• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cerminan Karakter Tere Liye Lewat Tokoh-tokoh dalam Sunset Bersama Rosie

Lahirnya suatu novel tidak dapat dipisahkan dari penulisnya. Dalam Sunset

Bersama Rosie, karakter Tere Liye sebagai penulis muncul di beberapa tokohnya.

Karakter Tere Liye ini dapat dilihat dari tokoh Tegar Karang.

Pengetahuan Tere Liye terhadap istilah-istilah ekonomi terlihat dalam sosok Tegar Karang. Tegar Karang dalam Sunset Bersama Rosie merupakan seorang yang bekerja di perusahaan sekuritas. Pekerjaan Tegar tersebut menunjukkan adanya latar belakang ilmu ekonomi yang dimiliki Tegar.

Latar belakang ekonomi yang dimiliki Tegar tidak dapat dipisahkan dari latar belakang pekerjaan lain Tere Liye sebagai akuntan. Karena pengetahuan bidang ekonomi tersebut, dalam Sunset Bersama Rosieterdapat istilah ekonomi seperti IPO (Initial Public Offering).

“Ah, selamat pagi, Tegar. Panjang umur. Aku baru saja membicarakan kau bersama Direktur klien kita. Golf bersama, kau tahu kebiasaanku, kan. Tegar, kau mengikuti trading listing saham kemarin? Bukan main, IPO-nya sukses besar, My Friend.” Suara berat Eric Theo terdengar riang. “Sebentar. Ya, ini dari Tegar, dia menelepon dari Lombok.” Eric Theo menjelaskan sesuatu ke teman bermain golf-nya.

“Salam dari Bapak Nizami, Tegar. Kau tahu, satu setengah kali dari harga penawaran perdana. Strategi marketing yang kau lakukan berhasil. Prospektus yang hebat. Eksekusi yang baik. Semuanya sempurna. Satu setengah kali. Itu setara dengan kapitalisasi tambahan hampir dua triliun,

My Friend. Kau berhak mendapatkan bonus atas nilai itu. Bukan main.”

“Berapa harga terakhirnya?” Aku menelan ludah.

“Sebelas ribu per lembar saham. Kau tidak tahu?” (Tere Liye, 2012: 162-163).

Dalam kutipan di atas, terlihat terdapat beberapa istilah ekonomi seperti IPO, trading listing dan saham. Dalam tulisan Tere Liye di fanspage akun jejaring sosial Facebook miliknya pada tanggal 13 Oktober 2013, Tere Liye juga

commit to user

menggunakan istilah ekonomi. Istilah ekonomi yang digunakan Tere Liye dalam tulisan tersebut adalah going concern

Saya akuntan, jadi pernah menghabiskan banyak waktu untuk belajar sebuah konsep yang disebut: going concern. Saya ingat, kuliah tentang teori akuntansi ini seru, karena menjadi tempat terbaik berdiskusi tentang prinsip-prinsip, standar-standar, dan apapun yang melandasi dunia akuntansi. Ada banyak konsep-konsep dalam dunia akuntansi, tapi kali ini saya akan bahas going concern.

Apa itu going concern? Simpelnya adalah: bertahan lama, hidup lama. Ketika kita meng-audit sebuah perusahaan, melakukan pembukuan, membuat laporan keuangan, dan sebagainya terkait proses akuntansi, maka penting sekali konsep going concern ini. Bahwa perusahaan akan bertahan lama, hidup lama. Karena kalau kita tidak yakin bahwa perusahaan ini akan bertahan lama, metode pencatatan akuntansinya akan amat berbeda. Kita tidak bisa menerapkan pendekatan depresiasi, amortisasi (yang bisa 20 tahun), kita tidak bisa mencatat hutang jangka panjang, dan detail-detail lainnya. Saya tahu, tidak banyak diantara kita yang paham tentang akuntansi, jadi saya tidak akan panjang lebar lagi membahasnya.

Lebih baik kita membahas bagian yang mungkin menarik buat kita semua. Karena sebenarnya, konsep going concern ini bisa dipakai buat apapun. (facebook,com/DarwisTereLiye, 6 Oktober 2013).

Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Tere Liye memasukkan pengetahuan yang dimilikinya pada kehidupan sehari-hari dan dalam novel. Dalam Sunset

Bersama Rosie pengetahuan tentang ilmu ekonomi lebih ditunjukkan oleh tokoh

Tegar Karang.

