• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TRIWULAN II SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN TRIWULAN II SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2021"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TRIWULAN II SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2021

KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI

SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI TAHUN 2021

(2)
(3)
(4)
(5)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Triwulan II Tahun 2021 Sekretariat Jenderal merupakan sarana pemantauan capaian kinerja dan anggaran berdasarkan dokumen Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal selama periode 6 (enam) bulan pertama di tahun 2021. Dalam Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal, terdapat 3 sasaran yang harus dicapai dimana pengukurannya ditentukan oleh 7 indikator kinerja (lihat tabel 1).

Tabel 1 Matriks Pengukuran Pencapaian Sasaran Sekretariat Jenderal Triwulan II Tahun 2021

Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi s.d. Tw. II

% Capaian Meningkatnya

Birokrasi Kemendag yang Akuntabel, Transparan, dan Berintegritas

Indeks Reformasi

Birokrasi Nilai 78 77,53 99,4%

Nilai Hasil Evaluasi

SAKIP Predikat BB BB 100%

Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Kemendag

Opini WTP WTP 100%

Meningkatnya Kapabilitas Kinerja Organisasi Kemendag yang Inovatif dan Responsif

Nilai Capaian Kinerja

Organisasi Nilai 90 94,05 104,5%

Tingkat Kematangan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

Predikat

Baik Baik 100%

Meningkatnya Kepuasan dan Kepercayaan Stakeholders

Hasil Monev

Keterbukaan Informasi Publik

Predikat Menuju Informatif

N/A*) N/A*) Indeks Kepuasan

Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik

Kategori Baik

Baik

(Nilai 83,52) 100%

Sumber: Sekretariat Jenderal, 2021 Keterangan:

*) Pengukuran kinerja indikator belum dapat dilakukan pada triwulan II tahun 2021.

Dari keseluruhan indikator kinerja (IK) Sekretariat Jenderal pada triwulan II tahun 2021, capaian kinerja dari 6 IK telah melampaui 50% dari target yang ditetapkan pada tahun 2021, yaitu: (1) lndeks Reformasi Birokrasi; (2) Nilai Hasil Evaluasi SAKIP;

(3) Opini BPK terhadap Laporan Keuangan; (4) Nilai Capaian Kinerja Organisasi; (5) Tingkat Kematangan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik; (6) Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik.

(6)

Pertama, lndeks Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan tahun 2020 adalah 77,53, sehingga hampir memenuhi target nilai 78 dengan persentase capaian 99,4%. Kedua, nilai hasil evaluasi SAKIP Kementerian Perdagangan tahun 2020 yang telah memenuhi target Predikat BB sesuai Perjanjian Kinerja dengan tingkat capaian kinerja 100%. Ketiga, Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan memperoleh Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang menyatakan bahwa laporan keuangan Kementerian Perdagangan telah disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan dan dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.

Selanjutnya, Nilai Capaian Kinerja Organisasi Kementerian Perdagangan sebesar 94,05 sehingga memperoleh capaian kinerja 104,5% dan Tingkat Kematangan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) Kementerian Perdagangan yang berdasarkan hasil penilaian terakhir di tahun 2019 mendapatkan peringkat Baik dengan nilai 3,25 (dari skala 5). Terakhir, hasil survei Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik Periode I Tahun 2021 memperoleh nilai 83,52 dengan predikat “Baik”. Sedangkan, indikator Hasil Monev Keterbukaan Informasi Publik baru dapat diukur realisasinya pada akhir tahun 2021.

Pencapaian kinerja Sekretariat Jenderal sampai dengan tengah tahun pertama ini penuh dengan peluang maupun tantangan yang perlu dikelola dan diantisipasi dengan tepat, sehingga seluruh sasaran dan target indikator kinerja Sekretariat Jenderal dapat tercapai secara optimal pada akhir tahun 2021.

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN... 7

1.1 LATAR BELAKANG ... 7

1.2 TUJUAN ... 8

1.3 PERAN STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL ... 8

1.4 ISU TERKINI ... 9

BAB II AKUNTABILITAS KINERJA ... 13

2.1 Capaian Kinerja ... 13

2.1.1 Sasaran Strategis 1: "Meningkatnya Birokrasi Kemendag yang Akuntabel, Transparan, dan Berintegritas " ... 13

2.1.2 Sasaran Strategis 2: " Meningkatnya Kapabilitas Kinerja Organisasi Kemendag yang Inovatif dan Responsif " ... 23

2.1.3 Sasaran Strategis 3: " Meningkatnya Kepuasan dan Kepercayaan Stakeholders" 33 2.2 Realisasi Anggaran ... 39

BAB III PENUTUP ... 41

LAMPIRAN ... 43

Lampiran I: Lembar Perjanjian Kinerja ... 45

Lampiran II: Matriks Pengukuran Pencapaian Kinerja Sekretariat Jenderal ... 49

Lampiran III: Matriks Pengukuran Pencapaian Kinerja Unit Kerja Sekretariat Jenderal ... 53

(8)
(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Penyelenggaraan SAKIP pada Kementerian Negara/Lembaga merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, pada bulan April 2014 telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang merupakan perbaikan dari Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999. Sebagai tindak lanjut dari penetapan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tanggal 18 Agustus 2015 Kementerian Perdagangan telah menetapkan Pedoman Penyusunan Dokumen SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 794/M-DAG/KEP/8/2015 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Lingkungan Kementerian Perdagangan (merupakan revisi dari Kepmendag Nomor 1011 Tahun 2012).

Keputusan Menteri Perdagangan RI Nomor 794 Tahun 2015 ini telah diterapkan secara tingkat Kementerian, Unit Kerja Eselon 1 dan Eselon II, serta unit kerja mandiri di lingkungan Kementerian Perdagangan serta dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan.

Salah satu tahapan penting dalam implementasi SAKIP adalah pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja adalah tahapan kegiatan SAKIP yang berupa penghitungan tingkat kemajuan (progress) dari pencapaian indikator kinerja strategis/program/kegiatan dibandingkan dengan tujuan/sasaran/target yang telah ditetapkan pada dokumen perencanaan (Rencana Strategis, Rencana Kerja, dan Perjanjian Kinerja). Pengukuran kinerja bukan dimaksudkan sebagai mekanisme pemberian reward and punishment, melainkan sebuah mekanisme pemantauan dan pengendalian pencapaian kinerja yang bermanfaat memberikan informasi bagi pimpinan tentang program dan kegiatan yang realisasi indikator kinerjanya masih dibawah target sehingga dapat segera ditindaklanjuti. Selanjutnya, hasil pengukuran kinerja dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan Laporan Kinerja Triwulanan dan Tahunan.

(10)

1.2 TUJUAN

Salah satu tahapan penting dalam implementasi SAKIP adalah pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja adalah tahapan kegiatan SAKIP yang berupa penghitungan tingkat kemajuan (progress) dari pencapaian indikator kinerja strategis/program/kegiatan dibandingkan dengan tujuan/sasaran/target yang telah ditetapkan pada dokumen perencanaan (Rencana Strategis, Rencana Kerja, dan Perjanjian Kinerja). Pengukuran kinerja bukan dimaksudkan sebagai mekanisme pemberian reward and punishment, melainkan sebuah mekanisme pemantauan dan pengendalian pencapaian kinerja yang bermanfaat memberikan informasi bagi pimpinan tentang program dan kegiatan yang realisasi indikator kinerjanya masih dibawah target sehingga dapat segera ditindaklanjuti. Selanjutnya, hasil pengukuran kinerja dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan Laporan Kinerja Tahunan dan Triwulanan.

Laporan Triwulanan (Laptri) merupakan laporan kinerja tahunan interim yang disusun secara periodik, setiap tiga bulan sekali, pada akhir triwulan I, II, dan III.

Tujuan penyusunan laporan triwulanan adalah sarana pemantauan capaian kinerja yang bermanfaat memberikan informasi bagi pimpinan untuk melakukan akselerasi pelaksanaan program dan kegiatan sebagai antisipasi atau koreksi atas penyimpangan yang mungkin terjadi dalam pencapaian sasaran dan target Sekretariat Jenderal sesuai dengan Perjanjian Kinerja, dimana pada tahun 2021 telah melalui serangkaian proses reviu oleh APIP sebagai tindak lanjut atas hasil evaluasi SAKIP Kementerian Perdagangan Tahun 2020.

