• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

2. Cerita Rakyat

a. Hakikat Cerita Rakyat

Dananjaya (dalam Subiyantoro, 2012: 108) cerita rakyat merupakan ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat yang bersangkutan. Cerita rakyat adalah cerita yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dari mulut ke mulut dan pada dasarnya disampaikan oleh seseorang pada orang lain melalui penuturan lisan maupun tulisan (Gusal, 2015: 9).

Cerita rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia, pada umumnya cerita rakyat mengisahkan tentang kejadian di suatu tempat, tokoh-tokoh dalam cerita rakyat dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa (Gusnetti, 2015: 184)

16

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa cerita rakyat adalah cerita yang berkembang dari mulut ke mulut melalui penuturan lisan maupun tulisan mengisahkan suatu tempat dan tokoh dalam bentuk binatang, manusia, maupun dewa.

b. Ciri-ciri Cerita Rakyat

Ciri-ciri cerita rakyat Rahmawati (dalam Gusal, 2015: 10) sebagai berikut:

a) Bahasanya banyak menggunakan klise dan setiap cerita diawali dengan kata-kata seperti konon, dahulu kala, dan lain-lain.

b) Isi cerita bersifat istana sentris, fantastis, dan didaktis. Istana sentris artinya mengisahkan tentang keluarga raja. Fantastis artinya diwaranai oleh kepercayan animisme dan dinamisme. Sedangkan didaktis artinya ceritanya berusaha menggurui dan menanamkan nilai-nilai pendidikan.

c) Nama-nama pengarang tidak disebutkan.

Senada yang disampaikan oleh Danandjaya (dalam Latif, 2009: 14) cerita rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain:

a) Penyebaran dan pewarisan biasanya dilakukan secara lisan yaitu disebarkan melaui tutur kata dari mulut kemulut atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat dan alat bantu pengingat.

b) Folklor dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda.

c) Bersifat tradisional yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama.

d) Bersifat anonim yaitu penciptanya sudah tidak diketahui lagi sehingga cerita rakyat milik masyarakat.

e) Biasanya menggunakan kata-kata klise, ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan dan mempunyai pembukuan yang baku.

17

f) Mempunyai tujuan sebagai sarana pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.

g) Bersifat pralogis yaitu logika sendiri.

h) Menjadi milik bersama.

i) Bersifat polos dan lugu, sehingga kelihatan kasar dan terlalu spontan.

Akbar (2019: 13) ciri-ciri cerita rakyat sebagai berikut:

a) Disampaikan secara lisan. Biasanya cerita rakyat disampaikan dituturkan secara individu kepada individu sekelompok orang.

b) Sering cerita rakyat mengalami perubahan. Misalnya cerita rakyat dari suatu daerah lain dimodifikasi seakan-akan cerita rakyat pernah di daerah penutur.

Perubahan itu sengaja dibuat oleh penutur untuk membuat cerita itu lebih hidup dan lebih menarik bagi pendengar.

c) Cerita rakyat adalah milik bersama sehingga tidak ada hak cipta dan tidak diketahui nama pengarangnya.

d) Cerita pelipur lara disampaikan pencerita mengandung unsur irama agar cerita lebih menghibur.

e) Cerita rakyat mencerminkan angan-angan masyarakat. Cerita rakyat tidak benar-benar terjadi dalam kenyataan sehari-hari tetapi proyeksi angan-angan dari rakyat.

f) Cerita rakyat digunakan untuk mengesahkan dan menguatkan suatu adat kebiasaan masyarakat yang bersangkutan.

g) Cerita rakyat berfungsi sebagai lembaga pendidikan budi pekerti kepada anak-anak.

h) Cerita rakyat berfungsi sebagai pengendalian sosial atau alat pengawasan agar norma-norma masyarakat dapat dipenuhi.

