PETA PANDUAN
(Road Map)
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS
INDUSTRI ALAT ANGKUT
Tahun 2010 - 2014
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN
2009
KATA PENGANTAR
Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2010-2014 di bidang perekonomian menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 %, tingkat pengangguran menjadi berkisar 5 - 6%, tingkat kemiskinan diharapkan menjadi 8 -10%, dan diperlukan investasi sekitar Rp. 2.000 triliun tiap tahun. Untuk itu, sektor industri diharapkan menjadi penggerak utama (prime mover) mampu berkontribusi lebih dari 26% terhadap PDB pada tahun 2014, dan mampu tumbuh minimal 1,5% lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara industri yang tangguh pada tahun 2025, menghadapi tantangan dan kendala yang ada, serta merevitalisasi industri nasional, maka telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT telah tersusun 35 Road Map (peta panduan) pengembangan klaster industri prioritas untuk periode 5 (lima) tahun ke depan (2010-2014) sebagai penjabaran Perpres 28/2008, yang disajikan dalam 6 (enam) buku, yaitu:
1. Buku I, Kelompok Klaster Industri Basis Industri
Manufaktur (8 Klaster indutri), yaitu: 1) Klaster
Industri Baja, 2) Klaster Industri Semen, 3) Klaster Industri Petrokimia, 4) Klaster Industri Keramik, 5) Klaster Industri Mesin Listrik & Peralatan Listrik, 6) Klaster Industri Mesin Peralatan Umum, 7) Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil, 8) Klaster Industri Alas Kaki.
2. Buku II, Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro (12 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit, 2) Klaster Industri Karet dan Barang Karet, 3) Klaster Industri Kakao, 4) Klaster Industri Pengolahan Kelapa, 5) Klaster Industri Pengolahan Kopi, 6) Klaster Industri Gula, 7) Klaster Industri Hasil Tembakau, 8) Klaster Industri Pengolahan Buah, 9) Klaster Industri Furniture, 10) Klaster Industri Pengolahan Ikan, 11) Klaster Industri Kertas, 12) Klaster Industri Pengolahan Susu.
3. Buku III, Kelompok Klaster Industri Alat Angkut (4 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Kendaraan Bermotor, 2) Klaster Industri Perkapalan, 3) Klaster Industri Kedirgantaraan, 4) Klaster Industri Perkeretaapian. 4. Buku IV, Kelompok Klaster Industri Elektronika
dan Telematika (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster
Industri Elektronika, 2) Klaster Industri Telekomunikasi, 3) Klaster Industri Komputer dan Peralatannya.
5. Buku V, Kelompok Klaster Industri Penunjang
Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu (3
Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia, 2) Klaster Industri Fashion, 3) Klaster Industri Kerajinan dan Barang seni. 6. Buku VI, Kelompok Klaster Industri Kecil dan
Menengah Tertentu (5 Klaster Industri), yaitu: 1)
Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan, 2) Klaster Industri Garam, 3) Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias, 4) Klaster Industri Minyak Atsiri, 5) Klaster Industri Makanan Ringan.
Diharapkan dengan telah terbitnya 35 Road Map tersebut pengembangan industri ke depan dapat dilaksanakan secara lebih fokus dan dapat menjadi:
v
KATA PENGANTAR1. Pedoman operasional Pelaku klaster industri, dan aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya.
2. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).
3. Informasi dalam menggalang partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Kepada semua pihak yang berkepentingan dan ikut bertanggung-jawab terhadap kemajuan industri diharapkan dapat mendukung pelaksanaan peta panduan (Road Map) ini secara konsekuen dan konsisten, sesuai dengan peran dan tugasnya masing-masing.
Semoga Allah SWT meridhoi dan mengabulkan cita-cita luhur kita bersama menuju Indonesia yang lebih baik.
