• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Bab 3 AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Pengukuran tingkat capaian kinerja dalam Laporan Kinerja (Lapkin) Kementerian Perdagangan Tahun 2015 dilakukan dengan membandingkan antara target dengan realisasi dari masing-masing indikator kinerja selama periode tersebut. Hasil dari perbandingan tersebut merupakan persentase capaian target.

Sasaran Strategis 1:

Meningkatnya Pertumbuhan Ekspor Barang Non-Migas

yang Bernilai Tambah dan Jasa

No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian

1 Pertumbuhan Ekspor Non Migas 8% -9,77% -122,13%

2 Kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor

44% 80,91%1 183,9%

3 Pertumbuhan ekspor jasa 12,0%– 14,0% -5,5%2 -42,2%

Keterangan: 1

DataRealisasi Januari-Oktober 2015. 2

Realisasi sampai dengan Triwulan III Tahun 2015 (angka sementara).

IK 1: Pertumbuhan Ekspor Nonmigas

Neraca perdagangan tahun 2015 kembali surplus, setelah mengalami defisit sejak tahun 2012. Neraca perdagangan Indonesia bulan Desember 2015 defisit USD 0,2 miliar yang terdiri dari defisit neraca migas sebesar USD 0,5 miliar dan surplus neraca non migas sebesar USD 0,3 miliar. Namun demikian, defisit neraca perdagangan bulan Desember 2015 jauh lebih kecil dibandingkan neraca bulan November yang tercatat USD 0,4 miliar. Neraca perdagangan tahun 2015 mengalami surplus USD 7,5 miliar, terdiri dari defisit perdagangan migas sebesar USD 6,1 miliar dan surplus perdagangan non

28 migas sebesar USD 13,6 miliar. India, AS, Pilipina, Belanda, dan Pakistan penyumbang surplus terbesar selama tahun 2015 yang jumlahnya mencapai USD 24,3 miliar. Sementara RRT, Thailand, Australia, Brazil, dan Argentina menyebabkan defisit terbesar yang jumlahnya mencapai USD 23,4 miliar.

Bagan 3-1. Neraca Perdagangan Bulanan: Desember 2015

Kinerja ekspor bulan Desember 2015 meningkat 7,0% dibanding bulan sebelumnya (MoM) menjadi USD 11,5 miliar. Peningkatan tersebut dipicu oleh naiknya ekspor non migas sebesar 10,1%. Disisi lain, ekspor migas turun sebesar 13,2%. Secara kumulatif, nilai ekspor selama 2015 mencapai USD 150,3 miliar, turun 14,6% YoY. Penurunan ekspor selama 2015 dipicu oleh masih berlanjutnya penurunan harga minyak mentah dan gas di pasar dunia. Selain itu, masih melambatnya perekonomian global diperkirakan juga turut memicu pelemahan kinerja ekspor. Selama 2015, impor RRT turun 19,4%, Jepang turun 10,1%, Singapura turun 14,2%, Hongkong turun 25,9% dan Uni Emirat Arab turun 24,0%. Penurunan permintaan impor beberapa negara tersebut berdampak pada kinerja ekspor Indonesia.

Tabel 3-1. Kinerja Ekspor dan Impor: Januari-Desember 2015

0.6 0.7 1.0 0.5 1.1 0.5 1.4 0.3 1.0 1.0 -0.4 -0.2 (1.5) (1.0) (0.5) -0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Jan '15 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

USD Miliar

Non Migas Migas Total

Ekspor Impor Selisih Ekspor Impor Selisih Ekspor Impor Ekspor Impor Total 12,289.1 11,550.8 738.3 25,644.9 24,163.1 1,481.8 -8.0 -8.4 -11.9 -15.8 Migas 1,893.6 1,719.5 174.1 3,970.4 3,834.6 135.8 -8.8 -18.7 -24.1 -45.3 Minyak Mentah 745.1 487.5 257.6 1,344.7 1,094.4 250.3 24.2 -19.7 0.6 -44.4 Hasil Minyak 207.2 1,063.2 -856.0 419.0 2,426.5 -2,007.5 -2.1 -22.0 -27.0 -44.9 Gas 941.3 168.8 772.5 2,206.7 313.7 1,893.0 -25.6 16.5 -33.5 -50.9 Nonmigas 10,395.5 9,831.3 564.2 21,674.5 20,328.5 1,346.0 -7.8 -6.3 -9.2 -6.3 Uraian

