• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buku Cerita

Media buku cerita merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran di sekolah. Pada sekolah umumnya menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan materi khususnya IPA. Padahal dengan metode tersebut siswa cenderung sulit memahami materi yang diberikan dan cepat bosan karena proses pencernaan begitu kompleks dan memiliki banyak istilah-istilah yang sulit dihafalkan dan dipahami. Dengan menggunakan media buku cerita dapat menjadi alternatife bagi guru dalam menyampaikan materi. Menurut Trianto (2007:75), media pembelajaran diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: (1) bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa, dan tidak bersifat verbalistik, (2) metode pembelajaran lebih bervariasi, (3) siswa menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas, (4) pembelajaran lebih menarik, dan (5) mengatasi keterbatasan ruang.

Keuntungan media pembelajaran, antara lain: (1) dapat meningkatkan motivasi belajar, (2) minat dan bakat siswa dapat berkembang, (3) adanya interaksi langsung dengan lingkungan, (4) munculnya persepsi suatu konsep yang sama, (5) dapat memberikan semangat kepada sekitar, dan (6) dapat meningkatkan prestasi belajar.

Menurut Stewing dalam Susanto (2011), buku bergambar adalah sebuah buku yang menjajarkan cerita dengan gambar. Kedua elemen ini bekerjasama untuk menghasilkan cerita dengan ilustrasi gambar. Biasanya buku-buku bergambar dimaksudkan untuk mendorong ke arah apresiasi dan kecintaan terhadap buku. Selain ceritanya secara verbal harus menarik, buku harus mengandung gambar sehingga mempengaruhi minat siswa untuk membaca cerita. Oleh karena itu, gambar dalam cerita anak-anak harus hidup dan komunikatif.

Sebuah buku cerita dapat berfungsi sebagai tiket ajaib untuk berimajinasi. Buku yang baik dapat mempengaruhi pola pikiran pembacanya. Sebagai contoh, mungkin kebanyakan dari kita masih ingat tentang buku favorit yang sering dibaca. Menurut Johnson (2003), sebuah buku akan memberikan pengalaman yang dapat membantu tugas perkembangan anak sebagai berikut:

1) Emosi positif diciptakan dari rutinitas membaca, yang menghasilkan kedekatan, keintiman, dan rasa aman.

2) Dialog sosial yang interaktif antara anak-anak dan orang dewasa dapat membangun pengetahuan sebelumnya dan memberikan umpan balik yang cepat, pada saat mereka membahas, misalnya ketika membaca buku seri cerita “binatang”.

3) Bahasa yang digunakan untuk label, membandingkan, menjelaskan, dan mengklasifikasikan dapat menciptakan suasana yang mendukung untuk penataan proses berpikir dan pembentukan konsep.

Rothlein dan Meinbach dalam Susanto (2011) membedakan jenis buku bergambar menjadi 5 macam, yaitu :

1) Buku abjad (alphabet book)

Dalam buku alfabet, setiap huruf alphabet dikaitkan dengan suatu ilustrasi objek yang diawali dengan huruf. Ilustrasi harus jelas berkaitan dengan huruf-huruf kunci dan gambar objek dan mudah teridentifikasi. Beberapa buku alphabet diorganisasi pada sekitar tema khusus, seperti peternakan dan transportasi. Buku alfabet berfungsi untuk membantu siswa, menstimulasi dan membantu pengembangan kosakata.

2) Buku mainan (toys book)

Buku-buku mainan menggunakan cara penyajian isi yang tidak biasa. Buku mainan sendiri dari buku kartu papan, buku pakaian dan buku pipet tangan. Buku mainan ini mengarahkan anak-anak untuk memahami teks, dapat mengeksplorasi konsep nomor, kata bersajak dan alur cerita. Buku mainan membantu anak-anak untuk mengembangkan keterampilan kognitif, meningkatkan kemampuan bahasa dan sosialnya, dan untuk mencintai buku. Sikap positif terhadap membaca dapat ditumbuhkan dengan buku ini.

3) Buku konsep (consept books)

Buku konsep adalah buku yang menyajikan konsep dengan menggunakan satu atau lebih contoh untuk membantu pemahaman konsep yang sedang dikembangkan. Konsep-konsep yang ditekankan diajarkan melalui alur cerita atau dijelaskan melalui repetisi (pengulangan), dan perbandingan. Melalui berbagai konsep seperti warna, bentuk, ukuran, dapat didemonstrasikan sendiri dengan konsep yang lainnya.