Jakarta, November 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI
v
DAFTAR ISIDAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii DAFTAR ISI ... vii
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009
TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR ... 1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN
RI NOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN
KLASTER INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR ... 9 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009
TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PERKAPALAN ... 25 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN
KLASTER INDUSTRI PERKAPALAN ... 33 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009
TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KEDIRGANTARAAN ... 51
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN
KLASTER INDUSTRI KEDIRGANTARAAN ... 59 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PERKERETAAPIAN ... 85 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN
RI NOMOR : 126/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN
PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009
TENTANG
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KENDARAAN BERMOTOR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;
b. Bahwa industri kendaraan bermotor merupakan salah satu industri alat angkut sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri kendaraan bermotor;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pem-bentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Ke-menterian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional; 13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga-nisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP)
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
KENDARAAN BERMOTOR. Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut
Peta Panduan adalah dokumen
perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri kendaraan bermotor untuk periode 5 (lima) tahun.
2. Industri Kendaraan Bermotor adalah industri yang terdiri dari:
a. Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih (KBLI 34100) b. Industri Karoseri Kendaraan Bermotor
Roda Empat atau Lebih (KBLI 34200) c. Industri Perlengkapan dan Komponen
Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih (KBLI 34300)
d. Industri Sepeda Motor dan Sejenisnya (KBLI 35911)
e. Industri Komponen dan Perlengkapan Sepeda Motor dan Sejenisnya (KBLI 35912)
3. Pemangku Kepentingan adalah Peme-rintah Pusat, PemePeme-rintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya. 4. Menteri adalah Menteri yang
melaksana-kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
Pasal 2
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a. Pedoman operasional Aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik
untuk suksesnya pelaksanaan
program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya; b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri
Kendaraan Bermotor, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Kendaraan Bermotor ataupun sektor lain yang terkait;
c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan
d. Informasi untuk menggalang
dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Pasal 3
(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Kendaraan Bermotor dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
(2) Pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.
Pasal 4
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Oktober 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd
FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Presiden RI;
2. Wakil Presiden RI;
3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 4. Gubernur seluruh Indonesia; 5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 123/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009
PETA PANDUAN
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
KENDARAAN BERMOTOR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II SASARAN
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd
FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Ruang Lingkup Industri Kendaraan Bermotor
Industri otomotif telah dikembangkan selama lebih dari 30 tahun dan telah turut memberikan kontribusi
yang cukup signifikan terhadap perekonomian nasional.
Pengembangan industri otomotif sangat strategis karena beberapa hal diantaranya:
l Memiliki keterkaitan yang luas dengan sektor ekonomi lainnya,
l Menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak,
l Dapat menjadi penggerak pengembangan industri kecil menengah,
l Menggunakan teknologi sederhana sampai teknologi tinggi.
Basis pengembangan industri otomotif nasional ke depan cukup baik, dikarenakan beberapa hal seperti:
l potensi pasar dalam negeri yang cukup besar,
l sudah memiliki basis ekspor ke beberapa negara di dunia,
l pengalaman dalam proses produksi yang cukup lama yaitu selama lebih dari 30 tahun.
Berdasarkan KBLI, lingkup industri otomotif meliputi: Tabel I.1. Lingkup Industri Otomotif
KBLI URAIAN
34100 Industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih
34200 Industri karoseri kendaraan bermotor roda empat atau lebih
34300 Industri komponen dan perlengkapan kendaraan bermotor roda empat atau lebih
35911 Industri sepeda motor dan sejenisnya
35912 Industri komponen dan perlengkapan sepeda motor dan sejenisnya
B. Pengelompokan Industri Kendaraan Bermotor 1. Kelompok Industri Hulu
Kelompok industri hulu otomotif adalah industri bahan baku, baik bahan baku utama maupun penolong. Industri bahan baku utama terdiri dari industri bahan baku berbasis baja, karet dan plastik. Disamping itu melibatkan industri hulu otomotif juga melibatkan industri tekstil, industri cat.
2. Kelompok Industri Antara
Produk antara industri otomotif terdiri dari produk-produk komponen atau sub komponen setengah jadi yang siap diproses atau dirakit menjadi produk jadi / komponen.
