• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran eros(Naluri Hidup) dan thanatos (Naluri Mati) dalam Jiwa Tokoh-Tokoh Sunset Bersama Rosie

Dalam diri manusia, setiap ketegangan yang ditimbulkan dari sebuah peristiwa membutuhkan sebuah peredam ketegangan. Naluri digunakan oleh manusia untuk meredam ketegangan. Naluri manusia pada dasarnya ada dua yakni naluri untuk mempertahankan hidup dan untuk berkembang biak (eros) dan naluri ingin mati (thanatos). DalamSunset Bersama Rosie, naluri eros dan thanatosdapat

dilihat dalam diri Rosie, Tegar Karang, Anggrek, Sakura, Jasmine, Lili, dan Sekar seperti berikut.

1. Rosie

Tokoh Rosie dalam Sunset Bersama Rosie merupakan tokoh yang digambarkan memiliki gangguan kejiwaan. Gangguan kejiwaan yang dialami Rosie diawali dengan keinginan Rosie untuk mengakhiri hidupnya. Rosie berusaha mengakhiri hidupnya dengan meminum obat tidur seperti berikut.

Ada apa dengan Rosie?

Terkesiap. Ya Tuhan, apa yang telah Rosie lakukan. Seperti seekor elang aku melompat ke tepi ranjang, mendekati Rosie yang terbaring dengan mulut berbusa. Oma terlihat gemetar di dekatnya, bingung hendak melakukan apa. Mataku buas menyapu seluruh tubuh Rosie. Selongsong obat tidur tergeletak di dekat bantal. Aku panik merengkuh tubuh itu, menyeka bibirnya.

“LIAN, Panggil Michell. Bergegas! Dia ada di dermaga, pergi diving. Kau kejar dia.”

Michell, turis dari Inggris itu dokter, dia satu-satunya kesempatan bagi Rosie untuk bertahan hidup. Obat tidur ini? Aku mengutuk langit-langit ruangan. Bagaimana mungkin Rosie berpikiran sependek itu? Aku menyumpah-nyumpah, kenapa tadi pagi tidak mendobrak saja pintu kamar Rosie. Bukankah sudah terlihat amat ganjil? Dua puluh empat jam lebih Rosie hanya menatap kosong. Bahkan di pemakaman ketika Lili menangis, Rosie tetap bagai patung suci? Itu pertanda buruk, bukan? Aku dulu memang sedih dan hanya diam membisu, tetapi setidaknya aku masih menghela napas panjang. Rosie tidak.

Dua menit berlalu bagai lima abad. Beruntung Mitchell yang belum naik perahu, datang bergegas bersama Lian. Aku mencengkeram seprai saat Mitchell berusaha menolong Rosie. Entahlah apa yang dilakukan Mitchell, beberapa detik kemudian Rosie muntah. Muntah yang banyak. Mengotori ranjang. Mitchell meneriaki Lian, minta diambilkan sesuatu. Aku tidak mendengarkan. Aku terlalu takut dengan banyak hal. Satu hal saja dari ketakutan itu nyata, sudah membuatku takut, apalagi banyak. Aku mohon. Semua ini akan benar-benar menyedihkan kalau Rosie juga pergi.

Lima menit berlalu. Mitchell menyeka dahi yang berkeringat – keringatnya lebih banyak dibandingkan Rosie. Memegang bahuku, “Dosis yang diminumnya tidak banyak, Tegar. mungkin sisa obat tidur di botol tidak banyak. Rosie akan baik-baik saja. Untunglah” (Tere Liye, 2012:104-105).

commit to user

Pada kutipan di atas, terlihat upaya Rosie untuk mengakhiri hidupnya dengan cara meminum obat tidur. Upaya bunuh diri yang dilakukan oleh Rosie ini merupakan wujud dari dorongan thanatosdi dalam dirinya. Naluri yang menginginkan kematian di dalam diri Rosie, mendorongnya untuk melakukan upaya-upaya untuk mengakhiri hidupnya.