1.3 PERAN STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL

Sesuai dengan tugas dan fungsinya, peran Sekretariat Jenderal adalah melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan administrasi kementerian. Berdasarkan tugas ini, Sekretariat Jenderal memerlukan optimalisasi dukungan kelembagaan maupun sumber daya serta sarana yang memadai, serta terorganisir di dalam struktur organisasi Sekretariat Jenderal.

Sekretariat Jenderal merupakan Unsur Pembantu Pemimpin (Menteri) dalam organisasi kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian (berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara).

(11)

yang sedemikian cepat, serta mendukung reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perdagangan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 80 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, Sekretariat Jenderal mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari:

a) Biro Perencanaan;

b) Biro Organisasi dan Kepegawaian;

c) Biro Hukum;

d) Biro Keuangan;

e) Biro Umum dan Layanan Pengadaan;

f) Biro Hubungan Masyarakat; dan g) Biro Advokasi Perdagangan;

Selain itu, Sekretariat Jenderal juga dibantu oleh 4 (empat) unsur penunjang pelaksaanaan tugas kementerian dan 3 (tiga) unsur penunjang yang di luar struktur organisasi Sekretariat Jenderal, namun penganggarannya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perdagangan melalui Sekretariat Jenderal yaitu:

h) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perdagangan;

i) Pusat Penanganan Isu Strategis;

j) Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemetrologian;

k) Pusat Data dan Sistem Informasi;

l) Badan Perlidungan Konsumen Nasional;

m) Komite Anti Dumping Indonesia (KADI), dan

n) Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI).

1.4 ISU TERKINI

Sekretariat Jenderal turut mendukung peran Kementerian Perdagangan dalam penyusunan Undang-Undang Cipta Kerja yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi, yang bertujuan untuk mengubah kewenangan mengatasi konflik peraturan perundang-undangan, menyeragamkan kebjakan pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah untuk menunjang iklim investasi, serta mempermudah pengurusan perizinan. Dukungan ini dilakukan melalui penyesuaian Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal yang meliputi Klaster Penyederhanaan Perizinan Berusaha dan Klaster Pengenaan Sanksi dari total 11 klaster pada Undang-Undang Cipta Kerja, yaitu

(12)

penyederhanaan perizinan berusaha, persyaratan investasi, ketenagakerjaan, kemudahan dan perlindungan UMKM, kemudahan berusaha, dukungan riset dan inovasi, administrasi pemerintahan, pengenaan sanksi, pengadaan lahan, kemudahan proyek pemerintah, serta kawasan ekonomi.

Perkembangan Amanat UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Kepada Kementerian Perdagangan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja mengamanatkan Kementerian Perdagangan untuk menginisiasi penyusunan 2 (dua) Peraturan Pemerintah terkait substansi perdagangan, yaitu:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (PP 5 Tahun 2021); dan

b. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan (PP 29 Tahun 2021).

Sebagai pelaksanaan kedua PP tersebut, Kementerian Perdagangan telah menyusun 11 (sebelas) Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag), dengan rincian yaitu 1 (satu) permendag pelaksanaan PP 5 Tahun 2021 dan 10 (sepuluh) permendag pelaksanaan PP 29 Tahun 2021, terdiri atas:

1. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 16 Tahun 2021 tentang Verifikasi atau Penelusuran Teknis di Bidang Perdagangan Luar Negeri;

2. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 17 Tahun 2021 tentang Eksportir dan Importir yang Bereputasi Baik;

3. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor;

4. Rancangan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 19 Tahun 2021 tentang Kebijakan dan Pengaturan Ekspor;

5. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2021 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor;

6. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21 Tahun 2021 tentang Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perdagangan;

7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pelaporan Distribusi Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting;

8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 23 tentang Pedoman Pengembangan, Penataan, dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Swalayan;

9. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2021 tentang Ketentuan Perikatan untuk Pendistribusian Barang oleh Distributor atau Agen;

(13)

11. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 26 Tahun 2021 tentang Penetapan Standar Kegiatan Usaha dan Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Perdagangan.

Sebagai tambahan, terdapat amanat Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (PP 40 Tahun 2021) kepada Menteri Perdagangan untuk mengatur Kawasan Ekonomi Khusus. Sebagai tindak lanjut amanat tersebut, Kementerian Perdagangan telah menyusun Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15 Tahun 2021 tentang Perlakuan Penundaan atas Ketentuan Pembatasan dan Tata Niaga Impor di Kawasan Ekonomi Khusus.

Melalui Surat Menteri Perdagangan Nomor 250/M-DAG/SD/3/2021 dan surat Nomor 299/M-DAG/SD/2/2021, Kementerian Perdagangan telah meminta permohonan persetujuan tertulis atas permendag-permendag di atas. Surat Menteri Perdagangan tersebut telah disetujui oleh Presiden melalui Surat Sekretaris Kabinet Nomor B.109/Seskab/Ekon/04/2021. Pada tanggal 31 Maret 2021 Kementerian Hukum dan HAM telah menyampaikan Surat Selesai Harmonisasi R-Permendag Nomor PPE.PP.01.03-524 dan PPE.PP.01.03-541. Keduabelas permendag tersebut telah ditandatangani dan sedang dalam proses pengundangan oleh Kementerian Hukum dan HAM.

Perkembangan terkini dari permendag turunan dari UU Cipta Kerja menunjukkan bahwa Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15, 16, 17, 21, 22, 23, 24, 25, dan 26 Tahun 2021 telah diundangkan dan ditempatkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Namun, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18, 19, dan 20 Tahun 2021, masih dalam pembahasan cleansing lampiran mengenai Pos Tarif/HS dan uraian barang yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan c.q. Ditjen Perdagangan Luar Negeri dengan Kementerian Keuangan c.q. Ditjen Bea Cukai serta K/L terkait.

(14)
(15)

BAB II AKUNTABILITAS KINERJA

2.1 CAPAIAN KINERJA

Pengukuran tingkat capaian kinerja Sekretariat Jenderal triwulan II tahun 2021 dilakukan dengan membandingkan antara target dengan realisasi dari masing-masing indikator kinerja sasaran selama periode tersebut. Hasil dari perbandingan tersebut akan diperoleh persentase pencapaian terget.

2.1.1 Sasaran 1: "Meningkatnya Birokrasi Kemendag yang Akuntabel, Transparan, dan Berintegritas "

No. Indikator Kinerja Target Periode Januari – Juni 2021 Realisasi % Capaian

1 Indeks Reformasi Birokrasi Nilai 78 77,53 99,4

2 Nilai Hasil Evaluasi SAKIP Predikat BB BB 100

3 Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Kemendag

Opini WTP WTP 100

IK-1: Indeks Reformasi Birokrasi

Secara singkat reformasi birokrasi diartikan sebagai upaya untuk melakukan pembaruan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintah dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur. Tujuan dari reformasi birokrasi adalah terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik dengan aparatur berintegritas tinggi, produktif, dan melayani secara prima dalam rangka meningkatkan kepercayaan publik. Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintah yang efektif dan efisien. Reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pemerintah terus berkomitmen mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dalam rangka menciptakan birokrasi yang bersih, bebas KKN, berdaya (capable), dan melayani. Hal tersebut tertuang dalam 8 (delapan) area perubahan reformasi birokrasi (RB) yang merupakan elemen birokrasi, antara lain: pola pikir, kelembagaan, regulasi dan perundang-undangan, sumber daya manusia aparatur, ketatalaksanaan, akuntabilitas, pengawasan, dan pelayanan publik. Delapan area perubahan ini harus diinternalisasikan oleh seluruh kementerian/lembaga/daerah sebagai komitmen pemerintah untuk terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan publik.