Selain dalam segi pengetahuan bidang ekonomi, Tegar Karang juga menunjukkan diri lain Tere Liye terkait pandangannya tentang memaafkan.

“Kata Paman Tegar.... Kata Paman Tegar, kami tidak boleh membenci Om. Tadi pagi Paman Tegar bilang, kami tidak boleh sedikitpun membenci Om. Meski, meski....” Jasmine tak tahan lagi, gadis kecil itu tak kuasa lagi menahan sesak di hatinya. Ia terisak, linangan air mata mengalir di lesung pipinya.

Senyaplah seluruh kegaduhan.

Bagai hutan yang ramai oleh suara jangkrik, serangga, lenguh burung hantu, desis binatang malam, tiba-tiba berhenti semuanya, seketika. Kesunyian agis menggantung di seluruh sudut ruang pengadilan.

commit to user

membenci Om. Karena Jasmine percaya apa yang Paman Tegar bilang. Sungguh percaya. Ayah, kata Paman Tegar, Ayah tersenyum senang di surga kalau Jasmine bisa memaafkan Om.” (Tere Liye, 2012: 244-245). Dalam kutipan di atas, terlihat bahwa Jasmine berusaha memaafkan pelaku pengeboman Jimbaran karena kata-kata Tegar Karang. Dalam kutipan tersebut terlihat bahwa Tegar menanamkan kepada anak-anak Rosie untuk memaafkan dan berdamai dengan masa lalunya. Konsep memaafkan masa lalu yang dimiliki Tegar Karang juga terlihat dalam kutipan berikut.

“Semua itu tinggal masa lalu, Anggrek. Terlupakan.”

“Bukankah Uncle selalu bilang kita tidak boleh melupakan masa lalu. Berdamai tapi tidak melupakan.” Sakura memotong, protes, kerlap api unggun memantul dari wajahnya – yang amat ingin tahu (Tere Liye, 2012: 229)

Pada kutipan di atas, Sakura memotong perkataan Tegar Karang dan memaksanya untuk berkata jujur. Kalimat yang ditunjukkan Sakura menunjukkan bahwa Tegar Karang memiliki konsep untuk berdamai dengan masa lalu. Perkataan Sakura juga menunjukkan bahwa Tegar Karang tidak ingin melupakan masa lalu.

Dalam tulisan lain di akun facebooknya, Tere Liye juga menunjukkan konsep berdamai dengan masa lalu. Konsep berdamai dengan masa lalu tersebut dapat dilihat dalam tulisan berikut.

Saya suka sekali menyebutnya: "berdamai dengan masa lalu".

Di hampir setiap novel/tulisan yang membahas tentang masa lalu, saya menyebutnya begitu. Bahkan jika kalian mengikuti tulisan-tulisan saya, jangan-jangan hafal dengan pilihan istilah ini.

Kenapa saya menyebutnya demikian? Karena masa lalu memang tidak bisa diajak perang, diajak ribut. Buat apa? Kalaupun perang, yang kalah, pasti kita juga. Pun kalau menang, yang jadi arang, kita sendiri juga. Siapa sih yang bisa melawan hari kemarin? Meski hanya sedetik lalu, masa lalu itu jauh sekali jaraknya dari kita, tidak bisa direngkuh dengan kendaraan super apapun (kecuali di film-film). Masa lalu sudah tertinggal di belakang, tidak bisa diulang, tidak bisa di undo, tidak bisa di restart. Tidak bisa.

commit to user

Kenangan, orang-orang yang pernah mampir dalam hidup kita, kejadian, semuanya sudah berlalu. Suka atau tidak, bahagia atau sebal, kecewa atau nelangsa, game over.

Maka, pilihan tersisa adalah: berdamai. Itulah opsi paling masuk akal. Bukan gencatan senjata, bukan negosiasi, bukan pula tawar menawar. Tuhan pasti punya alasan terbaik kenapa masa lalu tersebut demikian. Berdamailah. Yang ajaibnya, sekali bisa dilakukan, maka perdamaian sejati memang akan terwujud di dalam hati. Jika tidak terwujud, simply itu berarti kita memang tidak pernah bersedia "berdamai dengan masa lalu". (facebook,com/DarwisTereLiye, 29 Maret 2014)

Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Tere Liye menanamkan bahwa lebih baik memaafkan dan berdamai dengan masalalu. Tere liye menganggap bahwa menyesali masa lalu merupakan tindakan yang sia-sia sehingga lebih baik berdamai. Tere Liye juga menjelaskan konsep berdamai dengan masa lalu pada dasarnya adalah untuk mencapai kepuasan batin.

