• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.5 Landasan Teori

2.1.2 Cara Pengambilan Giliran Bicara

Dalam acara JJTB, semua ujaran pembuka dari percakapan penyiar dan peserta biasanya menggunakan pola salam pembuka-salam pembuka. Ujaran ini sudah menjadi kata kunci untuk bergabung dalam acara ini.

Contoh: 21. Data Percakapan 10. PY: “Horas Karisma!”

Selamat Karisma! ‘Selamat Karisma!’

PR: “Horas Karisma, Tulang!” Selamat Karisma, Paman!

‘Selamat Karisma, Paman!’ PY: “Horas ma tutu!”

Selamat PN benar!

‘Selamat juga!’ Selain menggunakan horas karisma, penyiar juga menggunakan kata hallo

untuk menyalam peserta. Pola salam pembuka-salam pembuka ini, selain terdapat di awal percakapan terdapat juga di pertengahan percakapan, seperti terlihat pada contoh (22).

Contoh: 22. Data Percakapan 18. PY: “Hallo!” Hallo! ‘Hallo!’ PR: “Horas Karisma!” Selamat Karisma! ‘Selamat Karisma!’ PY: “Dohot ise on?” Dengan siapa ini? ‘Ini dengan siapa?’

PR: “Sian Mak Lidia do on, Ito.” Dari Bu Lidia PA ini, Saudara. ‘Ini dari Bu Lidia, Saudara.’ PY: “O, Mak Lidia. Selamat siang ito!” O, Bu Lidia. Selamat siang Saudara! ‘O, Bu Lidia. Selamat siang, Saudara!’ PR: “Selamat siang ma Ito Simbolon!” Selamat siang PN Saudara Simbolon! ‘Selamat siang juga Saudara Simbolon!’

2.1.2.2 Pola Panggilan-Jawaban

Dalam acara JJTB, pola panggilan-jawaban ini muncul jika peserta tidak dapat mendengar penyiar karena adanya gangguan komunikasi yang diakibatkan oleh buruknya sinyal komunikasi. Contoh (23) berikut menunjukkan komunikasi yang tidak lancar. Peserta dan penyiar membicarakan topik yang berbeda karena peserta tidak dapat mendengarkan suara penyiar. Penyiar yang menanyakan tempat tinggal peserta dan peserta yang menanyakan sebuah judul lagu. Penyiar menyadari keadaan peserta yang tidak mendengar suaranya akhirnya memanggil nama peserta yang akhirnya dijawab oleh peserta.

Contoh: 23. Data Percakapan 8. PY: “Si Eva. Didia ho Eva?” Si Eva. Dimana kamu Eva? ‘Eva. Kamu dimana Eva?’ PR: “Boi manjalo lagu, Tulang?” Bisa meminta lagu, Paman? ‘Bisa meminta lagu, Paman?’ PY: “Didia ho Eva?”

Dimana kamu Eva? ‘Dimana kamu Eva?’

PR: “Ndang huboto judulna.” Tidak saya-tahu judulnya. ‘Saya tidak tahu judul (lagunya).’ PY: “Dibege ho do au mangkatai?” Didengar kamu PA saya berbicara? ‘Kamu mendengar saya bicara?’ PR: “Ha?”

Ha? ‘Ha?’

Didengar kau PA saya berbicara? ‘Kamu mendengar saya bicara?’ PR: “Ndang huboto judul ni lagu on.” Tidak saya-tahu judul M lagu ini. ‘Saya tidak tahu judul (lagunya).’

PY: “Dibege ho do au mangkatai, Eva?” Didengar kau PA saya berbicara, Eva? ‘Kamu mendengar saya bicara, Eva?’ PR: (diam)

PY: “Eva!” PR: “O, Tulang!” O, Paman! ‘O, Paman!’

Pola panggilan-jawaban ini juga dapat muncul jika peserta tidak puas dengan peserta yang tidak meresponi ujarannya. Saat peserta menyampaikan salam kepada pendengar lain, penyiar terdiam seolah-olah tidak mendengar. Untuk meyakinkan dirinya sendiri, apakah penyiar masih mendengarnya atau komunikasi telah terputus akhirnya peserta memanggil penyiar.