3. Kelompok Industri Hilir
Kendaraan bermotor utuh (CBU) merupakan produk hilir, yang dihasilkan dari industri perakitan kendaraan bermotor (Assembler). Industri hilir dari otomotif adalah industri transportasi.
BAB II
SASARAN
A. Jangka Menengah (2010-2014)
Sasaran kuantitatif sampai dengan tahun 2014 sebagai berikut:
Tabel II.1. Sasaran Kuantitatif Industri Kendaraan Bermotor Jangka Menengah
URAIAN S/D 2010 S/D 2011 S/D 2012 S/D 2013 S/D 2014 RODA-4: l Produksi l Penjualan l Ekspor l Nilai Produksi (Milyar Rupiah) 540.000 unit 542.000 unit 108.000 unit 81.000 675.000 unit 675.000 unit 140.000 unit 101.000 840.000 unit 846.000 unit 180.000 unit 225.400 1.000.000 unit 1.057.000 unit 220.000 unit 363.020 1.250.000 unit 1.300.000 unit 260.000 unit 584.780 RODA-2: l Produksi l Penjualan l Ekspor l Nilai Produksi (Milyar Rupiah) 5.600.000 unit 550.000 unit 44.000 unit 56.720 6.100.000 unit 1.150.000 unit 45.000 unit 63.270 6.500.000 unit 6.550.000 unit 47.000 unit 70.314 6.800.000 unit 7.000.000 unit 51.000 unit 75.748 7.000.000 unit 7.050.000 unit 51.000 unit 75.748
Sasaran kualitatif, berdasarkan jenis kendaraan, kandungan lokal dan penguasaan teknologi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar II.1. Sasaran Kualitatif Jangkah Menengah
B. Jangka Panjang (2015-2025) a. Sasaran kuantitatif:
Tabel II.2. Sasaran Kuantitatif Industri Kendaraan Bermotor Jangka Panjang
URAIAN S/D 2015 S/D 2020 S/D 2025 RODA-4: l Produksi l Penjualan l Ekspor l Nilai Produksi (Milyar Rupiah) 1.610.000 unit 1.224.000 unit 386.000 unit 225.400 2.593.000 unit 1.971.000 unit 622.000 unit 363.020 4.177.000 unit 3.175.000 unit 1.002.000 unit 584.780 RODA-2: l Produksi l Penjualan l Ekspor l Nilai Produksi (Milyar Rupiah) 7.031.000 unit 6.984.000 unit 47.000 unit 70.314 7.575.000 unit 7.524.000 unit 51.000 unit 75.748 7.575.000 unit 7.524.000 unit 51.000 unit 75.748
Secara kualitatif, sasaran jangka panjang (2015-2025) seperti terlihat pada gambar II.2 dibawah ini.
8.3 Sasaran Jangka Panjang
2025
2015
2020
80% design KBM R4 untuk MPV dan Light commercial truck Pembuatan mesin, transmisi Commercial Truck s/d 24 ton, SUV dan Sedan kecil ekonomis
Pemasok komponen Commercial Truck s/d 24 ton, SUV dan Sedan kecil. MPV, Commercial Truck s/d 24 ton,
SUV dan Sedan kecil Hemat energi-ramah lingkungan
MPV, SUV, Sedan kecil Hemat energi ramah lingk, Commercial truck > 24 ton, Sedan menengah,
Hybrid car
80% design KBM R4 untuk Sedan kecil dan SUV hybrid engine, integrasi system ECU komponen Commercial truck > 24 ton, Sedan menengah, Hybrid car.
80% design KBM R4 untuk Sedan Menengah. Pembuatan komponen KBM tingkat kualitas Luxury Car. Pemasok komponen KBM tingkat kualitas Luxury car MPV, SUV, Sedan kecil ekonomis, Commercial truck > 24 ton, Sedan menengah, Hybrid car dan Luxury car
BAB III
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Misi Pengembangan Industri Kendaraan Bermotor
1. Visi
Indonesia menjadi basis produksi industri otomotif dan komponen kelas dunia
2. Misi
l Perkuatan struktur industri otomotif melalui
peningkatan kemampuan industri komponen dan infrastruktur teknologi.
l Peningkatan daya saing industri otomotif melalui
peningkatan kemampuan SDM dan manajemen industri.
l Peningkatan penguasaan teknologi dan R&D
industri otomotif.
