• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

D. Return Saham

1. Capital Gain/Loss

Capital Gain/Loss didapat dari perhitungan selisih harga saham pada

periode t dengan harga saham pada periode t-1. Apabila harga saham sekarang lebih tinggi daripada harga saham pada saat pembelian maka pemilik saham akan memperoleh capital gain, namun sebaliknya jika harga saham sekarang lebih kecil daripada harga saham pada saat pembelian maka pemilik saham akan mengalami kerugian (capital loss).

Perhitungan return saham (capital gain/loss) dapat dirumuskan dalam persamaan di bawah ini :

1 1

=

t t t t

P

P

P

R

Keterangan Rt = Return saham pada periode t

Pt = Harga saham pada periode t

Pt-1 = Harga saham pada periode t-1

Terdapat beberapa faktor pemicu terjadinya fluktuasi harga saham, di antaranya dijelaskan sebagai berikut:

a. Kondisi fundamental perusahaan. Berkaitan dengan kinerja perusahaan, kinerja perusahaan akan menjadi tolok ukur seberapa

besar resiko yang akan diterima investor atas investasinya di perusahaan.

b. Hukum permintaan dan penawaran. Seperti halnya dengan produk barang dan jasa, permintaan dan penawaran akan suatu saham akan mempengaruhi harga saham itu sendiri. Jika permintaan akan suatu saham tinggi maka akan memicu kenaikan pada harga saham, kenaikan harga saham akan semakin tinggi jika penawaran saham yang dilakukan oleh perusahaan sedikit. Namun perlu diingat, keadaan keadaan ini tidak akan berlangsung terus karena pada suatu titik harga saham akan terlalu mahal dan tentunya lambat laun permintaan akan saham mengalami penurunan.

c. Tingkat suku bunga Bank Central. Pemerintah akan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga guna mengontrol peredaran uang di masyarakat atau dalam arti luas mengontrol perekonomian nasional. Bunga yang tinggi tentunya akan berdampak pada alokasi dana investor. Invesatsi dalam bentuk deposito atau tabungan jelis mengandung resiko yang lebih kecil dibandingka dengan investasi dalam bentuk saham. Akibatnya investor akan menjual sahamnya dan menempatkan dan tersebut ke bank dalam bentuk tabunga atau deposito. Penjualan secara serentak akan menyebabkan harga saham melemah.

d. Valuta asing. Pada saat nilai mata uang dolar Amerika meningkat, investor akan cenderung berbondong-bondong menjual sahamnya dan

mengalihkan dana tersebut ke Bank dalam nilai mata uang dollar Amerika.

e. Dana asing di bursa. Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing, maka sedikit banyak harga saham akan dipenagaruhi oelh sikap investor asing tersebut. Aksi jual atau beli saham dalam skala besar akan mempengaruhi kenaikan atau penurunan harga saham.

f. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Saat ini terdapat lima macam indeks harga saham, yaitu :

1) Saham tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.

2) Indeks sektoral, indeks harga saham berdasakan karakteristik industri perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3) Indeks LQ45, merupakan 45 saham terpilih setalah melewati

seleksi.

4) Indeks Jakarta Islamic Index, 30 saham yang masuk ke dalam kriteria syariah dan termasuk saham yang liquid.

5) Indeks individual, yaitu indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya.

2. Dividen

a. Pengertian

Menurut Frank Fabozzi (2003:546) Dividen adalah distributi sebagian harta kekayaan perusahaan kepada pemiliknya, sebanding dengan jumlah lembar saham yang dipegangnya. Biasanya dividen

dibayarkan dalam bentuk kas/tunai. Selain dalam kas, dividen juga bias dibayarkan dalam bentuk property perusahaan, dan saham.

b. Jenis-jenis dividen

Terdapat berbagai jenis dividen yang dibayarkan kepada para pemilik saham, di antara lain:

1) Cash Dividend, dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham berupa kas. Kas dividen merupakan bentuk pembayaran dividen yang paling umum dilakukan oleh perusahaan.

2) Property Dividends, dividen yang dibayarkan dalam bentuk kekayaan selain kas, misal : barang dagangan, real estate, dan investasi. Biasanya terjadi dalam perseroan yang bersifat tertutup.

3) Script Dividends, dividen yang dibayarkan dalam bentuk skrip (wesel), dalam arti dividen tidak dibagikan dalam waktu sekarang tetapi masa yang akan datang. Dividen ini dilakukan jika perusahaan memliki laba ditahan yang cukup namun kekurangan kas. Penerima scipt dividend dapat menahan dividen ini hingga jatuh tempo dan menerima pembayaran dividennya dalam bentuk tunai atau juga bisa menjualnya untuk memperoleh kas dengan segera.

5) Liquidating Dividends, dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dengan tujuan mengembalikan sebagian penyertaan modalnya.

c. Mekanisme pembayaran dividen

Dewan direksi memutuskan apakah membayar dividen atau tidak. Jika dewan direksi memutuskan untuk membagikan dividen, maka langkah selanjutnya adalah menentukan beberapa hal berikut:

1) Jumlah dividen yang akan dibagikan. 2) Siapa saja yang akan memperoleh dividen. 3) Kapan waktu pembagian dividen.

d. Tanggal penting berkaitan dengan dividen.

