• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT GENUK KEMIRI KABUPATEN PATI DI SEKOLAH DASAR. Oleh USWATUN KHASANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT GENUK KEMIRI KABUPATEN PATI DI SEKOLAH DASAR. Oleh USWATUN KHASANAH"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT GENUK KEMIRI KABUPATEN PATI DI SEKOLAH DASAR

Oleh

USWATUN KHASANAH 201633224

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022

(2)

ii

(3)

iii

ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT GENUK KEMIRI KABUPATEN PATI DI SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan pada Universitas Muria Kudus untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Uswatun Khasanah 201633224

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022

(4)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO

“Percayalah pada dirimu sendiri dan ketahuilah bahwa ada sesuatu di dalam dirimu yang lebih besar daripada rintangan apapun”

-Christian D. Larson- PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan suatu apapun. Skripsi sebagai tugas terberat dalam bangku perkuliahan bukan akhir dari perjalanan melainkan sebuah pintu kecil menuju pencapaian dimasa yang akan datang. Peneliti mempersembahkan skripsi ini kepada:

1. Diri sendiri, sebagai pembuktian bahwa peneliti mampu melewati masalah yang ada serta pembelajaran atas proses yang telah terlewati untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

2. Orang tua (Bapak Narto dan Ibu Suparni) sebagai bukti kesungguhan dalam menuntut ilmu sekaligus tanda terima kasih atas besarnya pengorbanan serta ketulusan yang terus mengalir tanpa henti hingga saat ini.

3. Bapak/Ibu guru mulai dari TK Pertiwi Glonggong, SD N Glonggong, SMP N 2 Jakenan, SMA N 1 Jakenan, dan Bapak/Ibu dosen Universitas Muria Kudus sebagai ucapan terima kasih atas pengajaran serta bimbingannya selama ini.

4. Para sahabat dan teman-teman seperjuangan PGSD UMK 2016 yang telah membantu, mendukung, dan berbagi ilmu dalam penyusunan skripsi ini.

5. Keluarga besar SDN Sarirejo 01 yang telah memberikan izin serta membantu dalam pelaksanaan penelitian dalam skripsi ini.

(5)

v

(6)

vi

PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI

(7)

vii PRAKATA

Puji syukur peneliti kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Nilai-nilai Karakter dalam Cerita Rakyat Genuk Kemiri Kabupaten Pati di Sekolah Dasar” dengan baik tanpa ada halangan suatu apapun.

Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan moral serta material untuk menyelesaikan kuliah di Universitas Muria Kudus.

2. Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si., selaku Rektor Universitas Muria Kudus yang telah memberikan kesempatan untuk belajar

3. Drs. Sucipto, M.Pd., Kons., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian dan mengesahkan skripsi ini.

4. Siti Masfuah, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan informasi serta kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Irfai Fathurohman, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan dan pencerahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Deka Setiawan, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan dan pencerahan dalam penyelesaikan skripsi ini.

7. Selutuh dewa guru dan karyawan SDN Sarirejo 01 yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.

8. Siswa SDN Sarirejo 01 yang telah membantu dalam proses penelitian.

(8)

viii

9. Teman-teman PGSD FKIP UMK yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah banyak membantu peneliti dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat balasan dari Allah SWT. Peneliti sadar bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, mohon kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Kudus, Februari 2022 Peneliti,

Uswatun Khasanah NIM. 201633224

(9)

ix ABSTRAK

Khasanah, Uswatun. 2022. Analisis Nilai-nilai Karakter dalam Cerita Rakyat Genuk Kemiri Kabupaten Pati di Sekolah Dasar. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Muria Kudus. Dosen Pembimbing (I) Dr. Irfai Fathurohman, S.Pd., M.Pd. (II) Deka Setiawan, S.Pd., M.Pd.

Kata kunci: Pendidikan Karakter, Cerita Rakyat

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam cerita rakyat Genuk Kemiri dalam pendidikan anak di Sekolah Dasar.

Pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan oleh anggota sekolah, orang tua, dan anggota masyarakat dengan tujuan mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki sikap peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab.

Menanamkan karakter pada diri siswa Sekolah Dasar dapat dilakukan melalui cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan cerita yang berkembang dari mulut ke mulut melalui penuturan lisan maupun tulisan mengisahkan sutau tempat dan tokoh dalam bentuk binatang, manusia, maupun dewa.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian metode deskriptif kualitatif sebagai tahapan dalam melaksanakan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sarirejo 01 Kecamatan Pati Kabupaten Pati, dengan mengambil subjek penelitian meliputi guru, siswa, juru kunci, dan orang tua. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi, dan pencatatan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa cerita rakyat Genuk Kemiri Kabupaten Pati terdapat nilai-nilai karakter antara lain gotong royong dan kejujuran. Nilai-nilai karakter yang terdapat dalam cerita rakyat Genuk Kemiri dapat diimplementasikan dalam booklet sehingga siswa akan tertarik untuk membacanya. Dengan demikian siswa akan menjadi tahu nilai-nilai karakter apa saja yang dapat diteladani.

Adapun saran dalam penelitian ini cerita rakyat Genuk Kemiri mengandung nilai karakter sehingga masyarakat diharapkan bersama-sama selalu menjaga dan melestarikan tradisi yang ada.

(10)

x ABSTRAC

Khasanah, Uswatun. 2022. Analysis of Character Values in the Folklore of Genuk Kemiri, Pati Regency in Elementary Schools. Essay. Elementary School Teacher Education Faculty of Teacher Training and Education. Muria Kudus University. Supervisor (I) Dr. Irfai Fathurohman, S.Pd., M.Pd. (II) Deka Setiawan, S.Pd., M.Pd.

Keywords: Character Education, Folklore

This study aims to analyze the value of character education contained in the folklore of Genuk Kemiri in the education of children in elementary school.

Character education is an effort made by school members, parents, and community members with the aim of developing students' abilities to have a caring, opinionated, and responsible attitude. Instilling character in elementary school students can be done through folklore. Folklore is a story that develops from word of mouth through oral and written narratives telling a place and characters in the form of animals, humans, or gods.

This research uses descriptive qualitative research method as a stage in carrying out research. This research was conducted at SDN Sarirejo 01, Pati District, Pati Regency, by taking research subjects including teachers, students, caretakers, and parents. This study uses data collection techniques in the form of observation, interviews, documentation, and recording. The data analysis used in this research includes data reduction, data presentation, and conclusion drawing and verification.

The results of the research conducted showed that the folklore of Genuk Kemiri, Pati Regency, contained character values, including mutual cooperation and honesty. The character values contained in the folklore of Genuk Kemiri can be implemented in booklets so that students will be interested in reading them.

Thus students will know what character values can be imitated.