Contoh: 24. Data Percakapan 9.

PR: “Hupasahat ma tabeku tu si Rona, Ramsen…” Saya sampaikan PN salam-saya untuk si Rona, Ramsen… ‘Saya menyampaikan salam untuk Rona, Ramsen…’ PY: (diam)

PR: “Tu Oma, Bapa. Lagukon hupasahat ma tu donganku boru Sirait.” Untuk Ibu, Bapak. Lagu-ini saya-sampaikan PN untuk kawanku marga Sirait. ‘Untuk Ibu, Bapak. Lagu ini saya sampaikan untuk teman saya sesama marga

Sirait.’ PY: (diam) PR: “Tulang!” Paman!

‘Paman!’

PY: “Olo. Olo.Tangihon hamu i!” Ya. Ya. Dengarkan kalian itu!

‘Ya. Ya. Kalian dengarkan itu (salamnya)!’ 2.1.2.3 Pola Keluhan-Bantahan

Dalam acara JJTB, pola keluhan-bantahan muncul jika salah satu pihak mengeluh karena sesuatu hal. Sedangkan pihak lain tidak setuju terhadap keluhan lawan bicaranya. Seperti pada contoh (25) berikut yang menunjukkan peserta yang mengeluh karena lagu yang diminta sehari sebelumnya tidak disiarkan oleh penyiar. Tetapi penyiar menolak keluhan itu, karena dia telah menyiarkan lagu untuk peserta tersebut. Walaupun, lagu yang disiarkan itu bukan lagu permintaan peserta yang mengeluh tersebut tetapi lagu itu adalah lagu yang diminta oleh peserta yang bernama Chelsea.

Contoh: 25. Data Percakapan 9.

PR: “Boasa ndang diputar laguku nantoari Tulang?” Mengapa tidak diputar laguku semalam Paman?

‘Mengapa lagu yang saya minta kemarin tidak disiarkan Paman?’

PY: “Huputar do nantoari. Gabe gabung do antong hubaen tu lagu ni Si saya-putar PA semalam. Jadi gabung PA jadi saya-buat untuk lagu M Si Chelsea.”

Chelsea.

‘Lagumu saya putar kemarin. Lagumu saya gabung dengan lagu (permintaan) Chelsea.’

Pada contoh (25) bantahan yang dinyatakan oleh penyiar terasa kasar. Bantahan yang dinyatakannya tidak mengandung basa-basi. Tetapi bantahan ini juga dapat dinyatakan secara halus. Pada contoh (26), peserta mengeluh karena merasa

orang yang terakhir menelepon. Keluhan itu ditanggapi oleh penyiar dengan bantahan secara halus.

Contoh: 26. Data Percakapan 10.

PR: “Boa ma? Nga parpudi iba.” Bagaimana PN? Sudah terakhir aku. ‘Bagaimanalah? saya sudah yang terakhir.’ PY: “Posroham, ndang ho dope na parpudi.” Yakinlah, belum kamu masih yang terakhir.

‘Yakinlah, kamu belum yang terakhir (bergabung dalam acara JJTB).’ 2.1.2.4 Pola Keluhan-Saran

Dalam acara JJTB pola keluhan-saran muncul jika penyiar memberi saran saat peserta mengeluh karena sesuatu hal.

Contoh: 27. Data Percakapan 11. PR: “Na maolan asa masuk.” Yang sulitan supaya masuk.

‘Sulit sekali masuk (bergabung dengan acara JJTB).’ PY: “Pinsiti ma asa pintor masuk.”

Tekani PN supaya cepat masuk.

‘Saya terus menekan (telepon) berkali-kali supaya cepat masuk. Sulit.’ 2.1.2.5 Pola Saran-Bantahan

Selain pola keluhan-saran, ditemukan juga pola pemberian saran-bantahan. Penyiar memberi saran kepada peserta agar cepat-cepat menekan nomor telepon radio karisma supaya cepat bergabung dengan acara JJTB. Namun, peserta yang mendengar saran itu membantah karena dia telah melakukan sesuai dengan saran penyiar tetapi peserta tetap mengalami kesulitan untuk bergabung dengan acara JJTB. Perhatikan contoh (28) berikut.

