• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2015"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

0

KEMENTERIAN PERDAGANGAN

REPUBLIK INDONESIA

© 2015

LAPORAN KINERJA

(2)
(3)

2

KATA PENGANTAR

Tahun 2015 merupakan awal dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, yang kemudian dijabarkan ke dalam Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perdagangan. Mengutip salah satu petuah bijak, “Langkah pertama seringkali yang tersulit tetapi juga yang terpenting.” Maka keberhasilan pelaksanaan Renstra dan RPJMN pada tahun 2015 akan menentukan arah pembangunan nasional selama lima tahun ke depan.

Kondisi pembangunan perdagangan tahun 2015 diwarnai oleh berbagai isu-isu seputar perekonomian global yang banyak memberi tantangan sekaligus peluang yang tentunya harus kita sikapi dan hadapi bersama. Pertama, konsentrasi pertumbuhan ekonomi dunia ke depan akan bergeser dari kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik. Kedua, harga komoditas primer secara umum diperkirakan menurun dan harga produk manufaktur mengalami tren yang meningkat. Ketiga, tren perdagangan global ke depan tidak hanya dipengaruhi oleh peranan perdagangan barang, tetapi juga oleh perdagangan jasa yang diperkirakan akan terus meningkat. Keempat, semakin meningkatnya hambatan non-tarif di negara-negara tujuan ekspor dan implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN mulai pada akhir tahun 2015.

Sementara itu, untuk mengatasi berbagai peraturan yang menjadi beban dan menghambat penguatan daya saing nasional, pemerintah pada bulan September 2015 telah mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I yang berisi Paket Deregulasi dan Debirokratisasi. Paket deregulasi dan debirokratisasi tidak hanya bertujuan semata-mata untuk menyederhanakan perijinan dan mempercepat waktu perijinan, yang lebih penting adalah menciptakan birokrat yang baik dan siap melayani rakyat. Dalam hal ini, Kementerian Perdagangan berperan penting untuk memastikan pelaksanaan deregulasi dan debirokratisasi yang mendukung peningkatan kelancaran arus barang dalam rangak ekspor, impor bahan baku khususnya industri dan distribusi barang di dalam negeri serta meningkatkan iklim usaha yang sehat dan berdaya saing. Ditengah pelemahan ekonomi global yang berdampak pada kinerja ekspor nasional, Paket Deregulasi dan Debirokratisasi diharapkan akan mampu menarik investasi yang pada akhirnya memotori pertumbuhan ekonomi nasional.

Dilandasi oleh semangat untuk merebut pangsa pasar ekspor dan memperkuat pasar dalam negeri. Berbagai gebrakan dan inovasi kebijakan yang telah dilakukan oleh Kementerian Perdagangan pada tahun 2015 dijabarkan secara lugas dan mendalam pada Laporan Kinerja (Lapkin) Kementerian Perdagangan Tahun 2015. Lapkin Kemendag 2015 berisi perbandingan antara sasaran dan target, dengan capaian indikator kinerja dan keuangan sluruh unit kerja di Kementerian Perdagangan. Berbagai upaya yang dilakukan dan permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan program dan kegiatan-kegiatan Kementerian Perdagangan pada tahun 2015 kemudian dievaluasi sebagai masukan atau umpan balik bagi pelaksanaan Renstra Perdagangan pada tahun-tahun selanjutnya. Laporan Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2015 telah disusun sesuai dengan amanat Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri PAN dan RB RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan. Sebagai tindak lanjut atas peraturan-peraturan tersebut, telah dikeluarkan Surat

(4)

3 Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 794 Tahun 2015 pada tanggal 18 Agustus 2015 yang mengatur pelaksanaan dan penyusunan dokumen Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Kementerian Perdagangan.

Sebagai penutup, segala hal yang termuat dalam laporan ini kiranya dapat memberi manfaat dalam pertimbangan dan keberlanjutan kebijakan pembangunan perdagangan nasional menuju bangsa yang semakin berdaya saing dan sejahtera.

Jakarta, Februari 2016 MENTERI PERDAGANGAN R.I.

(5)

4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 4

RINGKASAN EKSEKUTIF ... 5

Bab 1 PENDAHULUAN ... 9

A. LATAR BELAKANG... 9

B. PERAN STRATEGIS ORGANISASI ... 10

C. DINAMIKA PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2015 ... 11

D. PERKEMBANGAN ISU STRATEGIS PERDAGANGAN TAHUN 2015 ... 13

Bab 2 PERENCANAAN KINERJA ... 15

A. SEKTOR PERDAGANGAN DALAM RPJMN 2015-2019 ... 15

B. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 ... 17

C. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUN 2015 ... 25

D. PERJANJIAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2015 ... 26

Bab 3 AKUNTABILITAS KINERJA... 27

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI ... 27

B. EVALUASI KINERJA ANGGARAN ... 139

Bab 4 PENUTUP ... 145

LAMPIRAN... 147

1. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan Tahun 2015 ... 147

2. Perjanjian Kinerja Menteri Perdagangan Tahun 2015 ... 148

(6)

5

RI NGKASAN EKSEKUT I F

Laporan Kinerja Kementerian Perdagangan merupakan sarana pemantauan kinerja secara periodik berdasarkan dari realisasi indikator kinerja selama 1 (satu) tahun berjalan. Pada tahun 2015, secara keseluruhan terdapat 52 indikator kinerja dari 22 sasaran strategis kementerian yang diukur (lihat tabel dibawah).

Dari keseluruhan 52 Indikator Kinerja (IK): sebanyak 30 IK telah dapat mencapai/melampaui target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja; 21 IK masih belum mencapai target; dan 1 IK lainnya masih belum dapat dilakukan perhitungan/penilaian. Dari 52 IK yang sudah dan belum mencapai target tersebut: 35 IK realisasinya sudah diatas 50 % dan 17 IK realisasinya masih dibawah 50 %. Berbagai kendala dan permasalahan yang muncul selama tahun 2015 perlu diselesaikan dan diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengoptimalkan kinerja pada akhir tahun anggaran.

Realisasi dan Capaian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2015

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN

1 Meningkatnya Pertumbuhan Ekspor Barang NonMigas yang Bernilai Tambah dan Jasa

(1) Pertumbuhan Ekspor Non Migas (persen) 8,0 -9,77% -122,13%

(2) Kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor (persen)

44 45,2% 102,7%

(3) Pertumbuhan Ekspor Jasa (persen) 12-14 -5,5%2 -42,2%

2 Meningkatnya Pengamanan Perdagangan dan Kebijakan Nasional

(4) Persentase penanganan kasus dalam rangka pengamanan ekspor

100% 100% 100%

(5) Persentase pengamanan kebijakan nasional di fora internasional

70% 100% 143%

(6) Persentase Pemahaman terhadap hasil kerja sama

perdagangan internasional

60% 76% 127%

3 Meningkatnya Diversifikasi Pasar dan Produk Ekspor

(7) Pertumbuhan ekspor non migas produk (komoditi) utama (%)

5,9 -9,71%1 -164,6%

(8) Pertumbuhan ekspor non migas produk (komoditi) prospektif (%)

10,6 -7,67%1 72,4% (9) Pertumbuhan ekspor non migas ke pasar utama (%) 5,5 -8,88% -161,5% (10) Pertumbuhan ekspor non migas ke pasar prospektif

(%)

9,7 -15,2% -156,7%

4 Menurunnya

Hambatan Akses Pasar (Tarif dan Non Tarif)

(11) Penurunan index Non - Tariff Measures (baseline

tahun 2013 berdasarkan data WTO)

38,32 44,09 84,9%

(12) Penurunan rata-rata terbobot tarif di negara mitra (perbedaan dari baseline 2013)

9,05 9,313 97,13%

(13) Pertumbuhan nilai ekspor yang menggunakan Surat

Keterangan Asal Preferensi

6% 37% 617%

5 Meningkatnya Promosi Citra Produk Ekspor (Nation Branding)

(14) Skor dimensi ekspor dalam Simon Anholt Nation Branding Index (NBI)

45-46 46,67 103,7%

6 Optimalnya Kinerja Kelembagaan Ekspor

(15) Peningkatan pemanfaatan laporan pasar ekspor (market intelligent dan market brief) oleh dunia usaha

(7)

