• Tidak ada hasil yang ditemukan

budaya organisasi dengan variabel kualitas kinerja dosen diperoleh hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "budaya organisasi dengan variabel kualitas kinerja dosen diperoleh hasil"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Keslmpulan

Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan yang dikemukakan pada Bab IV, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Hubungan Pengaruh Antara Budaya Organisasi Dengan Kualitas

Kinerja Dosen FPTK IKIP Bandung

Dari hasil analisis korelasi spearman terungkap bahwa terdapat hubungan yang berarti dan positif antara budaya organisasi dengan kualitas kinerja dosen sebesar 0,4316 dan kalau dilihat dari faktor penentunya maka dapat dikatakan bahwa kualitas kinerja dosen dapat

ditentukan sebesar 18,63 % oleh budaya organisasinya. Dapat dikatakan

juga bahwa 81,37% kualitas kinerja dosen FPTK IKIP Bandung ditentukan oleh faktor lain yang tidak diteliti atau faktor di luar budaya organisasi.

Dari hasil analisis hubungan antara sub variabel- sub variabel

budaya organisasi dengan variabel kualitas kinerja dosen diperoleh hasil bahwa yang tertinggi nilai koefisiennya adalah hubungan antara sistem

balas jasa dengan kualitas kinerja dosen dan nilai koefisien yang terendah adalah hubungan antara identitas dengan kualitas kinerja dosen.

Dua gambaran ekstrim nilai koefisien korelasi ini menunjukan bahwa dari sepuluh faktor karaktristik utama budaya organisasi yang paling menentukan terhadap kualitas kinerja dosen adalah sistem imbalan,

(2)

sedangkan identitas merupakan faktor yang paling kecil menentukan kualitas kinerja dosen.

2. Budaya Organisasi

a. Insiatlf Indlvldu

Insiatif individu adalah merupakan suatu karaktristik yang

menggambarkan tingkat tanggungung jawab, kebebasan dan independensi yang dipunyai oleh individu. Dari hasil temuan diperoleh gambaran bahwa lebih dari setengahnya memiliki tingkat insiatif individu yang tinggi, kurang dari setengahnya memiliki tingkat insiatif yang sedang dan hanya sebagain kecil yang memiliki tingkat insiatif individu yang sangat tinggi.

Kalau dilihat dari rata-ratanya maka dapat dikatakan bahwa tingkat insiatif individu ada pada tingkat yang tinggi.

Temuan ini menunjukan bahwa tingkat tanggungjawab, kebebasan

dan independensi yang diberikan oleh organisasi dirasakan oleh Dosen

FPTK IKIP Bandung ada pada tingkat yang tinggi. b. Toleransi Terhadap Tindakan Berisiko

Toleransi terhadap tindakan berisiko adalah merupakan karakristik budaya organisasi yang menggambarkan sejauh mana para dosen dianjurkan untuk bertindak agresif, inovatif dan mengambil risiko. Dari hasil temuan diperoleh gambaran bahwa kurang dari setengahnya memiliki toleransi terhadap tindakan berisiko yang sangat tinggi, kurang

dari setengahnya memiliki tingkat toleransi terhadap tindakan berisiko yang sedang, sangat sedikit yang memiliki tingkat toleransi terhadap

(3)

tindakan berisiko yang sangat tinggi dan sangat sedikit pula yang memiliki tingkat toleransi terhadap tindakan berisiko yang sangat rendah. Sedangkan kalau dilihat dari rata-ratanya maka dapat dikatakan bahwa tingkat toleransi terhadap tindakan berisiko ada pada tingkat yang tinggi.