4) Buku bergambar tanpa kata (wordless picture books)

Buku bergambar tanpa kata adalah buku untuk menyampaikan suatu cerita melalui ilustrasi saja. Buku bergambar tanpa kata menjadi berkembang dan popular pada masyarakat generasi muda. Ini terdapat di televisi, komik, dan bentuk visual lainnya dari komunikasi. Alur cerita disajikan dengan gambar yang diurutkan dan tindakan juga digambarkan dengan jelas. Buku bergambar tanpa kata terdiri dari berbagai bentuk, seperti buku berupa buku humor, buku serius, buku informasi atau buku fiksi. Buku ini mempunyai beberapa keunggulan, misalnya untuk mengembangkan bahasa tulis dan lisan secara produktif yang mengikuti gambar. Keterampilan pemahaman juga dapat dikembangkan pada saat anak membaca cerita melalui ilustrasi. Anak-anak menganalisis maksud pengarang dengan mengidentifikasi ide pokok dan memahami ceritanya.

5) Buku cerita bergambar.

Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Kedua elemen ini merupakan elemen penting pada cerita. Buku-buku ini memuat berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari anak. Karakter dalam buku ini dapat berupa manusia atau binatang. Di sini ditampilkan kualitas manusia, karakter, dan kebutuhan, sehingga anak-anak dapat memahami dan menghubungkannya dengan pengalaman pribadinya. Buku cerita yang diilustrasikan dan ditulis dengan baik akan memberikan kontribusi pada perkembangan sastra anak. Buku bergambar yang baik memuat elemen instrinsik sastra, seperti alur , struktur yang baik, karakter yang baik, perubahan gaya, latar,

dan tema yang menarik. Buku ini dapat menimbulkan imajinasi orisional dan mempersiapkan stimulus berpikir kreatif.

Buku cerita bergambar dapat memberikan apresiasi bahasa dan mengembangkann komunikasi lisan, mengembangkkan proses berpikir kognitif, ungkapan perasaan, dan meningkatkan kepekaan seni. Buku cerita bergambar sains merupakan buku yang berisi ilustrasi dan teks tertulis yang berisi pengetahuan tentang gejala-gejala alam.

Menurut Stewing dalam Susanto (2011), ada tiga manfaat buku bergambar, yaitu : (1) membantu masukan bahasa kepada anak-anak, (2) memberikan masukan visual bagi anak-anak, dan (3) menstimulasi kemampuan visual dan verbal anak-anak.

Perlu diketahui bahwa buku bacaan yang baik adalah buku bacaan yang : (a) dapat memberikan nilai tambah positif pada pembacanya. Misalnya, memberi kegembiraan, membantu memecahkan persoalan dan mampu membuka pikiran untuk suatu hal, (b) disampaikan dalam bahasa yang sederhana, enak dibaca dan penulisnya seakan ingin berbagai dengan pembaca, bukan menggurui, (c) gaya penulisannya tidak meledak-ledak, (d) menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, tidak banyak menggunakan istilah asing yang sebenarnya ada padanannya dalam bahasa Indonesia.(Christantiowati dalam Susanto,2011).

2.2 Minat Membaca

Menurut Ginting (2005, 21), membaca dapat disimpulkan sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan

kesenangan. Menurut Tiemensma (2009) mengatakan bahwa membaca adalah komponen terpenting di abad 21 agar bisa bertahan di era globalisme saat ini.

Slameto (2003:57) mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan beberapa kegiatan yang diminati seseorang disertai dengan rasa sayang. Faktor-faktor yang mendorong minat adalah sebagai berikut. Pertama faktor kebutuhan, karena adanya minat untuk memenuhi kebutuhan itu. Kedua faktor perasaan; perasaan sukses, senang, mendorong timbulnya minat, sedangkan perasaan kecewa, gagal, menghambat atau bahkan menghilangkan minat. Ketiga, faktor lingkungan; maksudnya minat dipengaruhi dorongan untuk diterima atau diakui oleh lingkungan.

