• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chemical, dipergunakan sebagai bahan baku proses produksi misalnya pada proses surface

Dalam dokumen PETA PANDUAN (Road Map) Tahun (Halaman 74-81)

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KEDIRGANTARAAN

B. Pengelompokan Industri Kedirgantaraan Pengelompokan klaster industri kedirgantaraan dapat

9) Chemical, dipergunakan sebagai bahan baku proses produksi misalnya pada proses surface



LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

treatment, chemical milling, painting, dll. Untuk

meningkatkan kualitas material, proteksi dan estetika.

Yang menjadi persoalahan adalah, hingga saat ini belum ada satupun industri nasional yang memenuhi standar mutu sebagai pemasok bahan baku pem-buatan komponen pesawat terbang. Industri hulu yang ada baru bisa menghasilkan material-material umum yang hanya dapat dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan material untuk konstruksi bangunan yang memiliki tingkat resiko jauh di bawah standar mutu untuk material pesawat terbang. b. Kelompok Industri Antara

Salah satu trend industri manufaktur global saat ini adalah fokus pada integrasi pesawat (aircraft

integration). Dalam arti, industri manufaktur

pe-sawat hanya fokus pada produk akhir (pepe-sawat terbang) sementara industri non core business termasuk komponen Tier II s.d Tier IV di outsource kepada industri rantai pasok yang ada.

Dengan demikian kelompok industri antara dalam industri manufaktur pesawat terbang dapat di-definisikan sebagai kelompok industri rantai pasok, antara lain meliputi:

• Industri Detail Part Manufacturing • Industri Component Manufacturing • Industri Tool, Jig, Casting and Mold • Industri Engine Component

• Industri Propulsion System • Industri Interior & Cabin System

• Industri Environmental Control System • Industri Fuel System

• Industri Landing Gear System • Industri Hydraulic System • Industri Electronic System

• Industri Electric and Electronic Component Part • Industri NAV COM & Mission System

Kondisi Industri antara di Indonesia, tidak jauh berbeda dengan industri hulu, industri antara yang ada tidak banyak yang dapat men-supply industri hilir, kalau pun ada hanya sebatas komponen yang tidak melekat langsung pada struktur utama pesawat, misalnya industri tool dan jig, molding

and casting.

AS9100 sebagai standar mutu yang spesifik berlaku dalam industri dirgantara. Beberapa standard yang merupakan paket persyaratan manajemen mutu internasional ini adalah:

• 9100 – Quality Management System for Aerospace

Manufactures

• 9102 – First Article Inspection

• 9103 – Management of Key Characteristics • 9104 – Requirements for Registration of Aerospace

Quality Management Systems

• 9110 – Quality Management System for Aerospace

Repair Stations

• 9120 – Quality Management System for

Distributors

Sedangkan berdasarkan hasil analisis dan pemetaan atas 40 industri di Indonesia, dapat disimpulkan:



LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

a. Dalam industri komponen, terdapat industri alat bantu yang menyertainya, industri ini yang biasanya disebut dengan Tools-Mould. Saat ini terdapat potensi resources (sumber daya) yang memiliki kemampuan untuk pembuatan

Tools-Mould.

b. Peta potensi industri pendukung yang siap menjadi mitra industri inti atau menjadi bagian dari industri rantai pasok pembuatan komponen pesawat, dapat disajikan sebagai berikut: BASIS INDUSTRI SUB CONTRACT Perush (%)* EXTENDED TYPE B Perush (%)* EXTENDED TYPE A Perush (%)* TOTAL KETERSEDIAAN Perush (%)* Machnng  ()  ()  (,)  (,) Metal formng  ()  (,)  (,)  () Bondng & Composte 0 (0)  (,)  (,)  () *) Jumlah Perusahaan (%) terhadap 40 perusahaan yang diteliti

Cara baca, bahwa:

Terdapat 2 perusahaan atau 5% dari 40 perusahaan yang disurvey siap menjadi Sub Contractor per-mesinan Komponen Pesawat Terbang.

Extended shop type B adalah industri yang

memiliki kemampuan alur proses produksi dalam pembuatan komponen pesawat terbang dari prime manufacture untuk lingkup: Aktifitas persiapan material, Aktifitas Proses standard, Aktifitas Proses Khusus, Aktifitas marking indetifikasi part

Extended shop type A adalah industri yang

pembuatan komponen pesawat terbang dari prime manufacture untuk lingkup: Aktifitas persiapan material, Aktifitas Proses standard, Aktifitas marking indetifikasi part

c. Kelompok Industri Hilir

Jika kelompok industri hilir didefinisikan sebagai industri yang menghasilkan end-product (pesawat terbang), maka di Indonesia hanya terdapat 1 (satu) Industri manufaktur pesawat terbang yaitu PT. Dirgantara Indonesia (Persero).

Industri hilir ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara yang mampu meng-hubungkan, sebagai jembatan udara, lebih dari 17.000 kepulauan di Indonesia, serta dorongan keinginan untuk menguasai teknologi tinggi dibidang kedirgantaraan sebagai motor penggerak dalam percepatan pembangunan dari aspek kemudahan akses tansportasi udara, dengan harapan industri ini tumbuh dan berkembang merangsang percepatan pertumbuhan industri antara dan industri hulu, gagasan ini tercermin dari 4 (empat) tahap alih teknologi kedirgantaraan di indonesia.



LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

BAB II

SASARAN

Sebagaimana diketahui, Portofolio bisnis Industri Ke-dirgantaraan Nasional dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok besar berdasarkan kelompok satuan usaha, adalah sebagai berikut:

1) Aerostructure, mengelola bisnis komponen pesawat terbang.

2) Aircraft Integration, mengelola bisnis pesawat terbang dan helikopter.

3) Aircraft Services, mengelola bisnis jasa perawatan dan pemeliharaan.

4) Technology and Development, mengelola bisnis jasa

engineering dan sistem senjata.

Berdasarkan analisis SWOT dan kajian daya saing Industri kedirgantaraan nasional fokus permasalahan terletak pada tidak adanya produk pesawat terbang unggulan yang dimiliki. Saat ini terdapat produk yang akan dijadikan unggulan yaitu CASR23. Untuk menentukan strategi produk CASR 23 yang cocok untuk industri kedirgantaraan nasional dapat dilakukan dengan 3 (tiga) alternatif:

1. Take over Design Right, mengambil alih hak desain yang dimiliki orang lain, misalnya apa yang terjadi pada pesawat Twin Otter (Canada) yang saat ini di beli oleh perusahaan Amerika.

2. New Product Development, melakukan pengembangan baru.

3. Licensing, lisensi produksi, seperti yang terjadi pada NC212-200.



PETA PANDUAN (Road Map) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI ALAT ANGKUT Tahun 2010 - 2014

Masing-masing memiliki pro dan kontra, yang menjadi pertimbangan biasanya adalah: kecepatan masuk pasar (time to market), harga jual dan resiko bisnis. Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 1255/M-IND/PER/10/2009

Gambar II.1. Kajian pro-kontra Pendekatan dalam mendapatkan produk baru

Status perancangan CASR 23 status Juni 2009; Program CASR 23 PTDI (N219) dituntut untuk memiliki unjuk kerja STOL (Short Take-Off and Landing) yang prima. Secara teknis hal ini berarti N219 harus memiliki koefisien gaya angkat CL (lift coefficient) yang tinggi. Dengan mempertimbangkan kondisi geografis penerbangan rute perintis dan tuntutan pasar, Tim Engineering N219 menetapkan target koefisien gaya angkat CL sebesar 2.90. Dengan target CL sebesar 2.90 ini maka N219 mampu mendarat pada landasan sepanjang 563 m dan lepas landas pada landasan 428 meter, untuk kondisi ketinggian landasan padasea leveldengan 19 penumpang (maksimumlanding and take off weight).

Di penghujung tahun 2008, Program N219 mengukir prestasi gemilang pada pengujian WTT (Tahap II). Program ini didanai oleh BPPT mulai dari pembuatan model pesawat dengan skala 1:6.3 pada akhir tahun 2008 di LAGG (Laboratorium Aerogasdinamika dan Getaran) di Serpong.

Demikian juga dari hasil pengujian terowongan angin ini memberikan verifikasi bahwa desain N219 memenuhi target STOL yang sangat penting untuk melayani penerbangan rute perintis. Hal yang lebih membanggakan lagi adalah hasil ini merupakan karya anak bangsa tanpa bantuan tenaga asing.

Gambar II.1. Kajian pro-kontra Pendekatan dalam mendapatkan produk baru

Status perancangan CASR 23 status Juni 2009; Program CASR 23 PTDI (N219) dituntut untuk memiliki unjuk kerja STOL (Short Take-Off and Landing) yang prima. Secara teknis hal ini berarti N219 harus memiliki koefisien gaya angkat CL (lift coefficient) yang tinggi. Dengan mempertimbangkan kondisi geografis penerbangan rute perintis dan tuntutan pasar, Tim Engineering N219 menetapkan target koefisien gaya angkat CL sebesar 2.90. Dengan target CL sebesar 2.90 ini maka N219 mampu mendarat pada landasan sepanjang 563 m dan lepas landas pada landasan 428 meter, untuk kondisi ketinggian landasan pada sea level dengan 19 penumpang (maksimum landing and take off weight).



LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK IINDONESIA NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009

Di penghujung tahun 2008, Program N219 mengukir prestasi gemilang pada pengujian WTT (Tahap II). Program ini didanai oleh BPPT mulai dari pembuatan model pesawat dengan skala 1:6.3 pada akhir tahun 2008 di LAGG (Laboratorium Aerogasdinamika dan Getaran) di Serpong. Demikian juga dari hasil pengujian terowongan angin ini memberikan verifikasi bahwa desain N219 memenuhi target STOL yang sangat penting untuk melayani penerbangan rute perintis. Hal yang lebih membanggakan lagi adalah hasil ini merupakan karya anak bangsa tanpa bantuan tenaga asing. Sedangkan untuk menentukan strategi menghasilkan produk CASR 25 (kelas CN235) yang cocok untuk industri kedirgantaraan nasional data ini adalah pengembangan CN235 Next- Generation.

A. Program Industri Kedirgantaraan Jangka

Dalam dokumen PETA PANDUAN (Road Map) Tahun (Halaman 74-81)