B. Arah Pengembangan
Pengembangan industri otomotif ke depan akan diarahkan pada pengembangan kendaraan sedan kecil, kendaraan niaga, sepeda motor dan komponen kendaraan bermotor dengan penekanan pada kendaraan ramah lingkungan dan hemat energi.
C. Strategi
Dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan maka strategi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Sektor
l Memperkuat basis produksi kendaraan niaga,
kendaraan penumpang kecil, dan sepeda motor.
l Meningkatkan kemampuan teknologi produk
dan manufaktur industri komponen kendaraan bermotor.
l Memperkuat struktur industri pada semua rantai
nilai melalui pengembangan klaster otomotif.
l Pengembangan keterkaitan rantai supply melalui
klaster.
2. Teknologi
l Pengembangan desain engineering
l pengembangan produk komponen otomotif, l manufakturing penuh sepeda motor utuh.
BAB IV
PROGRAM / RENCANA AKSI
A. Jangka Menengah (2010-2014): 1. Pengembangan Pasar Domestik
l Meningkatkan/perbaikan kebijakan menyangkut
perpajakan kendaraan bermotor.
l Mendorong penggunaan produksi dalam negeri. l Mendorong kebijakan pengembangan kendaraan
hemat energi, ramah lingkungan dan harga terjangkau.
l Mendorong kebijakan pengembangan kendaraan
domistik.
2. Peningkatan Ekspor
l Meningkatkan pemberian fasilitas untuk industri
komponen yang memasok komponen dan bahan baku bagi industri memproduksi komponen tujuan ekspor.
l Mendorong harmonisasi standar dan regulasi
teknis otomotif internasional melalui ratifikasi
perjanjian internasional/Agreement 1958 dan peraturan pelaksanaannya.
3. Peningkatan daya saing
l Menyempurnakan/meningkatkan kebijakan
pemberian fasilitas pembebasan BM untuk bahan baku industri komponen otomotif.
4. Peningkatan kemampuan industri komponen
l Peningkatkan produktifitas industry komponen
melalui pemberian bantuan bimbingan
produk-tifitas.
5. Peningkatan kemampuan SDM dan kemampuan Teknologi
l Mengembangkan balai latihan kerja untuk industri
otomotif dan perawatan kendaraan bermotor.
l Mendorong penyempurnaan kebijakan
pem-berian insentif pajak bagi pengembangan SDM dan litbang.
6. Peningkatan kemampuan infrastruktur teknologi
l Meningkatkan kemampuan balai litbang terkait
dengan otomotif.
l Meningkatkan kemampuan lab uji komponen
otomotif.
l Mendorong peningkatan kerjasama antara
dunia usaha dengan lembaga penelitian dan pengembangan di bidang otomotif.
l Mengembangkan pusat desain dan engineering
produk komponen otomotif .
B. Jangka Panjang (2015-2025) 1. Penguatan Pasar Domestik:
l Melanjutkan peningkatan/perbaikan kebijakan
menyangkut perpajakan kendaraan bermotor.
l Mendorong penggunaan produksi dalam negeri. l Melanjutkan kebijakan pengembangan
ken-daraan hemat energi, ramah laingkungan dan harga terjangkau.
2. Penguatan Basis Ekspor
l Meningkatkan kerjasama standard dan
harmoni-sasi regulasi teknis otomotif internasional.
l Meningkatkan kualitas propduk ototmotif dan
komponennya.
3. Peningkatan Daya Saing
l Meningkatkan kebijakan pemberian fasilitas
pembebasan BM untuk bahan baku industri komponen otomotif.
4. Penguatan Industri Komponen
l Melanjutkan promosi investasi industri komponen.
l Peningkatkan produktifitas industri komponen
melalui pemberian bantuan bimbingan
produk-tifitas.