The suggestions in this study are the folklore of Genuk Kemiri which contains character values so that the community is expected to always maintain and preserve existing traditions.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LOGO ... ii

JUDUL SKRIPSI ... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v

PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... vi

PRAKATA ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRAC ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ……….vii

DAFTAR GAMBAR ………...………viii

DAFTAR LAMPIRAN ………...….ix

BAB I PENDAHULUAN ………...1

A. Latar Belakang Masalah ………..…1

B. Rumusan Masalah ………...…….4

C. Tujuan Penelitian ………...…..4

D. Manfaat Penelitian ………...5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Kajian Teori ………...…..6

1. Pendidikan Karakter ... 6

a. Hakikat Pendidikan Karakter ... 6

b. Tujuan Pendidikan Karakter ... 7

c. Fungsi Pendidikan Karakter ... 9

d. Indikator Nilai Karakter ... 10

2. Cerita Rakyat ... 14

a. Hakikat Cerita Rakyat ... 14

b. Ciri-ciri Cerita Rakyat ... 15

(12)

xii

c. Macam-macam Cerita Rakyat ... 17

d. Manfaat Cerita Rakyat ... 19

3. Booklet ... 20

B. Kajian Penelitian Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

1. Tempat Penelitian ... 27

2. Waktu Penelitain ... 27

B. Rancangan Penelitian ... 27

C. Peranan Peneliti ... 28

D. Data dan Sumber Data ... 29

1. Data ... 29

2. Sumber Data ... 29

E. Pengumpulan Data ... 30

1. Observasi ... 30

2. Wawancara ... 31

3. Dokumentasi ... 32

4. Pencatatan ... 32

F. Keabsahan Data ... 33

1. Kepercayaan ... 33

2. Keteralihan ... 33

3. Kebergantungan ... 33

4. Kepastian ... 33

G. Analisis Data ... 34

1. Reduksi Data ... 34

2. Penyajian Data ... 35

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

(13)

xiii

A. Deskripsi Latar Penelitian ……….….36

1. Kondisi Geografis Daerah Penelitian ... 36

2. Kondisi Ekonomi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 38

3. Kondisi Keagamaan Daerah Penelitian ... 39

4. Kondisi Pendidikan Daerah Penelitian ... 40

5. Kondisi di SDN Sarirejo 01 ... 41

B. Deskripsi dan Pembahasan ... 44

1. Gambaran Umum ... 44

a. Lokasi ... 44

b. Kondisi Fisik Genuk Kemiri ... 45

c. Kondisi Fisik Raden Kembang Joyo ... 46

d. Maket Genuk Kemiri ... 46

e. Kondisi Lingkungan Genuk Kemiri ... 47

2. Analisis Pendidikan Karakter yang Terkandung dalam Cerita Rakyat Genuk Kemiri ... 47

a. Gotong Royong ... 48

b. Kejujuran ... 52

3. Implementasi Cerita Rakyat Genuk Kemiri Kabupaten Pati dalam Media Booklet untuk Siswa Sekolah Dasar ... 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Simpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ………..………64

RIWAYAT HIDUP ……….………124

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter ... 14

2.2 Persamaan, Perbedaan, dan Orisinalitas Kajian Relevan ... 23

4.1 Kondisi Geografis Desa Sarirejo ... 37

4.2 Mata Pencaharian Desa Sarirejo 3 ... 8

4.3 Jumlah Pemeluk Agama ... 39

4.4 Jumlah Sarana dan Prasarana Ibadah ... 40

4.5 Pendidikan Terakhir Masyarakat Desa Sarirejo ... 40

4.6 Jumlah Prasarana Pendidikan ... 41

4.7 Jumlah Keseluruhan Siswa SDN Sarirejo 01 ... 42

4.8 Data Siswa Kelas IV ... 43

4.9 Relevansi KD dan Materi ... 57

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Kerangka Berpikir ... 26

4.1 Peta Desa Sarirejo ... 38

4.2 Kawasan Genuk Kemiri ... 44

4.3 Genuk Kemiri ... 46

4.4 Maket Genuk Kemiri ... 46

4.5 Wawancara dengan Juru Kunci ... 50

4.6 Wawancara dengan PNS ... 51

4.7 Wawancara dengan Ibu Eka Wijayanti ... 53

4.8 Booklet Cerita Rakyat Genuk Kemiri ... 55

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 65

Lampiran 2 Kisi-kisi Pedoman Observasi ... 67

Lampiran 3 Pedoman Observasi ... 68

Lampiran 4 Hasil Observasi ... 69

Lampiran 5 Kisi-kisi Wawancara Guru Kelas IV ... 71

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Guru Kelas IV ... 72

Lampiran 7 Hasil Wawancara Guru Kelas IV ... 73

Lampiran 8 Kisi-kisi Wawancara Juru Kunci ... 75

Lampiran 9 Pedoman Wawancara Juru Kunci ... 76

Lampiran 10 Hasil Wawancara Juru Kunci ... 77

Lampiran 11 Kisi-kisi Wawancara Siswa ... 80

Lampiran 12 Pedoman Wawancara Siswa ... 81

Lampiran 13 Hasil Wawancara Siswa I ... 82

Lampiran 14 Hasil Wawancara Siswa II ... 84

Lampiran 15 Hasil Wawancara Siswa III ... 86

Lampiran 16 Kisi-kisi Wawancara Orang Tua ... 88

Lampiran 17 Pedoman Wawancara Orang Tua ... 90

Lamipran 18 Hasil Wawancara Orang Tua I ... 92

Lampiran 19 Hasil Wawancara Orang Tua II ... 95

Lampiran 20 Hasil Wawancara Orang Tua III ... 98

Lampiran 21 Data Penelitian ... 101

(17)

xvii

Lampiran 22 Analisis Nilai Karakter ... 103

Lampiran 23 RPP ... 104

Lampiran 24 Dokumentasi Penelitian ... 109

Lampiran 25 Acceptance Letter ... 113

Lampiran 26 Penetapan Pembimbing Skripsi ... 114

Lampiran 27 Surat Izin Penelitian ... 115

Lampiran 28 Surat Keterangan Desa ... 116

Lampiran 29 Pernyataan ... 117

Lampiran 30 Keterangan Selesai Bimbingan ... 118

Lampiran 31 Berita Acara Bimbingan ... 119

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pendidikan.

Pendidikan menjadi salah satu hak yang harus diperoleh setiap warga negara.

Dengan adanya pendidikan tersebut, memiliki tujuan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar dapat tercapai. Sumber daya manusia yang baik dapat didukung dengan adanya pendidikan yang baik pula. Pendidikan pada sekolah dasar memiliki tujuan supaya siswa dapat mengembangkan sikap, keterampilan serta pengetahuannya sebaik mungkin untuk memperoleh ilmu pengetahuan sehingga nantinya bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.

Dalam pepatah jawa, guru merupakan sosok yang digugu omongane lan ditiru kelakuane (dipercaya ucapannya serta dicontoh tindakannya). Apandi dan Rosdinawati (2017: 19) mengatakan bahwa guru dan siswa adalah dua pihak yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran. Salah satu tugas guru ialah mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, dan siswa bertugas menyimak, memahami, dan menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru.

Karakter yang dimiliki oleh seseorang menjadi salah satu ciri khas yang membedakan satu individu dengan individu yang lainnya. Dalam hal ini, pembentukan karakter yang baik wajib dilakukan sejak dini. Membentuk karakter bukanlah pekerjaan yang instan, namun membutuhkan proses yang lama serta bersinergi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melaksanakan pembiasaan melalui aktivitas yang baik, dimana aktivitas tersebut mengarah pada aturan sesuai dengan tata cara yang berlaku. Akan tetapi, yang menjadi masalah saat ini di sekolah hanya berorientasi pada pengembangan pengetahuan sehingga kurang memperhatikan pengembangan keterampilan dan sikap.