Temuan ini menunjukan bahwa tingkat anjuran untuk bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko yang diberikan oleh organisasi dirasakan oleh dosen ada pada tingkat yang tinggi. Dari temuan ini, tidaklah tepat jika dikatakan bahwa organisasi jarang memberikan anjuran pada para dosen untuk bertindak agresif, inovatif dan tindakan berisiko.

c. Pengarahan

Pengarahan adalah tingkat sejauh mana organisasi menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan mengenai prestasi yang hams dicapai oleh organisasi. Dari hasil temuan diperoleh gambaran bahwa setengahnya telah merasakan pengarahan yang pada tingkat yang sedang, kurang dari setengahnya merasakan pengarahan pada tingkat yang tinggi, sebagian kecil yang merasakan pengarahan pada tingkat yang rendah dan sebagian kecil lagi merasakan pengarahan pada tingkat yang sangat tinggi. Kalau dilihat dari rata-ratanya maka dapat dikatakan bahwa tingkat pengarahan yang dirasakan oleh dosen ada pada tingkat yang sedang.

Temuan ini menunjukan bahwa tingkat pengarahan atau upaya organisasi dalam menciptakan penjelasan sasaran dan harapan mengenai prestasi yang diharapakannya ada pada tingkat yang sedang.

(4)

Integrasi adalah merupakan tingkat sejauh mana unit-unit atau jurusan-jurusan di fakultas dan para dosen didorong untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Dari hasil temuan diperoleh gambaran bahwa sebagian besar dosen merasakan adanya dorongan yang tinggi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi, sebagian kecil saja yang merasakan adanya dorongan yang sangat rendah, rendah dan sangat tinggi untuk bekerja dengan cara terkoordinasi. Jelaslah disini kalau dilihat dari rata-ratanya maka dapat dikatakan bahwa dorongan yang diberikan oleh organisasi untuk bekerja secara terkoordinasi ada pada tingkat yang tinggi.

Temuan ini menunjukan bahwa tingkat dorongan untuk bekerja secara terkoordinasi antara unit dan atau antara dosen ada pada tingkatan dorongan yang tinggi.

e. Dukungan Pimpinan

Dukungan pimpinan adalah tingkat sejauh mana para pimpinan memberi komunikasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap para dosen yang dipimpinnya. Dari hasil temuan diperoleh gambaran bahwa kurang dari setengahnya merasakan bahwa tingkat komunikasi yang jelas,

bantuan serta dukungan yang diberikan pimpinan ada pada taraf yang

tinggi, kurang dari setengahnya lagi merasakan tingkat komunikasi yang jelas, bantuan serta dukungan yang diberikan pimpinan ada pada taraf sedang, sebagain kecil merasakan pada taraf rendah dan sangat tinggi. Kalau dilihat dari rata-ratanya maka dapat dikatakan bahwa tingkat komunikasi yang jelas, bantuan serta dukungan dari pimpinan ada pada taraf yang tinggi.

(5)

Temuan ini menunjukan bahwa tingkat komunikasi yang jelas, dukungan serta bantuan pimpinan terhadap dosen yang dirasakan oleh

para dosen ada pada taraf yang tinggi.

f. Kontrol

Kontrol adalah jumlah peraturan dan pengawasan yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku para dosen. Dari hasil temuan diperoleh gambaran bahwa kurang dari setengahnya merasakan tingkat kontrol yang sedang, sedangkan sebagain kecil merasakan adanya tingkat kontrol yang sangat rendah, rendah, tinggi dan sangat tinggi. Kalau dilihat dari rata-ratanya maka dapat dikatakan bahwa tingkat kontrol yang dirasakan oleh para dosen ada pada taraf yang sedang.

Temuan ini menunjukan bahwa jumlah aturan dan pengawasan yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku para dosen ada pada taraf sedang. Temuan ini memberikan informasi bahwa dosen

relatif diberi kebebasan dalam menjalankan tugasnya.

g. Identitas

Identitas adalah tingkat sejauh mana para dosen mengindentifikasi dirinya secara keseluruhan dengan organisasinya ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau dengan bidang keahlian profesional. Dari temuan diperoleh gambaran bahwa kurang dari setengahnya menyatakan bahwa identitas dirinya sebagai dosen sangat perlu diketahui oleh orang

lain, kurang dari setengahnya merasa perlu dan sebagian kecil merasa biasa-biasa saja, tidak perlu dan sangat tidak perlu diketahui oleh orang lain. Sedangkan kalau dilihat dari rata-ratanya maka dapat dikatakan

(6)

bahwa para dosen merasa biasa-biasa saja dengan identitasnya sebagai

dosen.

