• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Rasulullah Menghadapi krisis Ekonom

Dalam dokumen Buku Bisnis Ala Nabi (Halaman 155-161)

Ketiga faktor yang saling berkelindan itulah yang menjadikan kondisi perekonomian Kota Madinah menjadi karut­marut yang berakibat terjadinya krisis ekonomi. Nah, bagaimana cara Rasulullah menghadapi kondisi demikian, terutama me nyang kut persoalan ekonomi masyarakat yang semakin sulit dan tidak menentu saat itu? Pertama, Rasulullah Saw. melakukan revitalisasi (penguatan) terhadap sumber­sumber produksi masyarakat. Dalam hal ini, sektor pertanian meru­ pakan sumber utama pendapatan masyarakat Madinah saat itu. Karenanya, Rasulullah menitikberatkan program revitali­ sasi pertanian di samping sumber­sumber pendapatan lain­ nya, seperti bahan galian emas, perak, dan sebagainya.

Rasulullah juga mengeluarkan berbagai kebijakan yang bersifat memotivasi masyarakat untuk mencintai pekerjaan pertanian. Beberapa motivasi beliau untuk mengembangkan pertanian dapat kita lihat dari hadis­hadis berikut. “Setiap

orang Islam yang menanam suatu tanaman kemudian dimakan

(bermanfaat) bagi burung, manusia, ataupun binatang, maka dihitung sebagai sedekah” (hR Bukhari­Muslim).

Motivasi untuk menghidupkan lahan pertanian juga ter­ lihat dalam hadis riwayat Imam Malik yang menyebutkan,

“Barang siapa yang menghidupkan tanah yang mati (kosong, tidak bermanfaat), maka tanah itu berhak dimilikinya” (hR Imam Tirmidzi dan abu Dawud). Dalam hadis lain disebutkan,

Strategi Rasulullah ...

121

Barang siapa yang menghidupkan tanah yang mati sedangkan pemiliknya tidak sanggup mengurus dan takut musnah, maka baginya tanah tersebut” (hR Bukhari).

hadis­hadis di atas muncul sebagai upaya Rasulullah un­ tuk melakukan revitalisasi faktor­faktor produksi yang ada, seperti tanah dan hutan. Sebagaimana diketahui bahwa sek­ tor pertanian adalah sumber ekonomi masyarakat Madinah yang sangat diandalkan. Bahkan, perhatian Rasulullah ter­ hadap pentingnya sektor pertanian ini dapat juga dilihat dari kebijakan Rasulullah yang tetap membolehkan kaum Yahudi di Khaibar untuk tetap tinggal di tempat mereka, padahal mereka adalah bangsa yang diusir akibat melanggar Perjan­ jian Madinah. Secara politis, kebijakan ini dimaksudkan untuk penguatan faktor­faktor produksi yang sudah ada.

Kedua, Rasulullah melakukan “nasionalisasi” sumber­ sumber ekonomi untuk kepentingan umum. Sumber­sum­ ber ekonomi Negara Madinah saat itu tidak diberikan ke­ pada kepemilikan pribadi, tetapi sebaliknya, sumber­sumber ekonomi yang menghidupi orang banyak yang melibatkan kepentingan umum harus dikuasi oleh negara dan dipergu­ nakan sebesar­besarnya bagi kemakmuran rakyat. Saat itu sumber ekonomi yang sangat dominan adalah tanah yang berisikan padang rumput sebagai tempat makanan binatang ternak. Demikian juga lokasi sumber garam, sumber air, dan sebagainya tidak diberikan kepemilikannya kepada pribadi.

Kebijakan ini jelas terlihat dalam kisah sahabat yang bernama abyad bin hammal. awalnya, abyad bin hammal menuntut diberikan satu bidang tanah di daerah Ma’rib, ke­

122

Bisnis Ala Nabi

mudian Rasulullah mengabulkan permintaan itu. Namun, seorang laki­laki bernama aqra’ bin habis berdiri sambil ber­ tanya kepada Rasulullah Saw. “adakah Engkau tahu kondisi lokasi itu sebenarnya?” sembari menjelaskan bahwa kawasan itu adalah sumber air yang menghasilkan garam. Mendengar penjelasan tersebut, Rasulullah menarik kembali pemberian daerah yang telah diberikannya kepada abyad bin hammal (hR abu Dawud dan Tirmidzi).

Demikian juga ketika abyad bin hammal mengajukan permohonan untuk memiliki tanah yang berisikan pohon al­ arak (kayunya dapat dimanfaatkan sebagai kayu sugi). Rasu­ lullah hanya mengizinkan daerah itu dengan syarat harus jauh dari tempat pemukiman penduduk pusat Pasar Madinah. Se­ bab, kawasan pinggiran Madinah adalah kawasan perumahan dan padang rumput sebagai tempat makanan hewan­hewan ternak.

Dalam hal pasar, pendirian pasar adalah salah satu agen­ da nasionalisasi yang dilakukan Rasulullah dan umat Islam sesampainya di Madinah pascahijrah. Sebagai kota yang telah lama berdiri, Madinah adalah kota yang telah mempunyai in­ frastruktur seperti pasar. Pasar yang telah eksis di sana adalah pasar Bani Qainuqa’ yang dikuasai orang Yahudi.