6

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN

(16) Pendirian Lembaga/Kantor Perwakilan/Pusat Promosi di dalam dan luar negeri

2 1 50%

(17) Persentase UKM peserta pelatihan ekspor yang

menjadi eksportir baru

10% 10% 100%

7 Meningkatnya Efektivitas Pengelolaan Impor

(18) Penurunan pangsa impor barang konsumsi terhadap

total impor

7,0% 7,49% 93,5%

8 Meningkatnya Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan

(19) Pertumbuhan PDB sub kategori Perdagangan Besar

dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor

5,0% 3,14%1 62,7%

9 Meningkatnya Konektivitas Distribusi dan Logistik Nasional

(20) Jumlah Pasar Rakyat Tipe A 67 51 76,1%

(21) Jumlah Pasar Rakyat Tipe B 70 78 111,4%

(22) Jumlah Pusat Distribusi Regional yang dibangun 2 0 0%

(23) Pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi (%)

10% n/a n/a

10 Meningkatnya Konsumsi Produk Dalam Negeri dalam Konsumsi Rumah Tangga Nasional

(24) Peningkatan kontribusi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional

92,3% 97%1 105,1%

11 Meningkatnya Pemanfaatan Pasar Berjangka Komoditi, SRG dan Pasar Lelang

(25) Pertumbuhan Volume Transaksi Perdagangan

Berjangka Komoditi

2,0% 7,11% 355,5%

(26) Pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan 1,8% -30,31% -1683,9%

(27) Pertumbuhan Nilai Transaksi di Pasar Lelang 0,38% -66,87% -17597,4% 12 Memperkecil

Kesenjangan Harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Antar Daerah

(28) Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok

antar wilayah

< 14.2% 14% 100%

13 Stabilisasi Harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

(29) Koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok

antar waktu < 9% 3,3% 100% 14 Meningkatnya Pemberdayaan Konsumen, Standardisasi, Pengendalian Mutu, Tertib Ukur dan Pengawasan Barang/Jasa

(30) Indeks Keberdayaan Konsumen 37,00 34,17 92,35%

(31) Persentase barang impor ber-SNI Wajib yang sesuai ketentuan yang berlaku

50% 61,8% 123,6%

(32) Persentase barang beredar diawasi yang sesuai

ketentuan

60% 49,6% 82,7%

(33) Persentase alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP) yang bertanda tera sah yang berlaku

50% 49,7% 98,4%

15 Meningkatnya Pelayanan dan

(34) Terintegrasinya layanan perijinan perdagangan dalam negeri di daerah dengan Sistem Informasi

40 Kab/Kota

(8)

7

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN

Kemudahan Berusaha Bidang PDN

Kementerian Perdagangan

(35) Prosentase Kab/Kota yang dapat menerbitkan SIUP TDP maksimal 3 Hari 60% 3,5% (44 dari 511 kab/kota) 8,6% 16 Meningkatnya Pelayanan dan Kemudahan Berusaha Bidang Daglu

(36) Peningkatan rasio nilai ekspor yang menggunakan

SKA preferensi dan Non Preferensi terhadap total ekspor (%)

65% 71,8% 110,5%

(37) Persentase Waktu Penyelesaian Perijinan Ekspor dan Impor Sesuai dengan SLA

75% 60,55% 80,8%

(38) Presentase Peningkatan pengguna Sistem Perijinan Online (persen)

15% 170,6% 1137,2%

17 Meningkatnya Dukungan Kinerja Layanan Publik

(39) Persentase ketersediaan sarana dan prasarana di

Lingkungan Kemendag

65% 78,3% 120,4%

(40) Persentase penyelesaian peraturan

perundang-undangan

95% 99,63% 104,9%

(41) Rasio berita negatif semakin menurun 10% 0,12% 1,2%

(42) Persentasi Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Informasi > 60 % 82,92% 100% 18 Meningkatnya Kompetensi dan Kinerja SDM Sektor Perdagangan

(43) Meningkatnya efisiensi dan efektivitas penerapan prosedur operasional tetap (SOP) sesuai dengan tugas dan fungsi, serta pelayanan kepegawaian secara elektronik

70% 70% 100%

(44) Meningkatnya kinerja dan profesionalisme pegawai Kemendag sesuai dengan kompetensi dan

kebutuhan organisasi

46% 44.8% 97%

(45) Meningkatkan kinerja organisasi sesuai tugas dan fungsi secara optimal

47% 49% 104%

19 Meningkatnya Birokrasi yang Transparan, Akuntabel dan Bersih

(46) Penilaian KemenPANRB terhadap kualitas

akuntabilitas kinerja Kementerian Perdagangan

B BB

(73,30)

100%

(47) Keselarasan perencanaan dengan kinerja (Persentase program dan hasil yang dicapai)

90% 84,78% 94,2%

20 Meningkatnya Efektivitas Pengawasan Internal

(48) Persentase tindak lanjut penyelesaian rekomendasi

hasil audit

75% 81,41% 108%

(49) Persentase kesesuaian Rencana Kerja Anggaran dengan peraturan yang berlaku berdasarkan hasil review 78% 55,53% 71% 21 Meningkatnya pemanfaatan Data/Informasi Perdagangan dan terkait perdagangan

(50) Persentase jenis data/informasi perdagangan dan

terkait perdagangan yang dikelola

5% 7,7% 154%

22 Meningkatnya Kualitas Kebijakan dan Regulasi Berbasis Kajian

(51) Persentase hasil kajian yang digunakan dalam rangka penyusunan kebijakan

20% 108,1% 540,3%

(52) Persentase Rekomendasi/masukan kebijakan yang disampaikan ke K/L/D/I

10% 19,4% 194%

Keterangan:

1

DataRealisasi Januari-Oktober 2015.

2

Realisasi sampai dengan Triwulan III Tahun 2015 (angka sementara).

3

Penghitungan menggunakan realisasi kinerja ekspor tahun 2014. Sumber Data: BPS & Kementerian Perdagangan

(9)
(10)

9

Bab 1

PENDAHULUAN

“Penyusunan laporan kinerja bertujuan untuk memantau kesesuaian orientasi pelaksanaan tugas dan fungsi dengan pencapaian visi-misi pemerintah, serta tujuan dan sasaran Kementerian Perdagangan.”

A. LATAR BELAKANG

Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Laporan kinerja merupakan bentuk pertanggungjawaban akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada kementerian atas penggunaan anggaran. Penyusunan laporan kinerja merupakan suatu tahapan yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). SAKIP adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah.

Penyelenggaraan SAKIP pada Kementerian Negara/Lembaga merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006, pada bulan April 2014 telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang merupakan perbaikan dari Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 mewajibkan setiap instansi pemerintah menyusun laporan kinerja dan laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan sesuai tugas dan fungsinya, termasuk pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategis. Pertanggungjawaban dimaksud dilaporkan kepada pemberi mandat, pimpinan masing-masing instansi, lembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan kepada Presiden.

Sebagai tindak lanjut dari penetapan dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014, tanggal 18 Agustus 2015 Kementerian Perdagangan telah menetapkan

(11)

10 Pedoman Penyusunan Dokumen SAKIP di lingkungan Kementerian Perdagangan yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 794 Tahun 2015 (merupakan revisi dari Kepmendag Nomor 1011 Tahun 2012). Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 794 Tahun 2015 mengamanatkan kegiatan pemantauan dan pelaporan kinerja di lingkungan Kementerian Perdagangan diterapkan secara bertingkat mulai dari tingkat Unit Kerja Eselon II dan Satuan Kerja sampai dengan Kementerian, serta dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan dengan menyampaikan Laporan Kinerja Triwulanan dan melampirkan Formulir Pengukuran Pencapaian Kinerja. Laporan Kinerja Triwulanan disusun setiap tiga bulan dalam satu tahun anggaran, yaitu: triwulan I, triwulan II, dan triwulan III. Sementara pada akhir tahun anggaran Kementerian Perdagangan dan unit-unit kerja di dalamnya menyusun Laporan Kinerja Tahunan.

Penyusunan laporan kinerja bertujuan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja kementerian dalam satu tahun anggaran. Pelaporan atas capaian kinerja di lingkungan Kementerian Perdagangan telah dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan agar dapat diambil suatu tindakan perbaikan atau antisipasi apabila ditemukan adanya penyimpangan terhadap perencanaan kinerja. Pada akhirnya, proses pelaksanaan program dan kegiatan dapat berjalan baik dan selaras dengan tujuan dan sasaran strategis Kementerian Perdagangan.