5. Peningkatan kemampuan SDM dan kemampuan Teknologi
l Memperkuat kemampuan balai latihan kerja
untuk industri otomotif dan perawatan ken-daraan bermotor.
l Mendorong peningkatan kerjasama antara
dunia usaha dengan lembaga penelitian dan pengembangan di bidang otomotif.
6. Penguatan kemampuan infrastruktur teknologi
l Meningkatkan kemampuan lab uji komponen
otomotif.
l Memperkuat kemampuan pusat desain dan
PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009
TENTANG
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PERKAPALAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;
b. Bahwa industri perkapalan merupakan salah satu industri alat angkut sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri per-kapalan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Perkapalan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Ber-satu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/ P Tahun 2007;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organi-sasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;
12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional; 13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organi-sasi dan Tata Kerja Departemen Per-industrian;
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP)
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
PERKAPALAN.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Perkapalan Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pe-ngembangan klaster industri perkapalan untuk periode 5 (lima) tahun.
2. Industri Perkapalan adalah industri yang terdiri dari:
a. Industri Kapal/Perahu (KBLI 35111); b. Industri Peralatan dan Perlengkapan
Kapal (KBLI 35112);
c. Industri Perbaikan Kapal (KBLI 35113);
d. Industri Pemotongan Kapal (KBLI 35114);
e. Industri Bangunan Lepas Pantai (KBLI 35115);
f. Industri Pembuatan dan Pemeli-haraan Perahu Pesiar, rekreasi dan Olahraga (KBLI 35120).
3. Pemangku Kepentingan adalah Pe-merintah Pusat, PePe-merintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya. 4. Menteri adalah Menteri yang
melaksana-kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
Pasal 2
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a. Pedoman operasional Aparatur Pe-merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik
untuk suksesnya pelaksanaan
program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya; b. Pedoman bagi Pelaku klaster
Industri Perkapalan, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Perkapalan ataupun sektor lain yang terkait;
c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan
d. Informasi untuk menggalang
dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masya-rakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Pasal 3
(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Perkapalan dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). (2) Pelaksanaan program/rencana aksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.
Pasal 4
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Oktober 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd
FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Presiden RI;
2. Wakil Presiden RI;
3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 4. Gubernur seluruh Indonesia;
5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 124/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009
PETA PANDUAN
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
PERKAPALAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB II SASARAN
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd
FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Ruang Lingkup Industri Perkapalan
• Industri Kapal
• Industri Peralatan dan perlengkapan Kapal • Industri Perbaikan Kapal
• Industri Pemotong Kapal (Ship Breaking) • Industri Bangunan Lepas Pantai
B. Pengelompokan Industri Perkapalan 1. Kelompok Industri Hulu
Kelompok industri hulu adalah industri yang menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh industri perkapalan. Produk tersebut adalah Ferro/Baja, Non Ferro yaitu aluminium dan kuningan, Fibre glass, kayu, karet, plastik, kaca, tekstil, marine paint, welding electrode dan cathodic Protection.
Industri dalam negeri yang menghasilkan plat baja untuk industri perkapalan mempunyai kapa-sitas sekitar 650.000 ton/tahun, sedangkan yang
memproduksi profil diperkirakan sekitar 560.000 ton/
tahun. Perusahaan dalam negeri yang menghasilkan welding elctroda mempunyai kapasitas produksi 150.000 ton/tahun.