Naluri mati atau thanatos dalam diri Rosie membuat naluri hidup, eros, yang dimiliki Rosie melemah. Keinginan Rosie untuk mengakhiri hidup juga dapat dilihat dari percakapan Rosie dan Tegar berikut.

“Apakah semua ini amat menyakitkan? Sehingga kau merasa tidak sanggup lagi melanjutkan hidup. Padahal, padahal kau sungguh punya empat kuntum bunga yang membanggakan.” Aku mendesah lemah, menahan ludah.

Rosie mulai tersengal, menahan emosi. Aku tersenyum. Menyentuh jemarinya.

“Aku tahu ini amat menyakitkan. Tapi kau juga tahu, kita akan melalui semua ini bersama. Aku akan menemanimu. Anak-anak akan bersamamu. Menapak hari demi hari dengan tegar, seperti namaku, bukan? Tegar.”

Mata Rosie mulai basah. Aku terdiam. “A-k-u t-a-k t-a-h-a-n l-a-g-i.”

“Bertahanlah, Ros. Demi anak-anak.” “S-e-m-u-a-n-y-a m-e-n-y-a-k-i-t-k-a-n....” Aku menggenggam jemari Rosie. Lengang.

Mata Rosie terpejam. Aku tahu apa yang sedang dilakukannya dengan memejamkan mata. Rosieingin menghilang. Dia ingin pergi dari sesaknya rasa sedih. Seketika kalau bisa.... (Tere Liye, 2012:109).

Pada kutipan di atas, dapat dilihat dari kalimat “A-k-u t-a-k t-a-h-a-n l-a-g-i”. Dari segi tipografi, penulisan kalimat yang dituliskan dengan pemenggalan setiap hurufnya menunjukkan bahwa Rosie mengucapkannya dengan tersengal. Kata “tak tahan lagi” menunjukkan bahwa Rosie merasa sudah tidak dapat menanggung rasa sedihnya. Rosie yang memejamkan mata juga menunjukkan bahwa ia ingin menghilang. Menghilang dalam kasus Rosie ini adalah

meninggalkan rasa sakit dengan kematian. Rosie beranggapan bahwa kematian dapat menghilangkannya dari rasa sedih akibat kematian Nathan.

Dalam kasus tersebut, naluri thanatoslebih menguasai diri Rosie. Naluri mati tersebut mendesak dilepaskan dengan mengakhiri hidup. Naluri thanatos yang muncul di dalam diri Rosie ini dikarenakan Rosie kehilangan zona nyaman di dalam dirinya. Zona nyaman yang dimiliki Rosie adalah keluarganya.

Ulang tahun pernikahan yang ke-13.

“Bukankah itu angka sial? Seharusnya kau tidak perlu mengadakan acara spesial,” Aku bergurau. Nathan hanya tertawa kecil dari telepon genggamnya, “Tidak ada angka sial, Tegar. Kalaupun dikumpulkan seluruh kesialan angka itu sepanjang tahun, tidak akan cukup menandingi kebahagiaan keluarga kecil kami.” Aku tersenyum lebar mendengar jawabannya.

Nathan benar, keluarga mereka bahagia. Tiga belas tahun pernikahan dengan intensitas kebahagiaan tinggi, tanpa henti bagai mata air di kaki pegunungan yang memancar deras. Keluarga mereka dikaruniai empat gadis kecil yang bagai kembang di taman bunga (Tere Liye, (Tere Liye, 2012:3).

Dari kutipan tersebut, tampak bahwa kebahagian keluarga Rosie selama tiga belas tahun pernikahan tidak pernah ada habisnya. Kebahagian bersama keluarga inilah yang membuat Rosie memiliki zona nyaman. Zona nyaman ini membuat erosdi dalam diri Rosie berkembang dan membuatnya bertahan hidup. Ketika zona nyaman Rosie ini terusik, Rosie merasa terganggu dan menjadi kehilangan naluri eros.

