilai Kinerja Anggaran (NKA) Unit Eselon I memperoleh nilai 94,02. NKA Unit Eselon I terdiri dari 2 (dua) komponen penilaian, yaitu: (1) Nilai Kinerja Manfaat dan Implementasi; serta (2) Rata-rata nilai kinerja satker, dengan bobot masing-masing 50 persen. Kemudian, NK Manfaat dan Implementasi terbagi lagi ke dalam 2 (dua) aspek penilaian, yaitu: Aspek Capaian Sasaran Program (CSP) dan Aspek Implementasi dengan bobot masing-masing 66,7 persen dan 33,3 persen.

72,79

84,24

94,52 93,905 97,01

2016 2017 2018 2019 2020

Gambar 3 Nilai Capaian Sasaran Strategis dan Rata-rata Nilai EKA Eselon I Kementerian Perdagangan Tahun 2020

Sumber: Diolah dari SMART Kementerian Keuangan (http://monev.anggaran.kemenkeu.go.id/smart)

Nilai Kinerja Capaian Sasaran Program merupakan rata-rata persentase capaian seluruh Indikator Kinerja yang tercantum pada Perjanjian Kinerja Eselon I. Sementara itu, pengukuran nilai Aspek Implementasi dan Rata-rata Nilai Kinerja Satker merupakan gabungan dari 4 (empat) aspek penilaian anggaran, yaitu: Capaian Keluaran dengan bobot 43,5%; Efisiensi Pemanfaatan Anggaran dengan bobot 28,6%;

Konsistensi Penyerapan Anggaran terhadap Perencanaan dengan bobot 18,2%, serta Realisasi/Penyerapan Anggaran dengan bobot 9,7%.

Gambar 4 Rata-rata Nilai Evaluasi Kinerja Anggaran Per Unit Eselon I Kementerian Perdagangan Tahun 2020

Sumber: Diolah dari SMART Kementerian Keuangan (http://monev.anggaran.kemenkeu.go.id/smart)

Dalam rangka menjamin kualitas kinerja anggaran di Kementerian Perdagangan, Sekretariat Jenderal secara berkala (triwulanan) melakukan rapat koordinasi secara virtual untuk melakukan pendampingan teknis pengisian aplikasi SMART dengan

90

CSS Rata2 NKA Eselon I

100 Series1 97,94 97,25 96,16 94,99 94,56 94,47 90,56 90,19 90,1

mengundang seluruh satker Kementerian Perdagangan, termasuk Satker Perangkat Daerah (SKPD) penerima Dana Dekonsentrasi (SKPD Provinsi) dan Tugas Pembantuan (SKPD Kabupaten/Kota).

Gambar 5 Bagan Proporsi dan Unsur Nilai Evaluasi Kinerja Anggaran/SMART

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214 Tahun 2017

Nilai IKPA

Selain nilai SMART, Sekretariat Jenderal juga memantau perkembangan nilai

Selain nilai SMART, Sekretariat Jenderal juga memantau perkembangan nilai

Dokumen terkait