(16)

Gambar 1 Delapan Area Perubahan Reformasi Birokrasi

Sumber: Sekretariat Jenderal

Pelaksanaan reformasi birokrasi harus terus dievaluasi, hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan dan pencapaian reformasi birokrasi di lingkungan internal, memonitor rencana aksi tindak lanjut hasil penilaian mandiri di lingkungan internal, dan memberikan saran perbaikan untuk meningkatkan kualitas reformasi birokrasi.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2025 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2020-2024, telah dilakukan evaluasi atas pelaksanaan reformasi birokrasi pada Kementerian Perdagangan. Pelaksanaan evaluasi berpedoman pada Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Berdasarkan evaluasi yang telah dilaksanakan, lndeks Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan tahun 2020 adalah 77,53 dengan kategori "BB". Dengan demikian persentase capaian kinerja sampai dengan akhir triwulan II tahun 2021 sudah mencapai 99,4 persen.

Tabel 2 Perkembangan Nilai Indeks Reformasi Birkrasi Kemneterian Perdagangan Tahun 2019-2020

Tahun Nilai Indeks Reformasi Birokrasi

2019 76,40

(17)

Adapun yang kami lakukan sepanjang tahun 2020 sehingga terdapat kemajuan dalam penerapan reformasi birokrasi Kementerian Perdagangan, antara lain:

1. Arahan Presiden terkait penyederhanaan organisasi, yakni menyederhanakan birokrasi pemerintahan menjadi dua level dan mengoptimalkan peran jabatan fungsional, mendorong Kementerian Perdagangan untuk bergerak cepat melakukan penyederhanaan birokrasi dengan penyetaraan jabatan administrasi ke jabatan fungsional sesuai PermenPANRB 28 Tahun 2019 tentang penyetaraan jabatan administrasi ke dalam jabatan fungsional. Hal ini dimaksudkan guna memangkas rangkaian hierarki pengambilan keputusan yang terlalu panjang, sehingga menghambat proses pelayanan publik. Penyederhanaan itu akan berdampak pada peningkatan kinerja birokrasi, termasuk upaya untuk membuat birokrasi menjadi lebih gesit, dinamis, dan mudah melakukan penyesuaian.

2. Penyederhanaan ini perlu didukung oleh penataan kembali organisasi dan tata kerja Kementerian Perdagangan guna mewujudkan organisasi Kementerian Perdagangan yang lebih proporsional, efektif dan efeisien, sehingga terbitlah Peraturan Kementerian Perdagangan Nomor 80 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan.

3. Deregulasi kebijakan telah dilakukan oleh Kementerian Perdagangan, khususnya dalam bentuk penyederhanaan prosedur dalam rangka mempercepat proses pelayanan. Contoh deregulasi kebijakan yang telah dilakukan adalah kebijakan tentang pengalihan pemeriksaan persyaratan impor di luar kawasan pabean (post border) untuk menekan dwelling time, serta kebijakan tentang integrasi pelayanan perijinan berusaha secara elektronik di bidang perdagangan melalui online single submission dengan BKPM.

4. Upaya positif lainnya yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan adalah penerapan penilaian Wilayah Tertib Administrasi (WTA) terhadap seluruh unit kerja sebagai perwujudan penguatan pengawasan internal. Hasil positif dari penerapan WT A tersebut adalah perbaikan tata kelola pada seluruh unit kerja di Kementerian Perdagangan.

5. Terdapat 3 (tiga) unit kerja Kementerian Perdagangan yang mendapat predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) pada tahun 2020.

Beberapa hal diatas dapat menggambarkan bahwa Kementerian Perdagangan terus melaksanakan perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan terhadap tata kelola organisasi yang efektif dan efisien, yang bersih dari KKN, dan juga pelayanan publik berkualitas dengan penguatan kelembagaan dan manajemen pelayanan.

(18)

Pada triwulan ke II tahun 2021 ini ada beberapa hal yang telah dilakukan dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Perdagangan yang meliputi :

1. Pengusulan Unit PDSI dan PPSDK untuk Pembangunan Zona Integritas di Lingkungan Sekretariat Jenderal

2. Penyampaian Hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Tahun 2021 ke KemenPAN-RB

3. Pembahasan Lembar Kerja Evaluasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Tahun 2021

4. Pendampingan penyusunan Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Kementerian 5. Pendampingan penyusunan Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Unit Sekretariat

Jenderal

6. Rapat Integrasi Sistem Manajemen Kinerja sebagai tindak lanjut rekomendasi Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tahun 2020

Keberhasilan yang telah diraih dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian Perdagangan menjadi katalis dan pendorong, serta penyemangat bagi seluruh unit kerja Kementerian Perdagangan untuk berlomba-lomba menghadirkan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Keberlanjutan dan penguatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di tahun 2021 memiliki peran penting dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dalam mewujudkan visi dan misi Kementerian Perdagangan. Untuk itu, diharapkan sinergitas, koordinasi dan kolaborasi antar unit kerja di Kementerian Perdagangan yang telah terjalin baik, dapat terus terjaga dan semakin meningkat.

IK-2: Nilai Hasil Evaluasi SAKIP

Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 tahun 2015 tentang pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Tujuan dari pelaksanaan evaluasi SAKIP untuk menilai tingkat akuntabilitas kinerja atau pertanggungjawaban atas hasil (outcome) terhadap penggunaan anggaran dalam rangka mewujudkan pemerintah yang berorientasi kepada hasil (result oriented goverment) serta memberikan saran perbaikan.

Terdapat 4 komponen penilaian dalam evaluasi SAKIP dengan bobot yang berbeda, yaitu:

1. Perencanaan Kinerja (Bobot 30%);

(19)

Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan SAKIP yang dilakukan oleh Kementerian PAN-RB pada tahun 2020, Kementerian Perdagangan memperoleh nilai 75,42 atau predikat BB. Nilai tersebut menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dibandingkan dengan capaian kinerjanya, kualitas pembangunan budaya kinerja birokrasi, dan penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi hasil pada Kementerian Perdagangan menunjukkan hasil sangat baik.

Tabel 3 Perkembangan Nilai AKIP Kementerian Perdagangan Tahun 2019 – 2020

Hasil evaluasi SAKIP Kementerian Perdagangan tahun 2020 telah memenuhi target Predikat BB sesuai Perjanjian Kinerja dengan tingkat capaian kinerja 100%.

Meskipun begitu, masih terdapat beberapa catatan terkait dengan implementasi SAKIP di Kementerian Perdagangan diantaranya adalah:

a. Belum seluruh sasaran dan indikator kinerja pada setiap level organisasi memenuhi kriteria kualitas yang baik, terutama terkait dengan karakteristik keterukuran, relevansi, dan orientasi hasil.

b. Penjabaran kinerja dari tingkat kementerian ke unit kerja eselon I dan eselon II sebagian besar sudah cukup baik dilakukan. Akan tetapi, penjejangan ke level jabatan selanjutnya belum seluruhnya menggambarkan kerangka logis manajemen kinerja.

c. lnformasi hasil pengukuran kinerja belum dimanfaatkan secara optimal untuk perbaikan strategi pencapaian kinerja.

d. Pelaksanaan program dan kegiatan belum memperhatikan adanya upaya koordinasi kinerja lintas sektor atau crosscutting secara optimal. Masing-masing unit melaksanakan program dan kegiatan di unitnya tanpa memperhatikan aspek kolaborasi dengan unit rerja lain.

e. Peran pimpinan pada tiap unit kerja belum maksimal dalam melakukan reviu dan monitoring capaian kinerja, sehingga kualitas pengendalian internal dalam memantau capaian kinerja secara berkala belum berjalan baik.

f. Kualitas informasi pelaporan kinerja belum optimal. Hal ini terlihat dari belum lengkapnya informasi dalam bentuk pengungkapan terhadap analisis faktor-faktor yang mempengajuhi kesenjangan kinerja.

Sumber: Kementerian PAN-RB

(20)

Menindaklanjuti hasil evaluasi di atas dan dalam rangka lebih mengefektifkan penerapan SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan, Sekretariat Jenderal akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan reviu atas Renstra Kementerian Perdagangan Tahun 2020 – 2024 untuk memastikan kualitas sasaran dan indikator kinerja pada setiap level organisasi, serta penjabaran kinerja telah sesuai dengan logical-framework dalam mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

2. Memanfaatkan informasi hasil pengukuran kinerja untuk perbaikan strategi pencapaian kinerja.

3. Mendorong upaya koordinasi kinerja lintas sektor atau crosscutting secara optimal pada setiap unit kerja, dengan memperhatikan aspek kolaborasi antar unit kerja.