B. PERAN STRATEGIS ORGANISASI

Peran strategis Kementerian Perdagangan dilandasi oleh semangat untuk meningkatkan peran perdagangan dalam tataran perekonomian nasional. Tugas, fungsi, dan kewenangan Kementerian Perdagangan disusun untuk senantiasa mengantisipasi dinamika perekonomian nasional dan global yang sedemikian cepat. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, peran strategis Kementerian Perdagangan dalam pembangunan perdagangan adalah membangun daya saing yang berkelanjutan di pasar domestik dan global. Membangun daya saing yang berkelanjutan diperlukan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi sumber daya dan kemampuan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kementerian Perdagangan berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2015 tentang Kementerian Perdagangan dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-DAG/PER/8/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan. Struktur organisasi Kementerian Perdagangan telah dirancang untuk mengantisipasi dinamika perekonomian nasional dan internasional yang sedemikian cepat, serta mendukung reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perdagangan. Adapun desain struktur organisasi Kementerian Perdagangan dapat dilihat pada Lampiran 1.

(12)

11

C. DINAMIKA PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2015

Globalisasi mendekatkan perekonomian antar negara di dunia sehingga perkembangan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi perekonomian lainnya, terutama negara dengan pasar yang besar. Hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan ekonomi nasional. Perekonomian dan pasar di negara-negara berkembang telah menjadi motor pendorong pertumbuhan dunia terutama setelah krisis keuangan global di tahun 2007-2008. Namun perkembangan terkini menunjukkan bahwa sejak tahun 2010 terjadi penurunan pertumbuhan di beberapa negara berkembang. Pertumbuhan perekonomian dunia berada dibawah harapan di tahun 2015 dimana turun menjadi 2,4% dari 2,6% di tahun 2014. Perekonomian global menghadapi situasi dimana terjadi perlambatan pertumbuhan di pasar besar negara-negara berkembang yang diindikasikan dengan penurunan harga-harga komoditas, arus kapital dan perdagangan, serta terjadinya berbagai gejolak finansial.

Harga minyak dunia selama tahun 2015 menurun drastis mencapai 35% karena kelebihan pasokan dari negara-negara OPEC. Penurunan harga tersebut diperkirakan masih akan berlanjut di tahun 2016 seiring dengan melonjaknya pasokan sebagai akibat dari pencabutan sanksi PBB terhadap Iran. Namun peningkatan pasokan ini tidak diiringi dengan penguatan dari sisi permintaan. Secara keseluruhan, sebagai negara yang importir neto, penurunan harga minyak dunia akan berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia, baik dari sisi fiskal, neraca pembayaran maupun pertumbuhan ekonomi. Meskipun begitu, penurunan harga minyak dunia tetap harus diwaspadai mengingat lesunya kinerja sektor migas dikhawatirkan dapat merembet ke sektor industri lainnya.

Dari dalam negeri, kinerja pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 secara umum cukup baik. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku pada Kuartal III tahun 2015 mencapai Rp 8.574,3 triliun. Disaat terjadi pelemahan pada perekonomian dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga (Juli-September) mencapai 4,73%, lebih tinggi dari periode yang sama setahun sebelumnya, yaitu 4,67%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 diperkirakan akan berada pada kisaran 4,7%. Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2015 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2014 (y-on-y) didukung oleh kenaikan komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Konsumsi LNPRT, Konsumsi Rumah Tangga, dan Pembentukan Modal Tetap Bruto masing-masing sebesar 6,56 persen, 6,39 persen, 4,96 persen dan 4,62 persen. Beberapa komponen mengalami kontraksi, Ekspor (minus 0,69 persen), dan Impor (minus 6,11 persen). Target pertumbuhan ekonomi 5,1% ke depan akan dapat tercapai jika didukung antara lain oleh pulihnya kegiatan investasi, khususnya ditandai oleh peningkatan belanja sektor swasta dan peningkatan pengeluaran pemerintah

(13)

12 untuk pembangunan infrastruktur. Namun, kendala yang akan dihadapi masih sama dengan tahun 2015, seperti anjloknya harga komoditas dan melemahnya permintaan dari negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah di tahun 2015 diantaranya ditujukan untuk meningkatkan iklim usaha dan mengurangi biaya dalam berbisnis. Hal ini menunjukkan komitmen kuat pemerintah untuk melanjutkan reformasi struktural bagi pertumbuhan, termasuk meninjau peran investasi dalam dan luar negeri, dan menilai manfaat dari pengaturan perdagangan regional. Paket ekonomi yang memuat fleksibilitas dalam praktik kerja juga diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja dan menarik investasi baru oleh swasta.

Inflasi tahunan (yoy) pada 2015 mencapai 3,35%, tidak jauh dari target 3,3%. Sedangkan inflasi bulanan pada Desember mencapai 0,96%. Angka inflasi sepanjang 2015 menjadi yang terendah sejak 2010, dimana pada tahun 2010 sebesar 6,96%, 2013 sebesar 8,38%, 2014 sebesar 8,36%. Komoditas yang paling besar andilnya terhadap inflasi nasional di tahun 2015 adalah komoditas beras yang mencapai 0,31%, menyusul kemudian rokok kretek filter 0,16%, bawang merah 0,15%, dan daging ayam ras 0,15%. Kedepan diharapkan fokus pengendalian angka inflasi tidak hanya pada saat Lebaran saja tetapi juga pengendalian di akhir tahun.

Depresiasi nilai tukar Rupiah terjadi seiring dengan tren depresiasi mata uang yang dialami oleh negara-negara lain, yang diantaranya disebabkan oleh faktor eksternal antara lain penguatan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang negara-negara lain sejalan dengan perbaikan perekonomian AS serta kebijakan normalisasi moneter yang diambil oleh Bank Sentral Amerika Serikat, the Fed. Rupiah terdepresiasi sebesar 0,49 persen terhadap dolar AS pada Desember 2015. Level tertinggi rata-rata nasional kurs tengah eceran Rupiah terhadap dolar AS terjadi pada minggu ketiga Desember 2015 yaitu Rp 14.013,19 per USD. Level terendah nilai tukar terhadap Dolar pada akhir Desember 2015 terjadi di Sulawesi Barat yaitu Rp 13.813,75. Sedangkan yang tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Utara sebesar Rp 13.487,00 per USD. Membaiknya posisi USD sedikit banyak dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang terus jatuh dan dikhawatirkan akan mempengaruhi harga-harga komoditi dunia.

Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia pada tahun 2015 mencapai US$ 150,3 miliar atau turun 14,6 persen dibanding tahun 2014, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$ 131,7 miliar atau menurun 9,8 persen. Ekspor nonmigas hasil industri pengolahan tahun 2015 turun sebesar 9,1 persen dibanding tahun 2014, dan ekspor hasil pertanian turun 2,5 persen. Adapun ekspor hasil tambang dan lainnya turun sebesar 15,1 persen. Sedangkan, nilai impor tahun 2015 secara kumulatif mencapai US$ 142,7 miliar atau turun 19,9 persen dibanding tahun 2014. Kumulatif nilai impor terdiri dari impor migas US$ 24,6 miliar (turun 43,4 persen) dan nonmigas US$ 118,1 miliar (turun 12,3 persen). Nilai neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit US$ 0,2 miliar pada Desember 2015, dipicu oleh defisit sektor migas sebesar US$ 0,5 miliar. Namun secara akumulatif, nilai neraca perdagangan Januari –

(14)

13 Desember 2015 mengalami surplus US$ 7,5 miliar, didorong oleh surplus neraca sektor nonmigas sebesar US$ 13,6 miliar.

Sementara itu, dilihat dari posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2015 tercatat sebesar US$ 105,9 miliar. Jika dibandingkan dengan posisi akhir November 2015 yang sebesar US$100,2 miliar, maka terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan cadangan devisa tersebut berasal dari penarikan pinjaman luar negeri Pemerintah, penerimaan hasil ekspor migas, dan penerbitan global bonds Pemerintah yang cukup untuk menutupi kebutuhan devisa, antara lain untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah serta penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa per akhir Desember 2015 dapat membiayai 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Cadangan devisa tersebut diharapkan mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

D. PERKEMBANGAN ISU STRATEGIS PERDAGANGAN TAHUN 2015

Pada tahun 2015, pemerintah telah mengeluarkan paket-paket kebijakan ekonomi yang intinya ditujukan untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional melalui perbaikan iklim usaha dan penghapusan hambatan dalam melakukan investasi di Indonesia. Untuk mendukung paket kebijakan pemerintah, Kementerian Perdagangan telah meluncurkan paket deregulasi dan debirokratisasi perijinan ekspor dan impor yang merupakan bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I (Paket September 2015). Paket deregulasi1 dan debirokratisasi2 diharapkan diharapkan menciptakan efisiensi

supply chain sehingga akan menyelesaikan masalah kelangkaan barang di berbagai daerah, menurunkan disparitas harga barang dan menurunkan inflasi, serta akan membuka peluang kerja yang lebih banyak.