18

Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri cerita rakyat yaitu a) bahasa yang digunakan klise, b) nama pengarang tidak disebutkan, c) isi cerita bersifat istana sentris, fantastis, didaktis, dan d) tujuannya sebagai pelipur lara, pendidikan, protes sosial dan proyeksi keinginan terpendam.

c. Macam-macam Cerita Rakyat

Rafiek (dalamWiryanota, 2016: 10) cerita rakyat dibagi menjadi tiga, antara lain:

a) Cerita rakyat lisan

Cerita rakyat lisan merupakan cerita rakyat yang murni berbentuk lisan.

Bentuk-bentuk ke dalam cerita rakyat lisan antara lain (1) bahasa rakyat seperti julukan, logat, pangkat tradisional, dan gelar kebangsawanan (2) ungkapan tradisional seperti pepatah, peribahasa, dan pemeo (3) pertanyaan tradisional seperti teka-teki (4) puisi rakyat seperti gurindam, pantun dan syair (5) cerita prosa rakyat seperti mitos, dongeng dan legenda (6) nyanyian rakyat.

b) Cerita rakyat sebagian lisan

Cerita rakyat sebagian lisan merupakan campuran antara lisan dan bukan lisan. Bentuk-bentuk sebagian lisan antara lain kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat-istiadat, pesta rakyat, upacara, dan lain-lain.

c) Cerita rakyat bukan lisan

Cerita rakyat bukan lisan merupakan cerita bukan lisan walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Cerita rakyat bukan lisan dibagi menjadi dua antara lain material dan bukan material. Bentuk cerita material yaitu arsitektur rakyat (bentuk lumbung padi, bentuk rumah asli daerah, dan sebagainya), kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional. Sedangkan bentuk cerita bukan material yaitu bunyi isyarat tardisional, gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat (kentongan tanda bahaya), dan musik rakyat.

19

Akbar (2019: 14) macam-macam cerita rakyat sebagai berikut:

a) Legenda

Adalah cerita yang dipercayai oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi tetapi tidak dianggap suci atau sakral sehingga membedakannya dengan mitos.

b) Mite atau mitos

Adalah cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa. Mitos sebagai produk imajinatif kreatif dan suatu karya seni maupun pernyatan religius.

c) Dongeng

Adalah karya prosa rakyat yang dihasilkan oleh masyarakat penuh dengan hal-hal khayalan dan diliputi unsur-unsur keajaiban.

d) Cerita wayang

Adalah warisan budaya nenek moyang yang telah ada sejak zaman prasejarah. Wayang telah melewati berbagai peristiwa sejarah dari generasi ke generasi sebagai milik bangsa Indonesia khususnya masyarakat Jawa.

Bascom (dalam Danandjaja. 2002: 50) cerita rakyat dibagi menjadi mite, legenda, dan dongeng.

a) Mite

Mite merupakan cerita rakyat yang benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empunya cerita. Tokoh para dewa atau makhluk setengan dewa. Peristiwa terjadi di masa lampau.

b) Legenda

Seperti halnya mite, legenda dianggap suci oleh empunya cerita sebagai kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Berbeda dengan mite, legenda bersifat migratoris yaitu berpindah-pindah sehingga dikenal luas di daerah-daerah

20

yang berbeda. Bruvand (dalam Danandjaja, 2002: 67) legenda dibagi menjadi empat yakni:

1) Legenda keagamaan, yang termasuk dalam golongan ini yaitu legenda orang-orang nasrani, legenda para wali agama islam.

2) Legenda alam gaib, berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi.

Kategori legenda ini merupakan cerita-cerita pengalaman seseorang dengan makhluk-mahkluk gaib, hantu, siluman, gejala-gejala alam gaib dan sebagainya.

3) Legenda perorangan, adalah cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap empunya cerita benar-benar terjadi.

4) Legenda setempat, yang termasuk dalam golongan ini berbuhungan dengan tempat, nama tempat dan bentuk topografi yakni bentuk permukaan suatu daerah.

c) Dongeng

Merupakan cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.