Minat dapat tumbuh dari dari individu dan lingkungan. Apabila seseorang telah memiliki minat yang sangat tinggi namun lingkungan tidak mendukung maka hasilnya kurang maksimal. Dan sebaliknya minat kita rendah sedangkan lingkungan kita mendukung hasilnya kurang maksimal juga. Untuk meningkatkan minat membaca berada dalam lingkungan yang mendukung serta memiliki minat membaca yang tinggi. Minat membaca harusnya ditanamkan dari usia dini sehingga menggangap membaca merupakan suatu kebutuhan.

Menurut Karyono (2007: 5) ada beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan minat baca anak sejak usia ini antara lain dilakukan dengan cara :

1) Proses pembelajaran di sekolah harus dapat mengarahkan kepada peserta didik untuk rajin membaca buku dengan memanfaatkan literatur yang ada di perpustakaan atau sumber belajar lainnya.

2) Menekan harga buku bacaan maupun buku pelajaran agar terjangkau oleh daya beli masyarakat. Minat membeli buku masyarakat rendah, karena harga buku-buku saat ini relatif cukup mahal. Dengan demikian apabila harga buku dapat terjangkau, maka minat membeli buku bacaan oleh masyarakat akan menjadi tinggi. Dengan banyak memiliki buku, maka minat membaca buku akan menjadi meningkatkan secara bertahap.

3) Buku bacaan dikemas dengan gambar-gambar yang menarik.

4) Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya minat baca anak-anak. Baik di rumah maupun di sekolah. Di sekolah, guru memberikan tugas kepada siswa untuk menceriterakan kembali buku yang telah dibaca, mengadakan lomba meresensi buku, bedah buku, pameran buku bekerjasama dengan penerbit dan masyarakat pecinta buku. Di rumah oranglah yang harus dapat menciptakan kondisi lingkungan agar anak gemar membaca.

5) Menumbuhkan minat baca sejak dini.

6) Meningkatkan frekuensi pameran buku di setiap kota/kabupaten dengan meli-batkan penerbit, LSM, perpustakaan, masyarakat pecinta buku, Depdiknas, dan sekolah-sekolah. Dengan mewajibkan siswa untuk berkunjung pada pameran buku tersebut.

7) Di rumah orang tua memberikan contoh membaca untuk anak-anaknya. Ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orang tua agar orang tua dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya sebagaimana diuraikan berikut ini.

Siswa sekolah dasar agar dapat meningkat minat membacanya harus dilengkapi juga dengan bahan bacaan yang sesuai dengan kesukaan mereka.

Bahan bacaan yang siswa sukai secara perlahan-lahan akan membaca buku itu. Awalnya, membaca hanya untuk mengisi waktu luang saja pada saat jam istirahat. Pada akhirnya, membaca akan menjadi kebiasan.

Indikator-indikator minat membaca siswa yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : (1) frekuensi membaca buku, (2) jumlah buku yang dibaca, (3) perasaan senang terhadap buku, (4) jenis buku yang dibaca, (5) ketertarikan dan kepuasan setelah membaca, (6) tempat untuk membaca buku cerita, (7) waktu untuk membaca buku cerita, (8) memahami isi buku cerita, (9) dukungan keluarga, (10) mengambil manfaat setelah membaca buku cerita.

Minat baca adalah bentuk-bentuk perilaku yang terarah guna melakukankegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang dalam hal ini adalah muridtanpa adanya suatu paksaan atau keharusan. Kegiatan membaca ini dilakukankarena adanya pengaruh faktor internal dan eksternal yang membuat muridsenang melakukannya (Ginting, 2005: 21). Minat baca bukanlah bentuk perilaku yang dibawa sejak lahir, tetapi hasil dari usaha belajar. Sebagai kegiatan yang harus melewati tahap mempelajari (bukan bawaan), dalam kegiatan membaca murid membutuhkan rangsangan dan penguatan terhadap kegiatan membaca yang dilakukannya. Pemberian penguatan ini menandakan adanya keberterimaan lingkungan bahwa apa yang dilakukan murid positif dan mendapat dukungan sehingga murid terdorong mengulang kembali perilaku positif tersebut. Oleh karena itu, diduga ada hubungan positif antara penguatan (reinforcement) membaca dengan minat baca yang dimiliki murid.

Dokumen terkait