Pembentukan karakter merupakan salah satu aspek penting dari tujuan pendidikan. Pemerintah mencanangkan pendidikan karakter agar Indonesia memiliki sumber daya manusia tidak hanya unggul namun juga berkarakter. Tim

(19)

2

penyusun (2008: 682) mengatakan bahwa karakter adalah bentuk watak, tabiat, akhlak yang melekat pada diri pribadi seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi yang digunakan menjadi landasan untuk berpikir serta berperilaku sehingga menimbulkan suatu ciri khas pada individu tersebut.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional pada pasal 3 menyatakan, bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.

Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama. 1)fungsi pembentukan dan pengembangan potensi. Melalui pendidikan karakter dapat membentuk dan mengembangkan potensi siswa agar berpikiran baik, berperilaku baik, dan berhati baik sesuai dengan Pancasila. 2)fungsi perbaikan dan penguatan. Melalui pendidikan karakter dapat memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. 3) fungsi penyaring. Melalui pendidikan karakter dapat memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa dan karakter bangsa yang bermartabat (Zubaidi, 2011: 18).

Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan sastra peninggalan nenek moyang yang tersebar di berbagai daerah. Seperti yang telah diketahui hasil sastra dibagi menjadi dua yaitu karya sastra berbentuk lisan serta karya sastra berbentuk tulisan. Karya sastra lisan banyak ditemukan pada masyarakat tradisional. Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang masih memegang unsur-unsur budaya yang diwariskan secara turun temurun seperti legenda, dongeng, mitologi, tahayul, mantera, drama tradisional dan unsur-unsur

(20)

3

budaya misalnya upacara-upacara adat. Suharto dalam Latif (2009: 2) mengatakan bahwa sastra lisan mengandung ajaran-ajaran luhur yang patut diwariskan, menyimpan informasi berharga berhubungan dengan asal-asul daerah atau benda yang dikeramatkan, agama, kepercayaan serta adat istiadat atau kebiasaan suatu wilayah. Salah satu sastra lisan yang saat ini masih eksis di dalam dunia pendidikan adalah cerita rakyat. Cerita rakyat biasanya dapat dijadikan media untuk pembentukan nilai karakter yang harus dimiliki oleh siswa karena pada cerita rakyat terdapat amanat yang dapat diambil sebagai pembelajaran agar dapat diterapkan dalam diri siswa. Disamping sebagai media pembelajaran cerita rakyat dianggap sebagai kepercayaan yang mentradisi dalam masyarakat, dipertahankan oleh masyarakat pemiliknya dan salah satu bagian dari folklor. Cerita rakyat lebih dikenal masyarakat sebagai dongeng, legenda atau cerita lisan berlatar belakang sejarah. Sebagai sastra lisan, dalam cerita rakyat terkandung berbagai nilai norma, pendidikan, perjuangan, moral, kepahlawanan, serta pengabdian yang dapat dianut oleh masyarakat pada zaman sekarang.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Akbar (2019) menyatakan bahwa cerita rakyat Wadu Parapi di desa Parangina kecamatan Sape kabupaten Bima meliputi nilai keagamaan, nilai sosial dan nilai moral. Hal tersebut menunjukkan bahwa cerita rakyat meskipun salah satu jenis sastra lama dapat dijadikan sebagai media untuk membentuk nilai karakter.

Berdasarkan hasil wawancara dengan juru kunci Genuk Kemiri pada hari senin tanggal 19 Oktober 2020 diperoleh informasi bahwa cerita rakyat Genuk Kemiri semakin hari kurang mendapat perhatian untuk tetap dilestarikan. Dalam hal ini cerita rakyat hanya disebarkan melalui mulut ke mulut. Keadaan yang demikian menyebabkan kurang populernya cerita rakyat Genuk Kemiri karena cerita hanya dibicarakan di kalangan orang tua. Selain itu kurang menariknya lokasi Genuk Kemiri dikarenakan kondisi lingkungan yang dirasa kuno sehingga pengunjung datang ke lokasi untuk bersepeda, bersantai, maupun bermain tanpa berantusias untuk mengetahui lebih dalam tentang asal usul Genuk Kemiri. Salah

(21)

4

satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut melalui cerita rakyat Genuk Kemiri yang disajikan dalam sebuah buku. Tujuannya agar cerita rakyat Genuk Kemiri tidak dilupakan oleh generasi masa kini.

Menjaga kelestarian cerita rakyat dapat ditempuh dengan mengenalkannya kepada siswa melalui pendidikan formal khususnya anak sekolah dasar. Selama ini materi pembelajaran sastra hanya mengangkat cerita rakyat secara nasional yang sudah berkembang tanpa memperkenalkan cerita rakyat yang berkembang di daerah masing-masing.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti akan meneliti mengenai “Analisis Nilai-nilai Karakter dalam Cerita Rakyat Genuk Kemiri Kabupaten Pati di Sekolah Dasar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apa saja nilai-nilai karakter yang terkandung dalam cerita rakyat Genuk Kemiri?

2. Bagaimana implementasi cerita rakyat Genuk Kemiri Kabupaten Pati dalam media booklet untuk siswa sekolah dasar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam cerita rakyat Genuk Kemiri.

2. Mendeskripsikan implementasi cerita rakyat Genuk Kemiri Kabupaten Pati dalam media booklet untuk siswa sekolah dasar.

(22)

5 D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Berkaitan dengan manfaat teoretis, secara umum hasil penelitian mengenai nilai-nilai pendidikan melalui cerita rakyat Genuk Kemiri dapat dijadikan rujukan bagi masyarakat untuk memperkenalkan cerita rakyat Genuk Kemiri kepada generasi penerus.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengetahui pendidikan karakter sehingga meningkatkan mutu dan kualitas sekolah sehingga penelitian ini memberikan manfaat yang tepat.

b. Bagi Siswa

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi siswa dalam hal ini siswa sekolah dasar dalam pengaruhnya terhadap minat belajar siswa dapat mengikuti pembelajaran secara maksimal sehingga diperoleh hasil belajar yang baik.

c. Bagi Orang Tua Siswa

Penelitian ini dapat dijadikan rujukan orang tua siswa dalam memberikan pendidikan karakter terhadap anaknya sehingga dapat memberikan pendidikan yang sesuai dengan karakter anak.

d. Bagi peneliti lain

(23)

6

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan referensi pengetahuan tentang pendidikan karakter dalam cerita rakyat Genuk Kemiri bagi siswa Sekolah Dasar.

(24)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

Dalam kajian teori ini, peneliti akan menguraikan mengenai, 1) pendidikan karakter 2) cerita rakyat dan 3) booklet

1. Pendidikan Karakter

a. Hakikat Pendidikan Karakter

Kanzunnudin (2012: 199) mendefinisikan bahwa karakter merupakan sikap stabil hasil proses konsolidasi dengan norma agama, sosial, budaya, dan lingkungan serta progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan.

Karakter erat hubungannya dengan kepribadian seseorang dalam bentuk pikiran, ucapan, dan perbuatan yang timbul secara alami dalam diri seorang individu yang akan menjadi ciri khas dalam individu.

Muslich (2011: 84) menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah meliputi komponen-komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan ataupun kebangsaan.

Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berlandaskan kebijakan-kebijakan inti secara objektif baik bagi individu maupun maupun masyarakat (Saptono, 2011: 23).

Daryanto (dalam Purwanti, 2017: 16) mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan oleh para anggota sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat untuk membantu anak- anak agar memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab.