Karenanya, pendirian pasar menjadi agenda yang sangat penting. Mulanya, lokasi pasar Madinah adalah di Baqi Zubair. Nabi pun memasang tenda di tempat itu sebagai tanda akan dibangun pasar “baru”. Namun, Ka’ab bin al­asyraf seketika datang dan marah­marah serta memutus tali­tali tenda yang didirikan Nabi. Melihat hal tersebut, Nabi tidaklah marah dan merasa bukan hal yang perlu dipermasalahkan. Seketika itu,

Strategi Rasulullah ...

123

lokasi pasar pun dipindahkan ke tempat yang kemudian dike­ nal dengan Pasar Madinah. Sabda Nabi saat mendapatkan lo­ kasi pasar tersebut adalah “Ini pasar kalian, jangan sempitkan

dan jangan ada retribusi” (Ketika Nabi di Kota, 2010: 77). Kebijakan nasionalisasi sumber­sumber ekonomi juga jelas terlihat pada saat sahabat Rasulullah Saw., huraits bin hasan, sebagai perwakilan Bani Bakr bin Wa’il menghadap Rasulullah sebagai pemimpin saat itu. huraits mengajukan permohonan untuk diberikan tanah yang tidak bersatu de­ ngan Bani Tamim, tetapi tanah yang berdekatan dengan tempat tersebut. Mendengar permintaan itu, Rasulullah pun langsung menyuruh petugas untuk membuat surat pembe­ rian tanah di daerah al­Dahna’ untuk Bani Tamim. Melihat itu, seorang wanita memprotes dengan berkata, “Wahai, Ra­ sulullah, permohonan itu tidak adil sebab daerah al­Dahna’ itu adalah kawasan tempat makan ternak unta dan padang rumput ternak kambing. Tempat itu juga adalah kawasan per­ mukiman wanita Bani Tamim dan anak­anaknya.” Mendengar itu, Rasulullah bersabda, “hentikan menulis kontrak itu. apa yang dikatakan wanita ini benar. Seorang muslim itu adalah seorang muslim lainnya dan bersama­sama memanfaatkan air dan tumbuh­tumbuhan serta bersama­sama mengelakkan dari permusuhan setan.”

Kisah­kisah di atas menggambarkan betapa Rasulullah melakukan nasionalisasi sumber­sumber ekonomi yang me­ rupakan hajat hidup orang banyak. Dan sebaliknya, Rasulullah justru menolak adanya privatisasi (kepemilikan secara pri­ badi atau sekelompok orang) dari sumber­sumber ekonomi

124

Bisnis Ala Nabi

negara. Selain itu, kisah ini juga menunjukkan betapa ke­ daulatan negara terhadap wilayah dan seluruh kekayaan yang terkan dung di dalamnya untuk digunakan sebesar­besarnya itu penting bagi kemakmuran rakyat. Sebaliknya, negara yang tidak berdaulat adalah negara yang kekayaannya dapat di­ miliki oleh kepentingan pribadi ataupun korporasi. Dengan strategi demikian, akhirnya Rasulullah dapat keluar dari krisis ekonomi pada saat itu. Para sejarawan mengatakan bahwa krisis berakhir dan ekonomi masyarakat telah stabil setelah Perang hunain. Wallahualam. []

K

RISIS inansial global yang dimulai dari amerika Serikat dan Eropa pada 2008 dapat disebut sebagai indikasi be­ rakhirnya sistem kapitalis (the end of capitalism). Jika dirunut ke belakang, indikasi keruntuhan kapitalis ini telah terlihat sejak 70 tahun belakangan ini, saat ekonomi dunia selalu di­ ramaikan dengan gelombang krisis, pengangguran, dan ke­ miskinan yang semakin menggurita dari waktu ke waktu. Indikasi itu juga jelas terlihat dalam sektor keuangan yang

ditandai de ngan luktuasi nilai tukar yang tidak sehat dan tingginya tingkat inlasi dunia yang semakin dalam.

ungkapan “berakhirnya sistem kapitalis” ini cukup ber­ alasan sebab amerika Serikat dan negara­negara Barat secara umum adalah negara pengusung sekaligus pemuja sistem ini. Sebagaimana juga pasca–kejatuhan mazhab ekonomi uni So­ viet dan negara­negara Eropa Timur adalah tanda berakhirnya sistem sosialis (the end of socialism).

Secara ideologis, keruntuhan mazhab ekonomi yang sem­ pat menguasai dunia selama berabad­abad ini bukanlah untuk

EkOnOMI kAPItALIS:

MEnUnGGU kERUntUHAn

126

Bisnis Ala Nabi

mengatakan kebencian terhadap negara Barat sebagai peng­ usung utama mazhab ekonomi ini. Namun, kita ha nya men­ dambakan mazhab ekonomi yang dapat membebas kan dari kemis kinan, pengangguran, kemelaratan, dan ketim pang an me­ nuju mazhab ekonomi yang membawa keadilan, pe merataan, lapangan kerja, dan tentu saja kesejahteraan secara merata.

Tesis yang mengatakan keruntuhan mazhab kapitalisme ini semakin nyata ketika ideologi mazhab ini telah runtuh. Ideologi adalah pijakan dasar dan menjadi pengarah sebuah mazhab yang ada. Runtuhnya sebuah pijakan tentu akan men­ ggoyangkan, bahkan meruntuhkan bangunan di atasnya. Me­ lihat perkembangan perekonomian 70 tahun ter akhir, tam­ paknya fondasi kapitalisme sudah tidak kuat untuk menahan badai krisis yang disebabkan oleh “pijakannya sendiri”. lalu, apa sebenarnya yang disebut dengan ideologi kapital isme?

Dalam dokumen Buku Bisnis Ala Nabi (Halaman 155-161)