Konsep pemikiran Tere Liye dalam Sunset Bersama Rosie juga terlihat dari tokoh Anggrek yang gemar menulis. Kegemaran Anggrek menulis hingga menghasilkan sebuah buku puisi menunjukkan sisi yang sama dengan Tere Liye yang seorang penulis. Selain itu, Tere Liye beranggapan bahwa menulis merupakan sebuah pekerjaan yang layak dibanggakan.

Ajarkan anak-anak kita kepandaian menulis.

Maka meski besok lusa dia ringkih dan kurus, tapi lewat tulisan, dia bisa gagah perkasa menghadapi dunia.

Maka meski besok lusa dia penakut dan peragu, tapi lewat tulisan dia bisa mengaum menggetarkan siapapun.

Maka meski besok lusa dia tak berpangkat, tidak memiliki kekuasaan, apalagi memimpin pasukan, tapi lewat tulisan dia bisa memimpin sebuah revolusi dan perubahan.

Pun kalaupun dia besok lusa pemalu dan tidak romantis, tapi lewat tulisan dia bisa begitu menginspirasi dan menyentuh.

Ajarilah anak-anak kita menulis. Tumbuhkan pemahaman terbaik.Tiupkan ketulusan dan kesederhanaan. Genap sudah amunisi hidupnya (facebook,com/DarwisTereLiye, 25 Februari 2014).

commit to user

novel Sunset Bersama Rosie, Anggrek menggunakan tulisan sebagai pelarian dari rasa sedihnya. Dengan kata lain, Anggrek menggunakan tulisan sebagai sebuah katarsis (penyucian jiwa). Anggrek juga menggunakan tulisan sebagai salah satu cara menunjukkan rasa sayangnya terhadap adik-adik dan juga terhadap Tegar Karang.

Masa-masa itu, Anggrek juga akhirnya menyelesaikan satu buku indah. Bukan buku cerita yang sebelum kejadian Jimbaran hendak diselesaikannya, melainkan buku puisi. Puisi-puisi tentang adik-adiknya, dan terutama tentang aku, ‘Selamat Pagi Untuk Om Tegar’. Puisi yang mengesankan. Puisi yang menggurat seluruh kebanggaan mereka...” (Tere Liye, 2012:192).

Dalam kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Anggrek begitu menyayangi Tegar Karang dan adik-adiknya. Sosok Anggrek yang sering digambarkan sebagai anak yang kurang bisa menyampaikan perasaan secara langsung, terlihat menyampaikan perasaannya melalui puisi.

Konsep pribadi yang ditunjukkan oleh tokoh Anggrek sama dengan konsep yang dituliskan Tere Liye, “Pun kalaupun dia besok lusa pemalu dan tidak romantis, tapi lewat tulisan dia bisa begitu menginspirasi dan menyentuh”. Sosok Anggrek yang pemalu bisa menginspirasi dan menyentuh hati melalui puisinya.

Sosok Tere Liye dalam kehidupan nyata juga dapat dikatakan memiliki kesamaan dengan tokoh Anggrek. Tere Liye, selama ini dikenal sebagai penulis yang cenderung introvert atau pribadi yang tertutup. Tere Liye selama ini enggan menuliskan biografinya di setiap buku tulisannya. Tere Liye juga menyatakan keengganan untuk dilakukan wawancara secara langsung. Akan tetapi, Tere Liye selama ini dikenal dengan tulisan-tulisannya baik berupa novel maupun sajak yang dapat menginspirasi dan menyentuh hati pembacanya.

commit to user

Dalam sebuah korespondensi yang dilakukan penulis terhadap Tere Liye, Tere Liye mengungkapkan keengganannya sebagai berikut.

Silahkan saja, saya tidak bisa melarang.

