• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KANJI

2.2 Cara Baca Kanji dan Cara Penulisan Kanji

2.2.2 Cara Penulisan Kanji

Kanji terbentuk dari garis-garis atau coretan-coretan. Garis-garis atau coretan-coretan yang membentuk kanji ini biasanya dihitung. Jumlah garis atau coretan yang membentuk sebuah kanji inilah yang dimaksud dengan kakusuu. Jumlah garis atau coretan yang membentuk sebuah kanji sangat beragam. Ada kanji sederhana yang terbentuk dari garis atau

coretan yang sedikit, namun ada juga kanji rumit yang memiliki jumlah garis atau coretan yang cukup banyak.

Sama seperti bushu, kakusuu pun dapat dipakai sebagai cara untuk mencari (arti) kanji yang ada pada sebuah kamus seperti kamus kanji, Kokugo Jiten, dan sebagainya. Oleh sebab itu biasanya kamus-kamus seperti yang disebutkan tadi, selain dilengkapi dengan daftar bushu, dilengkapi pula dengan daftar kakusuu untuk mempermudah cara pemakaiannya.

2.2.2.2 Hitsujun

Hitsujun ialah urutan penulisan garis-garis atau coretan-coretan pada saat menulis sebuah kanji. Istilah hitsujun tidak hanya berlaku bagi penulisan kanji, tetapi berlaku juga bagi penulisan hiragana dan katakana.

Nama-nama garis atau coretan yang biasa dipakai untuk penulisan kanji dapat kita lihat sebagai berikut (katoo, dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi 2007:65) :

1. Ten (丶)

2. Yokokaku atau Ookaku (一)

3. Tatekaku atau Juukaku (丨)

4. Hidariharai ( / ) 5. Migiharai (丶) 6. Ore ( ¯ l ) 7. Hane (儿) 8. Tome ( l--) 9. magari ( l_ )

Sebagai salah satu upaya dalam bidang pengajaran huruf kanji pada pendidikan sekolah di Jepang terutama untuk menyeragamkan hitsujun (urutan penulisan kanji) untuk penulisan kyouiku kanji, maka pada tahun 1958 Monbusho menyusun Hitsujun Shidoo no Tebiki. Prinsip-prinsip penulisan urutan kanji yang dikemukakan pada Hitsujun Shidoo no Tebiki tersebut adalah sebagai berikut (Iwabuchi, dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi 2007:66) :

1. Kanji ditulis dengan urutan dari atas ke bawah 三. 2. Kanji ditulis dari urutan kiri ke kanan 川.

3. Yokokaku pada kanji yang memiliki tulisan berbentuk silang ditulis terlebih dahulu (misalnya kanji, 大 ). Tetapi yokokaku pada bentuk silang pada kanji-kanji , 田, 王, dan sebagainya ditulis belakangan.

4. Garis atau coretan yang merupakan bagian tengah kanji ditulis terlebih dahulu (misalnya kanji 小, 水 ) kecuali coretan-coretan pada huruf kanji 火 dan 性.

5. Garis atau coretan yang merupakan bagian luar kanji ditulis terlebih dahulu (misalnya kanji 国, 何 ).

6. Coretan hidariharai ditulis terlebih dahulu (misalnya kanji 人 , 文 ).

7. Coretan tatekaku yang menembus atau memotong / membelah bagian kanji yang lainnya ditulis pada urutan yang terakhir (misalnya kanji 中, 車). Huruf-huruf seperti

里, 重, dan lain-lainnya (yang memiliki tatekaku yang memotong bagian kanji yang lainnya tidak sampai keluar menembus bagian atas ataupun bagian bawah) ditulis dengan urutan ; pertama-tama bagian atas kanji, lalu tatekaku, dan terakhir bagian bawah kanji tersebut.

8. Coretan yokokaku yang menembus atau memotong / membelah bagian kanji lainnya ditulis pada urutan yang terakhir (misalnya 女 , 子 , 母 ).