Contoh: 28. Data Percakapan 11.

PY: “Pinsiti ma asa pintor masuk.” Tekani PN supaya cepat masuk.

‘Saya terus menekan (telepon) berkali-kali supaya cepat masuk. Sulit.’ PR: “Sai pininsitan do nian asa masuk. Maol do.”

Sudah kutekan PA kiranya supaya masuk. Sulit PA.

‘Sudah kutekan (teleponku) berkali-kali supaya masuk. Sulit.’ 2.1.2.6 Pola Permintaan-Pemersilahkan

Dalam acara JJTB, pola permintaan-pemersilahkan muncul jika peserta ingin menyampaikan salam kepada pendengar lain.

Contoh: 29. Data Percakapan 15.

PR: “Nyamperin da, Tulang!” Menyampaikan salam ya , Paman ‘Menyampaikan salam ya, Paman!’ PY: “Mm…baen!

Buat! ‘Silahkan!’

2.1.2.7 Pola Pemersilahkan-Permintaan

Dalam acara JJTB, selain pola permintaan-pemersilahkan terdapat juga pola pemersilahkan-permintaan. Pola pemersilahkan-permintaan muncul pada saat penyiar mempersilahkan peserta untuk melanjutkan pembicaraan. Dan kesempatan itu

dipergunakan oleh peserta untuk meminta lagu. Contoh: 30. Data Percakapan 10.

PY: “Baen Tamrin!” Buat Tamrin! ‘Silahkan Tamrin!’ PR: “Mangido lagu Tulang!”

Meminta lagu Paman! ‘Meminta lagu Paman!’ 2.1.2.8 Pola Permintaan-Penolakan

Sebagaimana halnya pola pemersilahkan, pola permintaan-penolakan juga muncul dalam acara JJTB. Biasanya, pola permintaan-permintaan-penolakan ini muncul jika peserta meminta sebuah lagu. Namun, penyiar menolak ujaran peserta karena suatu alasan tertentu.

Contoh: 31. Data Percakapan 12. PR: “Mangido lagu jo Tulang!” Meminta lagu dulu Paman! ‘Meminta lagu dulu, Paman!’

PY: “Ndang boi be ba. Antar lagu mangihut nama hubereng on, Chel! Tidak bisa lagi ya. Seperti lagu mengikut lah kulihat ini, Chel! Tidak bisa lagi. Sepertinya lagu mengikutlah (yang bisa) Chel!’ 2.1.2.9 Pola Penawaran-Penerimaan

Dalam acara JJTB, pola penawaran-penerimaan ini menandakan salah satu pembicara menawarkan sesuatu hal yang kemudian diterima oleh pembicara lain. Penyiar menawarkan sebuah judul lagu yang akan disiarkan ketika peserta meminta sebuah lagu, kemudian tawaran penyiar tersebut diterima oleh peserta.

Contoh: 32. Data Percakapan 1.

PY: “Boa, Molo Marongkap on ma Tika?” Bagaimana, Molo Marongkap ini PN Tika?

‘Bagaimana (kalau lagu) Molo Marongkap saja, Tika?’

PR: “I pe taho Tulang. Nyamperin jo da Tulang!” Itu PK bolehlah Paman. Sampaikan salam dulu ya Paman! ‘Itupun jadilah Paman. Menyampaikan salam Paman!’

Penawaran ini dapat diterima secara iklas atau secara terpaksa. Pada contoh (32), peserta menerima tawaran penyiar karena dia tidak punya pilihan lain. Namun, kadang-kadang penawaran dari penyiar sama dengan keinginan peserta. Ujaran peserta dalam menerima tawaran penyiar menandakan setuju. Dalam arti dia menerima tawaran itu dengan sepenuh hati, tanpa merasa terpaksa seperti pada contoh (33).