Dari temuan ini menunjukan bahwa para dosen merasa biasa-biasa saja dengan identitasnya, tidak ada keharusan atau pun enggan untuk

dikenalnya sebagai dosen FPTK IKIP Bandung.

h. Sistem Imbaian

Sistem imbalan adalah tingkat sejauh mana alokasi imbalan ( kenaikan gaji, promosi) didasarkan atas kriteria prestasi dosen sebagai kebalikan dari senioritas, sikap pilih kasih dan sebagainya. Dari hasil temuan menunjukan bahwa kurang dari setengahnya menyatakan sangat tinggi, tinggi dan sedang mengenai sistem imbalan yang dilakukan di organisasi. Berdasarkan rata-ratanya maka dapat dikatakan bahwa

tingkat sistem imbalan ada pada taraf yang tinggi.

Temuan ini menunjukan bahwa sistem imbalan (kenaikan gaji atau promosi) cendrung didasarkan atas kriteria prestasi bukan berdasarkan atas senioritas dan atau sikap pilih kasih. Hal ini ditujukan oleh tingkat imbalan yang ada pada taraf tinggi.

I. Toleransi Terhadap Konflik

Toleransi terhadap konflik adalah tingkat sejauh mana para dosen didorong untuk mengemukakan konflik dan kriktik secara terbuka. Dari hasil temuan diperoleh gambaran bahwa kurang dari setengahnya

menyatakan terdapat tingkat toleransi terhadap konflik yang sedang dan tinggi, sebagian kecil menyatakan terdapat tingkat toleransi terhadap konflik yang sangat rendah, rendah dan sangat tinggi. Kalau dilihat dari

(7)

rata-ratanya maka dapat dikatakan bahwa tingkat toleransi terhadap

konflik di FPTK IKIP Bandung ada pada taraf yang tinggi.

Temuan ini menujukan bahwa para dosen telah didorong untuk mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka oleh organisasi.

j. Pola-pola komunikasi

Pola-pola komunikasi adalah tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal. Dari hasil temuan diperoleh gambaran bahwa kurang dari setengahnya menyatakan bahwa pola-pola komunikasi ada pada tingkatan rendah, tinggi dan sangat tinggi. Hanya sebagian kecil yang menyatakan sangat rendah tingkat pola komunikasinya. Dilihat dari rata-ratanya maka dapat dikatakan bahwa

pola-pola komunikasi ada pada tingkat yang sedang.

Temuan ini menunjukan bahwa tingkat komunikasi organisasi

dibatasai oleh hierarki kewenangan yang formal ada pada taraf yang

sedang. Ini berarti dalam pola komunikasi antara dosen dengan

atasannya tidak terlalu dibatasi oleh hierarki formal.

k. Gambaran secara keseluruhan budaya organisasi FPTK IKIP

Bandung

Secara keseluruhan karaktristik utama budaya organisasi yang dinyatakan oleh Robbin dapat digambarkan seperti pada Tabel 5.1.

Sepuluh karaktristik tersebut dapat dinyatakan

dari budaya organisasi. Hasil temuan menunjukan ba/

tengahnya menggambarkan bahwa budaya orgar

Bandung ada pada taraf tinggi, kurang dari setengahnya rnenggajTibarkail?

(8)

rata-ratanya dapat dikatakan bahwa tingkat budaya organisasi FPTK IKIP Bandung ada pada taraf yang tinggi.