Tadi Mitchell menjelaskan banyak hal. Aku tahu Mitchell berusaha memilih padanan kata yang baik. Kalimat-kalimat yang halus. Tetapi pesannya jelas sudah, Rosie depresi hebat. “Kebahagiaan selama tiga belas tahun dengan intensitas yang hebat itu kita ibaratkan seperti gelas panas. Nah, kejadian di Jimbaran empat hari yang lalu seperti air es yang tiba-tiba dituangkan. Gelas itu pecah, teman. Eh, maksudku untuk kasus Rosie mungkin belum pecah. Tetapi jelas sudah gelas Rosie retak.” Mitchell berkata pelan (Tere Liye, 2012:123).

commit to user

Naluri thanatosyang kuat juga membuat erosmenjadi tersisih. Tidak jarang munculnya thanatosdi dalam diri seseorang membuat eros menjadi hilang. Akan tetapi untuk kasus Rosie, naluri untuk mempertahankan hidup tidak sampai pada tahap hilang melainkan berkurang. Dalam kutipan di atas, Mitchell mengumpamakan bahwa gelas Rosie retak dan tidak pecah. Pendapat Mitchell tersebut didapatkan dari kemungkinan Rosie untuk sembuh dari depresinya masih ada. Dengan kata lain, Rosie masih memiliki eros kendati thanatos dalam dirinya lebih dominan.

Krisis eros yang dialami Rosie ini tidak berlangsung secara permanen.

Thanatos di dalam diri Rosie dapat berkurang dengan adanya zona nyaman baru

yang dimiliki Rosie. Pernyataan cinta Tegar kepada Rosie yang membuatnya sembuh dari depresi yang dialaminya membuktikan bahwa Rosie mendapatkan zona nyaman baru.

...Beruntungnya, saat aku benar-benar berputus asa akan kemajuan Rosie, enam bulan lalu Rosie mulai menunjukkan kemajuan signifikan yang menarik.

Beruntung? Aku tidak tahu apakah itu beruntung atau bukan. Karena untuk kemajuan itu, harga yang harus kubayar mahal sekali. Membuka masa lalu itu langsung di hadapan anak-anak. Kejadian mengenaskan yang akhirnya memicu pengakuan penting tersebut. Yang membuat kebersamaanku dengan anak-anak terasa sedikit ganjil, kebersamaan dengan Rosie, dengan semua masa lalu itu. Yang membuatku merasa jangan-jangan pengertian dan pemahaman kesendirian yang kubuat selama enam tahun itu ternyata semu (Tere Liye, 2012:198).

Rosie yang mendapatkan rasa cinta lagi dari Tegar membuat eros di dalam diri Rosie muncul dan sembuh dari depresinya. Dapat dikatakan bahwa munculnya erosdalam diri Rosie tidak semata karena perasaan cinta. Munculnya

erosdalam diri Rosie lebih dikarenakan perasaan nyaman akan adanya

Munculnya eros dan thanatos dalam diri Rosie diakibatkan oleh perasaan nyaman akan adanya perlindungan. erosdalam diri Rosie muncul ketika ia mendapatkan rasa nyaman dan perlindungan dari Nathan, suaminya. Setelah kematian Nathan thanatosmuncul akibat hilangnya rasa nyaman dan perlindungan yang sebelumnya di dapatkan dari Nathan. eroskembali muncul setelah Tegar mengakui perasaan cintanya kepada Rosie.

2. Tegar Karang

Tokoh Tegar Karang dalam Sunset Bersama Rosie memiliki konfliks kejiwaan yang membuatnya rapuh. Konflik kejiwaan yang dialami Tegar muncul ketika Tegar merasa sakit hati karena Nathan dan Rosie saling mencintai.

Dua puluh tahun lamanya aku memendam rasa itu. Merasa waktu untuk mengatakannya tidak pernah sempurna. Menunggu. Dua puluh tahun menabur pelan-pelan semua benih. Kebersamaan yang menyenangkan. Bukankah di mana ada Rosie di situ ada aku, dan sebaliknya, si mana ada aku di situ ada Rosie.