4. Memperkuat peran pimpinan pada setiap unit kerja di Kementerian Perdagangan dalam melakukan reviu pemantauan, dan evaluasi atas capaian kinerja secara berkala. Selanjutnya, memanfaatkan hasilnya sebagai langkah perbaikan perencanaan kinerja di periode berikutnya.

5. Meningkatkan kualitas pelaporan kinerja dengan memastikan kelengkapan informasi terhadap analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan kinerja, serta rnemastikan keandalan data kinerja.

6. Mengintegrasikan pemanfaatan teknologi informasi dalam rangka optimalisasi pelayanan internal, meliputi: perencanaan, penganggaran, dan monev kinerja.

Pada Semester II Tahun 2021, Sekretariat Jenderal akan memulai proses pengembangan sistem aplikasi e-Monitoring Kementerian Perdagangan yang terintegrasi dengan aplikasi SKP (Sasaran Kerja Pegawai), SAS (Sistem Aplikasi Keuangan Satker), dan SMART (Sistem Monitoring Anggaran Terpadu). Dengan terintegrasinya aplikasi-aplikasi tersebut, proses monitoring kinerja di Kementerian Perdagangan diharapkan dapat lebih tertelusur dari tingkat instansi (kementerian) hingga ke level jabatan terendah (pegawai), baik dalam pencapaian target indikator kinerja maupun rencana kerja anggaran (RKA). Integrasi sistem informasi juga akan menyederhanakan proses pengumpulan data kinerja di lingkungan Kementerian Perdagangan.

7. Melakukan revisi atas Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 794 tahun 2015 tentang pedoman Penyusunan Dokumen SAKIP di Lingkungan Kementerian Perdagamgan dengan memperhatikan catatan hasil evaluasi di atas.

(21)

Meski di masa pandemi COVID-19 yang kembali membatasi kegiatan perkantoran, implementasi SAKIP Kementerian Perdagangan masih tetap dijalankan dengan metode virtual. Dalam rangka menjamin kualitas penyelenggaraan SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan, Sekretariat Jenderal telah melaksanakan rangkaian kegiatan pendukung selama tahun 2021, diantaranya adalah:

1. Rapat Kerja Kementerian Perdagangan Tahun 2021;

2. Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2020 (pada tingkat Kementerian, Eselon I, dan Eselon II);

3. Penyusunan Rencana Strategis Tahun 2020-2024 pada tingkat Kementerian dan seluruh unit Eselon I;

4. Penyusunan Perjanjian Kinerja Tahun 2021 (pada tingkat Kementerian, Eselon I, dan Eselon II);

5. Penyusunan Laporan Triwulanan Tahun 2021 dan Pengukuran Pencapaian Kinerja pada tingkat Kementerian dan Eselon I;

6. Pemantauan Kinerja Secara Elektronik, baik melalui aplikasi E-Monitoring Online Kemendag maupun website SMART Kemenkeu;

7. Evaluasi SAKIP Internal yang dilakukan APIP Kementerian Perdagangan;

8. Pelaksanaan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi melalui pengisian Lembar Kerja Evaluasi pada website PMPRB Kemenpan-RB dan penjabaran bukti dukung serta penyusunan Rencana Aksi;

9. Pada TA 2021, Pemerintah melakukan pemotongan anggaran K/L dalam rangka penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Dengan adanya kebijakan tersebut, Sekretariat Jenderal mengkoordinasikan refocusing dan realokasi anggaran di Kementerian Perdagangan dengan meningkatkan efisiensi anggaran dan efektivitas program/kegiatan, sehingga target indikator kinerja tetap dapat terpenuhi.

IK-3: Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Kemendag

Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Penjelasan Pasal 16 ayat (1), opini merupakan pernyataan professional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang berdasarkan pada kriteria (a) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (b) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (c) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (d) efektivitas sistem pengendalian intern (SPI). Terdapat empat jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa:

1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian – WTP (unqualified opinion); opini wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan

(22)

diungkapkan dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.

2. Opini Wajar Dengan Pengecualian – WDP (qualified opinion); opini wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan dikecualikan, sehingga informasi keuangan dalam laporan keuangan yang tidak dikecualikan dalam opini pemeriksa dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.

3. Opini Tidak Wajar – TW (adverse opinion); opini tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang material, sehingga informasi keuangan dalam laporan keuangan tidak dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.

4. Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Memberikan Pendapat – TMP (disclaimer of opinion); pernyataan menolak memberikan opini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak dapat diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan. Dengan kata lain, pemeriksa tidak dapat memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, sehingga informasi keuangan dalam laporan keuangan tidak dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan.

Tabel 4 Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan Tahun 2011 – 2020

No. Tahun Anggaran Hasil Opini BPK

1. 2011 WTP

2. 2012 WTP

3. 2013 WTP

4. 2014 WTP

5. 2015 WTP

6. 2016 WTP

7. 2017 WTP

8. 2018 WTP

9. 2019 WTP

10. 2020 WTP

Sumber: BPK-RI

(23)

a. Faktor yang mendukung:

• Dukungan Manajemen Strategis, di mana seluruh jajaran Pimpinan Kementerian Perdagangan peduli dan berperan aktif untuk mendukung penuh upaya penyelenggaraan pengelolaan dan pelaporan keuangan dan BMN yang transparan dan akuntabel melalui jalur koordinasi rapat pimpinan maupun koordinasi antara Pengelola dan Pejabat Pembina secara intens.

• SDM Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan dan BMN Pusat yang terlatih, berpengalaman, dan proaktif, di mana pejabat atau pengelola keuangan telah mendapatkan pelatihan/sosialisasi, telah bertugas lebih dari 1 tahun, menerima dan mengkomunikasikan setiap aturan teknis baru berikut potensi permasalahan yang dihadapi baik pada rapat pimpinan maupun dalam sosialisasi atau forum konsultasi teknis yang diselenggarakan Biro Keuangan.

• Pendampingan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dalam hal ini Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan yang selain melaksanakan audit rutin, juga melaksanakan program Reviu Laporan Keuangan tiap periode pelaporan keuangan dimana dilakukan koreksi/penyempurnaan pelaporan baik dari sisi nilai/angka maupun penjelasan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

b. Faktor yang menghambat:

• Koordinasi dengan Satuan Kerja Daerah, dimana Kementerian Perdagangan turut mengalokasikan anggaran Dekonsentrasi (DK) bagi pemerintah tingkat propinsi serta Tugas Pembantuan (TP) bagi pemerintah tingkat kabupaten/kota dengan metode pelaksanaan anggaran DK/TP bersifat independen dilaksanakan oleh pemda sendiri namun wajib dilaporkan dalam Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan. Hingga saat ini turnover SDM pada lingkungan pemerintah daerah terus terjadi di mana staf/pejabat pengelola anggaran DK/TP alokasi Kemendag yang telah dilatih dan berpengalaman mendapat penugasan di dinas/bidang lain sehingga perlu dilakukan pelatihan/sosialisasi/monev secara berkala.

• Adanya kondisi pandemic COVID-19 yang pada Januari s.d Juni 2021 mempengaruhi realisasi penerimaan PNBP pada satker PNBP di lingkungan Kementerian Perdagangan, dimana adanya pembatasan pergerakan sosial yang turut mempengaruhi upaya-upaya pelatihan/sosialisasi, monitoring dan evaluasi serta koordinasi penyampaian data terkait dengan pelaporan ataupun pemeriksaan.

(24)

c. Upaya yang telah dilakukan dan perlu dilanjutkan

• Penyediaan aturan/petunjuk teknis bidang pengelolaan dan pelaporan keuangan dan BMN yang dipandang perlu untuk lingkup Kementerian Perdagangan.

• Pelaksanaan Sosialisasi/Forum Konsultasi Teknis bidang pengelolaan dan pelaporan keuangan dan BMN dalam rangka penyebaraluasan peraturan/informasi baru, menjaring permasalahan serta penyamaan persepsi.