Nilai (USD Juta) Growth Februari 2015 MoM (%)

Growth Jan-Feb 2015 YoY (%) Februari 2015 Januari-Februari 2015

29 Perlambatan perekonomian global menyebabkan terjadinya penurunan ekspor non migas tahun 2015 di hampir seluruh pasar ekspor utama Indonesia, kecuali Vietnam dan Pilipina yang masing-masing tumbuh 12,3% dan 0,8% YoY. Ekspor non migas ke negara mitra dagang yang turun signifikan antara lain Hongkong turun 26,0%, Uni Emirat Arab turun 24,0%, RRT turun 19,4%, dan Australia turun 19,0%.

Tabel 3-2. Perbandingan Kinerja Ekspor Negara-negara di Dunia: 2014-2015

Pertumbuhan ekspor diharapkan dapat meningkat seiring dengan dilaksanakan berbagai upaya peningkatan ekspor oleh pemerintah bersama-sama dengan pelaku usaha. Program dan kegiatan Kementerian Perdagangan yang ditujukan untuk peningkatan ekspor antara lain program promosi dagang di berbagai negara, kegiatan pengembangan produk untuk peningkatan daya saing, penyediaan informasi pasar dan informasi produk, penyediaan pelayanan hubungan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ekspor. Kementerian Perdagangan juga secara rutin melakukan pertemuan dengan instansi terkait di berbagai daerah dan di luar negeri untuk berkoordinasi dalam upaya pengembangan ekspor.

Sebagai tambahan atas berbagai program Kementerian Perdagangan tersebut, pada tahun 2015, Pemerintah juga memberikan penugasan khusus kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menjalankan National Interest Account (NIA) guna mendorong ekspor, melalui pemberian insentif pembiayaan ekspor (dengan mekanisme penyertaan modal negara) bagi perusahaan-perusahaan berskala kecil dan menengah dalam kegiatan ekspornya.

Des 2014 Nov 2015 Des 2015 MoM YoY MoM YoY

AMERIKA SERIKAT 1,466.0 1,155.0 1,323.1 168.1 (142.9) 14.6 (9.7) REP.RAKYAT CINA 1,334.1 1,025.5 1,227.1 201.6 (107.0) 19.7 (8.0) JEPANG 1,262.7 991.6 1,183.4 191.8 (79.3) 19.3 (6.3) INDIA 989.5 857.6 880.1 22.4 (109.4) 2.6 (11.1) SINGAPURA 944.1 618.1 640.2 22.1 (303.9) 3.6 (32.2) MALAYSIA 520.1 466.9 478.5 11.7 (41.5) 2.5 (8.0) KOREA SELATAN 486.8 363.6 436.7 73.1 (50.1) 20.1 (10.3) THAILAND 381.1 342.3 322.1 (20.2) (59.0) (5.9) (15.5) BELANDA 344.1 261.2 307.4 46.2 (36.7) 17.7 (10.7) VIETNAM 269.5 264.0 291.2 27.3 21.7 10.3 8.1 PILIPINA 250.9 303.4 273.7 (29.7) 22.8 (9.8) 9.1 JERMAN 233.2 205.2 227.3 22.1 (5.9) 10.8 (2.5) TAIWAN 333.5 213.6 217.4 3.7 (116.1) 1.8 (34.8) PAKISTAN 106.6 146.8 202.0 55.2 95.5 37.6 89.6 AUSTRALIA 192.4 210.9 180.1 (30.8) (12.3) (14.6) (6.4) HONGKONG 189.9 146.4 144.6 (1.8) (45.3) (1.3) (23.9) UNI EMIRAT ARAB 214.4 123.9 132.6 8.7 (81.8) 7.0 (38.2) ITALIA 144.5 116.6 127.0 10.4 (17.5) 8.9 (12.1) INGGRIS 161.1 106.8 123.2 16.4 (37.9) 15.3 (23.6) SPANYOL 165.0 103.8 122.1 18.3 (42.9) 17.6 (26.0)

