• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL SKILL LAB PENULISAN RESEP

CARA MENGHITUNG DOSIS ANAK

1. DIDASARKAN PERBANDINGAN DENGAN DOSIS DEWASA:

a. UMUR

Rumus “YOUNG”

n

Da = Dd (mg) n + 12

Rumus “DILLING”

n

Da = Dd (mg )

20

Da : dosis anak Dd : dosis dewasa

n : umur anak

b. BERAT BADAN

Berat badan dewasa : 70 kg Rumus “CLARK”

BBa

Da = x Dd (mg) 70

Blok KKD 1 Keluhan Sistem Endokrin Metabolisme & Patomekanisme Penyakit

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2019/2020 hal 73

c. LUAS PERMUKAAN TUBUH (LPT) Orang dewasa : 1,73 m2

Rumus “CRAWFORD-TERRY ROURKE”

LPTa

Da = x Dd (mg ) 1,73

2. DIDASARKAN ATAS UKURAN FISIK ANAK SECARA INDIVIDUAL a. sesuai dengan BB anak (dalam kg)

b. sesuai dengan LPT anak (dalam m2)

PERHITUNGAN DOSIS anak DENGAN DASAR PERBANDINGAN DENGAN DEWASA mempunyai beberapa kelemahan antara lain:

a. Umur

Seringkali TIDAK TEPAT karena ADA VARIASI berat badan & LPT yang berarti

b. Berat badan

TIDAK DAPAT UNTUK SEMUA OBAT, terutama untuk obat:

- Narkotika, biasanya anak lebih sensitif sehingga harus diberikan dosis yang relatif lebih kecil

- Atropin, belladona, fenobarbital, biasanya anak lebih tahan, maka biasanya dosisnya lebih besar

c. LPT

Kecuali untuk neonatus dan bayi dapat dipakai untuk semua obat, karena sebagian besar obat didistribusikan sekurangnya dalam cairan ekstrasellular. Tetapi penghitungan dosis dengan cara LPT ini merupakan perhitungan yang tidak praktis, karena:

- Sulitnya menghitung LPT secara akurat

- TIDAK PRAKTIS terutama UNTUK KASUS GAWAT yang perlu penanganan segera.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2019/2020 hal 74

8. CARA PEMBERIAN OBAT

Dalam menentukan terapi suatu obat kita perlu juga menentukan bagaimana obat itu akan diberikan, apakah lewat oral, parenteral atau topikal. Hal yang harus diperhatikan dalam menentukan cara pemberian obat, yaitu:

1. TUJUAN TERAPI

Tujuan terapi berhubungan dengan indikasi penyakit. Yang menjadi pertimbangannya adalah:

a. Apakah obat yang akan kita berikan sifatnya sistemik atau lokal. Untuk pemberian sistemik obat bisa diberikan secara oral, parenteral atau suppositoria. Sedangkan pemberian topikal bisa dengan cara topikal (dioleskan lewat kulit), subkutan atau inhalasi.

b. Bagaimana onset obat yang kita inginkan, apakah cepat atau lambat, begitu juga dengan durasi. Obat yang kita ingin onsetnya cepat bisa kita berikan lewat parenteral, sedangkan oral biasanya onsetnya lambat. Bila kita ingin obat yang diberikan mempunyai durasi yang lama, maka kita bisa memberikannya dengan cara oral, lebih khusus lagi dengan cara tablet sustained release.

2. KONDISI PASIEN

Kondisi pasien juga menjadi pertimbangan kita untuk menentukan cara pemberian suatu obat, yaitu:

a. Kenyamanan dari pasien b. Keamanan

c. Dapat menelan atau tidak d. Sadar/tidak

3. SIFAT FISIKA - KIMIA OBAT - Stabilitas

Obat yang tidak stabil dalam saluran cerna tidak akan diberikan melalui oral, maka bisa diberikan lewat rektum dengan bentuk suppositoria

- Iritatif

Obat yang iritatif bila diberikan lewat oral dapat diberikan lewat cara lain

Blok KKD 1 Keluhan Sistem Endokrin Metabolisme & Patomekanisme Penyakit

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2019/2020 hal 75

Macam pemberian obat:

1. ORAL

2. PARENTERAL 3. SECARA INHALASI

4. MELALUI MEMBRAN MUKOSA 5. PENGGUNAAN PADA/DALAM KULIT

I. PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL

1. Yang dimaksud dengan obat oral adalah bila OBAT tersebut diberikan melalui MULUT, masuk ke KERONGKONGAN dan akhirnya masuk ke dalam saluran gastrointestinal.