• Pelaksanaan monitoring dan evaluasi bidang pengelolaan dan pelaporan keuangan dan BMN secara berkala untuk memantau implementasi pelaksanaan di lapanganserta menjaring informasi.

• Pembentukan tim Ad-Hoc untuk menangani permasalahan terkait bidang pengelolaan dan pelaporan keuangan dan BMN yang membutuhkan koordinasi lintas unit Pembina baik internal Kementerian Perdagangan maupun lintas Kementerian/Lembaga.

• Satker PNBP di lingkungan Kementerian Perdagangan akan membuat kegiatan yang kreatif, misalnya menggunakan teknologi informasi (Aplikasi Zoom), untuk kegiatan fisik tetap akan dilakukan dengan protokol kesehatan.

Dalam kaitan dengan Pandemi COVID-19, dilakukan optimalisasi koordinasi melalui media daring baik dengan menggunakan Zoom, Whatsapp, Google Meet, ataupun media daring lainnya. Kegiatan yang mendukung penyusunan laporan keuangan, antara lain: Koordinasi Penyusunan Laporan Keuangan Tingkat Kementerian Semester I; Penyusunan Laporan Keuangan Tingkat Kementerian Tahunan; Penyusunan Laporan Keuangan Tingkat Kementerian (Audited);

Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan Triwulan III; Penyusunan Laporan Keuangan Perwakilan Kementerian Perdagangan di Luar Negeri; Penyusunan Dokumen Penunjang Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan;

Rencana Aksi (Action Plan) Kementerian Perdaganganatas Audit BPK RI (LK, Kinerja, PDTT); Koordinasi dan Pendampingan Pelaksanaan Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan dan Kinerja Kementerian Perdagangan; Pemantauan dan Evaluasi Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan.

Rencana Aksi dalam mewujudkan Opini WTP antara lain:

1. Melakukan pembinaan dalam penyusunan Laporan Keuangan serta melakukan monitoring penyelesaiannya.

2. Memastikan bahwa Laporan Keuangan (Neraca, LRA dan CaLK) selesai tepat waktu dan akuntabel.

(25)

2.1.2 Sasaran 2: " Meningkatnya Kapabilitas Kinerja Organisasi Kemendag yang Inovatif dan Responsif "

No. Indikator Kinerja Target

Periode Januari – Juni 2021

Realisasi % Capaian 4 Nilai Capaian Kinerja Organisasi Nilai 90 94,05 104,5%

5 Tingkat Kematangan Sistem Pemerintahan

Berbasis Elektronik Predikat Baik Baik 100

IK-4: Nilai Capaian Kinerja Organisasi

Pengukuran Nilai Capaian Kinerja Organisasi ditentukan berdasarkan Nilai Kinerja Anggaran (NKA) yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan, dimana NKA merupakan gabungan dari nilai SMART (Sistem Monitoring Anggaran Terpadu) dengan bobot 60% dan nilai IKPA (Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran) dengan bobot 40%. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 118/KMK.02/2021 tentang Penetapan Kementerian Negara/Lembaga yang Diberikan Penghargaan atas Kinerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2020, Nilai Kinerja Anggaran Kementerian Perdagangan pada tahun 2020 adalah 94,05. Sehingga persentase capaian indikator kinerja ini sebesar 104,5% dari target Perjanjian Kinerja.

Adapun untuk Nilai Kinerja Anggaran Tahun 2021 biasanya baru diumumkan oleh Kementerian Keuangan pada triwulan I tahun 2022.

Nilai SMART

Pengukuran nilai SMART dilakukan berdasarkan hasil Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22/PMK.02/2021 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang merupakan penyempirnaan dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214 Tahun 2017. Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA) di Kementerian Perdagangan dilakukan secara berjenjang pada tingkat satker, unit kerja eselon I, dan kementerian. Nilai akhir hasil EKA Tahun 2020 sebagaimana dipantau melalui aplikasi SMART adalah 97,01 dengan predikat kinerja “SANGAT BAIK”. Sementara itu, nilai SMART Kementerian Perdagangan tahun 2021 masih belum final karena masih banyak output dan indikator kinerja yang baru dapat diukur dan direalisasikan pada akhir tahun.

Nilai SMART Kementerian Perdagangan tahun 2020 sebesar 97,01 menunjukkan peningkatan 3,30 persen dibandingkan nilai SMART tahun lalu, yaitu 93,905. Perkembangan nilai SMART Kementerian Perdagangan selama 5 tahun terakhir menunjukkan tren positif. Peningkatan nilai SMART secara drastis terjadi pada tahun 2017 dan 2018, dimana masing-masing mencatatkan peningkatan 16,28%

dan 11,67%. Hal ini dikarenakan pada periode tersebut Sekretariat Jenderal melakukan sosialisasi dan pendampingan pengisian aplikasi SMART secara gencar

(26)

sehingga terjadi peningkatan kepatuhan dan kesadaran dari unit-unit kerja untuk melaporkan capaian kinerja output, indikator kinerja dan anggaran melalui aplikasi SMART. Saat ini, pemantauan dan pelaporan capaian kinerja melalui sistem informasi SMART telah dilakukan secara rutin dan periodik (bulanan dan triwulanan) di lingkungan Kementerian Perdagangan dari tingkat kementerian hingga satker .

Gambar 2 Perkembangan Nilai Kinerja Anggaran Kementerian Perdagangan Tahun 2016-2020

Sumber: Diolah dari SMART Kementerian Keuangan (http://monev.anggaran.kemenkeu.go.id/smart)

Pengukuran Nilai Evaluasi Kinerja Anggaran (EKA) Kementerian Perdagangan diatas merupakan gabungan dari dua komponen penilaian, yaitu: Capaian Sasaran Strategis (Aspek Manfaat) dan Rata-rata Nilai Evaluasi Kinerja Anggaran Eselon I dengan bobot sama besar masing-masing 50%. Nilai komponen-komponen tersebut pada tahun 2020 adalah sebagai berikut:

a. Aspek Manfaat/Capaian Sasaran Strategis (CSS) memperoleh nilai 100 dari rata- rata persentase capaian seluruh Indikator Kinerja Utama yang tercantum pada Perjanjian Kinerja di tingkat Kementerian.

b. Rata-rata Nilai Kinerja Anggaran (NKA) Unit Eselon I memperoleh nilai 94,02. NKA Unit Eselon I terdiri dari 2 (dua) komponen penilaian, yaitu: (1) Nilai Kinerja Manfaat dan Implementasi; serta (2) Rata-rata nilai kinerja satker, dengan bobot masing-masing 50 persen. Kemudian, NK Manfaat dan Implementasi terbagi lagi ke dalam 2 (dua) aspek penilaian, yaitu: Aspek Capaian Sasaran Program (CSP) dan Aspek Implementasi dengan bobot masing-masing 66,7 persen dan 33,3 persen.

72,79

84,24

94,52 93,905 97,01

2016 2017 2018 2019 2020

(27)

Gambar 3 Nilai Capaian Sasaran Strategis dan Rata-rata Nilai EKA Eselon I Kementerian Perdagangan Tahun 2020

Sumber: Diolah dari SMART Kementerian Keuangan (http://monev.anggaran.kemenkeu.go.id/smart)

Nilai Kinerja Capaian Sasaran Program merupakan rata-rata persentase capaian seluruh Indikator Kinerja yang tercantum pada Perjanjian Kinerja Eselon I. Sementara itu, pengukuran nilai Aspek Implementasi dan Rata-rata Nilai Kinerja Satker merupakan gabungan dari 4 (empat) aspek penilaian anggaran, yaitu: Capaian Keluaran dengan bobot 43,5%; Efisiensi Pemanfaatan Anggaran dengan bobot 28,6%;

Konsistensi Penyerapan Anggaran terhadap Perencanaan dengan bobot 18,2%, serta Realisasi/Penyerapan Anggaran dengan bobot 9,7%.