Esok pagi, saat aku bersiap menyatakan semuanya.

Senja ini Nathan menghabisi semuanya(Tere Liye, 2012:35).

Dalam kutipan tersebut, terlihat bahwa Tegar merasakan sakit hati karena penantiannya terhadap cinta Rosie kandas. Dalam menyikapi rasa sakit hatinya, Tegar masih memiliki pengendalian diri. Tegar menggunakan eros di dalam dirinya untuk keluar dari rasa sakit hatinya.

Dengan surat keterangan lulus, karena aku belum mengambil ijazah asli, berusaha mencari pekerjaan. Aku harus segera menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Berat sekali melakukannya, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik. Wajah Rosie selalu datang menggangguku (Tere Liye, 2012:68).

Dalam kutipan tersebut terlihat bahwa Tegar mengatasi rasa sakit hatinya dengan bekerja. Erosdi dalam dirinya menuntutnya untuk mempertahankan hidup

commit to user

dengan bekerja. Bekerja bagi Tegar tidak hanya untuk mencari uang guna mempertahankan hidup. Akan tetapi, bekerja bagi Tegar juga sebagai sarana Tegar untuk melupakan rasa sakit hatinya terhadap Rosie.

Rasa sakit hati Tegar tidak membuat thanatos di dalam dirinya muncul.

Erosyang lebih kuat dibandingkan thanatos di dalam diri Tegar membuat

pertahanan diri Tegar untuk bertahan hidup lebih kuat. Tegar juga membuktikan kekuatan eros di dalam dirinya lebih kuat dengan dorongan untuk menikah.

Tegar yang merencanakan pernikahan dengan Sekar menunjukkan bahwa Tegar mempertahankan hidup dengan memiliki keturunan.

Aku sungguh menyukai kemajuan hubungan kami. Sekar pilihan yang baik. Umurku tiga puluh tiga tahun. Berhubungan dengan seorang gadis untuk orang seumuranku berarti hubungan yang serius. Meski aku tidak kunjung bisa memutuskan. Dua tahun berikutnya fase-fase jangka panjang mulai terbentuk. Aku mengangguk atas permintaan Sekar. Komitmen yang lebih serius. Kami merencanakan banyak hal, termasuk membeli rumah. Orang tua Sekar senang dengan kabar baik itu. Merasa sangat beruntung mendapatkan jodoh yang tepat. Aku yang justru beruntung, mendapatkan cinta teramat besar dari Sekar. Aku melamarnya di meja makan, gadis itu menangis terharu (Tere Liye, 2012: 343).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Tegar menginginkan adanya pernikahan. Tegar juga terlihat menginginkan anak-anak yang terlihat dari kutipan berikut.

Aku membeli rumah itu setahun sebelum kejadian di Jimbaran. Ketika hubunganku dengan Sekar memasuki fase yang serius. Aku berpikir tentang keluarga kecil bersamanya. Menghabiskan hari demi hari. Sekar, gadis cantik yang baik. Aku membayangkan memiliki anak-anak yang membanggakan dengannya. Anak-anak yang riang bermain. Maka aku membeli rumah dengan halaman luas. Sekar ikut membantu mencari. Ia menatapku amat bahagia saat kami mengunjunginya pertama kali. Senang dengan janji-janji masa depan itu. Saking senangnya mata Sekar berkaca-kaca (Tere Liye, 2012:321).

Keinginan Tegar untuk memiliki anak-anak merupakan sebuah dorongan libido. Libido yang dimaksud di sini adalah libido untuk mempertahankan hidup. Salah satu cara mempertahankan hidup adalah dengan memiliki keturunan.

Dapat dikatakan bahwa Tegar memiliki dorongan erosyang lebih kuat sehingga tetap berusaha mempertahankan hidupnya. Tegar mempertahankan hidupnya dengan bekerja sebagai cara menghilangkan rasa sakit hati dan memenuhi kebutuhannya. Tegar juga mempertahankan hidupnya dengan merencanakan pernikahan untuk memperoleh keturunan.