Omeri (2015: 466) pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak dengan tujuan

(25)

8

mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik maupun buruk, memelihara yang baik serta mewujudkan kebaikan-kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan oleh anggota sekolah, orang tua, dan anggota masyarakat dengan tujuan mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab. Pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini agar siswa mendapatkan arahan yang benar dalam menyikapi sikap siswa yang menyimpang atau berlainan dengan siswa lain.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan pada dasarnya tidak hanya membentuk siswa memiliki ilmu pengetahuan tetapi juga membentuk siswa memiliki karakter serta akhlak yang baik. Samani (dalam Maunah, 2015: 91) berpendapat pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Pendidikan karakter tidak hanya berdasarkan pengetahuan saja namun kepribadian dan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan karakter tugas bersama antara keluarga, teman sejawat, sekolah, dan masyarakat.

Karakter dalam lingkungan sekolah ditunjukkan melaui sikap terhadap pelajaran, guru, teman, belajar dan kehidupan sehari-hari (Heru Kurniawan dalam Sari, 2017: 18).

Asmani (2011: 17) melalui pendidikan karakter, siswa diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Tujuan pendidikan karakter menurut Omeri (2015: 467) di antaranya sebagai berikut:

(26)

9

a) Mengembangkan potensi sikap siswa sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya dan karakter bangsa.

c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generasi penerus bangsa.

d) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.

e) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan dan penuh kekuatan.

Najib (dalam Purwanti, 2017: 17) tujuan pendidikan antara lain:

a) Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi peserta didik pada khususnya dan seluruh warga sekolah pada umumnya dalam menjalin interaksi edukasi yang sesuai dengan nilai-nilai karakter.

b) Membentuk siswa yang memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spriritual.

c) Menguatkan berbagai perilaku positif yang ditampilkan oleh siswa baik melalui kegiatan pembelajaran maupun pembiasaan di kelas dan sekolah.

d) Mengoreksi berbagai perilaku negatif yang ditampilkan oleh siswa ketika berada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga.

e) Memotivasi dan membiasakan siswa mewujudkan berbagai pengetahuan tentang kebaikan dan kecintaannya akan kebaikan ke dalam berbagai perilaku positif di lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah berdasarkan pengetahuan, kepribadian, dan akhlak mulia yang

(27)

10

ditunjukkan melalui sikap antara keluarga, teman sejawat, sekolah, dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

c. Fungsi Pendidikan Karakter

Habibah (2018: 77) menjelaskan fungsi pendidikan karakter antara lain:

a) Pembentukan dan pengembangan potensi

Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan mengembangkan potensi manusia Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku sesuai dengan Pancasila.

b) Perbaikan dan penguatan

Pendidikan karakter bertujuan memperbaiki karakter manusia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, dan masyarakat agar berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensinya agar menjadi manusia yang berkarakter, maju, mandiri dan sejahtera.

c) Penyaring

Pendidikan karakter bertujuan memilah nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif dapat ditiru agar menjadi manusia yang bemartabat.

Pusat kurikulum kementrian pendidikan nasional (2010) menjelaskan bahwa fungsi pendidikan karakter sebagai berikut:

a) Mengembangkan potensi afektif siswa sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generus bangsa.

d) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.

(28)

11

e) Mengembangan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang jujur, aman, penuh kreativitas dan persahabatan, serta rasa kebaangsaab yang tinggi dan dan penuh kekuatan.

Amran (2018: 258) menyatakan fungsi pendidikan karakter antara lain menumbuh kembangkan kemampuan dasar siswa agar berpikir cerdas, berperilaku yang berakhlak, bermoral, berbuat sesuatu yang baik, bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan fungsi pendidikan karakter adalah pembentukan dan pengembangan potensi yang ditandai dengan membentuk dan mengembangkan manusia Indonesia sesuai Pancasila, perbaikan dan penguatan ditandai dengan memperbaiki karakter negatif agar menjadi manusia yang berkarakter, dan penyaring ditandai dengan memilah nilai-nilai budaya yang positif agar dapat ditiru sehingga menjadi manusia yang bermartabat.

d. Indikator Nilai Karakter

Lima nilai karakter utama yang saling berkaitan membentuk gerakan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter). Nilai utama karakter bangsa sebagaimana yang dimaksud pada Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 pasal 2 yaitu:

a) Religius

Daryanto (dalam Sari, 2017: 20) mengatakan bahwa religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa meliputi pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agamanya (Gunawan dalam Ahsanulkhaq, 2019: 24).

Pendidikan karakter religius pertama dilaksanakan di lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dimana orang tua dan pihak sekolah mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter anak (Esmael, 2018: 19).

(29)

12

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa religius merupakan perilaku dan sikap yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dan menjauhi larangannya. Pendidikan karakter religius dilaksanakan di lingkungan rumah dan lingkungan sekolah.

b) Nasionalisme

Sarman (dalam Kusumawardani, 20014: 63) mengatakan bahwa nasionalisme merupakan kecintaan terhadap tanah air yang menghalalkan secara cara demi negara yang dicintai. Perlu disadari bahwa nasionalisme meupakan mesin besar yang menggerakkan dan mengawasi semua kegiatan internasional.

Sementara itu nasionalisme bukan tiruan dari nasionalsime barat, akan tetapi timbul rasa cinta manusia dan kemanusiaan (Siswoyo dalam Bakar, 2018: 44).

Majid dalam Widiatmaka (2016: 28) strategi pendidikan karakter yang efektif untuk membangun nasionalisme antara lain:

1) Moral knowing/learning to know

Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter, dengan tujuan menguasai tentang nilai-nilai. Setiap individu harus mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela.

2) Moral loving/moral feeling

Tahapan ini memiliki tujuan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia yang mejadi sasaran emosional, hati atau jiwa.

3) Moral doing/learning to do

Tahapan ini menjadi puncak keberhasilan pendidikan karakter, setiap individu mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia dalam perilakunya sehari-hari.

Indivisu akan menjadi semakin sopan, displin, cinta, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, dan murah hati.

(30)

13

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa nasionalisme merupakan rasa cinta tanah air yang ada pada diri manusia.

c) Mandiri

Nova (2019: 114) mengatakan mandiri adalah sikap atau perilaku seorang individu yang tidak mudah bergantung pada orang lain. Mandiri dapat dilihat pada watak, akhlak, budi pekerti, dan mental seorang individu agar tidak bergantung pada bantuan orang lain dalam menyelesaikan setiap tugas-tugasnya.

Widjaja (dalam Husna, 2017: 966) mandiri menunjuk adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tanpa bantuan khusus dari orang lain, keengganan untuk dikontrol orang lain, dapat melakukan sendiri kegiatan-kegiatan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.

Kemandirian harus ada dalam diri siswa. Indikator karakter mandiri siswa menurut Pasani (2014: 21) antara lain:

1) Menjalankan instruksi dengan sebaik-baiknya selama proses pembelajaran berlangsung.

2) Fokus, serius, dan dapat konsisten selama proses pembelajaran berlangsung.

3) Memiliki kepercayaan diri atau keyakinan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

4) Menunjukkan kemmapuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.

5) Mengerjakan atau menyelesaikan sendiri tugas dan latihan yang diberikan dengan tidak mencontek atau meniru pekerjaan orang lain.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain untuk menyelesaikan tugasnya.