Ada beberapa tanggal penting yang harus diketahui oleh pemegang saham berkaitan dengan dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan emiten, yaitu antara lain:

1) Tanggal pengumuman (declaration date), tanggal dimana dewan direksi memutuskan untuk membayarkan dividen untuk para shareholder perusahaan. Biasanya dilakukan beberapa minggu sebelum tanggal pembayaran. Pada saat pengumuman dividen akan langsung mengkredit utang dividen dan mendebit saldo laba ditahan.

2) Tanggal pencatatan (record date), dewan direksi mencatat para shareholder yang berhak menerima dividen. Pada tanggal ini

perusahaan tidak ada pencatatan jurnal. Biasanya 2-3 minggu setelah tanggal pengumuman.

3) Tanggal pembayaran (payment date), tanggal dimana perusahaan membayar dividen ke para shareholder yang telah tercatat berhak untuk menerima dividen.

e. Kebijakan dividen

Keputusan mengenai kebijakan dividen semata-mata terletak pada pimpinan perusahaan (dewan direksi) dan bukannya pada pemegang saham. Meskipun persetujuan pembayaran dividen pada akhirnya terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), namun kekuatannya telah banyak dikurangi sehingga pimpinanlah yang akhirnya menentukan kebijaksanaan dividen dan pemegang saham hanya bisa mempengaruhinya dengan cara mengganti pimpinan perusahaan

Selain dipengaruhi oleh pimpinan perusahaan, kebijaksanaan dividen juga dipengaruhi oleh faktor eksternal perusahaan, yaitu antara lain:

1) Undang-undang, dibeberapa negara ada peraturan yang mengatur berapa besar laba ditahan yang harus dimiliki oleh perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan pembayaran dividen.

2) Perjanjian perusahaan dengan pihak eksternal, terkadang perusahaan melakukan pinjaman terhadap pihak eksternal yang

mengharuskan perusahaan untuk membuat perjanjian terlebih dahulu yang mana dalam perjanjian tersebut diatur mengenai berapa besar jumlah dividen yang bisa dibayarkan ke pemegang saham. Ini dilakukan kreditor semata-mata untuk kepetingan mereka untuk memastikan kemampuan perusahaan nantinya dalam melakukan pembayaran utang perusahaan atas dana yang mereka pinjamkan ke perusahaan.

3) Perpajakan, apabila dalam suatu negara ditentukan struktur pajak yang berbeda untuk laba ditahan dan laba yang dibagikan ke pemegang saham, maka hal ini tentu sangat mempengaruhi keputusan yang akan dibuat oleh pimpinan perusahaan mengenai dividen yang akan dibayarkan.

Menurut Hirt and Block (2003:148) kebijakan dividen juga bisa dipengaruhi oleh siklup hidup perusahaan, yaitu antara lain:

1) Tahap development. Perusahaan biasanya lebih memilih untuk tidak membayar dividen karena semua laba yang diperoleh perusahaan akan sepenuhnya digunakan untuk investasi dan ekspansi perusahaan.

2) Tahap growth. Perusahaan telah menjadi lebih profitable. Perusahaan biasanya akan memberikan dividen kepada para pemegang saham walau dalam jumlah yang tidak terlalu tinggi. Dividen yang akan diberikan dalam bentuk stock dividen dan dividen kas.

3) Tahap expansion. Perusahaan sudah mencapai suatu titik dimana perkembangan akan investasi, ekspansi, dan tingkat pertumbuhan mulai menurun. Perusahaan sudah memiliki dana yang cukup untuk membayarkan dividen kas dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan pada perusahaan pada tahap growth. Dividend payout ratio sudah menigkat dari 5%-10% menjadi 25%-30%.

4) Tahap maturity. Pada posisi ini, perusahaan memiliki aset yang besar, alternatif keuangan untuk pendanaan perusahaan tersedia baik secara domestik maupun internasional, dan arus kas dari operasi biasanya sudah mencapai lebih dari cukup. Pada level ini dividend payout ratio berkisar antara 45%-50%.

5) Tahap decline. Perusahaan mengalami penurunan dalam kinerja, penjualan menurun, inovasi sudah mencapai titik stagnasi. Perusahaan yang tidak mampu bertahan dan mencoba melakukan inovasi akan terus terpuruk. Dividend payout ratio perusahaan pada tahap ini seringkali mencapai angka 100%. Perusahaan tidak ingin para shareholdernya tahu dan resah akan keadaan perusahaan yang bermasalah. Namun lambat laun langkah tersebut justru memperparah keadaan perusahaan dan bukan hal yang tidak mungkin perusahaan akan mengalami kebangkrutan. f. Dividen tunai

Pada penelitian ini dividen yang menjadi variabel dependen adalah dividen tunai/kas. Dividen tunai dibayarkan langsung ke pemegang

saham sesuai dengan porsi saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Dividen tunai dibayarkan ke semua saham perusahaan yang beredar di masyarakat. Menurut Desmond Wira (2009:25) di antara capital gain dan dividen tunai, seorang investor biasanya lebih menyukai return yang dihasilkan dari aktivitas jual-beli saham (capital gain) dibandingkan penerimaan dividen, namun jika seorang investor juga menginginkan penerimaan dividen yang memuaskan atas kepemilikan sahamnya, sebaiknya investor memilih perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai sasaran investasinya karena perusahaan ini terkenal paling rajin membagikan dividen kepada para shareholder mereka.

Dokumen terkait