3. Anggrek

Sebagai anak sulung dari Rosie dan Nathan, Anggrek memiliki tanggung jawab mengasuh adik-adiknya. Anggrek memiliki tanggung jawab yang lebih besar ketika ayahnya meninggal dan ibunya depresi. Karena tanggung jawabnya inilah, Anggrek berusaha mengesampingkan perasaan sedihnya atas kematian ayahnya.

...Tadi di odong-odong ternyata Anggrek menyuruh Jasmine agar tidak bilang-bilang pada Om Tegar soal betapa sibuk teman sekelasnya bertanya tentang Ayah mereka. Sejak hari itu, disadari atau tidak Anggrek telah mengambil tanggung-jawab yang lebih besar dalm hidup dibanding usianya (Tere Liye, 2012:107).

Rasa tanggung jawab Anggrek terhadap adik-adiknya merupakan salah satu wujud dari adanya eros di dalam dirinya. Dorongan untuk bertahan hidup di dalam diri Anggrek muncul dengan adanya tanggung jawab mengasuh adik-adiknya. Anggrek juga mengesampingkan perasaannya sendiri yang merasa sedih.

Perasaan sedih yang merupakan salah satu penyebab munculnya

commit to user

dengan menulis. Hobinya menulis membuat Anggrek mengalihkan perasaannya dengan tulisan.

Masa-masa itu, Anggrek juga menyelesaikan satu buku indah. Bukan buku cerita yang sebelum kejadian Jimbaran hendak diselesaikannya, melainkan buku puisi. Puisi-puisi tentang adik-adiknya, dan terutama tentang aku, ‘Selamat Pagi Untuk Om Tegar’. puisi yang mengesankan. Puisi yang menggurat seluruh kebanggaan mereka (Tere Liye, 2012:192).

Dalam kutipan di atas, terlihat bahwa Anggrek menyalurkan perasaannya dengan menulis. Tulisan Anggrek setelah kejadian Jimbaran berupa puisi tentang adik-adiknya dan Tegar. Karya sastra dalam hal ini puisi, digunakan oleh Anggrek sebagai katarsis (penyucian jiwa).

Dengan menulis puisi, Anggrek meyalurkan perasaannya. Dapat dikatakan bahwa menulis puisi adalah salah satu cara Anggrek untuk mempertahankan hidupnya. Anggrek menggunakan tulisan sebagai pelarian dari perasaannya. Perasaan sedih, tanggung jawab dan kebanggannya terhadap adik-adik serta Tegar membuatnya bertahan hidup.

Erosdi dalam diri Anggrek juga muncul dari perasaan sayangnya terhadap

Tegar. Perasaan sayang Anggrek ini dapat dilihat dari judul buku puisinya, ‘Selamat Pagi Untuk Om Tegar’. Pemilihan judul ‘Selamat Pagi’ menunjukkan bahwa Anggrek mengerti bahwa Tegar menyukai pagi. Pemilihan judul ini juga menunjukkan bahwa Anggrek menghargai Tegar yang telah merawat dirinya dan adik-adiknya.

Dorongan eros di dalam diri Anggrek juga mencul ketika ia mnginginkan Tegar menjadi suami Rosie.

“Apakah, apakah Om masih mencintai Ibu seperti dulu?” Anggrek tetap menunduk, seperti bertanya ke pasir yang diinjaknya.

Senyap seketika. Bahkan teriakan senang Jasmine di kejauhan bersama Lili dan Mitchell tidak terdengar. Lengang. Cahaya matahari pagi yang lembut menerpa wajah mengisi detik waktu berlalu. Aku menatap gadis remaja itu dengan muka kebas. Anggrek setelah sekian lama tertunduk, mengangkat kepalanya, balas menatapku.

Aku mengenali harapan dari tatapan itu.