Contoh: 33. Data Percakapan 14. PR: “Jadi, aha nama lagunta?” Jadi, apa lah lagu-kita? ‘Jadi, lagu kita apa?’

PY: “Adong do lagu Hisik-Hisik.” Ada PA lagu Hisik-Hisik. ‘Ada lagu Hisik-Hisik.’

PR: “I ma…i ma. Lagu on tu sude penggemar Karisma ma.” Itu PN itu PN. Lagu ini untuk semua pendengar Karisma PN ‘Itu sajalah. Lagu ini untuk semua pendengar Karisma.”

2.1.2.10 Pola Penawaran-Penolakan

Dalam acara JJTB, pola penawaran-penolakan muncul jika penyiar menawarkan sebuah lagu kepada peserta ketika peserta meminta sebuah lagu. Tetapi tawaran dari penyiar tidak diterima oleh peserta karena alasan-alasan tertentu.

Contoh: 34. Data Percakapan 20.

PY: “Gitar Sipoholon ai lomo do rohana mambege i.” Gitar Sipoholon karena suka PA hatinya mendengar itu.

‘Gitar Sipoholon. Karena dia (pacarmu) suka mendengar lagu itu.’ PR: “Ndang di au i.”

Tidak di saya itu ‘Saya tidak mau itu.’

2.1.2.11 Pola Pertanyaan-Jawaban

Pola pertanyaan-jawaban ini terjadi pada saat penyiar ingin mengetahui nama dan tempat tinggal peserta dan judul lagu yang diminta oleh peserta.

Contoh 35. Data Percakapan 25. PY: “Horas! dohot ise on?” Selamat! dengan siapa ini? ‘Selamat! ini dengan siapa?’ PR: “Dohot Si Kevin sian Samosir.” Dengan Si Kevin dari samosir. ‘Dengan Kevin yang ada di Samosir.’ PY: “Mangido lagu aha Ito?”

Meminta lagu apa Saudara? ‘Meminta lagu apa Saudara?’

PR: “Trio Lamtama, Cintaki Holan tu Ho.” Trio lamtama, Cintaki Holan tu Ho.

‘(lagu) Trio Lamtama, Cintaki Holan tu Ho.’ 2.1.2.12 Pola Pertayaan-Penawaran

Pola pertanyaan-penawaran muncul pada saat peserta menanyakan kesempatan untuk meminta lagu. Dan penyiar mengetahui bahwa setiap peserta yang menanyakan kesempatan untuk meminta lagu jika dijawab ya, pasti akan meminta sebuah judul lagu. Oleh karena itu, penyiar mencoba menawarkan lagu pilihannya kepada peserta sebelum peserta memintanya.

Contoh: 36. Data Percakapan 4.

PR: “Boi dope mangido lagu Tulang?” Bisa masih meminta lagu Paman?

‘Masih bisa meminta lagu Paman?’ PY: “Anak Medan do Amang Boru?” Anak Medan PA Paman?

‘(lagu yang kamu minta) Anak Medan ya, Paman?’ 2.1.2.13 Pola Salam Penutup-Salam Penutup

Dalam acara JJTB, pola salam penutup-salam penutup merupakan hal yang sangat sering muncul pada saat mengakhiri percakapan. Salam penutup yang digunakan penyiar dan peserta bervariasi seperti pada contoh-contoh berikut.

Contoh: 37. Data Percakapan 17.

PR: “Tu donganku Naposo Bulung di gareja. Mauliate da Ito!” Untuk temanku muda-mudi di gereja. Terima kasih ya Saudara! ‘Untuk temanku muda-mudi di gereja. Terima kasih ya, Saudara!’ PY: “Na uli.”

Yang baik. ‘Baik.’

Contoh: 38. Data Percakapan 11.

PR: “Jai, tu Abang selamat tugas da!” Jadi, untuk Abang selamat tugas ya! ‘Jadi, untuk Abang selamat tugaslah!’ PY: “Mauliate godang.”

Terima kasih banyak. ‘Terima kasih banyak.’ Contoh: 39. Data Percakapan 5. PR: “Mauliate da, Bang.” Terima kasih ya, Bang. ‘Terima kasih ya, Bang.’ PY: “Iya. Na uli.”