2. Efek yang dihasilkan dari pemberian oral bisa sistemik, contoh obat antipiretik;

atau lokal, contoh antasida

3. Pemberian lewat oral biasanya mempunyai sifat:

a. AMAN

Aman karena obat sebelum masuk ke dalam peredaran darah perlu adanya pelarutan obat, terutama untuk obat berbentuk padat, setelah itu baru diabsorpsi; sehingga memerlukan waktu yang cukup panjang untuk sampai ke dalam peredaran darah. Dengan demikian, jumlah obat yang sampai ke reseptor tidak 100%, dan akan mudah diatasi kalau terjadi keracunan. Berbeda bila diberikan secara parenteral, obat langsung masuk ke dalam peredaran darah, dan bila terjadi keracunan akan sulit untuk diatasi.

b. EKONOMIS

• Harganya murah

Obat yang diberikan secara oral biasanya mempunyai harga yang lebih murah daripada dengan cara pemberian lain, seperti parenteral, karena obat oral lebih mudah dibuat dari pada obat bentuk parenteral. Pada obat oral tidak perlu dilakukan sterilisasi, sedangkan parenteral perlu disterilisasi, sehingga harganya lebih mahal.

• Mudah digunakan

Obat oral mudah digunakan, tidak perlu keahlian khusus seperti penggunaan parenteral.

• Mudah dibawa

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2019/2020 hal 76

Obat oral lebih praktis, sehingga bisa dibawa kemana saja dengan mudah c. MENYENANGKAN

Faktor rasa, bau dan warna biasanya lebih diperhatikan daripada dengan cara pemberian lain, terutama untuk obat buatan pabrik, berbeda dengan obat parenteral yang tidak terlalu memperhatikan faktor-faktor tersebut; sehingga obat oral lebih disukai daripada bentuk lain.

4. Ada beberapa MASALAH yang akan dihadapi bila obat diberikan secara oral:

- FISIOLOGI GIT dan hepar

Bagaimana fisiologi GIT dari penderita, apakah masih baik atau ada perubahan, misalnya ulkus, karena kalau ada perubahan, berarti juga ada perubahan absorpsi obat. Selain itu apakah pasien tersebut sedang diare atau tidak, juga jadi pertimbangan dalam memberikan obat oral. Selain itu juga perlu diperhatikan apakah obat tersebut mengalami efek lintas pertama atau tidak.

- SIFAT OBAT

Apakah obat tersebut toksik bila diberikan secara oral, contoh: asam salisilat mempunyai sifat toksik yang besar bila diberikan secara oral, maka diberikan secara topikal.

- BIOAVAILABILITAS

Bioavailabilitas suatu obat dipengaruhi oleh absorpsi obat tersebut, karena itu perlu diperhatikan kapan obat diabsorpsi dan di mana diabsorpsi paling optimal

Blok KKD 1 Keluhan Sistem Endokrin Metabolisme & Patomekanisme Penyakit

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2019/2020 hal 77

- BENTUK SEDIAAN

Bentuk sediaan obat yang kita pilih, apakah cair atau padat, akan mempengaruhi absorpsi obat yang nantinya juga akan mempengaruhi onset obat. Contoh: sediaan bentuk cair lebih mudah diabsorpsi bila dibandingkan dengan bentuk padat

- KOOPERATIFITAS PENDERITA

Keadaan pasien juga menjadi pertimbangan kita dalam menentukan bisa tidaknya pasien diberikan obat oral. Apakah pasien itu sadar atau tidak, kalau tidak sadar tidak bisa diberikan secara oral, tetapi diberikan dalam bentuk lain, misalnya injeksi; begitu juga bila pasien tidak bisa menelan, dia harus diberikan dengan cara lain, kecuali kalau obat tersebut bekerjanya di GIT.

II. PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

1. TIDAK MELALUI USUS/GIT

Sehingga absorpsi obat tidak terganggu oleh makanan dan enzim-enzim yang ada di saluran cerna

2. Pemberian obat secara parenteral dilakukan DENGAN SUNTIKAN dan terdiri dari beberapa macam, yaitu:

a. I.C. (Intrakutan) b. I.V. (Intravena) c. INTRATHECAL d. S.C. (Subkutan) e. I.P. (Intraperitonial) f. INTRA ARTERIAL g. I.M. (Intramuskular) h. INTRAKARDIAK

3. Selain itu dilihat dari masuknya jumlah obat, dibedakan menjadi:

a. BOLUS

Bila semua obat yang diberikan langsung masuk ke tempat suntikan b. INFUS

Bila obat yang diberikan masuk sedikit demi sedikit ke tempat suntikan (biasanya dalam hitungan tetes)

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2019/2020 hal 78

4. OBAT diberikan SECARA PARENTERAL bila:

a. Obat tidak/sedikit diabsorpsi melalui membran mukosa b. Obat rusak/inaktif di lambung

c. Obat menyebabkan muntah d. Respon/efek cepat atau teratur

e. Kondisi pasien muntah, tidak sadar, gangguan mental/jiwa 5. EFEK PEMBERIAN PARENTERAL bersifat:

a. Sistemik Contoh: injeksi amoksisilin b. Lokal Contoh: anestetika lokal 6. MASALAH

a. ASEPSIS/STERIL/PIROGENITAS

Obat yang diberikan secara parenteral harus dalam keadaan asepsis/steril, karena kalau tidak steril bisa menyebabkan infeksi.

b. TIDAK EKONOMIS:

1. MAHAL

Obat yang diberikan secara parenteral biasanya lebih mahal bila dibandingkan dengan cara pemberian yang lain, misalnya oral, karena pembuatan sediaan parenteral sulit dan syaratnya lebih rumit, seperti misalnya harus dalam keadaan steril, sehingga menyebabkan harga yang lebih mahal.

2. PERLU BANTUAN

Penggunaan obat yang diberikan secara parenteral biasanya lebih sulit, karena perlu bantuan tenaga medis untuk menyuntikkannya. Namun di beberapa negara, pasien diabetes yang perlu insulin diajari untuk menyuntikkannya sendiri.

3. “STORAGE LIFE”

Obat yang diberikan secara parenteral mempunyai masa kadaluwarsa, sehingga bila melebihi tanggal yang telah ditentukan tersebut, tidak bisa digunakan lagi.

c. Selain itu perlu juga dipertimbangkan keamanan penderita, karena penggunaan obat secara parenteral bisa menyebabkan sakit pada tempat penyuntikan, iritasi, syok dan lain-lain.

Blok KKD 1 Keluhan Sistem Endokrin Metabolisme & Patomekanisme Penyakit

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2019/2020 hal 79

III. PEMBERIAN OBAT SECARA INHALASI

1. MELALUI ENDOTEL ALVEOLI/PULMO dengan CARA DIHIRUP MELALUI:

a. MULUT

Contoh: Bronkodilator b. HIDUNG

Contoh : Anestetika umum

2. OBAT yang dapat diberikan secara inhalasi:

a. PADAT/CAIR MUDAH MENGUAP Contoh: Bronkodilator

b. GAS

Contoh: Anestetika umum

3. EFEK yang dihasilkan CEPAT dan mempunyai:

a. AKSI LOKAL

Contoh: Bronkodilator b. AKSI SISTEMIK

Contoh: Anestetika 4. MASALAH

a. PERLU ALAT KHUSUS

Pemberian obat melalui inhalasi memerlukan alat penyemprot khusus, dan ini biasanya menyebabkan harga yang lebih mahal bila dibandingkan dengan pemberian oral

