• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Hakikat Pendidikan Karakter

Kanzunnudin (2012: 199) mendefinisikan bahwa karakter merupakan sikap stabil hasil proses konsolidasi dengan norma agama, sosial, budaya, dan lingkungan serta progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan.

Karakter erat hubungannya dengan kepribadian seseorang dalam bentuk pikiran, ucapan, dan perbuatan yang timbul secara alami dalam diri seorang individu yang akan menjadi ciri khas dalam individu.

Muslich (2011: 84) menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah meliputi komponen-komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan ataupun kebangsaan.

Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berlandaskan kebijakan-kebijakan inti secara objektif baik bagi individu maupun maupun masyarakat (Saptono, 2011: 23).

Daryanto (dalam Purwanti, 2017: 16) mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan oleh para anggota sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat untuk membantu anak-anak agar memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab.

Omeri (2015: 466) pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak dengan tujuan

8

mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik maupun buruk, memelihara yang baik serta mewujudkan kebaikan-kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan oleh anggota sekolah, orang tua, dan anggota masyarakat dengan tujuan mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab. Pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini agar siswa mendapatkan arahan yang benar dalam menyikapi sikap siswa yang menyimpang atau berlainan dengan siswa lain.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan pada dasarnya tidak hanya membentuk siswa memiliki ilmu pengetahuan tetapi juga membentuk siswa memiliki karakter serta akhlak yang baik. Samani (dalam Maunah, 2015: 91) berpendapat pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Pendidikan karakter tidak hanya berdasarkan pengetahuan saja namun kepribadian dan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan karakter tugas bersama antara keluarga, teman sejawat, sekolah, dan masyarakat.

Karakter dalam lingkungan sekolah ditunjukkan melaui sikap terhadap pelajaran, guru, teman, belajar dan kehidupan sehari-hari (Heru Kurniawan dalam Sari, 2017: 18).

Asmani (2011: 17) melalui pendidikan karakter, siswa diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Tujuan pendidikan karakter menurut Omeri (2015: 467) di antaranya sebagai berikut:

9

a) Mengembangkan potensi sikap siswa sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya dan karakter bangsa.

c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generasi penerus bangsa.

d) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.

e) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan dan penuh kekuatan.

Najib (dalam Purwanti, 2017: 17) tujuan pendidikan antara lain:

a) Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi peserta didik pada khususnya dan seluruh warga sekolah pada umumnya dalam menjalin interaksi edukasi yang sesuai dengan nilai-nilai karakter.

b) Membentuk siswa yang memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spriritual.

c) Menguatkan berbagai perilaku positif yang ditampilkan oleh siswa baik melalui kegiatan pembelajaran maupun pembiasaan di kelas dan sekolah.

d) Mengoreksi berbagai perilaku negatif yang ditampilkan oleh siswa ketika berada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga.

e) Memotivasi dan membiasakan siswa mewujudkan berbagai pengetahuan tentang kebaikan dan kecintaannya akan kebaikan ke dalam berbagai perilaku positif di lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah berdasarkan pengetahuan, kepribadian, dan akhlak mulia yang

10

ditunjukkan melalui sikap antara keluarga, teman sejawat, sekolah, dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

c. Fungsi Pendidikan Karakter

Habibah (2018: 77) menjelaskan fungsi pendidikan karakter antara lain:

a) Pembentukan dan pengembangan potensi

Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan mengembangkan potensi manusia Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku sesuai dengan Pancasila.

b) Perbaikan dan penguatan

Pendidikan karakter bertujuan memperbaiki karakter manusia yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, pemerintah, dan masyarakat agar berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensinya agar menjadi manusia yang berkarakter, maju, mandiri dan sejahtera.

c) Penyaring

Pendidikan karakter bertujuan memilah nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif dapat ditiru agar menjadi manusia yang bemartabat.

Pusat kurikulum kementrian pendidikan nasional (2010) menjelaskan bahwa fungsi pendidikan karakter sebagai berikut:

a) Mengembangkan potensi afektif siswa sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generus bangsa.

d) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.

11

e) Mengembangan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang jujur, aman, penuh kreativitas dan persahabatan, serta rasa kebaangsaab yang tinggi dan dan penuh kekuatan.

Amran (2018: 258) menyatakan fungsi pendidikan karakter antara lain menumbuh kembangkan kemampuan dasar siswa agar berpikir cerdas, berperilaku yang berakhlak, bermoral, berbuat sesuatu yang baik, bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan fungsi pendidikan karakter adalah pembentukan dan pengembangan potensi yang ditandai dengan membentuk dan mengembangkan manusia Indonesia sesuai Pancasila, perbaikan dan penguatan ditandai dengan memperbaiki karakter negatif agar menjadi manusia yang berkarakter, dan penyaring ditandai dengan memilah nilai-nilai budaya yang positif agar dapat ditiru sehingga menjadi manusia yang bermartabat.

d. Indikator Nilai Karakter

Lima nilai karakter utama yang saling berkaitan membentuk gerakan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter). Nilai utama karakter bangsa sebagaimana yang dimaksud pada Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 pasal 2 yaitu:

a) Religius

Daryanto (dalam Sari, 2017: 20) mengatakan bahwa religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa meliputi pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agamanya (Gunawan dalam Ahsanulkhaq, 2019: 24).