Gambar 4 Rata-rata Nilai Evaluasi Kinerja Anggaran Per Unit Eselon I Kementerian Perdagangan Tahun 2020

Sumber: Diolah dari SMART Kementerian Keuangan (http://monev.anggaran.kemenkeu.go.id/smart)

Dalam rangka menjamin kualitas kinerja anggaran di Kementerian Perdagangan, Sekretariat Jenderal secara berkala (triwulanan) melakukan rapat koordinasi secara virtual untuk melakukan pendampingan teknis pengisian aplikasi SMART dengan

90 92 94 96 98 100

CSS Rata2 NKA Eselon I

100

94,02

86 88 90 92 94 96 98

Bappeti ditjen Ppi

Bp3 Ditjen PKTN

Itjen Ditjen pen

ditjen daglu

ditjen pdn

setjen Series1 97,94 97,25 96,16 94,99 94,56 94,47 90,56 90,19 90,1

(28)

mengundang seluruh satker Kementerian Perdagangan, termasuk Satker Perangkat Daerah (SKPD) penerima Dana Dekonsentrasi (SKPD Provinsi) dan Tugas Pembantuan (SKPD Kabupaten/Kota).

Gambar 5 Bagan Proporsi dan Unsur Nilai Evaluasi Kinerja Anggaran/SMART

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214 Tahun 2017

Nilai IKPA

Selain nilai SMART, Sekretariat Jenderal juga memantau perkembangan nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA). Nilai IKPA adalah indikator yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Nasional (BUN) untuk mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran dan belanja Kementerian Negara/Lembaga dari sisi kesesuaian terhadap perencanaan, efektivitas pelaksanaan anggaran, efisiensi pelaksanaan anggaran dan kepatuhan terhadap regulasi. Panduan penilaian IKPA berdasarkan PMK Nomor 195/PMK.05/2018 tentang Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga.

Tujuan Pengukuran Kinerja dengan IKPA antara lain:

a. Kelancaran Pelaksanaan Anggaran (Pembayaran/Realisasi Anggaran, Penyampaian Data Kontrak, Penyelesaian Tagihan, SPM yang Akurat, Kebijakan Dispensasi SPM).

b. Mendukung Manajemen Kas (Pengelolaan UP/TUP, Revisi DIPA, Renkas/RPD, Deviasi Halaman III DIPA, Retur SP2D).

(29)

Tabel 5 Perkembangan Realisasi IKPA Kementerian Perdagangan Tahun 2018 – 2020

NO TAHUN CAPAIAN IKPA

1 2018 90,25

2 2019 90,46

3 2020 91,27

Sumber: Hasil Evaluasi Pelaksanaan Anggaran (EPA)

Nilai IKPA Kementerian Perdagangan pada tahun 2020 adalah 91,27. Nilai tersebut menunjukkan peningkatan dibandingkan nilai IKPA pada tahun 2018 dan 2019, masing-masing sebesar 90,25 dan 90,46. Untuk Triwulan 2 Tahun 2021 nilai sementara IKPA Kementerian Perdagangan sampai dengan bulan Juni adalah 79,86 karena masih terdapat beberapa indikator yang belum terealiasasi dan perlu ditingkatkan. Indikator tersebut antara lain Deviasi Halaman III DIPA, Data Kontrak, Pengelolaan UP dan TUP, Capaian Output, Renkas dan Kesalahan SPM dimana nilainya belum mencapai bobotnya.

Sumber: Hasil Penilaian IKPA K/L oleh Ditjen Perbendaharaan Kemnekeu

Gambar 6 Lampiran Surat Dirjen Perbendaharaan tentang Nilai IKPA Kemendag Periode Januari – Juni 2021

(30)

Berbagai dukungan dan hambatan dihadapi oleh Sekretariat Jenderal dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran, diantaranya adalah:

1. Faktor Pendukung:

• Tingkat kepatuhan atas norma waktu penyelesaian tagihan pihak ketiga dimana pada periode semester I dari total 747 tagihan, 720 tagihan diselesaikan tepat waktu dan hanya 27 tagihan yang terlambat penyelesaiannya.

• Tingkat kepatuhan Bendahara dalam menyampaikan LPJ ke KPPN secara tepat waktu, dimana pada periode semester I dari total 711 LPJ, 693 LPJ disampaikan ke KPPN tepat waktu dan hanya 18 LPJ yang terlambat disampaikan ke KPPN.

• Tingkat kepatuhan penyampaian data kontrak secara tepat waktu, dimana periode bulan semester I dari total 454 data kontrak yang terdaftar dan hanya 133 data kontrak yang terlambat disampaikan ke KPPN.

2. Faktor Penghambat:

• Rata-rata realisasi per unit Eselon I Kementerian Perdagangan di atas 35% dan secara total Kementerian Perdagangan mencapai realisasi 38,92% pada semester I (belum mencapai target realisasi minimal semester I sebesar 40%).

• Alokasi anggaran Kementerian Perdagangan (pagu DIPA) saat ini adalah sebesar Rp3.495,4 miliar. Alokasi ini mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun 2020 sebesar Rp3.477,06 miliar, mengalami kenaikan sebesar Rp18,34 miliar atau 0,18%.

• Alokasi anggaran khusus COVID-19 pada Kementerian Perdagangan pada periode Juni 2021 sebesar Rp.128,1 miliar, dengan realisasi anggaran mencapai Rp. 10,2 miliar (8,01%). Persentase realisasi anggaran tertinggi terdapat pada Satker Balai Pengawasan Tertib Niaga Bekasi mencapai 92,54%, dengan jumlah sebesar Rp. 16,5 juta dari anggaran sebesar Rp. 17,8 juta. Rata-rata realisasi belanja penanganan Covid-19 masing-masing unit Eselon I Kementerian Perdagangan masih dibawah 35%.

• Alokasi anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada Kementerian Perdagangan pada periode Juni 2021 sebesar Rp.182,76 miliar, dengan realisasi anggaran mencapai Rp. 131,9 juta (0,07%). Hal ini dikarenakan Sebagian besar anggaran PEN masih diblokir

• Satker di Kementerian Perdagangan masih banyak yang melaporkan seluruh data Caput (RO) tidak sesuai periode pelaporan.

3. Upaya yang akan dilakukan :

• Melakukan monitoring dan evaluasi Pelaksanaan Anggaran melalui Rapat Koordinasi setiap bulan dengan Sekretaris Unit Eselon I dan Eselon II di

(31)

IK-5: Tingkat Kematangan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

Berdasarkan Perpres No. 95 Tahun 2018 Tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan Permenpan RB No. 59 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. Pelaksanaan SPBE ditujukan untuk mengukur capaian kemajuan penerapan SPBE, meningkatkan kualitas penerapan SPBE, dan meningkatkan kualitas pelayanan publik. Sehingga perlu dilakukan evaluasi secara mandiri dan berkala dari pelaksanaan SPBE di setiap Instansi Pusat dan Daerah.

Pelaksanaan Evaluasi SPBE dilakukan secara mandiri, dokumen dan interviu sesuai dengan Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 59 Tahun 2020. Dalam hal pelaksanaan penilaian interviu pada tahun2020 belum dapat dilakukan di tengah masa awal pandemi COVID-19, sehingga evaluasi pada tahun 2020 menggunakan hasil evaluasi SPBE tahun 2019.

Pelaksanaan evaluasi SPBE tahun 2021 ini mengacu pada Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 59 Tahun 2020 tentang Pemantauan dan Evaluasi SPBE. Dengan jumlah indicator penilaian berjumlah 47 indikator. Penilaian ini bertambah 12 indikator dari penilaian sebelumnya. Perubahan yang paling mendasar yaitu adanya penambahan penilaian Domain Manajemen SPBE termasuk diantaranya Manajemen Aset Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pengetahuan. Hal ini dikarenakan enam aspek penilaian SPBE tersebut merupakan turunan dari aspek penilaian evaluasi SPBE sebelumnya, dimana pada pedoman evaluasi sebelumnya terdapat dua aspek mengenai Kebijakan SPBE dan saat ini digabungkan menjadi satu aspek saja di area Tata Kelola SPBE. Aspek lainnya yang telah dilakukan penilaian mandiri terkait aspek Tata Kelola SPBE dan Layanan SPBE, sedangkan di aspek Manajemen SPBE PDSI masih melakukan penilaian mandiri dan pengumpulan bukti evaluasi.