Tapi kerjakan sendiri, tidak melibatkan saya. Dengan tidak mencantumkan biodata, muncul di media massa, maka itu sudah petunjuk jelas saya tidak mau ditanya-tanya, dan sebagainya. (11 Januari 2014) Dari kutipan email tersebut, dengan jelas Tere Liye menyatakan keengganannya untuk dilakukan wawancara. Keengganan Tere Liye tersebut dapat menunjukkan bahwa Tere liye merupakan seorang yang introvert dan enggan untuk menunjukkan pribadinya. Sehingga dengan kata lain, Tere Liye hanya ingin dikenal melalui tulisan-tulisannya.

Selain tokoh Anggrek, Tegar Karang, dan Jasmine, cerminan diri Tere Liye juga terlihat dari tokoh Sakura. Tokoh Sakura yang dalam Sunset Bersama

Rosie digambarkan sebagai anak yang penuh semangat dan tidak mudah

menyerah. Tokoh Sakura juga digambarkan sebagai tokoh yang sering membuat suasana menjadi lebih ramai.

Munculnya tokoh Sakura dalam Sunset Bersama Rosie dapat diasumsikan bahwa Tere Liye ingin menunjukkan adanya tokoh yang tetap bersemangat menghadapi hidupnya meskipun dengan kehidupan yang sukar. Tokoh Sakura yang tetap bersemangat ketika ia mengalami patah tulang setelah peristiwa pengeboman Jimbaran. Semangat hidup yang dimiliki Sakura menunjukkan adanya dorongan hidup dan rasa bersyukur yang tinggi di dalam dirinya.

Dalam salah satu tulisannya, Tere Liye menekankan arti penerimaan atas semua masalah hidup. Tere Liye juga menjelaskan bahwa sikap penerimaan adalah wujud syukur dan pemahaman yang baik atas kehidupan. Tulisan Tere

commit to user

...pemahaman baik akan membuat kita lebih damai dan tenteram. Tanpa pemahaman baiknya, kita akan selalu terbalik-balik melihat banyak hal. Dan salah-satu ciri orang tidak bahagia adalah dia senantiasa merasa kurang, bingung, meski sudah punya semuanya. Dia tidak pernah menggapai pemahaman baik tersebut.

Terakhir, sebagai penutup, ketahuilah, apa muasal atau sumber mata air pemahaman baik ini? Maka jawabannya bukan novel, bukan selebritis, bukan ini, bukan itu, melainkan adalah: nasehat agama kita. Itulah sungguh mata air bening pemahaman terbaik dalam hidup. Ya Rabbi, itulah pekerjaan besar Nabi kami yang tercinta, menanamkan pemahaman baik bagi kami semua. Dititipkan kitab suci, diberikan sunnah-sunnahnya, dicatat hadist-hadistnya, yang kami warisi hingga hari ini. Lengkap sudah menjadi sumber pemahaman baik. Barangsiapa yang rajin mengkaji nasehat agamanya, dia tidak akan tertipu oleh kepentingan sendiri ataupun kelompok. Ada lampu yang senantiasa meneranginya, membantunya agar tidak salah jalan (facebook,com/DarwisTereLiye, 12 Juli 2014).

Dari kutipan tersebut terlihat bahwa Tere Liye menekankan adanya pemahaman yang baik terhadap rasa syukur. Seseorang yang bersyukur dengan kondisinya akan membuatnya bahagia. Dalam Sunset Bersama Rosie,

kebahagiaan Sakura menunjukkan adanya rasa syukur yang dimiliki Sakura. Rasa syukur tersebut diwujudkan dengan penerimaan Sakura terhadap kondisinya dan tetap semangat menjalani harinya.

Tere Liye juga terlihat menyikapi bentuk rasa syukur di dalam dirinya dengan pemahaman keagamaan. Unsur religius terlihat kental dalam tulisan Tere Liye. Pemahaman keagamaan yang mencapai religiusitas tersebut mendorong Tere Liye menyampaikan ajaran-ajaran agama secara tersirat dalam novel-novelnya. Salah satu ajaran yang tersirat dari Sunset Bersama Rosie adalah adanya rasa syukur.

Selain tokoh-tokoh tersebut, munculnya tokoh Sekar dalam Sunset

Bersama Rosie juga menunjukkan adanya cerminan diri Tere Liye. Tokoh Sekar

sebagai tunangan Tegar menerima jika Tegar ingin menikahi Rosie karena memang keduanya saling mencintai.