Pendidikan karakter religius pertama dilaksanakan di lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dimana orang tua dan pihak sekolah mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter anak (Esmael, 2018: 19).

12

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa religius merupakan perilaku dan sikap yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dan menjauhi larangannya. Pendidikan karakter religius dilaksanakan di lingkungan rumah dan lingkungan sekolah.

b) Nasionalisme

Sarman (dalam Kusumawardani, 20014: 63) mengatakan bahwa nasionalisme merupakan kecintaan terhadap tanah air yang menghalalkan secara cara demi negara yang dicintai. Perlu disadari bahwa nasionalisme meupakan mesin besar yang menggerakkan dan mengawasi semua kegiatan internasional.

Sementara itu nasionalisme bukan tiruan dari nasionalsime barat, akan tetapi timbul rasa cinta manusia dan kemanusiaan (Siswoyo dalam Bakar, 2018: 44).

Majid dalam Widiatmaka (2016: 28) strategi pendidikan karakter yang efektif untuk membangun nasionalisme antara lain:

1) Moral knowing/learning to know

Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter, dengan tujuan menguasai tentang nilai-nilai. Setiap individu harus mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela.

2) Moral loving/moral feeling

Tahapan ini memiliki tujuan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia yang mejadi sasaran emosional, hati atau jiwa.

3) Moral doing/learning to do

Tahapan ini menjadi puncak keberhasilan pendidikan karakter, setiap individu mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia dalam perilakunya sehari-hari.

Indivisu akan menjadi semakin sopan, displin, cinta, ramah, hormat, penyayang, jujur, disiplin, dan murah hati.

13

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa nasionalisme merupakan rasa cinta tanah air yang ada pada diri manusia.

c) Mandiri

Nova (2019: 114) mengatakan mandiri adalah sikap atau perilaku seorang individu yang tidak mudah bergantung pada orang lain. Mandiri dapat dilihat pada watak, akhlak, budi pekerti, dan mental seorang individu agar tidak bergantung pada bantuan orang lain dalam menyelesaikan setiap tugas-tugasnya.

Widjaja (dalam Husna, 2017: 966) mandiri menunjuk adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tanpa bantuan khusus dari orang lain, keengganan untuk dikontrol orang lain, dapat melakukan sendiri kegiatan-kegiatan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.

Kemandirian harus ada dalam diri siswa. Indikator karakter mandiri siswa menurut Pasani (2014: 21) antara lain:

1) Menjalankan instruksi dengan sebaik-baiknya selama proses pembelajaran berlangsung.

2) Fokus, serius, dan dapat konsisten selama proses pembelajaran berlangsung.

3) Memiliki kepercayaan diri atau keyakinan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

4) Menunjukkan kemmapuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.

5) Mengerjakan atau menyelesaikan sendiri tugas dan latihan yang diberikan dengan tidak mencontek atau meniru pekerjaan orang lain.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain untuk menyelesaikan tugasnya.

14 d) Gotong royong

Gotong royong merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan sesama manusia dalam bentuk kerja sama untuk memecahkan suatu masalah (Aristyaningsih, 2019 : 44). Hal tersebut sejalan yang disampaikan oleh Bintari (2016: 61) gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat sukarela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan.

Khotimah (dalam Mulyani, 2020: 227) tujuan gotong royong yaitu untuk menanamkan pembentukan nilai karakter bangsa Indonesia sehingga mampu mengubah perilaku, cara berfikir, dan cara bertindak menjadi lebih baik.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa gotong royong merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk memecahkan suatu masalah.

e) Integritas

Asmani (dalam komara, 2018: 19) mengatakan integritas adalah nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, pekerjaan dan memiliki komitmen pada nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan Helmawati (2017:

15) berpendapat bahwa integritas yaitu berpegang teguh pada prinsip moral dengan menjaga kata dan meyakini apa yang dipercayai sehingga tetap konsisten dalam keadaan apapun.

Karakter aspek integritas meliputi tanggung jawab sebagai warga negara, aktif dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran (Agung, 2017: 110).

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa integritas adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjadikan dirinya dipercaya dalam hal perkataan, pekerjaan, tindakan dan komitmen.

15

Tabel 2.1 Nilai-nilai dalam pendidikan karakter

Religius Beriman dan bertaqwa, disiplin beribadah, toleransi, saling menolong, saling menghormati perbedaan keyakinan, menjaga lingkungan, memanfaatkan lingkungan dengan bijak.

Nasionalisme Cinta tanah air, semenagat kebangsaan, menghargai kebhinekaan, rela berkorban, taat hukum.

Mandiri Kerja keras, kreatif dan inovatif, disiplin, tangguh, pembelajar sepanjang hayat.

Gotong royong Kerjasama, solidaritas, kekeluargaan, aktif dalam gerakan komunitas, berorientasi pada kemaslahatan bersama.

Integritas Kejujuran, keteladanan, tanggung jawab, anti korupsi, komitmen moral, cinta pada kebenaran.

Sumber: Kemdikbud (2017: 8)

Simpulan pada penelitian ini, peneliti menggunakan nilai-nilai pendidikan karakter yaitu gotong royong dan kejujuran.

Dokumen terkait