Dongeng diceritakan untuk hiburan, berisikan moral atau bahkan sindiran.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa macam-macam cerita rakyat yaitu legenda dianggap sebagai cerita yang benar-benar terjadi, mitos berkaitan dengan dewa, dongeng diceritakan untuk hiburan berisi moral maupun sindiran, dan wayang melewati peristiwa sejarah bangsa Indonesia khususnya masyarakat Jawa.

d. Manfaat Cerita Rakyat

Manfaat cerita rakyat menurut Akbar (2019: 12) yaitu penggalang rasa kesetiakawanan diantara warga masyarakat, pengokoh nilai-nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat. Ajaran-ajaran etika dan moral yang terdapat cerita rakyat digunakan sebagai pedoman bagi masyarakat. Cerita rakyat bisa menjadi tuntunan tingkah laku dalam pergaulan sosial sebelum adanya pendidikan

21

formal. Melalui penyampaian yang menyenangkan cerita rakyat tidak memaksa pendengar untuk menyerap ajaran-ajaran terdapat dalam cerita. Inti terdapat ajaran dalam cerita rakyat tidak mengalami perubahan selama masyarakat pemiliknya tidak berubah dan tentang menjunjung tinggi nilai-nilai yang masih berlaku.

Cerita rakyat tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga bisa dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral.

Cerita rakyat yang kaya akan cerita moral dan kearifan lokal bisa dijadikan sarana komunikasi untuk mengajarkan nilai-nilai pendidikan tentang kehidupn kepada masyarakat (Gusnetti, 2015: 184).

Hal tersebut senada yang disampaikan oleh Burke (dalam Anafiah, 2017:

140) cerita rakyat bermanfaat bagi perkembangan holistik, bahasa, sosial, dan moral. Cerita rakyat berkaitan dengan holistik berasal dari nilai dalam cerita anak mengajarkan manusia memiliki rasa benci, marah, cinta, sedih, gembira, dilahirkan, dan mati. Melalui cerita rakyat berkembang ranah kognitif karena cerminan bermacam-macam kebudayaan yang merefleksikan persamaan dan keunikan setiap kebudayaan. Cerita rakyat juga bermanfaat untuk perkembangan literernya, ditandai dengan anak akan belajar mengenal pola-pola naratif cerita dan mekanisme wacana yang membantu meningkatkan keterampilan narasi dalam berbahasa dan menjadikan pembaca lebih paham.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa manfaat cerita rakyat yaitu tidak hanya digunakan sebagai hiburan, tetapi juga etika dan moral digunakan sebagai tuntunan tingkah laku dalam pergaulan sosial.

3. Booklet

Satmoko (dalam Romziah, 2019: 3) mengatakan booklet merupakan sebuah buku kecil yang memiliki paling sedikit lima halaman tetapi tidak lebih dari empat puluh delapan halaman diluar hitungan sampul. Booklet berisi informasi-informasi penting yang isinya tegas, jelas, mudah dimengerti, dan lebih menarik jika disertai gambar.

22

Booklet digunakan sebagai media komunikasi pendidikan antara lain membnatu sasaran pendidikan untuk beajar lebih banyak dan cepat, membuat sasaran pendidikan tertarik dan ingin tahu lebih dalam untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain, mempermudah penemuan informasi dan mendorong keinginan untuk mengetahui isi dalam booklet (Puspitaningrum, 2017: 276). Adapun kelebihan dan kekurangan booklet menurut Artika (2020:

22) adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan

a) Tidak tebal sehingga tidak sulit untuk dibawa.

b) Lebih terperinci dan jelas, karena bisa lebih banyak mengulas tentang pesan yang disampaikan.

c) Booklet dapat dipelajari setiap saat karena desainnya berbentuk buku.

d) Booklet memuat informasi relatif lebih banyak dibandingkan poster

e) Booklet menggunakan bahasa yang sederhana mudah dipahami oleh siswa dan menarik sesuai topik yang dibahas.

b. Kelemahan

a) Memerlukan tenaga ahli untuk membuatnya.

b) Booklet tidak dapat menyebar langsung seluruh objek karena keterbatasan penyebaran dan jumlah halaman yang dapat dimuat dalam booklet.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa booklet adalah buku kecil terdiri dari lima halaman sampai empat puluh delapan halaman yang berisi informasi-informasi penting.

Dokumen terkait