Tabel5.1

Gambaran Sepuluh Karaktristik Budaya Organisasi FPTK IKIP Bandung

:-:-:-:-:-:-:-:•:• Aspek8udaya:0rgahisast:-: •:•:-:•:-:•:-: :-:-;-:-:-:K2ftegortTirtiRatah:::-::::-:-::-:-:

1 Insiatif IndMdu tinggi

2. Toleransi Terhadap tindakan Beresiko tinggi

3. Pengarahan tinggi

4. Integrasi tinggi

5. Dukungan Pimpinan tinggi

6. Kontrol sedang

7 Identitas sedang

8. Sistem Imbalan tinggi

9. Toleransi Terhadap Konflik tinggi

10. Pola-pola Komunikasi sedang

Temuan ini menunjukan bahwa pada umumnya karaktristik budaya organisasi FPTK IKIP Bandung ada pada taraf yang tinggi.

3. Kualitas Kinerja Dosen

a. Kinerja Pendidikan dan Pengajaran

Kinerja pendidikan dan pengajaran adalah tampilan tenaga edukatif (dosen) FPTK IKIP Bandung dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran. Dari temuan diperoleh gambaran bahwa sebagian besar menilai dirinya memiliki kinerja pendidikan dan pengajaran yang tinggi dan sebagian kecil saja yang menyatakan memiliki kinerja pendidikan dan pengajaran yang sangat tinggi dan sedang. Dilihat dari rata-ratanya dapat dikatakan bahwa tingkat kinerja pendidikan dan pengajaran dosen FPTK

(9)

Temuan ini menunjukan bahwa dalam melaksanakan tugas

pendidikan dan pengajarannya, tenaga edukatif (dosen) FPTK IKIP

Bandung telah merasa baik atau ada pada taraf kinerja yang tinggi.

b. Kinerja Penelltian dan Pengembangan

Kinerja penelitian dan pengembangan adalah tampilan tenaga

edukatif (dosen) FPTK IKIP Bandung dalam melaksanakan tugas penelitian dan pengembangan. Tugas ini mencakup pelaksanaan kegiatan

penelitian, pelaporan penelitian, pembuatan makalah, diktat maupun buku serta publikasi lainnya selama lima tahun terakhir. Dari hasil temuan

diperoleh bahwa sebagian besar menyatakan memiliki kinerja penelitian

dan pengembangan yang tinggi dan hanya sebagain kecil saja yang

menyatakan memiliki kinerja penelitian dan pengajaran yang sangat tinggi dan sedang. Dilihat dari rata-rata skor mengenai kinerja penelitian dan

pengembangan ini maka dapat dikatakan bahwa kinerjanya ada pada taraf yang tinggi.

Temuan ini menunjukan bahwa dalam melaksanakan tugas penelitian dan pengembangan dosen FPTK IKIP Bandung sudah merasa cukup baik atau ada pada taraf penilaian diri yang tinggi.

c. Kinerja Pengabdian Kepada Masyarakat

Kinerja pengabdian kepada masyarakat ini adalah tampilan tenaga edukatif FPTK IKIP Bandung dalam melaksanakan tugas pengabdian kepada masyarakat . Dari hasil temuan diperoleh bahwa lebih dari

setengahnya menyatakan memiliki kinerja pengabdian kepada masyarakat yang tinggi dan sebagian kecil saja yang menyatakan memiliki kinerja

(10)

tinggi. Kalau dilihat dari rata-ratanya maka dapat dikatakan bahwa kinerja pengabdian kepada masyarakat ada pada taraf yang tinggi.

Temuan ini menunjukan bahwa dalam melaksanakan tugas pengabdian kepada masyarakat dosen FPTK IKIP Bandung sudah merasa cukup baik atau ada pada taraf penilaian diri yang tinggi.

d. Gambaran Secara Keseluruhan Kinerja Dosen FPTK IKIP Bandung Secara keseluruhan kinerja dosen FPTK IKIP Bandung memiliki kualitas seperti pada tabel 5.2.