b. DOSIS SUKAR DIATUR

Dosis yang keluar dari alat penyemprot tergantung pada kekuatan menekan alat penyemprotnya, bila kurang dalam melakukan penekanan, maka dosis yang keluar juga tidak seperti yang diharapkan; begitu juga sebaliknya. Untuk ini sekarang dapat diatasi dengan memberikan “metered aerosol” yaitu wadah yang berisi obat sebanyak 10 ml yang dapat digunakan untuk 200 kali semprotan; satu kali semprotan dapat mengeluarkan obat asma orsiprenalin sulfat sebanyak 0,75 mg

c. IRITASI

Karena diberikan melewati mukosa, terutama yang lewat hidung, maka ada kemungkinan menimbulkan iritasi.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2019/2020 hal 80

d. FAKTOR SIFAT OBAT:

1. KOEFISIEN PARTISI

Koefisien partisi lemak/air menunjukkan ratio/perbandingan konsentrasi obat dalam dua cairan yang saling tidak bercampur.

Obat yang diberikan melalui inhalasi absorpsinya dengan cara difusi pasif.

Sewaktu obat diabsorpsi melalui membran, molekul obat melarut dalam bagian lipid dari membran sesuai dengan kelarutannya dalam lemak dan koefisien partisi lemak-air. Bagian yang larut lemaklah yang dapat menembus membran

2. UKURAN PARTIKEL

Partikel yang masih dapat sampai ke kantung alveolar diberikan dalam aerosol berukuran 1-2 mikron, partikel yang lebih besar dari 10 mikron dapat menyumbat saluran pernafasan.

e. FAKTOR ALIRAN DARAH PARU

Aliran darah paru sangat menentukan kecepatan obat terdistribusi menuju reseptor. Makin cepat aliran darahnya, maka makin cepat juga timbul efek

IV. PEMBERIAN OBAT MELALUI MEMBRAN MUKOSA

1. Yang dimaksud dengan pemberian obat melalui membran mukosa adalah obat yang diberikan selain melalui mukosa pada GIT DAN PARU.

2. EFEK/AKSInya:

a. LOKAL

Contoh: Antiseptik pada mukosa mulut atau tenggorokan (dekualinium HCl) b. SISTEMIK

Contoh: Isosorbid dinitrat 3. Absorpsi melalui membran mukosa di:

a. MULUT:

- SUBLINGUAL - BUKAL

Sublingual dan bukal biasanya aksinya bersifat sistemik - HISAP Sifat aksinya adalah LOKAL

Absorpsi obat cara sublingual/bukal ini baik karena vaskularisasi cukup.

Selain absorpsi baik, keuntungan lainnya adalah obat tidak mengalami

Blok KKD 1 Keluhan Sistem Endokrin Metabolisme & Patomekanisme Penyakit

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2019/2020 hal 81

degradasi dan biotransformasi di saluran cerna dan terhindar dari biotransformasi oleh hepar (first-pass-effect)

b. MATA:

Biasanya melalui mukosa:

- KONJUNGTIVA - KORNEA

Biasanya mempunyai efek LOKAL, seperti pada penggunaan:

- ANESTETIKA LOKAL - INFEKSI SUPERFISIAL - MIOTIK, MIDRIATIK c. HIDUNG:

- Biasanya aksinya LOKAL

- OBAT yang bisa diberikan dalam bentuk:

>>UAP

Dengan cara dihirup. Contoh: Vicks inhaler >> CAIRAN

Bisa berupa:

a. TETES

Contoh: Obat tetes hidung (Afrin tetes hidung) b. SEMPROT

Contoh: Obat semprot hidung (Afrin semprot hidung) d. TELINGA

Biasanya AKSI LOKAL DI TELINGA. Bisa berupa:

- TETES

Contoh: Gentamisin tetes telinga - CAIRAN PENCUCI

Contoh: Solusio Perhidrol e.VAGINA

Obat yang diberikan melalui vagina tidak diabsorpsi, karena diharapkan bekerja di vagina itu sendiri. Aksinya lokal. Biasanya adalah obat:

Dokumen terkait