NEGARA USD JUTA

PERUBAHAN

30 Diharapkan dengan pemberian fasilitas tersebut dapat ditingkatkan kinerja ekspor Indonesia di tengah situasi perlambatan ekonomi saat ini.

IK 2: Kontribusi Produk Manufaktur Terhadap Total Ekspor

Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan ekspor produk yang bernilai tambah diukur dengan kontribusi ekspor produk manufaktur terhadap total ekspor. Pada tahun 2015 Kementerian Perdagangan menargetkan kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor adalah sebesar 44 persen dan terus meningkat hingga mencapai 65 persen pada tahun 2019.

Bagan 3-2. Ekspor Produk Manufaktur dan Total Ekspor Tahun 2014 dan 2015 (dalam ribu USD)

Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag)

Pada periode Januari – Oktober 2015, nilai ekspor produk manufaktur mencapai US$90,20-miliar atau mengalami penurunan sebesar 8,36% dari periode yang sama tahun 2014 yang mencapai US$98,43-miliar. Penurunan ini disebabkan menurunnya permintaan akan produk manufaktur Indonesia di negara-negara tujuan ekspor Indonesia, antara lain Jepang (-13,77%), Australia (-21,12%), Singapura (-12,78%), Tiongkok (-11,36%), Turki (-22,91%), Hongkong (-24,27%), dan Uni Emirat Arab (-21,76%). Penurunan tersebut cukup memberikan pengaruh terhadap ekspor produk manufaktur Indonesia. Akan tetapi, optimisme terhadap peningkatan ekspor produk manufaktur didukung oleh peningkatan ekspor produk tersebut ke sejumlah negara, di antaranya Taiwan (17,55%), Arab Saudi (15,36%) dan Swiss (1064,73%).

98,430,265 90,204,813 122,183,498 111,486,590 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000 120,000,000 140,000,000 2014 2015

Ekspor produk manufaktur Total Ekspor

31 Tabel 3-3. Nilai Ekspor Nonmigas Menurut Negara Tujuan: Jan–Nov 2015

Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS (2015)

Dilihat dari kontribusi produk manufaktur terhadap produk primer dari total ekspor, pada periode Januari - Oktober 2015 telah mencapai 80,91% atau meningkat 0,35% dari periode yang sama pada tahun 2014 yang mencapai 80,56%. Hal ini sudah melebihi target kontribusi produk manufaktur terhadap produk primer yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan pada tahun 2015 sebesar 44%. Sehingga persentase capaian kinerja untuk periode Januari – Oktober 2015 sebesar 183,88%.

Jika ditelusuri selama beberapa tahun terakhir, yakni periode tahun 2010 - 2015, kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor nonmigas menunjukkan persentase yang fluktuatif. Dari periode tahun 2010 - 2013, kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor nonmigas berada di kisaran 75%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang konstan dan signifikan dari kontribusi ekspor produk manufaktur Indonesia terhadap produk primer dari total ekspor Indonesia ke dunia.