Tabel 5.2

Gambaran Tiga Kinerja Dosen FPTK IKIP Bandung

::-:•:::-:::::-:.: :-:KJni*ria:: : : :::::: ::::::::^:>::::K^e^rtKJWBaS:::::-:^:::::;:

1. Pendidikan dan Pengajaran 2. Penelitian dan Pengembangan 3. Pengabdian Kepada Masyarakat

Tinggi Tinggi Tinggi

Dari hasil temuan diperoleh gambaran bahwa sebagian besar

menyatakan memiliki kualitas kinerja yang tinggi dan hanya sebagaian

kecil saja yang menyatakan memiliki kualitas kinerja yang sedang dan

sangat tinggi.

Dari temuan ini dapat dikatakan bahwa kualitas kinerja dosen FPTK IKIP Bandung secara keseluruhan atau tugas Tri Darma Perguruan Tinggi menyatakan dalam taraf yang tinggi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil studi ini dapat dikemukakan beberapa

(11)

Masalah budaya organisasi sebagai salah satu variabel penting

dalam proses manajemen organisasi fakultas bahkan rupakan faktor yang

menentukan dalam fungsi primer kelembagaan/organisasi. Dikatakan demikian karena budaya organisasi menciptakan pemahaman yang sama di antara para anggota organisasi mengenai bagaimana sebenarnya organisasi itu dan bagaimana anggotanya harus berprilaku.

Kesepuluh karaktristik budaya organisasi yang menjadi sub variabel penelitian tersebut di dalamnya tercakup dimensi struktural maupun perilaku. Dengan mengetahui taraf dari masing-masing karaktristik budaya organisasi tersebut, manajemen dapat menggunakan

karaktristik tersebut guna memperbaiki organisasi dari karaktristik budaya

organisasi yang menurunkan kualitas kinerja atau mengembangkan organisasi agar lebih produktif dengan cara membina karaktristik budaya organisasi yang meningkatkan kualitas kinerja.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada beberapa karaktristik budaya organisasi yang tinggi dan ada pula yang sedang. Tinggi

rendahnya taraf setiap karaktristik budaya organisasi bukan berarti

menunjukan baik atau buruknya budaya organisasi tersebut, tapi hanya menunjukan karaktristik dari budaya organisasi. Sebagai contohnya, beberapa penelitian menunjukan bahwa semakin tinggi kontrol dan integrasi dari suatu organisasi maka semakin mengurangi kepuasan yang dirasakan oleh karyawan, semakin tinggi karaktristik toleransi konflik,

insiatif individu, sistem balas jasa dan pengarahan maka akan semakin

(12)

proses pengambilan keputusan dari suatu organisasi, maka akan semakin kurang pula insiatif individu para pegawainya (Robbin, 1994: 481).

Penciptaan budaya organisasi yang baik memberikan implikasi pada bagaimana kepemimpinan fakultas mampu mengelola potensi-potensi dari berbagai kelompok informal agar tidak dipandang sebagai penghambat birokrasi, tetapi sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan organisasi. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat sebenarnya merupakan salah satu strategi organisasi dalam memanfaatkan sistem nilai yang menjadi acuan para anggota organisasi. Mungkin potensi kelompok informal yang kurang produktif dapat menjadi produktif, misalnya dengan pembentukan kelompok kerja yang dapat mengembangkan kreativitas atau insiatif individu dalam mengembangkan kreativitas profesionalnya. Disamping itu

faktor-faktor extrinsic rewards tentunya perlu diperhatikan seperti:

kesejahteraan dosen, pembayaran gaji tepat waktu, pemberian penghargaan yang positif, kesempatan pengembangan karier, kenaikan

pangkat dan lain sebagainya.

Kepemimpinan yang komunikasif, terbuka, fleksibel, intim, permisif, memberikan kepercayaan penuh, autonomi merupakan unsur-unsur dimana tanggungjawab dosen dapat meningkat.

