BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA
C. Cara Pembuatan Simplisia yang Baik
Cara pembuatan simplisia yang baik bertujuan untuk menjamin agar
produk simplisia yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang
telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Beberapa proses penting
dalam pembuatan simplisia yang dapat meminimalkan timbulnya cemaran
kapang/khamir yaitu sebagai berikut:
1. Proses pembuatan simplisia
a. Sortasi basah
Sortasi basah perlu dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia, misalnya pada simplisia yang
dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,
rumput batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainnya harus dibuang.
Tanah mengandung bermacam-macam mikrobia dalam jumlah yang tinggi, oleh
karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah
mikrobia awal (DepKes RI, 1985). Sortasi basah berfungsi untuk mengurangi
cemaran mikrobia, serta memperoleh simplisia dengan jenis dan ukuran seperti
yang dikehendaki (Katno, 2008). Menurut Tjitrosono (1986), kapang dapat
menembus sel-sel akar tumbuhan dan hifa kapang dapat pula berkumpul ke dalam
selubung mengelilingi akar-akar. Pada saat pemanenan hifa kapang akan tetap
12
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih
(standar air minum), sebaiknya dengan air mengalir (Katno, 2008). Untuk bahan
simplisia yang mengandung senyawa yang mudah larut di dalam air mengalir,
maka proses pencucian dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin. Pencucian
bahan simplisia satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikrobia awal.
Jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali jumlah mikrobia yang tertinggal
sebanyak 42% dari jumlah mikrobia awal (DepKes RI,1985)
c. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia seringkali harus diubah menjadi bentuk
lain misalnya irisan, serutan dan potongan, untuk memudahkan proses
pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan serta proses selanjutnya (Katno,
2008). Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam
keadaan utuh selama satu hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan
mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki (DepKes RI, 1985). Pisau yang digunakan sebaiknya
tidak terbuat dari logam yang mudah berkarat, agar tidak merusak penampilan
fisik dan senyawa aktif simplisia. Selama proses perajangan jumlah mikrobia
tidak bertambah maupun berkurang (Katno, 2008).
d. Pengeringan
Tujuan dari pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan
mutu atau perusakan simplisia. Kadar air kurang dari 10% dapat mencegah
tumbuhnya mikrobia karena proses enzimatik dalam sel tidak berlangsung
(DepKes RI, 1985).
Hal-hal diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu, kelembaban
udara, kecepatan aliran udara, waktu (lamanya) pengeringan dan luas permukaan
bahan. Dengan pengeringan benar, diharapkan dapat menghindari terjadinya face
bardening yang berarti bagian luarnya kering kering tetapi bagian dalam masih
basah. Hal ini dapat terjadi apabila irisan / rajangan bahan simplisia terlalu tebal
atau suhu pengeringan terlalu tinggi dalam waktu yang singkat atau oleh suatu
keadaan yang menyebabkan penguapan air di permukaan bahan jauh lebih besar
daripada difusi air dari dalam ke permukaan bahan. Akibatnya bagian luar bahan
menjadi keras dan menghambat proses pengeringan lebih lanjut (Katno, 2008).
Pengeringan pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara
alamiah dan buatan.
1) Pengeringan secara alamiah
Cara pengeringan ini memanfaatkan unsur iklim, di antaranya cahaya
matahari, hembusan angin dan pergantian udara. Keuntungan pengeringan
adalah ekonomis karena hanya memanfaatkan lingkungan sekitar dan
simplisia yang dikeringan dapat dalam kapasitas besar. Beberapa kelemahan
pengeringan dengan cara ini adalah suhu dan kelembaban yang tidak dapat
dikontrol, membutuhkan tempat yang luas dan terbuka sehingga
14
dan infra merah yang terdapat dalam sinar matahari berpotensi merusak
senyawa aktif beberapa simplisia (Katno, 2008).
2) Pengeringan buatan
Pengeringan buatan dilakukan menggunakan suatu alat yang
memanfaatkan energi panas, listrik atau api. Alat dapat dipergunakan tanpa
tergantung keadaan cuaca dan suhu dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan.
Penggunaan alat ini dapat mempercepat pengeringan dan menekan kerusakan
simplisia serta kontaminasi jamur hingga seminimal mungkin (Katno, 2008).
Oven merupakan salah satu alat pengeringan buatan dengan teknologi
modern. Suhu dapat diatur tepat sesuai kebutuhan, namun kapasitas relatif
kecil sehingga jarang digunakan untuk kepentingan industri (dalam skala
besar). Oven biasanya digunakan untuk keperluan penelitian (dalam skala
kecil hingga sedang) di laboratorium (Katno, 2008).
e. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia kering. Jumlah mikrobia pada simplisia tidak mengalami
perubahan selama proses sortasi kering dilakukan (DepKes RI, 1985).
2. Wadah dan Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dilakukan dalam wadah tertutup baik, disimpan
pada suhu kamar, di tempat kering dan terlindung dari sinar matahari. Sebaiknya
obat tradisional dapat tetap memenuhi persyaratan obat tradisional, meskipun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sudah disimpan dalam waktu lama. Wadah dan sumbatnya tidak boleh
mempengaruhi obat tradisional yang disimpan di dalamnya, baik secara kimia
maupun secara fisika, yang dapat mengakibatkan perubahan keamanan,
kemanfaatan dan mutu. Obat tradisional harus disimpan sedemikian rupa sehingga
mencegah cemaran mikrobia dari luar dan terjadinya peruraian, terhindar dari
pengaruh udara,kelembaban, panas dan cahaya. Penyimpanan pada suhu kamar
adalah disimpan pada suhu 15° C sampai 30° C (DepKes RI, 1994). Syarat wadah
dan penyimpanan sediaan obat tradisional dalam bentuk rajangan adalah dalam
wadah tertutup baik, disimpan dalam suhu kamar, di tempat kering dan terlindung
dari sinar matahari (DepKes RI, 1994).