2.2.2.3 Okurigana

Okurigana ialah huruf kana yang ditulis langsung setelah huruf kanji untuk menentukan cara baca pada waktu menulis wago menggunakan huruf kanji. Misalnya huruf む pada kata

読む, huruf-huruf み dan き pada kata 読み dan 書き, dan sebagainya (Kindaichi, dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi 2007:89).

Untuk menuliskan okurigana tersebut telah dibuat aturan-aturannya dalam bentuk Okurigana no Tsukekata ‘Cara-Cara Penulisan Okurigana’ yang ditetapkan sebagai maklumat kabinet tahun 1973 yang dijadikan dasar untuk penulisan okurigana dalam surat kabar, majalah, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Iwabuchi Tadasu, dalam Sudjianto dan Ahmad dahidi (2007:90) menyimpulkan intisari aturan-aturan tersebut sebagai berikut :

a. Okurigana dipakai untuk menuliskan katsuyoo gobi pada kata-kata yang dapat

berubah, misalnya : 読む, 食べる, 高い.

b. Keiyooshi yang berakhir dengan gokan shi, okurigana-nya ditulis dimulai silabel し, misalnya : 美しい, 珍しい.

c. Keiyoodooshi yang mengandung か, やか, らか, okurigananya ditulis dimulai dari silabel-silabel tersebut, misalnya : 静かだ, 明らかだ, 穏やかだ.

d. Meishi dan daimeishi tidak memakai okurigana, misalnya : 月, 男, 彼.

e. Fukushi dan setsuzokushi memakai satu silabel okurigana pada bagian akhir

katanya, misalnya : 必ず, 但し.

f. Bagian kata yang ada kemungkinan susah atau terjadi salah baca, banyak memakai okurigana, misalnya : 後ろ, 少ない.

g. Kata-kata yang berasal dari kata lain memakai okurigana kata asalnya, misalnya : 重たい, 大きさ, 必ずも.

h. Kata-kata yang terbentuk dari gabungan kata yang dapat berubah, memakai

okurigana pada masing-masing asal katanya, misalnya : 聞き苦しい, 移る変わる.

i. Fukugoo meishi ‘nomina majemuk’ yang mengandung bagian kata yang dapat

berubah, pada masing-masing bagian kata yang dapat berubah tersebut memakai

okurigana, misalnya : 教え子, 大写し, 山登り.

j. Nomina yang sudah tetap sebagai kata yang biasa dipakai sehari-hari tidak memakai okurigana, misalnya : 話, 光, 場合.

Penjelasan di atas adalah cara pemakaian okurigana berdasarkan honsoku dan reigai dari Okurigana no Tsukekata. Honsoku adalah aturan-aturan dasar pemakaian okurigana, sedangkan reigai adalah cara pemakaian okurigana yang dilakukan sebagai kebiasaan yang tidak berdasarkan atau tidak sesuai dengan honsoku. Namun, selain itu ada juga yang disebut kyoyoo yaitu cara pemakaian okurigana yang dilakukan sebagai kebiasaan bersamaan dengan bentuk yang berdasarkan pada honsoku. Contoh bentuk kyoyoo dapat kita lihat pada kata-kata yang berada diluar tanda kurung seperti : 表わす ( 表す), 起る ( 起こす ), 当り(当たり),

申込む ( 申し込む ).

2.2.2.4 Furigana

Furigana ialah huruf kana yang dipakai di atas atau di sebelah huruf untuk menunjukkan cara baca huruf kanji. Furigana disebut juga yomigana dan disebut juga rubi yang ada pada huruf cetak (Kindaichi dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi, 2007:92). Hampir sama dengan pengertian itu, furigana dikatakan juga sebagai huruf kana kecil yang dipakai di sebelah kanji untuk menunjukkan cara baca kanji. Furigana yang dipakai dipakai di semua kanji dalam suatu tulisan disebut soorubi, sedangkan yang dipakai pada kanji-kanji tertentu pada suatu tulisan disebut pararubi. Untuk menulis furigana sekarang ini biasa memakai

hiragana, tetapi dulu katakana juga pernah dipakai untuk menulis furigana (Nomura dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi, 2007:92).

Contoh : にほん ,日本は ぶっか ,物価が たか ,高い。

Dokumen terkait