Kualitas kinerja dosen juga merupakan variabel penting dalam

proses manajemen organisasi fakultas bahkan merupakan faktor yang menentukan dalam fungsi utama kelembagaan. Dikatakan demikian karena kinerja dosen merujuk pada tugas dosen sebagai pengemban Tri Darma Perguruan Tinggi yang di dalamnya menuntut kompetensi

(13)

profesionalnya dalam tugas pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat. Bilamana kinerja dosen kurang memperlihatkan ciri-ciri kewenangan tugas atau kompetensinya atau kinerja dosen tidak memperlihatkan profesionalitas, maka dapat diperkirakan bagaimana hasil pendidikan sebagai fungsi psikologis. Oleh karenannya hasil penelitian ini dari segi manajemen dan organisasi

fakultas menyarankan untuk memperhatikan faktor ini.

Secara heuristic hasil penelitian ini membuka beberapa peluang

permasalahan yang menarik untuk diteliti terutama pada bidang organisasi dan manajemen pendidikan sebagai penelitian lanjutan. Berkenaan dengan beberapa dugaan sekitar analisis dan pembahasan tentang budaya organisasi dan kualitas kinerja dosen. Peluang penelitian tersebut diantaranya adalah bahwa masalah kualitas kinerja dosen ternyata tidak saja melibatkan hanya faktor budaya organisasi saja tetapi juga

faktor-faktor lain seperti: kepuasan kerja, abilitas, motivasi, maupun kondisi dan

perlakuan organisasi baik secara formal maupun informal. Suatu dugaan yang nampaknya reievan diteliti adalah dampak dari masing-masing

karaktristik budaya organisasi terhadap kualitas kinerja dosen, karena dari masing-masing karakristik budaya oragnisasi tersebut ada kumungkinan yang berpengaruh secara positif dan ada pula yang berpengaruh secara negatif.

C. Penutup

Dengan telah dikemukakannya kesimpulan dan rekomendasi penelitian maka selesailah penulisan tesis ini. Semoga karya penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti dan positif terhadap

(14)

pengembangan ilmu khususnya dalam bidang manajemen organisasi kependidikan maupun dalam upaya untuk meningkatkan pembangunan

(15)

,,f,

; .,,

«*»; \ , -"" "M ,„"" ky "fi ,i •IMHII '»' .«'

in >:k

.iiim*' IL'ii„ill ,|i|

i. I, 'li„iii,».' 'in,""1 in."->%

\i\W

"""»„„,, \ ,i"2\ I,"""" iiiiiiuii,,

I

-o-

J" J>, •<;

\£i Si/ „4:?':i;,

'""'"""li'" „i""Ui. .if

"'"! „„ uw...)."."1""

Referensi

Dokumen terkait

PEMBELAJARAN SENI ULIN KOBONGAN DI SMPN 1 PASAWAHAN DESA SAWAH KULON KECAMATAN PESAWAHAN

Sektor perikanan merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara, mengingat konsumsi ikan di merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara,

Kondisi ini mengindikasikan bahwa kesan kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan

Sedangkan untuk menyatakan suatu model fit, karena hanya ada tiga item pengukuran, dengan sendirinya merupakan model yang just identified, dan merupakan model yang fit sempurna.

Berdasarkan data di atas, pertambahan penduduk Kota Yogyakarta yang disebabkan oleh mobilitas permanen relatif sedikit (+1.947 jiwa), sehingga dapat dipastikan bahwa

Ciparay RT 01 RW 05 Desa Giriawas KECAMATAN : Cikajang KABUPATEN : Garut TAHUN ANGGARAN : 2016 NO... KECAMATAN CIKAJANG -

18/16/PBI/2016 pada Bab II bagian keempat, tentang pembiayaan tambahan (top up) atau sebagai pembiayaan baru berdasarkan properti yang masih menjadi agunan KP atau PP

The method used in this research is the development research methods models by Borg &amp; Gall.The results of a questionnaire distributed to 30 students and 3 teachers