“Maafkan Anggrek kalau pertanyaan itu mengganggu Om. Maafkan. Tapi Anggrek tidak bisa menahan diri untuk tidak menanyakannya Anggrek ingin bilang.... Ingin bilang, kalau Anggrek senang sekali melihat Om bersama-sama kami terus. Sakura juga senang. Jasmine juga. Lili, Lili juga akan senang sekali.” Suara Anggrek tersendat (Tere Liye, 2012:281).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Anggrek mengharapkan Tegar untuk dapat bersatu dengan Rosie. Keinginan tersebut merupakan dorongan Erosdi dalam dirinya karena Anggrek merasa bahwa Tegar adalah orang yang berjasa bagi keluarganya.

Dapat dikatakan bahwa erosdi dalam diri Anggrek muncul dari rasa tanggung jawab Anggrek terhadap adik-adiknya.. Anggrek juga menunjukkan

erosdi dalam dirinya melalui buku puisi. Erosjuga muncul dari rasa sayang

Anggrek terhadap Tegar terlihat dari judul buku puisi dan keinginannya agar Tegar menikah dengan Rosie.

4. Sakura

Sakura pada saat tragedi pengeboman Jimbaran menjadi korban dengan luka parah. “Aku melihat Sakura sekali lagi. Gadis itu masih belum sadarkan diri. Dokter yang mengoperasinya menjelaskan, Sakura akan selamat. Berdoalah tidak ada kerusakan permanen, gegar otak misalnya. Aku menggeleng, tidak, jangan

commit to user

Dalam kutipan di atas dapat dilihat bahwa luka yang dialami Sakura adalah luka yang serius. Luka akibat pengeboman di Jimbaran membuat Sakura terancam mengalami kerusakan permanen. Ketika seseorang mengalami situasi seperti Sakura, maka dorongan hidup yang kuat dibutuhkan untuk membantu penyembuhannya.

Sakura menunjukkan keinginannya untuk sembuh. Sakura juga menunjukkan bahwa dia menghadapi situasi yang membuatnya terluka dan kehilangan ayahnya dengan tegar.

“UNCLE! UNCLE!”

Sakura berteriak kencang melihatku melewati bingkai pintu, membuat dokter yang melakukan cek terakhir kali menoleh – setengah kaget sebenarnya. Sakura kalau teriak selalu saja tidak tahu tempat, waktu, dan suasana. Clarice yang berdiri bersandarkan dinding ruangan tertawa. Made dan Kadek mengangguk ke arahku.

Aku melangkah mendekati ranjang Sakura, tersenyum, “Konichiwa.” Sakura mengangguk-angguk. Baik, baik.

Tetapi tidak sebaik intonasi kalimat Sakura yang amat riang, tubuh gadis kecil itu masih terbungkus gips dan perban. Selang infus dan belalai medis lainnya sudah dilepas. Wajah Sakura cerah, itu membuat perbedaan banyak dengan kondisi tubuhnya... (Tere Liye, 2012:115-116). Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Sakura memiliki Erosyang sangat kuat. Erostersebut ditunjukkan dengan ekspresi Sakura yang tetap riang kendati tubuhnya penuh dengan luka.Erosyang cukup kuat di dalam diri Sakura membuatnya pulih lebih cepat yang ditunjukkan dengan kalimat ‘Wajah Sakura cerah, itu membuat perbedaan banyak dengan kondisi tubuhnya.’

Dorongan Erosyang kuat juga membuat Sakura berusaha melatih tangan kirinya untuk menggesek biola. “Sakura butuh setahun penuh belajar menggunakan tangan kirinya menggesek biola. Ia kidal sekarang. Jari tengah tangan kirinya tak pernah bisa sempurna digerakkan lagi” (Tere Liye, 2012:194).

Sama seperti Anggrek, Sakura memiliki pengalihan perasaan dengan seni. Jika Anggrek menggunakan puisi sebagai pengalihan perasaannya, Sakura lebih menggunakan musik sebagai pengalihan perasaannya. Memainkan biola dapat digunakan Sakura sebagai pengalihan rasa sedihnya. Untuk mengungkapkan perasaannya itulah maka Sakura melatih tangannya untuk dapat menggesek biola.