Selama ini beban regulasi dan birokrasi menjadi kendala utama efisiensi perdagangan dalam memenuhi kebutuhan industri, konsumsi dan ekspor. Untuk ekspor saja terdapat 53 peraturan yang mencakup 2.278 jenis barang. Sedangkan untuk impor terdapat 79 peraturan yang mengatur 11.534 jenis barang sehingga sangat besar intervensi regulasi dan birokrasi dalam kelancarantransaksi perdagangan. Begitu banyak identitas sebagai pelaku ekspor maupun impor serta begitu beragam perizinan, rekomendasi, pemeriksaan, dan persyaratan dokumen yang diwajibkan untuk melakukan

1

Deregulasi adalah kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengurangi atau meniadakan aturan administratif yang mengekang kebebasan gerak modal, barang dan jasa.

2 Debirokratisasi adalah kebijakan pemerintah untuk mengurangi atau meniadakan peran institusi,

(15)

14 kegiatan ekspor-impor. Akibatnya kemampuan bersaing produk domestik di pasar global menjadi rendah, bukan semata dari faktor eksternal dan kapasitas sumber daya manusia melainkan beban regulasi dan birokrasi yang memperlambat perebutan peluang bisnis.

Dalam kebijakan deregulasi dan debirokratisasi ini Pemerintah memangkas peraturan, menyederhanakan berbagai perijinan, dan mengurangi persyaratan yang tidak relevan serta menghilangkan pemeriksaan yang tidak diperlukan, yang selama ini ditetapkan oleh 15 kementerian/lembaga atau 18 unit penerbit perijinan. Untuk meningkatkan efisensi birokrasi dalam pelayanan perijinan telah diperkuat dengan sistem Indonesian National Single Window (INSW), suatu pelayanan loket elektronik tunggal dalam penyelesaian proses ekspor-impor yang menerapkan prinsip single submission, single processing, dan single synchronous decision making yang juga akan berlaku dalam kegiatan ekspor-impor di kawasan ASEAN. Deregulasi dan debirokratisasi ini tidak berhenti karena masih akan terus berlanjut sampai ke peraturan dan perijinan di tingkat daerah.

Beberapa deregulasi yang telah dilakukan di bidang ekspor adalah kewajiban Laporan Surveyor (LS) pada ekspor (kayu, beras, prekursor nonfarmasi, migas, dan bahan bakar lain) dan penghilangan pemeriksaan ganda pada ekspor CPO, ekspor produk pertambangan hasil pengolahan dan pemurnian. Sedangkan di bidang impor, deregulasi dilakukan dengan melakukan penghapusan kewajiban verifikasi surveyor (LS) pada impor besi/baja dan BPO, penghapusan rekomendasi (produk kehutanan, gula, TPT, STPP, besi/baja, barang berbasis sistem pendingin, beras, hortikultura, TPT batik dan motif batik, barang modal bukan baru, mesin multifungsi berwarna, garam industri), dan penyederhanaan persyaratan (TPT, cengkeh, mutiara). Kementerian Perdagangan juga melakukan penghilangan HS tertentu (produk kehutanan), kemudahan pengadaan bahan baku (limbah non-B3), penundaan pembatalan/penghapusan/pencabutan (ban, produk SNI wajib/SPB, label, cakram optik), revisi peraturan Angka Pengenal Importir, serta penghapusan Importir Tertentu (hortikultura dan produk tertentu).

(16)

15

Bab 2

PERENCANAAN KINERJA

“Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) terdiri dari satu kesatuan komponen yang terintegrasi antara satu dengan yang lain, yakni Perencanaan Strategis, Perencanaan Kinerja, Perjanjian Kinerja, Pengukuran Kinerja, serta Pelaporan dan Evaluasi Kinerja.”

A. SEKTOR PERDAGANGAN DALAM RPJMN 2015-2019

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah tahapan ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 dengan berpayung kepada UUD 1945. RPJMN 2015-2019 disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda (Nawa Cita) Presiden/Wakil Presiden terpilih, yaitu Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla.

Untuk menuju sasaran jangka panjang dan tujuan hakiki dalam membangun, pembangunan nasional Indonesia lima tahun ke depan perlu memprioritaskan pada upaya mencapai kedaulatan pangan, kecukupan energi dan pengelolaan sumber daya maritim dan kelautan. Sedangkan, agenda satu tahun pertama dalam Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 dimaksudkan sebagai upaya membangun fondasi untuk melakukan akselerasi yang berkelanjutan pada tahun-tahun berikutnya, disamping melayani kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat yang tergolong mendesak.

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka VISI pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:

TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG.

Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 7 MISI pembangunan nasional periode 2015 – 2019 yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

(17)

16 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan

sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Untuk menunjukkan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan (TRISAKTI), dirumuskan sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA, yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Kementerian Perdagangan berperan penting dalam pencapaian Visi-Misi Pemerintah dan Agenda Prioritas Pembangunan Nasional (Nawacita), terutama dalam hal peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, melalui peningkatan ekspor produk nonmigas dan jasa yang bernilai tambah tinggi. Sasaran perdagangan luar negeri dalam rangka meningkatkan daya saing ekspor barang dan jasa pada tahun 2015-2019 adalah:

1. Pertumbuhan ekspor produk nonmigas rata-rata sebesar 10,5 persen per tahun.

2. Rasio ekspor jasa terhadap PDB rata-rata sebesar 3,0 persen per tahun. 3. Peningkatan pangsa ekspor produk manufaktur menjadi sebesar 65

(18)

17 Selain berperan dalam peningkatan produktivitas dan daya saing, Kementerian Perdagangan juga berperan dalam penguatan pasar domestik melalui peningkatan efisiensi logistik dan distribusi nasional. Sasaran yang akan dicapai terkait perdagangan dalam negeri pada tahun 2015-2019 adalah: 1. Menurunkan rasio biaya logistik terhadap PDB sebesar 5,0 persen per

tahun sehingga menjadi 19,2 persen di tahun 2019.

2. Menurunkan rata-rata dwelling time menjadi sebesar 3-4 hari.

3. Terjaganya koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antarwaktu di bawah 9 persen dan koefisien variasi harga barang kebutuhan pokok antarwilayah rata-rata di bawah 13,6 persen per tahun yang antara lain didukung melalui pembangunan dan / atau revitalisasi / rehabilitasi 5000 pasar rakyat / pasar tradisional

B. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perdagangan Tahun 2015-2019 merupakan dokumen dasar berisi paduan dari strategic management dan strategic thinking yang berfungsi sebagai petunjuk arah/kompas dalam melakukan perencanaan kebijakan pembangunan perdagangan selama periode 2015-2019 sebagai produk dari sistem pemerintahan yang berorientasi pada hasil dan proses sekaligus dengan mempertimbangkan perkembangan lingkungan strategis baik internal maupun eksternal yang saling berpengaruh. Renstra Kemendag 2015-2019 merupakan penjabaran dari RPJMN 2015-2019 khususnya dalam rangka pelaksanaan pembangunan di bidang perdagangan. Sesuai dengan Visi-Misi Pemerintah dan Agenda Prioritas Nasional (Nawacita), maka Kementerian Perdagangan telah menetapkan tujuan yang hendak dicapai dalam membangun sektor perdagangan periode 2015−2019, yaitu: 1. Peningkatan ekspor barang nonmigas yang bernilai tambah dan jasa. 2. Peningkatan pengamanan perdagangan.

3. Peningkatan akses dan pangsa pasar internasional. 4. Pemantapan promosi ekspor dan nation branding.

5. Peningkatan efektivitas pengelolaan impor barang dan jasa. 6. Pengintegrasian dan perluasan pasar dalam negeri

7. Peningkatan penggunaan dan perdagangan produk dalam negeri.

8. Optimalisasi/penguatan pasar berjangka komoditi, SRG dan pasar lelang. 9. Peningkatan kelancaran distribusi dan jaminan pasokan barang

(19)

18 10. Peningkatan perlindungan konsumen.

11. Peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha. 12. Peningkatan kualitas kinerja organisasi.

13. Peningkatan dukungan kinerja perdagangan.

14. Peningkatan kebijakan perdagangan yang harmonis dan berbasis kajian. Sasaran strategis merupakan indikator pencapaian tujuan Kementerian Perdagangan yang spesifik dan terukur sebagai acuan bagi seluruh pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Kementerian Perdagangan. Sasaran yang ingin dicapai pada masing-masing tujuan sebagaimana telah dipaparkan di atas, secara umum dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tujuan 1: Peningkatan ekspor barang nonmigas yang bernilai tambah dan jasa

Sasaran yang ingin dicapai:

Meningkatnya pertumbuhan ekspor barang non migas yang bernilai tambah dan jasa. Indikator kinerja meningkatnya pertumbuhan ekspor barang nonmigas yang bernilai tambah dan jasa yang digunakan adalah sebagi berikut:

a. Pertumbuhan ekspor nonmigas target 2015 9.9%;

b. Kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor target 2015 47% ; dan c. Pertumbuhan ekspor jasa target 2015 13-16%.

Tujuan 2: Peningkatan Pengamanan Perdagangan Sasaran yang ingin dicapai:

Meningkatnya pengamanan perdagangan dan kebijakan nasional untuk mendukung daya saing produk Indonesia baik di pasar domestik maupun internasional. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya pengamanan perdagangan dan kebijakan nasional adalah sebagai berikut:

a. Persentase penanganan kasus dalam rangka pengamanan ekspor target 2015 100%;

b. Persentase pengamanan kebijakan nasional di fora internasional target 2015 75%; dan

c. Presentase pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional target 2015 62%.

Tujuan 3: Peningkatan Akses dan Pangsa Pasar Internasional

Sasaran yang ingin dicapai:

(20)

19 Hingga tahun 2013 pangsa pasar produk Indonesia di tujuan ekspor non-tradisional (pasar prospektif) masih kalah dengan China, Malaysia, dan Thailand. Untuk peningkatan dan optimalisasi akses pasar diperlukan diversifikasi pasar dan produk ekspor.

Indikator yang digunakan untuk mengukur meningkatnya diversifikasi pasar dan produk ekspor adalah:

1. Pertumbuhan ekspor non migas produk (komoditi) utama; 2. Pertumbuhan ekspor non migas produk (komoditi) prospektif; 3. Pertumbuhan ekspor non migas ke pasar utama;

4. Pertumbuhan ekspor non migas ke pasar prospektif; 2. Menurunnya hambatan akses pasar (tarif dan non tarif).

Indikator yang digunakan untuk mengukur menurunnya hambatan akses pasar (tarif dan non tarif) adalah:

1. Penurunan index Non - Tariff Measures (baseline tahun 2013 berdasarkan data WTO);

2. Penurunan rata-rata terbobot tarif di negara mitra (perbedaan dari baseline 2013);

3. Pertumbuhan nilai ekspor yang menggunakan Surat Keterangan Asal Preferensi (%).

Tujuan 4: Pemantapan Promosi Ekspor dan Nation Branding

Sasaran yang ingin dicapai:

Sasaran yang ingin dicapai dalam melakukan pemantapan promosi ekspor dan nation branding adalah:

1. Meningkatnya promosi citra produk ekspor (nation branding);

Target peningkatan citra produk ekspor Indonesia menurut Nation Branding Index khususnya dimensi ekspor adalah skor pada kisaran 45-46 pada tahun 2015 dan terus meningkat sampai mencapai skor kisaran 49-50 pada tahun 2019

2. Optimalnya kinerja kelembagaan ekspor.

Dalam mendukung peningkatan kinerja promosi diperlukan kelembagaan ekspor yang berkualitas. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja optimalnya kelembagaan ekspor adalah:

1. Peningkatan pemanfaatan laporan pasar ekspor (market intelligent dan market brief) oleh dunia usaha;

(21)

20 2. Pendirian Lembaga/Kantor Perwakilan/Pusat Promosi di

dalam dan luar negeri (unit); dan

3. Persentase PMKM peserta pelatihan ekspor yang menjadi eksportir baru.

Tujuan 5: Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Impor Barang dan Jasa Sasaran yang ingin dicapai:

meningkatnya efektivitas pengelolaan impor. Pengelolaan Impor dalam rangka mencapai surplus neraca perdagangan memerlukan instrumen berupa kebijakan yang bertujuan menstabilkan ataupun menjaga neraca perdagangan serta dalam rangka menciptakan iklim perdagangan luar negeri dan dalam negeri yang kondusif.

Tujuan 6: Pengintegrasian dan Perluasan Pasar Dalam Negeri

Sasaran yang ingin dicapai:

1. Meningkatnya pertumbuhan PDB sektor perdagangan;

Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya pertumbuhan PDB sektor perdagangan adalah pertumbuhan PDB sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor. Pertumbuhan PDB sektor perdagangan tidak terlepas dari kondisi perekonomian nasional yang sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, di antaranya adalah konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah. Oleh karena itu, meningkatnya daya beli masyarakat dan pengeluaran pemerintah dapat mendorong laju pertumbuhan konsumsi nasional sehingga memacu pertumbuhan perekonomian nasional.

2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana distribusi dan logistik nasional.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya konektivitas distribusi dan logistik nasional adalah:

1. Jumlah Pasar Rakyat Tipe A; 2. Jumlah Pasar Rakyat Tipe B;

3. Jumlah Pusat Distribusi Regional (PDR);

4. Pertumbuhan omzet pedagang pasar rakyat Tipe A yang telah direvitalisasi.

Tujuan 7: Peningkatan Penggunaan dan Perdagangan Produk Dalam Negeri (PDN)

(22)

21 Sasaran yang ingin dicapai:

meningkatnya konsumsi produk dalam negeri dalam konsumsi rumah tangga nasional. Penetapan sasaran ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan produksi dalam negeri sehingga pada akhirnya dapat turut serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap produk dalam negeri dapat membantu menguatkan daya saing dari produk nasional dan meningkatkan citra dari produk dalam negeri. Pada akhirnya, meningkatnya produksi dalam negeri, menguatnya daya saing produk nasional, dan meningkatnya citra dari produk dalam negeri dapat memberikan stimulus besar bagi lahirnya kemandirian ekonomi melalui keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi.

Tujuan 8: Optimalisasi/Penguatan Pasar Berjangka Komoditi, Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang

Sasaran yang ingin dicapai:

meningkatnya pemanfaatan pasar berjangka komoditi, SRG, dan Pasar Lelang Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja dari pemanfaatan perdagangan berjangka komoditi, SRG, dan Pasar Lelang: 1. Pertumbuhan Volume Transaksi Perdagangan Berjangka Komoditi

(PBK);

2. Pertumbuhan Nilai Resi Gudang yang diterbitkan; 3. Pertumbuhan Nilai Transaksi di Pasar Lelang.

Tujuan 9: Peningkatan Kelancaran Distribusi dan Jaminan Pasokan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting

Sasaran yang ingin dicapai:

Sasaran yang ingin dicapai dalam pengamanan ketersediaan dan kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok dan barang penting adalah:

1. Memperkecil Kesenjangan Harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Antar Daerah;

2. Stabilisasi Harga Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting; dan 3. Meningkatnya Pengawasan Barang Beredar di Wilayah Perbatasan

Tujuan 10: Peningkatan Perlindungan Konsumen

(23)

22 meningkatnya pemberdayaan konsumen, standardisasi, pengendalian mutu, tertib ukur dan pengawasan barang/jasa. Penetapan dari sasaran ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya serta menumbuhkan kesadaran pelaku usaha akan pentingnya perlindungan konsumen sehingga meningkatkan kualitas barang/jasa di pasar dalam negeri. Kemudian, pemberdayaan konsumen yang semakin baik dapat dicerminkan dengan semakin meningkatnya pelaksanaan edukasi konsumen yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat, semakin cerdasnya konsumen serta ketersediaan infrastruktur dan lembaga perlindungan konsumen.