Ya. Yang baik. ‘Ya. Baik.’

PR: “Oke. Selamat siang ma Ito!” Oke. Selamat siang PN Ito! ‘Oke. Selamat siang Ito!’ PY: “Na uli, mauliate da.” Yang baik, terima kasih ya. ‘Baik, terima kasih ya.’

Selain pengambilan giliran bicara dengan pasangan berdampingan, ternyata dalam acara JJTB terdapat cara yang lain dalam pengambilan giliran bicara. Seperti pada contoh berikut.

1. Mengambil giliran bicara dengan ‘cara memperoleh’

Pengambilan giliran bicara dengan cara memperoleh ini terjadi jika salah satu pembicara memberikan kesempatan bicara kepada pembicara lain. Cara tersebut ditandai dengan diamnya pembicara terdahulu. Selanjutnya, pembicara yang mengambil giliran bicara dengan cara memperoleh hanya menanggapi ujaran pembicara terdahulu.

Kalimat yang mengatakan, Boama bahenonmu ndang begeonna. Songon

diama carana? ‘Bagaimana caramu agar tidak didengar pendengar lain?

Bagaimana caranya?’, merupakan ujaran penyiar dalam menanggapi ujaran peserta.

Contoh: 41. Data Percakapan 11.

PR: “Jai, lagu on holan tu Itoan i. Ndang pola dohot pendengar na lain.” Jadi lagu ini hanya untuk pria itu. Tidak usah ikut pendengar yang lain.

’Jadi, lagu ini hanya untuk pacarku. Pendengar yang lain tidak usah ikut (mendengarkan).’

PY: “Boa ma bahenonmu ndang begeon na. Songon dia ma carana?” Bagaimana PN kamu-buat tidak didengar nya. Seperti mana PN cara-nya?

‘Bagaimana caramu agar tidak didengar (pendengar)? Bagaimana caranya?’ PR: “Ditutup pinggolna.”

Ditutup telinganya.

‘Telinganya (pendengar yang lain) ditutup.’ PY: “Molo olo halaki.”

Kalau mau orang itu.

‘Jika (pendengar) mau (menutup telinganya).’ 2. Mengambil giliran bicara dengan cara ‘mencuri’

Pengambilan giliran bicara dengan cara mencuri, terjadi pada saat pembicara dalam keadaan lengah. Artinya, pembicara tidak menyangka lawan bicaranya akan mengambil giliran bicara.

Ujaran penyiar Turun ma jo sian Puncak ‘Turun (pindah) dulu dari Puncak.’, merupakan ujaran dengan pengambilan giliran bicara mencuri.

Contoh: 42. Data Percakapan 14. PR: “Sian Laguboti do au, Lae.” Dari Laguboti PA saya, Lae. ‘Dari Laguboti saya, Lae.’ PY: “Turun ma jo sian Puncak.” Turun PN dulu dari Puncak. ‘Turun (pindah) dulu dari Puncak.’

3. Mengambil giliran bicara dengan ‘cara merebut’

Pengambilan giliran bicara seperti ini terjadi karena pembicara yang mengambil giliran bicara dengan cara merebut itu, ingin mendapatkan perhatian dari lawan bicaranya.

Ujaran peserta yang mengatakan, ‘Nyamperin da, Tulang! ‘Menyampaikan salam ya, Paman!’ merupakan ujaran yang pengambilan giliran bicaranya

dengan cara merebut. Pengambilan giliran bicara seperti ini timbul karena penyiar biasanya membicarakan topik yang tidak diinginkan oleh peserta.

Contoh: 43. Data Percakapan 15. PY: “Lagu aha di ho Hisar?”

Lagu apa di kamu Hisar? ‘Lagu apa Hisar?’

PR: “Aha…Sampai Hati Ho, na inna i Tulang?” Apa Sampai Hati Ho, yang katanya itu Paman? ‘(ada lagu yang judulnya) Sampai Hati Ho, Paman?’ PY: “Sampai hati ibana…”

Sampai hati Dia… ‘Sampai hati dia…’

PR: “Nyamperin da, Tulang!” Menyampaikan salam ya , Paman ‘Menyampaikan salam ya, Paman!’