Pada masa triwulan II tahun 2020 ini penilaian mandiri awal telah dilakukan berdasarkan aspek dan indikator evaluasi SPBE yang berlaku, PDSI telah mengumpulkan bukti dokumen dan melakukan penilaian mandiri

Penerapan SPBE di lingkungan Kementerian Perdagangan turut didukung oleh beberapa faktor, baik teknis TIK atau non teknis. Salah satu faktor pendukung teknis yang dapat mempengaruhi peningkatan pencapaian target indikator evaluasi SPBE adalah sebagaiberikut:

a. Penerapan serangkaian tata kelola dan standar dalam perencanaan, penyelenggaraan dan evaluasi TIK yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Hal ini berdasarkan pada Peraturan Menteri Perdagangan No. 46 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan TIK yang telah direviu menjadi Peraturan Menteri Perdagangan No. 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan SPBE.

(32)

b. Penerapan prosedur operasional standar (SOP) dan koordinasi pada kegiatan pengembangan dan pemeliharaan sistem elektronik/aplikasi, infrastruktur dan pusat data Kementerian Perdagangan.

c. Telah dilakukan Reviu pada Masterplan TIK Kemendag tahun 2020-2024menjadi Keputusan Menteri Perdagangan No. 935 Tahun 2021 tentang Rencana Induk SPBE 2020 - 2024.

d. Pelaksanaan dan percepatan transformasi digital dan integrasi pada data, informasi aplikasi di area pelayanan publik dan administrasi Pemerintahan turut mendukung pencapaian target indikator kinerja dan implementasi SPBE.

e. Penggunaan sertifikat elektronik pada tanda tangan elektronik di setiap penerbitan dokumen resmi Pemerintah, baik dalam pelayanan publik dan administrasi Pemerintahan.

Selain itu, terdapat faktor non teknis yang berperan penting dalam menunjang pencapaian atas penerapan dan evaluasi SPBE antara lain:

a. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan Manajemen Risiko yang turut menekankan perlunya kebijakan yang mendukung perubahan birokrasi menjadi lebih efektif dan efisien dengan memanfaatkan TIK.

b. Terbentuknya Tim Koordinasi SPBE sesuai dengan Keputusan Menteri Perdagangan No. 898 Tahun 2021 dan Tim Assesor Internal SPBE sesuai dengan Kepmendag No. 899 Tahun 2021 tentang SK Tim Asesor Internal SPBE, yang diharapkan dapat mengarahkan dalam implementasi SPBE dan mengevaluasi kinerja unit kerja.

c. Telah dibentuknya Tim Tanggap Insiden Siber yaitu Kemendag CSIRT sesuai dengan Keputusan SekretarisJenderal No. 456 Tahun 2021 tentang Pembentukan Kemendag - CSIRT.

d. Arahan pimpinan dalam mempercepat transformasi digital pada pelaksanaan tugas dan fungsi dari unit kerja di lingkungan Kementerian Perdagangan.

e. Pembuatan peraturan yang menunjang perubahan pelaksanaan pelayanan publik perizinan sebagai bentuk pelaksanaan Undang-undang Cipta Kerja, sehingga mempercepat dalam integrasi data, informasi dan aplikasi.

Tantangan yang perlu dihadapi dalam penerapan SPBE di lingkungan Kementerian Perdagangan selama periode triwulan I tahun 2020 tidak hanya pada hal teknis TIK, tetapi hal non teknis TIK termasuk budaya organisasi didalamnya.

Tantangan dari sisi teknis TIK dalam menerapkan SPBE antara lain:

a. Diperlukan Sosialisasi terhadap peraturan baru mengenai penerapan tata kelola TIK dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 39 Tahun 2021 tentang

(33)

kurang dalam pelaksanaannya menjadi salah satu penghambat dalam penerapan SPBE.

b. Kurangnya perencanaan yang berkelanjutan dalam pembangunan dan pengembangan sistem elektronik pada saat pengajuan inisiatif TIK, sehingga dapat terlihat rencana dan fungsi atas pengembangan sistem elektronik selama 3-4 tahun ke depan. Hal ini bertujuan untuk melihat keterpaduan dan perencanaan integrasi antar sistem elektronik dalam rencana induk TIK.

Sedangkan tantangan yang dihadapi sepanjang periode triwulan II tahun 2021 dari sisi non teknis TIK antara lain:

a. Tata laksana penerapan TIK atau SPBE masih diasumsikan sebagai domain khusus yang hanya dilaksanakan oleh PDSI selaku unit TIK pusat, sehinggaketerlibatan dan keterpaduan dalam penyusunan dan pelaksanaan SOP dari unit kerja lainnya turut berperan sangat besar dalam mendukung penerapan SPBE yang baik kurang terlaksana.

b. Tingkat kesadaran (awareness) implementasi standar TIK dan Permendag penyelenggaraan TIK dalam aktivitas pekerjaan dan pengadaan TIK di unit kerja dirasa masih belum memahami secara jelas.

c. Belum adanya indikator umum atas pelaksanaan standar TIK di unit kerja lain.

Kebijakan-kebijakan dan kegiatan pendukung :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2020 tentang Sistem Informasi Perdagangan

b. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

c. Peraturan Menteri Perdagangan No. 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan SistemPemerintahanBerbasisElektronik (SPBE) di Lingkungan Kementerian Perdagangan

d. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 59 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

Dalam upaya untuk meningkatkan tingkat kematangan SPBE pada tahun berikutnya, Kementerian Perdagangan telah melakukan evaluasi terhadap penerapan Permendag 46 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan TIK di lingkungan Kementerian Perdagangan menjadi Peraturan Menteri Perdagangan No. 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di Lingkungan Kementerian Perdagangan yang sudah selaras dengan konsep SPBE Nasional, sehingga perlu dilakukan sosialisasi terhadap aturan, tata kelola, atau rencana induk penyelenggaraan TIK kepada seluruh unit kerja di lingkungan Kementerian Perdagangan dan evaluasi terhadap rencana induk penyelenggaraan TIK yang selaras dengan tujuan bisnis dan sasaran strategis Kementerian Perdagangan.

(34)

Selain itu, perlu membuat kebijakan yang memuat pengaturan terhadap penggunaan satu data perdagangan yang selaras dengan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2019 Tentang Satu Data Indonesia, dimana aliran data yang mengalir tidak hanya terintegrasi dengan Instansi Pusat, tetapi juga antar Instansi Pusat dengan Pemerintah Daerah sebagai amanat dari PP No 5 Tahun 2020 tentang Sistem Informasi Perdagangan.

Gambar 7 Nilai Indeks SPBE Kementerian Perdagangan Tahun 2019

Sumber: Kementerian PAN-RB

Berdasarkan hasil penilaian terakhir Tahun 2019, Indeks SPBE Kementerian Perdagangan mendapat peringkat Baik dengan nilai Indeks SPBE 3,25 (dari skala 5).

(35)

2.1.3 Sasaran 3: " Meningkatnya Kepuasan dan Kepercayaan Stakeholders"

No. Indikator Kinerja Target

Periode Januari – Juni 2021

Realisasi % Capaian 6 Hasil Monev Keterbukaan Informasi

Publik

Predikat Menuju Informatif

N/A* N/A*

7 Indeks Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik

Kategori Baik

Baik (Nilai 83,52)

100%

Keterangan:

*) Pengukuran kinerja indikator belum dapat dilakukan pada triwulan II tahun 2021.

IK-6: Hasil Monev Keterbukaan Informasi Publik

Monitoring dan Evaluasi (monev) Keterbukaan Informasi Badan Publik diselenggarakan setiap tahun oleh Komisi Informasi Pusat (KI Pusat) untuk mengetahui pelaksanaan keterbukaan informasi publik sebagaimana amanat Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Monev dilakukan terhadap 7 (tujuh) kategori badan publik, yaitu kementerian, pemerintah provinsi, lembaga negara, dan lembaga pemerintah non-kementerian (LN/LPNK), lembaga non-struktural, badan usaha milik negara (BUMN), perguruan tinggi negeri, dan partai politik.