32

Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag)

Dalam upaya meningkatkan ekspor komoditas yang memiliki nilai tambah melalui proses hilirisasi, Kementerian Perdagangan mendorong para eksportir untuk terus meningkatkan nilai tambah dari produk yang akan diekspor melalui berbagai kegiatan pendampingan pengembangan produk dan desain produk. Tujuan dari peningkatan nilai tambah produk ekspor ini selain untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia, juga untuk menjadikan Indonesia semakin dikenal sebagai eksportir produk-produk manufaktur yang berkualitas baik, bukan hanya sebagai eksportir komoditas produk primer (raw material) yang tidak memerlukan proses pengolahan lebih lanjut. Konsep hilirisasi ini akan semakin meningkatkan produktivitas Indonesia karena akan memunculkan industri-industri baru yang akan banyak menyerap tenaga kerja terlatih.

IK 3: Pertumbuhan Ekspor Jasa

Jasa dan sektor-sektor terkait jasa berpotensi mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya mempercepat pencapaian visi pembangunan, mengingat jasa dan sektor-sektor terkait jasa memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia. Dalam hal pertambahan nilai, jasa mempunyai kontribusi sebesar 45% terhadap PDB pada tahun 2000 dan meningkat cukup besar menjadi 55,1% terhadap PDB pada tahun 2013. Pada tahun 2015, Kementerian Perdagangan menargetkan pertumbuhan tahunan ekspor jasa adalah berkisar 12,0 – 14,0%.

Pertumbuhan ekspor di sektor jasa sampai dengan kuartal III (Januari-September) tahun 2015 mengalami penurunan 5,5%, dari US$ 17.305,08 juta pada tahun 2014 menjadi US$ 16.355,98 juta pada tahun 2015 atau setara dengan US$ 949,10 juta.

33 Penurunan ekspor jasa tersebut disebabkan masih terjadinya pelemahan ekonomi dunia dan belum adanya program-program pemerintah yang dapat meningkatkan efesiensi dan kinerja ekspor jasa.

Namun demikian, di sisi lain, kita dapat melihat bahwa penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk nurse dan careworker di pasar Jepang dalam rangka kerja sama Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), mengalami penigkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, total TKI Indonesia yang ditempatkan di pasar Jepang untuk Nurse dan Careworker sebanyak 278 orang TKI atau mengalami peningkatan sebesar 49% jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 187 orang TKI. Secara total dari tahun 2008 sampai tahun 2015, Indonesia telah menempatkan TKI untuk Nurse dan Caregiver sebanyak 1513 orang TKI, jumlah ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tenaga kerja yang ditempatkan oleh Filipina dan Vietnam, dengan total masing-masing sebanyak 967 dan 138 orang tenaga kerja.

Selain itu, dalam kerangka kerja sama ASEAN, pada bulan April 2015, Indonesia telah meratifikasi ASEAN Agreement on the Movement of Natural Persons melalui Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2015. Dengan

diratikasinya Agreement tersebut, maka diharapkan ekspor TKI (profesional) dapat meningkat yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekspor jasa.

34

Sasaran Strategis 2:

Meningkatnya Pengamanan Perdagangan dan Kebijakan Nasional

di Fora Internasional

No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian

4 Persentase penanganan kasus dalam

rangka pengamanan ekspor 100% 100% 100%

5 Persentase pengamanan kebijakan

nasional di fora internasional 70% 100% 143%

6 Presentase pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional

60% 76% 127%

IK 4: Persentase Penanganan Kasus dalam rangka Pengamanan Ekspor

Indikator kinerja pertama yang mendukung pencapaian sasaran: “Meningkatnya Pengamanan Perdagangan dan Kebijakan Nasional di Fora Internasional” adalah Persentase Penanganan Kasus dalam rangka Pengamanan Ekspor. Melalui penanganan kasus tuduhan dumping, subsidi, dan safeguard diharapkan dapat menjaga daya saing dan mengamankan akses pasar ekspor produk Indonesia dengan terhindarnya produk Indonesia dari bea masuk tambahan akibat dari tuduhan tersebut.