4. Mengambil giliran bicara dengan cara ‘mengganti’

Mengambil alih giliran bicara dengan cara mengganti dimaksudkan untuk mempertahankan percakapan karena pembicara terdahulu tidak dapat meneruskan pembicaraan.

Kalimat Boru Simbolon merupakan bagian ujaran yang berupa lanjutan dari ujaran di atasnya. Kalimat ini pada dasarnya memperjelas ujaran peserta yang menginginkan isterinya memiliki marga yang sama dengan penyiar yaitu Simbolon.

Contoh: 44. Data Percakapan 26. PY: “Amani aha ho, Lae?”

Pak apa kamu, Lae?

PR: “Ba, ndang adong dope. Borumuna i do didok roha nian.” Ya, belum ada masih. anak perempuanmu itu PA dikatakan hati kiranya. ‘Ya, belum ada. Rencana (calon istri saya) anak perempuan Lae.’

PY: “Boru Simbolon?” Marga Simbolon? ‘Marga Simbolon!’

5. Mengambil giliran bicara dengan cara ‘menciptakan’

Cara mengambil alih giliran bicara yang seperti ini tampak pada ujaran yang berfungsi sebagai inisiasi atau renisiasi. Inisiasi/ renisiasi itu biasanya membicarakan hal-hal pribadi yang seharusnya tidak perlu dibahas dalam acara JJTB tersebut. Pengambilan giliran bicara dengan cara menciptakan ini biasanya ditandai dengan pengalihan topik pembicaraan.

Contoh: 45. Data Percakapan 2. PY: “Lagu aha Lae Marikson?” Lagu apa Lae Marikson? ‘Lagu apa Lae Marikson?’

PR: “Antar lagu na girang-girang ma jo rohangku baen!” Sepertinya lagu yang riang-riang PN dulu hatiku buat! ‘Menurut saya, lagu yang riang sajalah!’

PY: “O, iya. Boi.” O, ya. Bisa. ‘Ya. Bisa.’

PR: “Gitar Sipoholon i.” Gitar Sipoholon itu. ‘Gitar Sipoholon itu.’ PY: “O, Gitar Sipoholon. Iya.” O Gitar Sipoholon. Ya. ‘O, Gitar Sipoholon. Ya.

PR: “Ai, sinantoari songon na pangerihu lagu i dibege ibotom on.” Ya , semalam sepertinya yang sedih lagu itu didengar saudaramu ini.

‘O ya, semalam sepertinya lagunya sangat sedih didengar saudaramu (istri saya) ini.’

PY: “Songon na asing inna lagu i?” seperti yang lain katanya lagu itu ‘Kata (istrimu) agak aneh ya, lagunya?’

6. Mengambil giliran bicara dengan cara ‘melanjutkan’

Mengambil giliran dengan cara melanjutkan dilakukan apabila mitra tutur yang diberi kesempatan bicara tidak segera berbicara. Penyiar memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbicara, namun peserta tidan memanfaatkannya. Sehingga penyiar melanjutkan ujarannya agar situasi tidak lengang dan kaku. Dengan melanjutkan ujarannya penyiar dapat memancing peserta untuk berbicara.

Contoh: 46. Data Percakapan 7. PR: “Horas karisma, Tulang!” Selamat karisma, Paman! ‘Selamat karisma, Paman!’ PY: “Horas ma tutu.”

Selamat PN benar. ‘Selamat juga.’ PR: (diam)

PY: “Bahen Itonan! Hatahon ma!” Buat Ito. Katakan PN! ‘Silahkan Ito. Katakanlah!’ PR: (diam)

PY: “Mangido lagu aha ho?” Minta lagu apa kamu? ‘Kamu minta lagu apa?’ PR: “Lagu Andung ni Caleg i.” Lagu Andung ni Caleg itu.

‘Lagu (yang berjudul) Andung ni Caleg.’

Dokumen terkait