(31)

14 d) Gotong royong

Gotong royong merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan sesama manusia dalam bentuk kerja sama untuk memecahkan suatu masalah (Aristyaningsih, 2019 : 44). Hal tersebut sejalan yang disampaikan oleh Bintari (2016: 61) gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat sukarela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan.

Khotimah (dalam Mulyani, 2020: 227) tujuan gotong royong yaitu untuk menanamkan pembentukan nilai karakter bangsa Indonesia sehingga mampu mengubah perilaku, cara berfikir, dan cara bertindak menjadi lebih baik.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa gotong royong merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk memecahkan suatu masalah.

e) Integritas

Asmani (dalam komara, 2018: 19) mengatakan integritas adalah nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, pekerjaan dan memiliki komitmen pada nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan Helmawati (2017:

15) berpendapat bahwa integritas yaitu berpegang teguh pada prinsip moral dengan menjaga kata dan meyakini apa yang dipercayai sehingga tetap konsisten dalam keadaan apapun.

Karakter aspek integritas meliputi tanggung jawab sebagai warga negara, aktif dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran (Agung, 2017: 110).

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa integritas adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjadikan dirinya dipercaya dalam hal perkataan, pekerjaan, tindakan dan komitmen.

(32)

15

Tabel 2.1 Nilai-nilai dalam pendidikan karakter

Religius Beriman dan bertaqwa, disiplin beribadah, toleransi, saling menolong, saling menghormati perbedaan keyakinan, menjaga lingkungan, memanfaatkan lingkungan dengan bijak.

Nasionalisme Cinta tanah air, semenagat kebangsaan, menghargai kebhinekaan, rela berkorban, taat hukum.

Mandiri Kerja keras, kreatif dan inovatif, disiplin, tangguh, pembelajar sepanjang hayat.

Gotong royong Kerjasama, solidaritas, kekeluargaan, aktif dalam gerakan komunitas, berorientasi pada kemaslahatan bersama.

Integritas Kejujuran, keteladanan, tanggung jawab, anti korupsi, komitmen moral, cinta pada kebenaran.

Sumber: Kemdikbud (2017: 8)

Simpulan pada penelitian ini, peneliti menggunakan nilai-nilai pendidikan karakter yaitu gotong royong dan kejujuran.

2. Cerita Rakyat

a. Hakikat Cerita Rakyat

Dananjaya (dalam Subiyantoro, 2012: 108) cerita rakyat merupakan ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat yang bersangkutan. Cerita rakyat adalah cerita yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dari mulut ke mulut dan pada dasarnya disampaikan oleh seseorang pada orang lain melalui penuturan lisan maupun tulisan (Gusal, 2015: 9).

Cerita rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia, pada umumnya cerita rakyat mengisahkan tentang kejadian di suatu tempat, tokoh-tokoh dalam cerita rakyat dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa (Gusnetti, 2015: 184)

(33)

16

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa cerita rakyat adalah cerita yang berkembang dari mulut ke mulut melalui penuturan lisan maupun tulisan mengisahkan suatu tempat dan tokoh dalam bentuk binatang, manusia, maupun dewa.

b. Ciri-ciri Cerita Rakyat

Ciri-ciri cerita rakyat Rahmawati (dalam Gusal, 2015: 10) sebagai berikut:

a) Bahasanya banyak menggunakan klise dan setiap cerita diawali dengan kata- kata seperti konon, dahulu kala, dan lain-lain.

b) Isi cerita bersifat istana sentris, fantastis, dan didaktis. Istana sentris artinya mengisahkan tentang keluarga raja. Fantastis artinya diwaranai oleh kepercayan animisme dan dinamisme. Sedangkan didaktis artinya ceritanya berusaha menggurui dan menanamkan nilai-nilai pendidikan.

c) Nama-nama pengarang tidak disebutkan.

Senada yang disampaikan oleh Danandjaya (dalam Latif, 2009: 14) cerita rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain:

a) Penyebaran dan pewarisan biasanya dilakukan secara lisan yaitu disebarkan melaui tutur kata dari mulut kemulut atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat dan alat bantu pengingat.

b) Folklor dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda.

c) Bersifat tradisional yaitu disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama.

d) Bersifat anonim yaitu penciptanya sudah tidak diketahui lagi sehingga cerita rakyat milik masyarakat.

e) Biasanya menggunakan kata-kata klise, ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan dan mempunyai pembukuan yang baku.

(34)

17

f) Mempunyai tujuan sebagai sarana pendidikan, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.

g) Bersifat pralogis yaitu logika sendiri.

h) Menjadi milik bersama.

i) Bersifat polos dan lugu, sehingga kelihatan kasar dan terlalu spontan.

Akbar (2019: 13) ciri-ciri cerita rakyat sebagai berikut:

a) Disampaikan secara lisan. Biasanya cerita rakyat disampaikan dituturkan secara individu kepada individu sekelompok orang.

b) Sering cerita rakyat mengalami perubahan. Misalnya cerita rakyat dari suatu daerah lain dimodifikasi seakan-akan cerita rakyat pernah di daerah penutur.

Perubahan itu sengaja dibuat oleh penutur untuk membuat cerita itu lebih hidup dan lebih menarik bagi pendengar.

c) Cerita rakyat adalah milik bersama sehingga tidak ada hak cipta dan tidak diketahui nama pengarangnya.

d) Cerita pelipur lara disampaikan pencerita mengandung unsur irama agar cerita lebih menghibur.

e) Cerita rakyat mencerminkan angan-angan masyarakat. Cerita rakyat tidak benar-benar terjadi dalam kenyataan sehari-hari tetapi proyeksi angan-angan dari rakyat.

f) Cerita rakyat digunakan untuk mengesahkan dan menguatkan suatu adat kebiasaan masyarakat yang bersangkutan.

g) Cerita rakyat berfungsi sebagai lembaga pendidikan budi pekerti kepada anak-anak.

h) Cerita rakyat berfungsi sebagai pengendalian sosial atau alat pengawasan agar norma-norma masyarakat dapat dipenuhi.

(35)

18

Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ciri- ciri cerita rakyat yaitu a) bahasa yang digunakan klise, b) nama pengarang tidak disebutkan, c) isi cerita bersifat istana sentris, fantastis, didaktis, dan d) tujuannya sebagai pelipur lara, pendidikan, protes sosial dan proyeksi keinginan terpendam.

c. Macam-macam Cerita Rakyat

Rafiek (dalamWiryanota, 2016: 10) cerita rakyat dibagi menjadi tiga, antara lain:

a) Cerita rakyat lisan

Cerita rakyat lisan merupakan cerita rakyat yang murni berbentuk lisan.