2. Kelompok Industri Antara
Kelompok industri antara yang dibutuhkan oleh industri perkapalan adalah industri komponen kapal yang terdiri dari mesin penggerak, mesin geladak,
electrical machineries, peralatan navigasi dan telekomunikasi dan peralatan lainnya. Kelompok industri ini merupakan pembinaan dari sektor industri lainnya sehingga dibutuhkan kerjasama untuk pengembangan industri komponen, diharapkan pengembangan industri komponen kapal dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan sektor industri lainnya seperti industri elektronik, industri telematika dan industri alat transportasi darat dan kedirgantaraan dalam rangka pemanfaatan utilitas
dan diversifikasi produk. 3. Kelompok Industri Hilir
Industri Perkapalan yang didalamnya termasuk industri Bangunan Lepas Pantai (BLP) merupakan kelompok industri hilir, Industri perkapalan Nasional telah dapat menghasilkan kapal dengan ukuran 50.000 DWT. Jenis kapal yang mampu diproduksi galangan kapal nasional adalah: kapal tanker, kapal kargo, kontainer, kapal curah (Bulk Carrier), kapal ikan (Fishing Vessel), kapal penumpang, kapal ferry, kapal perang, kapal khusus dan kapal tunda.
BAB II
SASARAN
A. Jangka Menengah (2010 – 2014)
• Meningkatnya jumlah dan kemampuan industri perkapalan/galangan kapal nasional dalam pem-bangunan kapal sampai dengan kapasitas 150.000 DWT.
• Meningkatnya produktivitas industri perkapalan/ galangan kapal nasional dengan semakin pendeknya delivery time maupun docking days.
B. Jangka Panjang (2010 – 2025)
• Adanya galangan kapal nasional yang memiliki fasilitas produksi berupa building berth/graving dock yang mampu membangun kapal dan mereparasi kapal/docking repair sampai dengan kapasitas 300.000 DWT utk memenuhi kebutuhan di dalam maupun luar negeri (World class industry).
• Meningkatnya kemampuan industri perkapalan/ galangan kapal nasional dalam membangun kapal untuk berbagai jenis dan ukuran seperti Korvet, Frigate, Cruise Ship, LPG Carrier dan kapal khusus lainnya. • Meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan
industri komponen kapal nasional untuk mampu men-supply kebutuhan komponen kapal dalam negeri. • Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN)
/ National Ship Design and Engineering Centre (NaSDEC) semakin berkembang dan semakin kuat dalam mendukung industri perkapalan/galangan kapal nasional.
BAB III
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi Industri Perkapalan
Visi industri perkapalan adalah Indonesia memiliki
industri perkapalan yang unggul, mandiri, efisien dan
berdaya saing global.
B. Strategi dan Kebijakan
• Menjadikan pasar dalam negeri sebagai base load pengembangan industri perkapalan melalui penggunaan produksi kapal & jasa reparsi / docking repair dalam negeri.
• Memperkuat dan mepengembangan Klaster industri kapal.
• Meningkatkan daya saing industri melalui penguatan dan pendalaman struktur industri guna meningkatkan kandungan lokal dan daya saing industri perkapalan. • Mengembangkan industri pendukung di dalam
negeri (industri bahan baku dan komponen kapal). • Mengembangkan pusat peningkatan ketrampilan
SDM.
• Meningkatkan penguasaan teknologi, RBP melalui Pengembangan PDRKN (Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional).
• Melakukan promosi investasi.
• Melakukan perbaikan iklim usaha (pajak, suku bunga, tata niaga, dll).
C. Indikator Pencapaian
2010
2015
2020
2025
- Kapal Niaga s/d 50.000 DWT (Mer-chant ship) - Kapal Niaga s/d 80.000 DWT (Mer-chant ship) - Kapal Niaga s/d 200.000 DWT (Mer-chant ship) - Kapal Niaga s/d 300.000 DWT (Mer-chant ship) - Kapal Penumpang (Passenger ship) - Kapal Penumpang (Passenger ship)- Cruise ship - Cruise ship
- Kapal Kerja - Kapal Kerja
kecepatan tinggi - Kapal Kerja kecepatan tinggi - Kapal Kerja kecepatan tinggi - Kapal
Patroli (FPB) - Kapal Pa-troli
kecepa-tan tinggi - Korvet
- Kapal Patroli ke-cepatan tinggi - Korvet - Frigate - Kapal Pa-troli kecepatan tinggi - Korvet - Frigate - Sub marine - Industri bahan baku & komponen tumbuh - Industri bahan baku & komponen berkembang - Industri bahan baku & komponen berkembang - Industri bahan baku & komponen kuat - Pusat Desain dan Rekayasa Ka-pal Nasional (PDRKN/NaS-DEC) - Berkebang-nya PDRKN/ NaSDEC - PDRKN/NaS-DEC mampu mendesain kapal niaga, penumpang, kerja, patroli dan perang - PDRKN/ NaSDEC mampu mendesain kapal berbagai jenis dan ukuran
D. Tahapan Implementasi
Lampran Peraturan Menter Perndustran RI
Nomor : /M-IND/PER/0/00
6
BAB IV
PROGRAM / RENCANA AKSI
A. Jangka Menengah (2010 -2014)
• Melakukan rekstrukturisasi industri perkapalan melalui modernisasi mesin /peralatan produksi yang sudah berusia tua.