Selama Tahun 2015, Kementerian Perdagangan telah menangani sebanyak 36 kasus tuduhan dumping, subsidi dan safeguard dan berhasil menangani seluruh kasus tersebut dengan berbagai tahapan penanganannya. Secara rinci, 36 kasus tuduhan tersebut adalah 23 kasus tuduhan dumping, 3 kasus tuduhan subsidi, dan 10 kasus tuduhan safeguard. Secara grafik, jenis dan porsi kasus yang ditangani sepanjang tahun 2015 dapat ditampilkan sebagai berikut:

Bagan 3-4. Jenis dan Porsi Kasus Tahun 2015

35 Sebagaimana ditunjukkan pada Bagan 3-2 kasus dumping merupakan kasus yang paling banyak ditangani yaitu 23 buah kasus diikuti secara berturut – turut kasus safeguard sebanyak 10 buah dan kasus subsidi sebanyak 3 buah. Hasil terbaik yang ingin dicapai setelah rangkaian penanganan kasus adalah keputusan penghentian penyelidikan oleh pihak penuduh. Berikut kasus-kasus yang dihentikan penyelidikannya sepanjang tahun 2015:

1. Kasus tuduhan subsidi produk Certain Oil Country Tubular Goods oleh Kanada: Pada tanggal 2 April 2015 CITT telah mengeluarkan hasil akhir mengenai penyelidikan penilaian kerugian yang dialami industri domestik Kanada akibat impor OCTG yang dituduh mengandung subsidi. Berdasarkan hasil penyelidikan, volume impor OCTG yang mengandung subsidi adalah negligible sehingga CITT menghentikan penyelidikan terkait subsidi atas impor OCTG dari Indonesia.

2. Kasus tuduhan dumping produk rod in coils oleh Australia : Pada tanggal 13 Mei 2015, pihak otoritas telah mengeluarkan hasil akhir penyelidikan atas kasus ini. PT. Gunung Raja Paksi dan eksportir lainnya dikenakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) sebesar 10,1% sementara importasi produk Rod in Coils dari PT. Ispat Indo tidak ditemukan adanya dumping (margin dumping -0,7%).

3. Kasus tuduhan safeguard produk news print oleh Filipina : : Tanggal 5 Mei 2015 DTI Filipina telah menyampaikan notifikasi Definitive General Safeguard Measure on the Importations of Newsprint from Various Countries berupa pengenaan safeguard measure sebesar 980.00 Peso per MT untuk tahun pertama, 800.00 Peso per MT untuk tahun kedua, dan 640.00 Peso per MT untuk tahun ketiga. Selain itu, dalam Annex A disebutkan bahwa DTI Filipina memberikan pengecualian bagi Indonesia dikarenakan memenuhi aturan de minimis (tidak melebihi 3 (tiga) persen). Sementara itu, terdapat pula keputusan untuk pengenaan bea masuk anti dumping (BMAD)/Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atas suatu produk oleh negara penuduh sepanjang tahun 2015 sebagaimana diuraikan berikut ini:

1. Kasus Tuduhan Safeguard Produk Saturated Fatty Alcohols oleh India: DG Safeguard telah mengeluarkan Final Determination pada tanggal 13 Maret 2015 dengan besaran BMTP sebesar Tahun 1:20%; Tahun 2: 18%; Tahun3: 12 % Pemberlakuan selama 2 tahun 6 bulan ditambah dengan pengenaan provisional safeguard measure selama 200 hari sebelum pengenaan final determination.

2. Kasus tuduhan dumping produk Polyethylene Terephthalate (PET) oleh Malaysia: Otoritas Malaysia telah mengeluarkan Final Determination dengan BMAD untuk Indonesia sebesar 2,87% s.d 7,21% TMT: 10 Maret 2015.

36 3. Kasus tuduhan dumping produk Yarn of Man Made Staple Fibers oleh

Turki: Pemerintah Turki mengeluarkan hasil final determination dengan besaran BMAD USD 48 – USD 240 per ton tertanggal 17 Desember 2014. Besaran BMAD tersebut sama dengan BMAD pada original investigation. Informasi ini baru diterima pada pertengahan Januari 2015.