Bentuk-bentuk ke dalam cerita rakyat lisan antara lain (1) bahasa rakyat seperti julukan, logat, pangkat tradisional, dan gelar kebangsawanan (2) ungkapan tradisional seperti pepatah, peribahasa, dan pemeo (3) pertanyaan tradisional seperti teka-teki (4) puisi rakyat seperti gurindam, pantun dan syair (5) cerita prosa rakyat seperti mitos, dongeng dan legenda (6) nyanyian rakyat.

b) Cerita rakyat sebagian lisan

Cerita rakyat sebagian lisan merupakan campuran antara lisan dan bukan lisan. Bentuk-bentuk sebagian lisan antara lain kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat-istiadat, pesta rakyat, upacara, dan lain-lain.

c) Cerita rakyat bukan lisan

Cerita rakyat bukan lisan merupakan cerita bukan lisan walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Cerita rakyat bukan lisan dibagi menjadi dua antara lain material dan bukan material. Bentuk cerita material yaitu arsitektur rakyat (bentuk lumbung padi, bentuk rumah asli daerah, dan sebagainya), kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-obatan tradisional. Sedangkan bentuk cerita bukan material yaitu bunyi isyarat tardisional, gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat (kentongan tanda bahaya), dan musik rakyat.

(36)

19

Akbar (2019: 14) macam-macam cerita rakyat sebagai berikut:

a) Legenda

Adalah cerita yang dipercayai oleh beberapa penduduk setempat benar- benar terjadi tetapi tidak dianggap suci atau sakral sehingga membedakannya dengan mitos.

b) Mite atau mitos

Adalah cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa. Mitos sebagai produk imajinatif kreatif dan suatu karya seni maupun pernyatan religius.

c) Dongeng

Adalah karya prosa rakyat yang dihasilkan oleh masyarakat penuh dengan hal-hal khayalan dan diliputi unsur-unsur keajaiban.

d) Cerita wayang

Adalah warisan budaya nenek moyang yang telah ada sejak zaman prasejarah. Wayang telah melewati berbagai peristiwa sejarah dari generasi ke generasi sebagai milik bangsa Indonesia khususnya masyarakat Jawa.

Bascom (dalam Danandjaja. 2002: 50) cerita rakyat dibagi menjadi mite, legenda, dan dongeng.

a) Mite

Mite merupakan cerita rakyat yang benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empunya cerita. Tokoh para dewa atau makhluk setengan dewa. Peristiwa terjadi di masa lampau.

b) Legenda

Seperti halnya mite, legenda dianggap suci oleh empunya cerita sebagai kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Berbeda dengan mite, legenda bersifat migratoris yaitu berpindah-pindah sehingga dikenal luas di daerah-daerah

(37)

20

yang berbeda. Bruvand (dalam Danandjaja, 2002: 67) legenda dibagi menjadi empat yakni:

1) Legenda keagamaan, yang termasuk dalam golongan ini yaitu legenda orang- orang nasrani, legenda para wali agama islam.

2) Legenda alam gaib, berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi.

Kategori legenda ini merupakan cerita-cerita pengalaman seseorang dengan makhluk-mahkluk gaib, hantu, siluman, gejala-gejala alam gaib dan sebagainya.

3) Legenda perorangan, adalah cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap empunya cerita benar-benar terjadi.

4) Legenda setempat, yang termasuk dalam golongan ini berbuhungan dengan tempat, nama tempat dan bentuk topografi yakni bentuk permukaan suatu daerah.

c) Dongeng

Merupakan cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.

Dongeng diceritakan untuk hiburan, berisikan moral atau bahkan sindiran.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa macam-macam cerita rakyat yaitu legenda dianggap sebagai cerita yang benar-benar terjadi, mitos berkaitan dengan dewa, dongeng diceritakan untuk hiburan berisi moral maupun sindiran, dan wayang melewati peristiwa sejarah bangsa Indonesia khususnya masyarakat Jawa.

d. Manfaat Cerita Rakyat

Manfaat cerita rakyat menurut Akbar (2019: 12) yaitu penggalang rasa kesetiakawanan diantara warga masyarakat, pengokoh nilai-nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat. Ajaran-ajaran etika dan moral yang terdapat cerita rakyat digunakan sebagai pedoman bagi masyarakat. Cerita rakyat bisa menjadi tuntunan tingkah laku dalam pergaulan sosial sebelum adanya pendidikan

(38)

21

formal. Melalui penyampaian yang menyenangkan cerita rakyat tidak memaksa pendengar untuk menyerap ajaran-ajaran terdapat dalam cerita. Inti terdapat ajaran dalam cerita rakyat tidak mengalami perubahan selama masyarakat pemiliknya tidak berubah dan tentang menjunjung tinggi nilai-nilai yang masih berlaku.

Cerita rakyat tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga bisa dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral.

Cerita rakyat yang kaya akan cerita moral dan kearifan lokal bisa dijadikan sarana komunikasi untuk mengajarkan nilai-nilai pendidikan tentang kehidupn kepada masyarakat (Gusnetti, 2015: 184).

Hal tersebut senada yang disampaikan oleh Burke (dalam Anafiah, 2017:

140) cerita rakyat bermanfaat bagi perkembangan holistik, bahasa, sosial, dan moral. Cerita rakyat berkaitan dengan holistik berasal dari nilai dalam cerita anak mengajarkan manusia memiliki rasa benci, marah, cinta, sedih, gembira, dilahirkan, dan mati. Melalui cerita rakyat berkembang ranah kognitif karena cerminan bermacam-macam kebudayaan yang merefleksikan persamaan dan keunikan setiap kebudayaan. Cerita rakyat juga bermanfaat untuk perkembangan literernya, ditandai dengan anak akan belajar mengenal pola-pola naratif cerita dan mekanisme wacana yang membantu meningkatkan keterampilan narasi dalam berbahasa dan menjadikan pembaca lebih paham.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa manfaat cerita rakyat yaitu tidak hanya digunakan sebagai hiburan, tetapi juga etika dan moral digunakan sebagai tuntunan tingkah laku dalam pergaulan sosial.

3. Booklet

Satmoko (dalam Romziah, 2019: 3) mengatakan booklet merupakan sebuah buku kecil yang memiliki paling sedikit lima halaman tetapi tidak lebih dari empat puluh delapan halaman diluar hitungan sampul. Booklet berisi informasi-informasi penting yang isinya tegas, jelas, mudah dimengerti, dan lebih menarik jika disertai gambar.

(39)

22

Booklet digunakan sebagai media komunikasi pendidikan antara lain membnatu sasaran pendidikan untuk beajar lebih banyak dan cepat, membuat sasaran pendidikan tertarik dan ingin tahu lebih dalam untuk meneruskan pesan- pesan yang diterima kepada orang lain, mempermudah penemuan informasi dan mendorong keinginan untuk mengetahui isi dalam booklet (Puspitaningrum, 2017: 276). Adapun kelebihan dan kekurangan booklet menurut Artika (2020:

22) adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan

a) Tidak tebal sehingga tidak sulit untuk dibawa.

b) Lebih terperinci dan jelas, karena bisa lebih banyak mengulas tentang pesan yang disampaikan.

c) Booklet dapat dipelajari setiap saat karena desainnya berbentuk buku.

d) Booklet memuat informasi relatif lebih banyak dibandingkan poster

e) Booklet menggunakan bahasa yang sederhana mudah dipahami oleh siswa dan menarik sesuai topik yang dibahas.

b. Kelemahan

a) Memerlukan tenaga ahli untuk membuatnya.

b) Booklet tidak dapat menyebar langsung seluruh objek karena keterbatasan penyebaran dan jumlah halaman yang dapat dimuat dalam booklet.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa booklet adalah buku kecil terdiri dari lima halaman sampai empat puluh delapan halaman yang berisi informasi-informasi penting.