Indikator yang digunakan sebagai ukuran kinerja meningkatnya pemberdayaan konsumen, standardisasi, pengendalian mutu, tertib ukur dan pengawasan barang/jasa adalah:

1. Indeks Keberdayaan Konsumen

2. Persentase barang impor ber-SNI Wajib yang sesuai ketentuan yang berlaku;

3. Persentase barang beredar yang diawasi yang sesuai ketentuan;

4. Persentase alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP) yang bertanda tera sah yang berlaku.

Tujuan 11: Peningkatan Iklim Usaha dan Kepastian Berusaha Sasaran yang ingin dicapai:

Sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha bidang perdagangan dalam negeri adalah meningkatnya pelayanan dan kemudahan berusaha di bidang Perdagangan Dalam Negeri dan bidang Perdagangan Luar Negeri.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya kepastian dan kemudahan berusaha bidang perdagangan dalam negeri adalah:

1. Terintegrasinya layanan perizinan perdagangan di daerah dengan Sistem Informasi Kementerian Perdagangan;

2. Prosentase Kab/Kota yang dapat menerbitkan SIUP TDP maksimal 3 Hari.

Tujuan 12: Peningkatan Kualitas Kinerja Organisasi

Sasaran yang ingin dicapai:

Sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan kualitas kinerja organisasi adalah:

1. Meningkatnya dukungan kinerja layanan publik;

2. Meningkatnya kinerja dan profesionalisme SDM sektor perdagangan; 3. Meningkatnya Birokrasi yang Transparan, Akuntabel, dan Bersih; dan 4. Meningkatnya Efektivitas Pengawasan Internal

(24)

23 Tujuan 13: Peningkatan Dukungan Kinerja Perdagangan

Sasaran yang ingin dicapai:

Sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan dukungan kinerja sektor perdagangan adalah meningkatnya pemanfaatan data/informasi perdagangan dan terkait perdagangan.

Tujuan 14: Peningkatan Kebijakan Perdagangan yang Harmonis dan Berbasis Kajian

Sasaran yang ingin dicapai:

Sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan dukungan kinerja sektor perdagangan adalah meningkatnya kualitas kebijakan dan regulasi berbasis kajian. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja meningkatnya kualitas kebijakan dan regulasi berbasis kajian adalah 1. Persentase hasil kajian yang digunakan dalam rangka penyusunan

kebijakan

2. Persentase Rekomendasi/masukan kebijakan yang disampaikan ke K/L/D/I

(25)

24 Bagan 2-1. Keterkaitan Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan PerdaganganTahun 2015 – 2019

Arah kebijakan pembangunan Perdagangan Nasional ke depan secara konsisten akan mengacu kepada arah pembangunan dalam RPJMN 20152019. Arah ini merupakan pedoman dalam menyusun langkah-langkah strategis ke depan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Arah kebijakan perdagangan dapat dijabarkan menjadi 8 (delapan) pokok pikiran, yaitu:

1. Mengamankan Pangsa Ekspor di Pasar Utama.

2. Memperluas Pangsa Pasar Ekspor di Pasar Prospektif dan Hub Perdagangan Internasional.

3. Meningkatkan Diversifikasi Produk Ekspor.

4. Mengamankan Pasar Domestik Untuk Meningkatkan Daya Saing Produk Nasional.

5. Meningkatkan Kontribusi Usaha Dagang Kecil Menengah (UDKM). 6. Meningkatkan Perlindungan Konsumen.

7. Meningkatkan Efesiensi Sistem Distribusi & Logistik. 8. Meningkatkan Fasilitasi dan Iklim Usaha Perdagangan.

(26)

25 Dalam rangka pencapaian visi-misi pemerintah, nawacita, tujuan, dan sasaran strategis Kementerian Perdagangan, dengan mempertimbangkan arah kebijakan dan strategi nasional serta arah kebijakan dan strategi Kementerian Perdagangan, maka ditetapkan program-program Kementerian Perdagangan, yaitu: (1) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan; (2) Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan; (3) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan; (4) Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan; (5) Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri; (6) Peningkatan Perdagangan Luar Negeri; (7) Peningkatan Perlindungan Konsumen; (8) Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Internasional; (9) Pengembangan Ekspor Nasional; dan (10) Peningkatan Perdagangan Berjangka Komoditi. Program merupakan penjabaran kebijakan Kementerian Perdagangan yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi masing-masing Unit Kerja Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan. Masing-masing program tersebut kemudian dijabarkan kedalam beberapa kegiatan yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi Unit Kerja Eselon II/Satuan Kerja atau penugasan tertentu di Kementerian Perdagangan.

C. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUN 2015

Untuk mendanai pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan Kementerian Perdagangan, disusunlah Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang berisi rincian alokasi anggaran yang diperlukan dalam rangka pencapaian hasil (outcome) dan keluaran (output) yang terukur selama periode 1 (satu) tahun anggaran. Pada tahun 2015 Kementerian Perdagangan mendapat alokasi anggaran, setelah revisi APBN-P, sebesar Rp3.532.078.978.000,- (Tiga triliun lima ratus tiga puluh dua milyar tujuh puluh delapan juta sembilan ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah) yang dituangkan dalam 10 program sebagai berikut:

Tabel 2-1. Pagu Anggaran Kementerian Perdagangan T.A. 2015 Menurut Program

NO

PROGRAM

PAGU APBN-P

1

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Kementerian Perdagangan

501,527,174,000

2

Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Kementerian Perdagangan

182,624,150,000

3

Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur

Kementerian Perdagangan

43,534,462,000

(27)

26

NO

PROGRAM

PAGU APBN-P

5

Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri

1,828,065,297,000

6

Peningkatan Perdagangan Luar Negeri

209,828,035,000

7

Peningkatan Perlindungan Konsumen

218,002,214,000

8

Peningkatan Kerja Sama Perdagangan Internasional

123,133,008,000

9

Pengembangan Ekspor Nasional

280,403,696,000

10

Peningkatan Perdagangan Berjangka Komoditi

80,777,241,000

J U M L A H

3,532,078,978,000

D. PERJANJIAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2015

Perjanjian Kinerja Kementereian Perdagangan adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi (atasan) kepada pimpinan instansi yang lebih rendah (bawahan), atau kesepakatan antara pemberi dengan penerima wewenang/tanggung jawab, untuk melaksanakan kebijakan/program/ kegiatan dalam satu tahun anggaran sesuai dengan target indikator kinerja yang telah disepakati bersama dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelola sesuai dengan tujuan dan sasaran organisasi pada Rencana Strategis (Renstra).

Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014, Kementerian Perdagangan diwajibkan menyusun perjanjian kinerja pada setiap tingkatannya, mulai dari: Kementerian, Unit Kerja Eselon I, Eselon II, dan Unit Kerja Mandiri (KPPI, KADI, BPKN, dan BSML), serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang melaksanakan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan bidang perdagangan. Dokumen Perjanjian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2015 menjadi dasar bagi pengukuran Indikator Kinerja (IK) dalam penyusunan Laporan Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2015, dimana secara keseluruhan terdapat 52 Indikator Kinerja dari 22 Sasaran Strategis Kementerian Perdagangan. Adapun Pernyataan dan Lampiran Perjanjian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2015 dapat dilihat pada Lampiran 2.

(28)

27

Bab 3

AKUNT ABI L I TAS KINERJ A

“Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban Kementerian Perdagangan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan.”

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Pengukuran tingkat capaian kinerja dalam Laporan Kinerja (Lapkin) Kementerian Perdagangan Tahun 2015 dilakukan dengan membandingkan antara target dengan realisasi dari masing-masing indikator kinerja selama periode tersebut. Hasil dari perbandingan tersebut merupakan persentase capaian target.

Sasaran Strategis 1:

Meningkatnya Pertumbuhan Ekspor Barang Non-Migas

yang Bernilai Tambah dan Jasa

No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian

1 Pertumbuhan Ekspor Non Migas 8% -9,77% -122,13%

2 Kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor

44% 80,91%1 183,9%

3 Pertumbuhan ekspor jasa 12,0%– 14,0% -5,5%2 -42,2%

Keterangan: 1

DataRealisasi Januari-Oktober 2015. 2

Realisasi sampai dengan Triwulan III Tahun 2015 (angka sementara).