4. Kasus tuduhan dumping produk Certain Oil Country Tubular Goods oleh Kanada: Pada tanggal 2 April 2015 CITT telah mengeluarkan hasil akhir mengenai penyelidikan penilaian kerugian yang dialami industri domestik Kanada akibat impor OCTG yang dituduh dumping. Berdasarkan hasil penyelidikan, CITT memutuskan bahwa impor OCTG yang dijual dengan harga dumping dari negara-negara tertuduh terbukti memberikan ancaman kerugian bagi industri domestik Kanada. PT. Citra Tubindo dikenakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) sebesar 6,4% sementara perusahaan lainnya dikenakan BMAD sebesar 37,4%.

5. Kasus tuduhan safeguard produk Saturated Fatty Alcohols oleh India, terkait dengan hal ini Pada tanggal 26 Mei 2015 WTO telah mempublikasikan notifikasi retaliasi yang diajukan Indonesia untuk kasus safeguard saturated fatty alcohols oleh India.

6. Kasus tuduhan dumping produk Hot Rolled Coils (HRC) oleh Malaysia: MITI mengeluarkan surat pemberitahuan perihal penolakan terhadap pengajuan price undertaking yang diajukan oleh PT Krakatau Steel. menindaklanjuti hal tersebut Pemri melakukan konsultasi dengan ACWL adapun hasil konsultasi tersebut ACWL menjelaskan Indonesia tidak memiliki dasar apabila menggugat sikap MITI karena menolak permohonan price undertaking PT KS karena berdasarkan artikel 8.3 Otoritas negara penuduh bebas untuk menerima atau menolak permohonan price undertaking yang diajukan oleh eksportir.

7. Kasus tuduhan dumping produk Yarn of Man Made Staple Fibers oleh Turki: Pada tanggal 17 April 2015 Otoritas Anti Dumping Turki telah mengeluarkan hasil Final Determination yang memutuskan untuk memperpanjang pengenaan Bea masuk Anti Dumping dengan besaran yang sama seperti pengenaan tarif sebelumnya yaitu USD 0/kg s.d. USD 0.40/ kg TMT 17 April 2015.

Sepanjang Tahun 2015, untuk kasus-kasus tuduhan dumping, subsidi dan safeguard, negara yang paling banyak melakukan tuduhan adalah negara maju yaitu India dan Turki masing-masing sebanyak 7 (tujuh) kasus. Penanganan kasus tuduhan dumping, subsidi dan safeguard secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 3-4. Penanganan Tuduhan Dumping, Subsidi dan Safeguard Menurut Negara (2015)

37

No Negara Penuduh Produk Jenis Tuduhan

1 India 2-Ethyl Hexanol Dumping

2 India Saturated Fatty Alcohols Safeguard

3 India Float Glass Dumping

4 India Plain Medium Density Fibre Board (MDF) Dumping 5 India Purified Terephthalic Acid (PTA) Dumping

6 India Hot Rolled Flat Products of Non Alloy and Other

Alloy Steel in Coils of a Width of 600 mm or more Safeguard

7 India Viscose Staple Fibre Excluding Bamboo Vibre Dumping 8 Turki Polyester Textured Yarn (PTY) Dumping 9 Turki Yarn of Man Made Staple Fibers Dumping 10 Turki Printing and Writing Paper Safeguard

11 Turki Porcelain and Ceramic Kitchenware and

Tableware Safeguard

12 Turki

Ban Luar Sepeda Motor (Pneumatic tyres new of rubber for motorcycles) ; Ban Dalam Sepeda Motor (Inner tubes of rubber except bicycle or motor vehicle)