Monev keterbukaan informasi publik dilakukan untuk mengukur kualitas tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang selama ini dilakukan oleh badan publik. Pengukuran tersebut dilakukan melalui serangkaian perumusan parameter dan metodologi yang berpedoman pada Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Monev keterbukaan informasi publik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi keterbukaan informasi publik pada badan publik yang dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Selain itu, monitoring dan evaluasi ini dimaksudkan untuk mengidentikasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan keterbukaan informasi publik dan kemudian memberikan umpan balik atas permasalahan tersebut.

Tahapan Monev Keterbukaan Informasi Publik tahun 2021 terdiri dari 5 (lima) tahapan:

1. Sosialisasi. Sosialisasi telah dilaksanakan pada 15 Juni 2021, di mana tim KI Pusat menjelaskan tahapan dan ketentuan umum pada pelaksanaan monitoring dan evaluasi keterbukaan informasi publik tahun 2021.

2. Pengisian aplikasi. Pengisian dilakukan secara online dimulai pada 23 Juni s.d 23 Juli 2021 melalui tautan https://e-monev.komisiinformasi.go.id/ Badan publik

(36)

diharuskan melakukan registrasi terlebih dahulu, setelah itu badan publik dapat login dan mengisi kuesioner yang terdapat pada aplikasi tersebut. Kuesioner terdiri dari 4 (empat) indikator yang diturunkan menjadi 43 pertanyaan. Indikator tersebut antara lain:

a) Indikator Pengembangan Website;

b) Indikator Pengumuman Informasi Publik;

c) Indikator Pelayanan Informasi Publik, dan

d) Indikator Penyediaan Informasi Publik. Badan publik menjawab pertanyaan tertutup berupa “Ya” atau “Tidak” kemudian menyertakan tautan dan atau dokumen pendukung maksimal 2 MB pada kolom yang tersedia.

3. Verifikasi kuesioner; verifikasi ini dilakukan oleh tim dari KI Pusat setelah badan publik melengkapi dan mengirimkan kuesioner kepada panitia penyelenggara.

4. Presentasi; setelah dilakukan verifikasi oleh Tim Monev KI Pusat, tahapan selanjutnya adalah presentasi yang dilakukan oleh Atasan PPID Badan Publik (Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan).

• Mengingat kondisi pandemi, sesi presentasi pada monitoring dan evaluasi keterbukaan informasi publik akan dilakukan secara virtual.

• Butir pembahasan presentasi harus menitikberatkan pada inovasi dan kolaborasi. Komponen Inovasi memperoleh bobot yang tinggi dalam keseluruhan penilaian aspek presentasi yaitu sebesar 70%, inovasi mencakup pembahasan inovasi pelayanan informasi publik (dengan bobot 30), inovasi pelayanan informasi publik dalam masa pandemi COVID-19 (dengan bobot 20), manfaat inovasi bagi masyarakat (dengan bobot 30), dan strategi inovasi agar efektif dan berkelanjutan (dengan bobot 20).

• Sedangkan kolaborasi dengan badan publik lainnya atau masyarakat dalam rangka keterbukaan informasi publik memperoleh bobot 30% dalam keseluruhan penilaian aspek presentasi. Kolaborasi ini mencakup proses penyediaan informasi publik (bobot 30), proses pelayanan informasi publik (bobot 30), dan proses penyebarluasan informasi publik (bobot 40).

• Sebelum memasuki tahapan presentasi badan publik harus mengirimkan video terkait pelayanan informasi publik berdurasi 7 menit. Video tersebut dikirimkan kepada tim penilai presentasi sebelum tahap presentasi. Pada saat presentasi akan dilakukan pendalaman terhadap video yang telah dikirimkan;

5. Seminar dan penganugerahan keterbukaan informasi publik; ini merupakan tahap akhir setelah seluruh rangkaian penilaian dilakukan oleh Tim Monev KI Pusat.

(37)

a. Indikator Pengembangan Website memperoleh bobot 60 sedangkan Indikator Pengumuman Informasi Publik memperoleh bobot 40. Untuk dua indikator ini, persentase keseluruhan penilaiannya adalah 40%;

b. Indikator Pelayanan Informasi Publik memperoleh bobot 40 sedangkan Indikator Penyediaan Informasi Publik memperoleh bobot 60. Untuk dua indikator ini, persentase keseluruhan penilaiannya adalah 40%;

c. Setelah proses verifikasi kuesioner oleh Tim Monev Komisi Informasi Pusat. Tim akan mengundang badan publik untuk melakukan presentasi sebagai tahapan akhir penilaian. Penilaian presentasi ini memiliki persentase 20% dari total keseluruhan penilaian.

Tabel 6 Kualifikasi Penilaian Monev Keterbukaan Informasi Publik

No. Kategori Rentang Nilai

1 Informatif 90 – 100

2 Menuju Informatif 80 – 89,9

3 Cukup Informatif 60 – 79,9

4 Kurang Informatif 40 – 59,9

5 Tidak Informatif < 39,9

Sumber: Komisi Informasi Pusat

Pada saat ini sedang berlangsung tahapan pengisian kuesioner secara daring melalui tautan https://e-monev.komisiinformasi.go.id/ yang dimulai pada 23 Juni s.d.

23 Juli 2021. Hasil keseluruhan Monev Keterbukaan Informasi Publik baru dapat disampaikan pada akhir bulan Oktober 2021.

Faktor Pendukung Pencapaian Predikat ‘Menuju Informatif’ pada pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2021, di antaranya:

1. Melaksanakan pelayanan informasi melalui optimalisasi berbagai saluran informasi, yaitu Kontak Kami, e-mail, Aplikasi LAPOR-SP4N, Aplikasi PPID Kemendag Mobile, dan media sosial @PPIDKemendag.

2. Menyampaikan informasi publik di lingkungan Kementerian Perdagangan melalui portal www.kemendag.go.id dan http://ppid.kemendag.go.id serta memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan informasi publik agar mudah diakses oleh publik.

3. Melaksanakan Uji Konsekuensi atas Daftar Informasi Publik yang Dikecualikan di Lingkungan Kementerian Perdagangan bersama dengan seluruh perwakilan unit Eselon I.

4. Melakukan Pengembangan Portal Pelayanan Informasi Publik (http://ppid.kemendag.go.id) dan Aplikasi PPID Kemendag Mobile agar semakin mudah diakses oleh masyarakat.

5. Melaksanakan Survei Kepuasan Masyarakat atas Layanan Informasi Publik secara berkala.

Gambar

Tabel 1 Matriks Pengukuran Pencapaian Sasaran Sekretariat Jenderal   Triwulan II Tahun 2021
Gambar 1 Delapan Area Perubahan Reformasi Birokrasi
Tabel 3 Perkembangan Nilai AKIP Kementerian Perdagangan Tahun 2019 – 2020
Tabel 4 Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan   Tahun 2011 – 2020
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya-upaya yang dilakukan pada indikator ini adalah dengan melakukan pencairan BOS MTs semester II. Capaian kinerja pada Triwulan III ini sudah 100%.. Laporan Kinerja

Indikator: Persentase siswa di madrasah yang memperoleh pendidikan agama yang bermuatan moderasi beragama Target Renstra: 70. 100 0 50 0 50% pemberian materi

47 Sasaran: Meningkatnya kualitas pendidik dan tenaga kependidikan Indikator: Persentase guru madrasah dan ustadz pendidikan diniyah/muadalah /sekolah keagamaan yang lulus

Indikator: Persentase siswa di madrasah yang memperoleh pendidikan agama yang bermuatan moderasi beragama Target Renstra Kementerian: 70. 100 0 90 0

Sasaran Strategis dari Biro Perencanaan, dengan membuat Dokumen Perencanaan, Kebijakan, Anggaran, Pemantauan dan Evaluasi, serta Pelaporan Kementerian Pertanian

Arsip Dinamis yang dapat disediakan sebagai alat bukti yang sah, dan target penyelesaiannya 95% dari hasil laporan Triwulan IV, terdapat Selama Tahun 2014 Unit

Peraturan Perundang-undangan bidang pertanian yang dapat diterbitkan (prolegtan) dengan target 30, pada triwulan III baru terealisasi 24 ( 27,54%) yaitu masih

Laporan Capaian Kinerja MAN 2 Kota Malang Tahun 2021 Triwulan II selain sebagai media pertanggungjawaban atas mandat yang diemban dan kinerja yang telah