B. Kajian Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang sesuai dengan topik yang dibahas oleh peneliti mengenai pendidikan karakter dan cerita rakyat sebagai berikut:

(40)

23

1. Penelitian yang dilakukan oleh Junaini, dkk (2017) hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam cerita rakyat Seluma sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari khususnya pada dongeng dan legenda yaitu nilai keberanian, sikap saling membutuhkan, sikap displin diri, penghormatan kepada diri sendiri, sikap adil, peduli sesama, saling melindungi, dan sikap hormat kepada orang lain, sikap bermusyawarah dan sikap gotong royong.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Wiryanota (2016) hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai-nilai pnedidikan cerita rakyat Balang Kesimbar terkandung nilai pendidikan agama, nilai pendidikan moral dan nilai pendidikan sosial (2) mengaitkan hubungannya dengan pembelajaran sastra di SMP.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Youpika dan Darmiyati (2016) hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita rakyat masyarakat Suku Pasemah Bengkulu terdiri atas dua jenis, yaitu legenda dan dongeng. Nilai pendidikan karakter yang ditemukan dalam legenda yaitu pemberani, tanggung jawab, peduli sosial, disiplin, rendah hati dan religius. Nilai pendidikan karakter yang ditemukan dongeng yaitu cerdik, sabar, patuh, optimis, kerja keras, ikhlas menerima kekalahan, dan menempati janji.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan karakter melalui budaya sekolah yang religius di SD Aisyiyah Unggulan Gemolong yaitu upaya sekolah dalam mengembangkan karakter siswa baik didalam kelas, diluar kelas maupun melalui keteladanan serta pembiasaan serta program-program yang dirancang dalam membentuk karakter siswa. (1) bentuk budaya sekolah yang religius yaitu memungut sampah, berjabat tangan, menaruh sepatu atau sendal pada tempatnya, opening, clossing, shalat dhuha dan shalat dhuhur berjamaah, pendampingan guru, tahajud call, pesantren kilat, mabit, tanggap sedekah dan zakat fitrah, keputraan, keputrian, learning motivation training. (2) metode atau langkah dalam mengembangkan karakter melalui keteladanan dan pembiasaan. (3)

(41)

24

karakter yang dikembangkan pada budaya sekolah yang religius tersebut adalah peduli lingkungan, mempererat silaturahim, menghargai, menghormati, disiplin, mandiri, tanggung jawab, kejujuran, menmabah rasa cintanya pada Allah SWT, pasrah, bersyukur, ikhlas, kerja keras, kepedulian dengan sesama orang yang membutuhkan bantuan dan menumbuhkan sikap empati.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2019) hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita rakyat Wadu Parapi di desa Parangina kecamatan Sape kebupaten Bima meliputi nilai keagamaan, nilai sosial dan nilai moral.

Berikut ini persamaan, perbedaan, dan orisinalitas kajian relevan Tabel 2.2 Persamaan, perbedaan, dan orisinalitas kajian relevan No Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Persamaan Perbedaan Orisinalitas 1. Junaini,

dkk

Analisis nilai pendidikan karakter dalam cerita rakyat Seluma.

Penelitian sama-sama membahas tentang cerita rakyat

pendidikan karakter pada cerita rakyat.

Penelitian yang telah dilakukan menekankan pada nilai pendidikan karakter dalam cerita rakyat Seluma.

Penelitain yang akan dilakukan menekankan pada

pendidikan karakter melalui cerita rakyat Genuk

Kemiri.

2. Wiryanot a

Nilai-nilai pendidikan dalam cerita rakyat Balang Kesimbar dan hubungannya dengan pembelajarn sastra di SMP

Penelitian sama-sama membahas tentang cerita rakyat.

Penelitian yang telah dilakukan menekankan pada nilai-nilai pendidikan dalam cerita rakyat Balang Kesimbar dan hubungannya dengan pembelajaran

Penelitian yang akan dilakukan menekankan pada

pendidikan karakter melalui cerita rakyat Genuk

Kemiri.

(42)

25

sastra di SMP.

3. Youmika dan darmiyat i

Nilai pendidikan karakter cerita rakyat suku pasemah bengkulu dan relevansinya sebagai materi pembelajaran sastra

Penelitian sama-sama membahas tentang pendidikan karakter pada cerita rakyat.

Penelitian yang telah dilakukan menekankan pada nilai pendidikan karakter cerita rakyat suku pasemah bengkulu dan relevansinya sebagai materi pembelajaran sastra.

Penelitian yang akan dilakukan menekankan pada

pendidikan karakter melalui cerita rakyat Genuk

kemiri.

4. Sari Pengembangan karakter siswa melalui budaya sekolah yang religius di SD Aisyiyah unggulan Gemolong tahun 2017.

Penelitian sama-sama membahas tentang pendidikan karakter.

Penelitian yang telah dilakukan menekankan pada

pengembangan karakter siswa melalui budaya sekolah yang religius di SD Aisyiyah unggulan Gemolong tahun 2017.

Penelitian yang akan dilakukan menekankan pada

pendidikan karakter melalui cerita rakyat Genuk

Kemiri.

5. Akbar Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat “Wadu Parapi” pada masyarakat Desa Parangina Kecamatan Sape Kebupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

Penelitian sama-sama membahas tentang nilai- nilai yang terkandung dalam cerita rakyat.

Penelitian yang telah dilakukan menekankan pada nilai-nilai yang

terkandung dalam cerita rakyat “Wadu Parapi” pada masyarakat Desa Parangina Kecamatan Sape

Penelitian yang akan dilakukan menekankan pada

pendidikan karakter melalui cerita rakyat Genuk

Kemiri.

(43)

26

Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini akan menganalisa cerita rakyat Genuk Kemiri. Analisis ini guna mempelajari 5 nilai utama karakter (gotong royong, religius, nasionalisme, mandiri dan integritas) yang ada dalam cerita rakyat Genuk Kemiri. Diharapkan pendidikan karakter dalam cerita rakyat Genuk Kemiri dapat dijadikan pijakan dalam pembentukan karakter anak di Sekolah Dasar. Berikut uraiannya:

Salah satu sastra lisan yang saat ini masih eksis di dalam dunia pendidikan adalah cerita rakyat. Cerita rakyat biasanya dapat dijadikan media untuk pembentukan nilai karakter yang harus dimiliki oleh siswa karena pada cerita rakyat terdapat amanat yang dapat diambil sebagai pembelajaran agar dapat diterapkan dalam diri siswa. Sebagai sastra lisan, dalam cerita rakyat terkandung berbagai nilai norma, pendidikan, perjuangan, moral, kepahlawanan, dan pengabdian yang dapat dianut oleh masyarakat pada zaman sekarang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan juri Genuk Kemiri pada hari senin tanggal 19 Oktober 2020 diperoleh informasi bahwa cerita rakyat Genuk Kemiri semakin hari kurang diperdulikan dan banyak masyarakat yang tidak mengingat cerita rakyat secara kompleks dan mendalam. Hal ini dikarenakan tokoh masyarakat maupun orang tua jarang menceritakan asal usul cerita rakyat kepada anak-anak. Padahal setiap tahunnya Genuk Kemiri mengadakan haul yang diadakan pada tanggal 10 sura. Menjaga kelestarian cerita rakyat dapat dilakukan dengan mengenalkan kepada siswa melalui pendidikan formal khususnya anak sekolah dasar. Selama ini materi pembelajaran sastra hanya mengangkat cerita rakyat secara nasional yang berkembang di daerah masing-masing.:

(44)

27

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Cerita Rakyat Genuk Kemiri

Nilai-nilai Karakter dalam Cerita Rakyat Genuk Kemiri

Pengaplikasian Nilai-nilai Karakter untuk Siswa SDN Sarirejo 01

(45)

28 BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Sarirejo Kecamatan Pati Kabupaten Pati.

Dimana dalam penelitian ini memperdalam pendidikan karakter yang terdapat dalam cerita rakyat Genuk Kemiri pada siswa SDN Sarirejo 01.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pelaporan. Adapun waktu yang digunakan untuk merencanakan penelitian pada bulan Juni 2020, kemudian pelaksanaan penelitian pada bulan Maret 2021 dan laporan penelitian pada bulan April 2021 yang bertempat di Desa Sarirejo Kecamatan Pati Kabupaten Pati. Penelitian ini diharapkan dapat selesai tepat waktu sehingga peneliti dalam memperoleh hasil penelitian sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan analisis data secara deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan orang secara individual maupun kelompok (Sukamadinata, 2009: 53). Ruslan (dalam Susilowati, 2017: 50) mengatakan bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.

(46)

29

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu mengumpulkan data berdasarkan faktor-faktor yang menjadi pendukung terhadap objek penelitian kemudian menganalisa faktor-faktor tersebut untuk dicarai peranannya (Arikunto, 2010: 151). Sugiyono (2016: 14) tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menemukan pola hubungan bersifat interaktif, menemukan teori, menggambarkan realitas yang kompleks, dan memperoleh pemahaman makna.

Penelitian ini dilakukan dengan melaksanakan observasi di lapangan secara langsung, melakukan pendataan, kemudian menganalisis data yang telah didapatkan. Adapun rancangan penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

1. Menentukan permasalahan dan tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian, selanjutnya peneliti melakukan studi pendahuluan ke Desa Sarirejo Kecamatan Pati Kabupaten Pati.

2. Mengumpulkan studi literatur dan mengaitkan dengan teori-teori ahli yang sesuai.

3. Selanjutnya peneliti menggali informasi untuk memperoleh data dengan melaksanakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

4. Kemudian menyimpulkan hasil penelitian.

5. Hasil penelitian dievaluasi sehingga dapat ditindaklanjuti.

C. Peranan Peneliti

Peranan peneliti sangat penting dalam penelitian ini agar mencapai hasil yang diharapkan. Peneliti memiliki peranan yang penting mulai dari observasi hingga menyimpulkan hasil penelitian. Peran peneliti dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai perencana penelitian, pencarian data penelitian, pengolahan data penelitian, analisis data dan menyimpulkan hasil penelitian tersebut.

(47)

30

Berkaitan dengan pendidikan siswa di sekolah dasar, peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya terkait nilai-nilai karakter yang terdapat dalam cerita rakyat Genuk Kemiri.

D. Data dan Sumber Data 1. Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, data yang dikumpulkan baik secara tertulis maupun secara lisan. Data tertulis diperoleh dari hasil teori pendukung sedangkan data lisan sebagai data utama diperoleh dari hasil wawancara dengan narasumber.

2. Sumber Data

Sumber data merupakan subjek data yang diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru yang akan memberikan informasi secara langsung dengan dilakukannya wawancara dengan siswa. Berdasarkan sumber pengambilannya data dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

Penjelasan mengenai data primer dan data sekunder sebagai berikut:

a) Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Misbahuddin, 2014: 21). Data primer dapat diperoleh dengan melakukan wawancara dan lembar pengamatan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah siswa SDN Sarirejo 01, guru kelas IV, juru kunci, dan orang tua siswa.

b) Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Misbahuddin, 2014: 21). Sumber data sekunder dapat diperoleh melalui dokumentasi, catatan penelitian dan data pendukung lainnya.

(48)

31 E. Pengumpulan Data

Sugiyono (2017: 308) berpendapat bahwa teknik mengumpulkan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti berupa observasi, wawancara, dokumentasi, dan pencatatan.

1. Observasi

Rubiyanto (2011: 85) menjelaskan bahwa observasi merupakan cara mengumpulkan data dengan jalan mengamati langsung terhadap objek yang diteliti. Observasi sebagai teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Sanjaya, 2009: 86). Gunawan (2013: 143) tujuan observasi adalah mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari interelasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks dalam pola-pola kultur tertentu. Sugiyono (2017: 310) observasi dibedakan menjadi tiga sebagai berikut:

a) Observasi partisipatif

Pada observasi partisipan, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Setelah melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

b) Observasi terus terang atau tersamar

Pada observasi terus terus terang, peneliti melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian. Peneliti melakukan penelitian sejak awal sampai akhir tentang aktivitas orang yang diteliti. Namun suatu saat peneliti juga tidak terus terang

(49)

32

atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk mencari data yang masih dirahasiakan.

c) Observasi tak terstruktur

Pada observasi tak terstruktur, peneliti tidak mempersiapkan secara sitematis apa yang akan diobservasi. Hal ini dikarenakan peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif karena peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh sumber data. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui pendidikan karakter dalam cerita rakyat Genuk Kemiri di SDN Sarirejo 01.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2017: 317). Patton (dalam Gunawan, 2013: 165) berpendapat bahwa tujuan wawancara adalah mendapatkan dan menemukan apa yang terdapat di dalam pikiran orang lain, serta untuk menemukan sesuatu yang tidak mungkin diperoleh melalui pengamatan secara langsung.

Esterberg (dalam Sugiyono, 2017: 319) menyatakan beberapa macam wawancara, antara lain wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.

a) Wawancara terstruktur

Dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah disiapkan.

Gambar

Tabel 2.1 Nilai-nilai dalam pendidikan karakter
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Cerita Rakyat Genuk Kemiri
Tabel 4.1 Kondisi Geografis Desa Sarirejo
Gambar 4.1 Peta Desa Sarirejo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemasalahan dalam penelitian ini berhubungan dengan struktur dan nilai-nilai karakter cerita rakyat Asal Mula Nama Sumedang, Darmaraja, Dayeuh.. Luhur dan Asal Mula

mengembangkan sebuah buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter untuk menumbuhkan budaya literasi di Sekolah Dasar yang dapat digunakan siswa sebagai media

Tujuan dari perancangan buku cerita bergambar Legenda Gunung Arjuna ini adalah untuk mengembangkan minat baca anak, serta agar anak mengetahui tentang legenda dari

Komplikasi dalam cerita rakyat Kubah Terbang terjadi ketika Sang Guru menyuruh Sang Murid memanjat pohon kelapa dan membacakan syair setelah sampai di atas agar Sang Murid tidak

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dalam buku cerita rakyat dengan judul asal mula kota bumi terdapat beberap akarakter yang dapat ditanamkan pada anak

Kemudian tujuan akhirnya adalah hasil dari analisis nilai moral cerita rakyat Situ Bagendit itu sebagai penguatan karakter pada anak di sekolah dasar.. Selain mengetahui pesan moral,

PERANCANGAN VISUAL BUKU CERITA BERGAMBAR “BABAT ALAS BONDOWOSO” SEBAGAI UPAYA PENGENALAN NILAI SEJARAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI BONDOWOSO PROPOSAL TUGAS AKHIR KARYA Untuk