“Dua puluh tahun kelak, aku pasti menyesali telah melakukan ini, Tegar. Tetapi, dua puluh tahun kelak juga, aku pasti lebih menyesalinya jika tidak melakukannya.” Sekar menahan tangis, tubuhnya bergetar, satu tangan yang lain meraih lenganku, menatapku, “Menikahlah dengan Rosie, Tegar. Menikahlah. Pagi ini aku paham, aku mengerti, kalian ditakdirkan bersama sejak kecil. Aku sungguh belajar bahagia menerimanya, dan itu akan lebih mudah dengan pemahaman yang baru. Aku akan baik-baik saja. Menikahlah!” (Tere Liye, 2012:424-425). Dari kutipan tersebut Sekar menyuruh Tegar untuk menikahi Rosie karena memang keduanya saling mencintai. Sekar tidak memaksakan keinginan dirinya untuk bersama dengan Tegar. Sekar juga mengatakan bahwa akan mencoba untuk bahagia dengan menerima pernikahan Rosie dan Tegar.

Dalam salah satu tulisannya yang berjudul esensi perasaan, Tere Liye mengungkapkan tentang penerimaan demi kebahagiaan orang yang dicintai.

...cinta itu tidak pernah "jahat". Yang jahat, meyakitkan, buruk, bikin sakit hati adalah kulit luarnya yang boleh jadi memang berduri dan penuh jebakan.

Tidak masalah satu dua kita tertusuk dalam sekali, dek, membuat nyeri hati sepanjang hari, minggu bahkan ada yang bertahun-tahun, namanya juga masih belajar. Tidak masalah kita teriris sembilu hingga membuat dunia seperti terbalik setiap malam tiba, setiap menatap hujan, atau hanya sekadar disebut nama kotanya, sudah membuat terdiam kelu. Tidak mengapa, namanya juga kita tidak pernah latihan menghadapi persoalan cinta ini. Tapi selalu pastikan, kita menjaga diri, menaati norma-norma, nilai-nilai kebaikan, kaidah-kaidah agama. Itu akan membuat kita tetap terkendali, dan tidak merusak. Besok lusa, boleh jadi kita lebih paham. Dan kita bahkan bisa benar-benar berdiri tegak seperti pemuda dalam contoh tulisan ini, bisa berkata mantap: Tidak mengapa dia menikah dengan orang lain, sepanjang dia bahagia, aku pun turut bahagia (facebook,com/DarwisTereLiye, 11 Juni 2014).

Dari kutipan tersebut terlihat pandangan Tere Liye bahwa kebahagiaan orang yang disayangi itu lebih penting. Tere Liye juga menunjukkan bahwa meskipun mengalami sakit hati karena ditinggal menikah, akan tetapi tidak

commit to user

membuat sebaiknya membuat seseorang merasakan jatuh. Tere Liye juga menekankan adanya pemahaman keagamaan agar tidak terhanyut dalam perasaan.

Selain tokoh-tokoh pendukung tersebut, tokoh utama dalam Sunset

Bersama Rosie yakni Rosie juga menunjukkan karakter jiwa Tere Liye. Tokoh

Rosie yang digambarkan sebagai tokoh lemah dapat menunjukkan anti tipe pada diri Tere Liye. Tere Liye selama ini sering menuliskan bahwa seseorang harus kuat dalam menjalani kehidupan kendati menyakitkan seperti dalam kutipan berikut.

Apapun situasi yang kita hadapi sekarang, berhentilah mengeluh dan menyalahkan orang lain atas situasi yang kita pilih sendiri--sadar atau tidak sadar saat memilihnya. Kita ini punya kaki, punya tangan, punya otak, kita punya semua amunisi untuk bertempura dalam kehidupan. Mari berjuang. Kebahagiaan itu harus direngkuh dengan banyak hal. Termasuk melalui perjalanan spiritual kehidupan, hingga tiba di titik pemahaman yang baik (facebook,com/DarwisTereLiye, 5 November 2013).

Sosok Rosie yang mengalami depresi setelah kematian Nathan, suaminya, menunjukkan suatu hal yang bertolak belakang dengan tulisan Tere Liye. Sosok Rosie yang tidak kuat dalam menjalani kehidupan menunjukkan suatu hal yang bertolak belakang dengan pemahaman dan pandangan Tere Liye terkait kehidupan.