Sakura juga terlihat menganggap Tegar sebagai orang yang berjasa terhadap dirinya. Sakura menunjukkan kasih sayangnya kepada Tegar dengan menjanjikan permainan biola untuk Tegar.

“Sakura tidak akan bisa memainkannya, Uncle. Lihat.” Gadis kecil memperlihatkan tangan kirinya. “Malam ini Sakura tidak akan bisa memainkannya. Tetapi Sakura janji, Sakura janji demi Uncle yang berbaik hati mengurus kami. Demi Uncle yang bahkan meninggalkan Bibi Sekar. Sakura berjanji akan memainkannya nanti. Sakura akan memainkannya dengan indah. Nanti. Sakura janji.” Gadis kecil itu menyeka ujung matanya (Tere Liye, 2012:184).

Dari kutipan di atas, Sakura terlihat menganggap Tegar sebagai salah satu

erosdalam dirinya. Sakura menganggap Tegar adalah orang yang berjasa di dalam

hidupnya dan menumbuhkan semangatnya untuk memainkan biola. Sakura menggunakan musik sebagai salah satu cara katarsis untuknya.

Pentingnya keberadaan Tegar di dalam hidup Sakura membuatnya berjanji untuk dapat memainkan biola demi Tegar. Dari tipografi penulisan, penulisan kalimat “Sakura janji” yang ditulis dengan cetak miring menunjukkan bahwa terdapat penekanan dalam kalimat tersebut.

Dapat dikatakan bahwa erosdi dalam diri Sakura sudah terbentuk sangat kuat. Erostersebut membuatnya sembuh lebih cepat dari sakitnya. Eros juga mendorong Sakura untuk tetap bermain biola meski dengan tangan kidal. Sakura juga menganggap Tegar sebagai seseorang yang sangat berjasa bagi dirinya

commit to user

sehingga menumbuhkan perasaan percaya diri dan usaha untuk dapat bermain biola.

5. Jasmine

Jasmine dikenal sebagai anak yang memiliki perasaan lembut dan budi pekerti yang baik. Ketika kejadian pengeboman di Jimbaran, Jasmine tidak terluka. Akan tetapi, kenyataan bahwa ayahnya meninggal dalam kejadian tersebut membuatnya merasa sedih. Kesedihan yang ditunjukkan oleh Jasmine tidak membuatnya kehilangan semangat hidup.

Jasmine sudah terbangun sejak tadi.

Nathan dan Rosie selalu membiasakan anak-anaknya bangu pagi. Clarice datang lagi menjelang subuh, membawa keperluan. Termasuk susu bubuk dan air panas untuk Lili. Jasmine terampil menyiapkan kebutuhan adiknya. Lili menggeliat beberapa menit kemudian. Mulai merengek ingin minum. Jasmine mengganti popok adiknya, cekatan memasang

pampers. Tidak pernah terbayangkan menyaksikan anak kecil berumur

lima tahun itu dengan wajah kosong karena seluruh kesedihan ini melakukan semua itu di sela-sela hingar-bingar koridor rumah sakit. Jasmine belum mengerti banyak hal, tapi ia paham, mulai hari ini ia akan lebih banyak mengurus adiknya (Tere Liye, 2012:47-48).

Tanggung jawab Jasmine terhadap Lili membuatnya bertahan hidup. Kedekatan Jasmine dengan Lili membuat eros di dalam dirinya bangkit. Jasmine tidak menggunakan kesedihan sebagai alasan untuk menumbuhkan thanatos dalam dirinya.

Jasmine beranggapan bahwa sebagai kakak Lili, maka keberadaan Jasmine dibutuhkan untuk mengasuh Lili. Tanggung jawab Jasmine untuk mengasuh Lili sudah ada sejak sebelum kejadian Jimbaran.

Ada yang unik dalam urusan ini. Anak terkecil Nathan dan Rosie adalah

Dokumen terkait