IK 1: Pertumbuhan Ekspor Nonmigas

Neraca perdagangan tahun 2015 kembali surplus, setelah mengalami defisit sejak tahun 2012. Neraca perdagangan Indonesia bulan Desember 2015 defisit USD 0,2 miliar yang terdiri dari defisit neraca migas sebesar USD 0,5 miliar dan surplus neraca non migas sebesar USD 0,3 miliar. Namun demikian, defisit neraca perdagangan bulan Desember 2015 jauh lebih kecil dibandingkan neraca bulan November yang tercatat USD 0,4 miliar. Neraca perdagangan tahun 2015 mengalami surplus USD 7,5 miliar, terdiri dari defisit perdagangan migas sebesar USD 6,1 miliar dan surplus perdagangan non

(29)

28 migas sebesar USD 13,6 miliar. India, AS, Pilipina, Belanda, dan Pakistan penyumbang surplus terbesar selama tahun 2015 yang jumlahnya mencapai USD 24,3 miliar. Sementara RRT, Thailand, Australia, Brazil, dan Argentina menyebabkan defisit terbesar yang jumlahnya mencapai USD 23,4 miliar.

Bagan 3-1. Neraca Perdagangan Bulanan: Desember 2015

Kinerja ekspor bulan Desember 2015 meningkat 7,0% dibanding bulan sebelumnya (MoM) menjadi USD 11,5 miliar. Peningkatan tersebut dipicu oleh naiknya ekspor non migas sebesar 10,1%. Disisi lain, ekspor migas turun sebesar 13,2%. Secara kumulatif, nilai ekspor selama 2015 mencapai USD 150,3 miliar, turun 14,6% YoY. Penurunan ekspor selama 2015 dipicu oleh masih berlanjutnya penurunan harga minyak mentah dan gas di pasar dunia. Selain itu, masih melambatnya perekonomian global diperkirakan juga turut memicu pelemahan kinerja ekspor. Selama 2015, impor RRT turun 19,4%, Jepang turun 10,1%, Singapura turun 14,2%, Hongkong turun 25,9% dan Uni Emirat Arab turun 24,0%. Penurunan permintaan impor beberapa negara tersebut berdampak pada kinerja ekspor Indonesia.

Tabel 3-1. Kinerja Ekspor dan Impor: Januari-Desember 2015

0.6 0.7 1.0 0.5 1.1 0.5 1.4 0.3 1.0 1.0 -0.4 -0.2 (1.5) (1.0) (0.5) -0.5 1.0 1.5 2.0 2.5

Jan '15 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

USD Miliar

Non Migas Migas Total

Ekspor Impor Selisih Ekspor Impor Selisih Ekspor Impor Ekspor Impor Total 12,289.1 11,550.8 738.3 25,644.9 24,163.1 1,481.8 -8.0 -8.4 -11.9 -15.8 Migas 1,893.6 1,719.5 174.1 3,970.4 3,834.6 135.8 -8.8 -18.7 -24.1 -45.3 Minyak Mentah 745.1 487.5 257.6 1,344.7 1,094.4 250.3 24.2 -19.7 0.6 -44.4 Hasil Minyak 207.2 1,063.2 -856.0 419.0 2,426.5 -2,007.5 -2.1 -22.0 -27.0 -44.9 Gas 941.3 168.8 772.5 2,206.7 313.7 1,893.0 -25.6 16.5 -33.5 -50.9 Nonmigas 10,395.5 9,831.3 564.2 21,674.5 20,328.5 1,346.0 -7.8 -6.3 -9.2 -6.3 Uraian

Nilai (USD Juta) Growth Februari 2015 MoM (%)

Growth Jan-Feb 2015 YoY (%) Februari 2015 Januari-Februari 2015

(30)

29 Perlambatan perekonomian global menyebabkan terjadinya penurunan ekspor non migas tahun 2015 di hampir seluruh pasar ekspor utama Indonesia, kecuali Vietnam dan Pilipina yang masing-masing tumbuh 12,3% dan 0,8% YoY. Ekspor non migas ke negara mitra dagang yang turun signifikan antara lain Hongkong turun 26,0%, Uni Emirat Arab turun 24,0%, RRT turun 19,4%, dan Australia turun 19,0%.

Tabel 3-2. Perbandingan Kinerja Ekspor Negara-negara di Dunia: 2014-2015

Pertumbuhan ekspor diharapkan dapat meningkat seiring dengan dilaksanakan berbagai upaya peningkatan ekspor oleh pemerintah bersama-sama dengan pelaku usaha. Program dan kegiatan Kementerian Perdagangan yang ditujukan untuk peningkatan ekspor antara lain program promosi dagang di berbagai negara, kegiatan pengembangan produk untuk peningkatan daya saing, penyediaan informasi pasar dan informasi produk, penyediaan pelayanan hubungan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ekspor. Kementerian Perdagangan juga secara rutin melakukan pertemuan dengan instansi terkait di berbagai daerah dan di luar negeri untuk berkoordinasi dalam upaya pengembangan ekspor.

Sebagai tambahan atas berbagai program Kementerian Perdagangan tersebut, pada tahun 2015, Pemerintah juga memberikan penugasan khusus kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menjalankan National Interest Account (NIA) guna mendorong ekspor, melalui pemberian insentif pembiayaan ekspor (dengan mekanisme penyertaan modal negara) bagi perusahaan-perusahaan berskala kecil dan menengah dalam kegiatan ekspornya.

Des 2014 Nov 2015 Des 2015 MoM YoY MoM YoY

AMERIKA SERIKAT 1,466.0 1,155.0 1,323.1 168.1 (142.9) 14.6 (9.7) REP.RAKYAT CINA 1,334.1 1,025.5 1,227.1 201.6 (107.0) 19.7 (8.0) JEPANG 1,262.7 991.6 1,183.4 191.8 (79.3) 19.3 (6.3) INDIA 989.5 857.6 880.1 22.4 (109.4) 2.6 (11.1) SINGAPURA 944.1 618.1 640.2 22.1 (303.9) 3.6 (32.2) MALAYSIA 520.1 466.9 478.5 11.7 (41.5) 2.5 (8.0) KOREA SELATAN 486.8 363.6 436.7 73.1 (50.1) 20.1 (10.3) THAILAND 381.1 342.3 322.1 (20.2) (59.0) (5.9) (15.5) BELANDA 344.1 261.2 307.4 46.2 (36.7) 17.7 (10.7) VIETNAM 269.5 264.0 291.2 27.3 21.7 10.3 8.1 PILIPINA 250.9 303.4 273.7 (29.7) 22.8 (9.8) 9.1 JERMAN 233.2 205.2 227.3 22.1 (5.9) 10.8 (2.5) TAIWAN 333.5 213.6 217.4 3.7 (116.1) 1.8 (34.8) PAKISTAN 106.6 146.8 202.0 55.2 95.5 37.6 89.6 AUSTRALIA 192.4 210.9 180.1 (30.8) (12.3) (14.6) (6.4) HONGKONG 189.9 146.4 144.6 (1.8) (45.3) (1.3) (23.9) UNI EMIRAT ARAB 214.4 123.9 132.6 8.7 (81.8) 7.0 (38.2) ITALIA 144.5 116.6 127.0 10.4 (17.5) 8.9 (12.1) INGGRIS 161.1 106.8 123.2 16.4 (37.9) 15.3 (23.6) SPANYOL 165.0 103.8 122.1 18.3 (42.9) 17.6 (26.0)

NEGARA USD JUTA

PERUBAHAN

(31)

30 Diharapkan dengan pemberian fasilitas tersebut dapat ditingkatkan kinerja ekspor Indonesia di tengah situasi perlambatan ekonomi saat ini.

IK 2: Kontribusi Produk Manufaktur Terhadap Total Ekspor

Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan ekspor produk yang bernilai tambah diukur dengan kontribusi ekspor produk manufaktur terhadap total ekspor. Pada tahun 2015 Kementerian Perdagangan menargetkan kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor adalah sebesar 44 persen dan terus meningkat hingga mencapai 65 persen pada tahun 2019.

Bagan 3-2. Ekspor Produk Manufaktur dan Total Ekspor Tahun 2014 dan 2015 (dalam ribu USD)

Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag)

Pada periode Januari – Oktober 2015, nilai ekspor produk manufaktur mencapai US$90,20-miliar atau mengalami penurunan sebesar 8,36% dari periode yang sama tahun 2014 yang mencapai US$98,43-miliar. Penurunan ini disebabkan menurunnya permintaan akan produk manufaktur Indonesia di negara-negara tujuan ekspor Indonesia, antara lain Jepang (-13,77%), Australia (-21,12%), Singapura (-12,78%), Tiongkok (-11,36%), Turki (-22,91%), Hongkong (-24,27%), dan Uni Emirat Arab (-21,76%). Penurunan tersebut cukup memberikan pengaruh terhadap ekspor produk manufaktur Indonesia. Akan tetapi, optimisme terhadap peningkatan ekspor produk manufaktur didukung oleh peningkatan ekspor produk tersebut ke sejumlah negara, di antaranya Taiwan (17,55%), Arab Saudi (15,36%) dan Swiss (1064,73%).