Tadi Mitchell menjelaskan banyak hal. Aku tahu Mitchell berusaha memilih padanan kata yang baik. Kalimat-kalimat yang halus. Tetapi pesannya jelas sudah, Rosie depresi hebat. “Kebahagiaan selama tiga belas tahun dengan intensitas yang hebat itu kita ibaratkan seperti gelas panas. Nah, kejadian di Jimbaran empat hari yang lalu seperti air es yang tiba-tiba dituangkan. Gelas itu pecah, teman. Eh, maksudku untuk kasus Rosie mungkin belum pecah. Tetapi jelas sudah gelas Rosie retak.” Mitchell berkata pelan (Tere Liye, 2012:123).

Depresi yang dialami Rosie menunjukkan bahwa Rosie memiliki pengendalian diri yang kurang. Jika dilihat dari tulisan-tulisan Tere Liye terkait

pemahaman yang baik, maka Rosie merupakan sosok yang kurang memiliki pemahaman yang baik atas kehidupannya. Tere Liye menampilkan tokoh Rosie yang lemah dan kehilangan pengendalian diri setelah kematian suaminya.

Munculnya tokoh Rosie sebagai tokoh utama dapat diasumsikan dengan adanya anti tipe pada diri Tere Liye. Tere Liye ingin menampilkan sosok yang bertolak belakang dengan pandangan hidupnya melalui tokoh Rosie. Tokoh Rosie juga dapat diasumsikan sebagai salah satu bagian dari diri Tere Liye. Tere Liye ingin menampilkan bahwa setiap manusia memiliki sisi kerapuhan. Tere Liye ingin menunjukkan bahwa setiap orang harus dapat mengendalikan perasaan sedihnya.

Kesembuhan Rosie dari depresi yang dialaminya juga menunjukkan sikap optimis yang dimiliki oleh Tere Liye. Tere Liye menggunakan ending Sunset

Bersama Rosie dengan sikap penerimaan Rosie terhadap pernikahan Tegar dan

Sekar. Ending yang dipilih oleh Tere Liye menunjukkan bahwa Rosie sudah menerima keputusan Tegar dengan lebih dewasa. Tere Liye juga menunjukkan adanya sikap pemahaman yang baik atas pernikahan Tegar dan Sekar.

Dengan kata lain, diri Tere Liye dan pandangan-pandangan kehidupannya tersebar dalam tokoh-tokoh Sunset Bersama Rosie. Tokoh-tokoh yang memiliki pandangan kehidupan dan mencerminkan diri Tere Liye di antaranya adalah tokoh Tegar Karang, Jasmine, Anggrek, Sakura, dan Sekar. Tokoh Rosie dalam Sunset

Bersama Rosie dimunculkan sebagai anti tipe dari Tere Liye.Akan tetapi, dapat

diasumsikan bahwa tokoh Tegar Karang merupakan tokoh dengan sifat dan pandangan hidup yang sesuai dengan Tere Liye.

commit to user

Pandangan-pandangan kehidupan yang ditunjukkan oleh Tere Liye dalam

Sunset Bersama Rosie, khususnya oleh Tegar Karang, diantaranya adalah

pandangan mengenai konsep berdamai dengan masa lalu, konsep pemahaman yang baik dan konsep memaafkan. Tere Liye juga menunjukkan eksistensi dirinya dalam diri tokoh Tegar Karang melalui pekerjaan yang berkaitan dengan ilmu ekonomi.

Pada tokoh lain, Tere liye menunjukkan konsep bersyukur pada diri tokoh Sakura. Konsep esensi perasaan dimiliki oleh tokoh Sekar. Pada diri tokoh Anggrek Tere Liye menunjukkan eksistensinya dengan menggunakan tulisan sebagai sebuah katarsis. Tere Liye juga menunjukkan konsep memaafkan pada diri tokoh Jasmine.

Pada tokoh Rosie, Tere Liye menggunakannya sebagai penunjuk anti tipe dirinya. Tere Liye menggambarkan tokoh lemah yang bertolak belakang dengan konsep pemahaman yang baik. Akan tetapi pada bagian ending cerita, tokoh Rosie memiliki konsep pemahaman yang baik sehingga membuatnya bahagia.

Dokumen terkait