Dumping

13 Turki Ban Luar Sepeda dan Ban Dalam Sepeda Dumping

14 Turki Stoppers, Lids of Glass Dumping

15 USA Hot Rolled Coils (HRC) Dumping

16 USA Certain Coated Paper (DS491) Dumping & Subsidi

17 USA Certain Uncoated Paper Dumping

18 USA Certain Uncoated Paper Subsidi

19 USA Certain Oil Country Tubular Goods (OCTG) Scope Rulling

20 Malaysia Hot Rolled Plate (HRP) Safeguard

21 Malaysia Polyethylene Terephthalate/PET Dumping 22 Malaysia Cold Rolled Stainless Steel in Coils Dumping

38

No Negara Penuduh Produk Jenis Tuduhan

23 Malaysia Hot Rolled Coils (HRC) Safeguard

24 Uni Eropa Fatty Alcohol Dumping

25 Uni Eropa Biodiesel Dumping

26 Uni Eropa Sodium Cyclamate Dumping

27 Kanada Certain Oil Country Tubular Goods Subsidi 28 Kanada Certain Oil Country Tubular Goods Dumping

29 Filipina Newsprint Safeguard

30 Filipina Galvanized Iron/GI and Prepainted Galvanized

Iron/PPGI Safeguards

31 Thailand Flat Hot-Rolled Steel in Coils and not in Coils Dumping

32 Australia Rod in Coils Dumping

33 Pakistan Hydrogen Peroxyde Dumping

34 Vietnam Monosodium Glutamate (MSG) Safeguard

35 Brasil Porselen Perlengkapan Meja Anti Dumping Circumvention

36 India

Hot Rolled Flat Sheets and Plates (Excluding Hot Rolled Flat Products in Coil Form) of Alloy or Non-Alloy Steel

Safeguard

IK 5: Persentase pengamanan kebijakan nasional di fora internasional

Pengamanan kebijakan perdagangan melalui klarifikasi atas pertanyaan/tanggapan terkait kebijakan perdagangan R.I. di luar negeri, merupakan langkah Indonesia untuk dapat terhindar dari proses sengketa perdagangan yang mungkin diajukan oleh negara mitra dagang.

Target yang ingin dicapai untuk indikator ini adalah 70% pada tahun 2015. Indikator didapatkan dari total yang dapat diklarifikasi dibagi total pertanyaan/tanggapan/keberatan terhadap kebijakan nasional terkait perdagangan yang masuk dari negara lain dikali seratus persen. Indikator ini menggambarkan kinerja diplomasi yang dapat mengamankan kepentingan nasional di fora internasional. Selama keberatan dimaksud tidak masuk ke Panel DSB WTO maka dianggap keberatan dari negara lain tersebut dapat diklarifikasi.

39 Sepanjang tahun 2015, terdapat (10) sepuluh pertanyaan/tanggapan yang diterima oleh Indonesia, dan Kementerian Perdagangan telah melakukan klarifikasi atas kebijakan nasional Indonesia terkait perdagangan yang dipertanyakan oleh negara anggota WTO terkait kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia. Dari total keseluruhan pertanyaan yang masuk tersebut, hingga akhir tahun 2015 seluruhnya dapat diklarifikasi atau diselesaikan, sehingga tidak dilanjutkan pada Dispute Settlement Body (DSB). Berdasarkan penjelesan di atas, maka realisasi persentase pengamanan kebijakan nasional di fora internasional adalah sebesar 100% atau dengan persetase capaian sebesar 143%. Berikut adalah beberapa kebijakan dan penyelesaian isu yang masuk dan diklarifikasi oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 2015, antara lain:

1. Permenperin No. 69/M-IND/PER/9/2014 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Industri Elektronika dan Informatika

Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia dan Uni Eropa mempertanyakan kebijakan tersebut antara lain terkait dengan notifikasi draft regulasi, transparansi, time-frame bagi perusahaan untuk menyesuaikan produknya dengan kebijakan tersebut dan prosedur pengujian serta sertifikasi. Secara khusus, Uni Eropa juga meminta Pemerintah Indonesia untuk mengakui sertifikat uji yang diterbitkan oleh laboratorium di luar Indonesia yang menerapkan standar internasional. Pemerintah Indonesia memberikan tanggapan bahwa dalam proses pembuatan draft ini, Indonesia mempertimbangkan masukan dan concern dari semua stakeholder baik vendor domestik maupun asing dan melakukan konsultasi publik sebagai bentuk pelaksanaan prinsip transparansi, untuk memastikan bahwa regulasi ini telah sesuai dengan ketentuan WTO dan peraturan internasional. Kemudian berkaitan dengan penerapan standar, Indonesia menyampaikan bahwa Indonesia mengadopsi standar teknologi yang di susun oleh lembaga standar yang memiliki reputasi internasional dan diakui secara luas oleh negara negara di dunia. 2. Permenkominfo No. 27 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis Alat

dan/atau Perangkat Perangkat Telekomunikasi Berbasis Standar Teknologi Long Term Evolution (Alat Telekomunikasi Berspektrum 4G-LTE)

AS meminta klarifikasi terkait kebijakan tersebut yang dinilai tumpang tindih antara Permenperin No. 69/M-IND/PER/9/2014 dan Rencana Permenkoninfo mengenai ketentuan nilai TKDN untuk produk smartphone 4G LTE (pada waktu itu peraturan ini belum diundangkan). Sedangkan EU meminta informasi terbaru atas perkembangan draft regulasi tersebut terutama terkait dengan standar dan menanyakan apakah hasil uji dari laboratorium di luar negeri diakui oleh Indonesia.

40 Menanggapi pertanyaan tersebut, Pemerintah Indonesia menyampaikan bahwa peraturan yang akan diberlakukan bersifat saling melengkapi dan tidak akan menyebabkan tumpang tindih antara satu dengan yang lain. Pemerintah Indonesia juga menyampaikan bahwa Draft Permenkominfo pada saat ini masih dalam pembahasan serta konsultasi internal dengan melibatkan seluruh stakeholders terkait dan bahwa sebagian besar isi dari draft regulasi tersebut mengatur tentang standar dan telah disesuaikan dengan standar internasional. Ketentuan terkait local content hanya diatur dalam 1-2 pasal. Dalam hal penyusunan draft regulasi, Indonesia berupaya agar prosesnya berlangsung secara transparan dan terbuka dengan melibatkan semua stakehoder yang terkait. Untuk keberterimaan hasil uji laboratorium yang berlokasi di luar negeri, Indonensia menyampaikan bahwa hasil uji yang dilakukan oleh laboratorium di luar negeri akan diakui apabila laboratorium tersebut menerapkan standar internasional. 3. Permentan No. 139/Permentan/PD.410/12/2014 tentang Pemasukan

Karkas, Daging dan/atau Olahannya ke dalam Wilayah R.I. beserta Perubahannya No. 02/Permentan/PD.410/1/2015 - G/TBT/N/IDN/98

Kanada dan Australia menyampaikan pandangannya terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah R.I. akan berdampak terhadap ekspor produk daging ke Indonesia. Industri di Australia telah merasakan dampak akibat pemberlakuan regulasi tersebut, sementara itu, Kanada mempertanyakan bagaimana perlakuan terhadap produk yang berasal dari negara asal dibandingkan dengan produk domestik serta tujuan regulasi tersebut.

Pemerintah Indonesia melakukan klarifikasi bahwa Peraturan ini bukan bertujuan untuk membatasi impor atau mengganggu perdagangan Indonesia dengan negara mitra dagang namun tujuan aturan ini adalah untuk melindungi kesehatan konsumen Indonesia dari resiko penyakit yang disebabkan oleh residu hormon yag terkandung dalam “jeroan”. Regulasi ini juga mewajibkan produk daging yang diekspor ke Indonesia merupakan produk halal dan diproduksi dengan sistem produksi yang halal. Dalam ketentuan ini juga dipersyaratkan bahwa petugas penyembelih adalah Muslim.

Kemudian terkait dengan metode penyembelihan, persyaratan penyembelihan hewan secara manual yang diatur oleh Indonesia telah

Dokumen terkait