98,430,265 90,204,813 122,183,498 111,486,590 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000 120,000,000 140,000,000 2014 2015

Ekspor produk manufaktur Total Ekspor

(32)

31 Tabel 3-3. Nilai Ekspor Nonmigas Menurut Negara Tujuan: Jan–Nov 2015

Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS (2015)

Dilihat dari kontribusi produk manufaktur terhadap produk primer dari total ekspor, pada periode Januari - Oktober 2015 telah mencapai 80,91% atau meningkat 0,35% dari periode yang sama pada tahun 2014 yang mencapai 80,56%. Hal ini sudah melebihi target kontribusi produk manufaktur terhadap produk primer yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan pada tahun 2015 sebesar 44%. Sehingga persentase capaian kinerja untuk periode Januari – Oktober 2015 sebesar 183,88%.

Jika ditelusuri selama beberapa tahun terakhir, yakni periode tahun 2010 - 2015, kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor nonmigas menunjukkan persentase yang fluktuatif. Dari periode tahun 2010 - 2013, kontribusi produk manufaktur terhadap total ekspor nonmigas berada di kisaran 75%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang konstan dan signifikan dari kontribusi ekspor produk manufaktur Indonesia terhadap produk primer dari total ekspor Indonesia ke dunia.

(33)

32

Sumber: BPS (diolah Ditjen PEN, Kemendag)

Dalam upaya meningkatkan ekspor komoditas yang memiliki nilai tambah melalui proses hilirisasi, Kementerian Perdagangan mendorong para eksportir untuk terus meningkatkan nilai tambah dari produk yang akan diekspor melalui berbagai kegiatan pendampingan pengembangan produk dan desain produk. Tujuan dari peningkatan nilai tambah produk ekspor ini selain untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia, juga untuk menjadikan Indonesia semakin dikenal sebagai eksportir produk-produk manufaktur yang berkualitas baik, bukan hanya sebagai eksportir komoditas produk primer (raw material) yang tidak memerlukan proses pengolahan lebih lanjut. Konsep hilirisasi ini akan semakin meningkatkan produktivitas Indonesia karena akan memunculkan industri-industri baru yang akan banyak menyerap tenaga kerja terlatih.

IK 3: Pertumbuhan Ekspor Jasa

Jasa dan sektor-sektor terkait jasa berpotensi mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya mempercepat pencapaian visi pembangunan, mengingat jasa dan sektor-sektor terkait jasa memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia. Dalam hal pertambahan nilai, jasa mempunyai kontribusi sebesar 45% terhadap PDB pada tahun 2000 dan meningkat cukup besar menjadi 55,1% terhadap PDB pada tahun 2013. Pada tahun 2015, Kementerian Perdagangan menargetkan pertumbuhan tahunan ekspor jasa adalah berkisar 12,0 – 14,0%.

Pertumbuhan ekspor di sektor jasa sampai dengan kuartal III (Januari-September) tahun 2015 mengalami penurunan 5,5%, dari US$ 17.305,08 juta pada tahun 2014 menjadi US$ 16.355,98 juta pada tahun 2015 atau setara dengan US$ 949,10 juta.

(34)

33 Penurunan ekspor jasa tersebut disebabkan masih terjadinya pelemahan ekonomi dunia dan belum adanya program-program pemerintah yang dapat meningkatkan efesiensi dan kinerja ekspor jasa.

Namun demikian, di sisi lain, kita dapat melihat bahwa penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk nurse dan careworker di pasar Jepang dalam rangka kerja sama Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), mengalami penigkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, total TKI Indonesia yang ditempatkan di pasar Jepang untuk Nurse dan Careworker sebanyak 278 orang TKI atau mengalami peningkatan sebesar 49% jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 187 orang TKI. Secara total dari tahun 2008 sampai tahun 2015, Indonesia telah menempatkan TKI untuk Nurse dan Caregiver sebanyak 1513 orang TKI, jumlah ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tenaga kerja yang ditempatkan oleh Filipina dan Vietnam, dengan total masing-masing sebanyak 967 dan 138 orang tenaga kerja.

Selain itu, dalam kerangka kerja sama ASEAN, pada bulan April 2015, Indonesia telah meratifikasi ASEAN Agreement on the Movement of Natural Persons melalui Peraturan Presiden Nomor 53 Tahun 2015. Dengan

diratikasinya Agreement tersebut, maka diharapkan ekspor TKI (profesional) dapat meningkat yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekspor jasa.

(35)

34

Sasaran Strategis 2:

Meningkatnya Pengamanan Perdagangan dan Kebijakan Nasional

di Fora Internasional

No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian

4 Persentase penanganan kasus dalam

rangka pengamanan ekspor 100% 100% 100%

5 Persentase pengamanan kebijakan

nasional di fora internasional 70% 100% 143%

6 Presentase pemahaman terhadap hasil kerja sama perdagangan internasional

60% 76% 127%

IK 4: Persentase Penanganan Kasus dalam rangka Pengamanan Ekspor

Indikator kinerja pertama yang mendukung pencapaian sasaran: “Meningkatnya Pengamanan Perdagangan dan Kebijakan Nasional di Fora Internasional” adalah Persentase Penanganan Kasus dalam rangka Pengamanan Ekspor. Melalui penanganan kasus tuduhan dumping, subsidi, dan safeguard diharapkan dapat menjaga daya saing dan mengamankan akses pasar ekspor produk Indonesia dengan terhindarnya produk Indonesia dari bea masuk tambahan akibat dari tuduhan tersebut.

Selama Tahun 2015, Kementerian Perdagangan telah menangani sebanyak 36 kasus tuduhan dumping, subsidi dan safeguard dan berhasil menangani seluruh kasus tersebut dengan berbagai tahapan penanganannya. Secara rinci, 36 kasus tuduhan tersebut adalah 23 kasus tuduhan dumping, 3 kasus tuduhan subsidi, dan 10 kasus tuduhan safeguard. Secara grafik, jenis dan porsi kasus yang ditangani sepanjang tahun 2015 dapat ditampilkan sebagai berikut:

Bagan 3-4. Jenis dan Porsi Kasus Tahun 2015

Gambar

Tabel 2-1. Pagu Anggaran Kementerian Perdagangan T.A. 2015 Menurut Program
Tabel 3-1. Kinerja Ekspor dan Impor: Januari-Desember 2015
Tabel 3-2. Perbandingan Kinerja Ekspor Negara-negara di Dunia: 2014-2015
Tabel 3-6. Realisasi Pertumbuhan Nilai Ekspor yang Menggunakan SKA Preferensi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Obat trombolitik adalah obat yang bekerja menghancurkan bekuan darah yang telah terbentuk dengan mengaktifkan plasminogen.. Agregat fibrin yang terbentuk dan menyumbat

Oleh karena itu implikasi yang disarankan dalam penelitian ini menghendaki Yamaha untuk melakukan penyesuaian strategi kebijakan harga menjadi lebih kompetitif yang

Dari hasil temuan diperoleh gambaran bahwa setengahnya telah merasakan pengarahan yang pada tingkat yang sedang, kurang dari setengahnya merasakan pengarahan pada tingkat yang

Pandangan Integrasi juga disebut sebagai tuntutan alamiah dari pendekatan Dialog karena telah disadari bahwa sains dan agama merupakan dua wilayah yang kita alami

Ayat ini mengatur ketentuan tentang pemberian kewenangan kepada Pejabat di bidang penagihan pajak untuk mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak, menerbitkan Surat Teguran,

Dari gladi ini saya sadar bahwa saya sebagai warga Indonesia sadar bahwa sikap Toleransi terhadap umat beragama sangat penting karena di Indonesia mempunyai banyak orang yang

Jadi tidak dapat dikatakan secara a priori bahwa hukum dari tempat terjadinya perbuatan melanggar hukum ini akan memberi jaminan tentang tingginya jumlah ganti rugi yang

Dapat diciptakan dengan berbagai cara, antara lain: dengan memberi ukuran yang lebih besar dibandingkan elemen-elemen layout lainnya pada halaman tersebut; warna yang kontras atau