• Mengembangkan kemampuan desain dan rekayasa berbagai jenis kapal melalui pemanfaatan Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN)/ National Ship Design and Engineering Centre (NaSDEC)
• Pengembangan klaster industri perkapalan
• Pengembangan kawasan khusus industri perkapalan/ galangan kapal.
• Menggunakan kapal standar sesuai perairan / karateristik Indonesia.
• Mengembangkan industri bahan baku dan komponen kapal.
• Penggunaan kapal produksi dalam negeri. • Memperbaiki/penyempurnaan iklim usaha.
• Peningkatan kualitas dan ketrampilan SDM bidang perkapalan
• Mendorong lembaga keuangan (Bank & Non Bank) untuk membiayai pembangunan kapal.
• Meningkatkan kerjasama dengan luar negeri (antar pemerintah dan antar perusahaan).
B. Jangka Panjang (2010 – 2025)
• Meningkatkan investasi/perluasan pengembangan industri galangan kapal dengan fasilitas produksi untuk kapal baru maupun reparasi kapal sampai dengan kapasitas 300.000 DWT.
• Mengembangkan kemampuan desain dan rekayasa berbagai jenis kapal melalui pemanfaatan Pusat Desain dan Rekayasa Kapal Nasional (PDRKN) /National Ship Desain and Engineering Centre (NaSDEC).
• Memperkuat pengembangan klaster industri per-kapalan.
• Mengembangkan kawasan khusus industri per-kapalan/galangan kapal.
• Meningkatkan penggunaan kapal standar sesuai perairan/karateristik Indonesia.
• Mengembangkan industri bahan baku dan komponen kapal.
• Meningkatkan penggunaan kapal produksi dalam negeri.
• Melakukan perbaikan/penyempurnaan iklim usaha. • Meningkatkan kualitas dan ketrampilan SDM bidang
perkapalan.
• Mendorong terbentuknya lembaga keuangan khusus maritim.
• Mendorong kerjasama pengembangan kapal-kapal khusus.
Gambar 1. Kerangka Keterkaitan Industri Perkapalan
La m p ra n P er atu ra n M en te r P er n du st ra n RI No m or : / M -IND/P ER/ 0/ 00 9 G am ba r 1 K er an gk a K ete rk ai ta n In du str i Pe rk ap al an
La m p ra n P er atu ra n M en te r P er n du st ra n RI No m or : / M -IND/P ER/ 0/ 00 10 In du str i I nti In du st r Pe rka pa la n In du str i Pe nd uk un g Ba ha n b aku d an ko m po ne n ka pa l In du str i T er ka it Pe rb an ka n, a su ra ns , Le m ba ga ke ua ng an n an b an k Sasa ra n Ja ng ka Me ne ng ah (2 01 0 – 2 01 5) Me n ng ka tn ya ju ml ah d an ke m am pu an n du st r pe rka pa la n/ ga la ng an ka pa l n as o na l d al am pe m ba ng un an ka pa l s am pa d en ga n ka pa s ta s 0. 00 0 D W T Me n ng ka tn ya p ro du kt v ta s n du st r pe rka pa la n/ ga la ng an ka pa l na s on al d en ga n se m ak n pe nd ekn ya de live ry time m au pu n do cki ng da ys . Sasa ra n Ja ng ka Pa nj an g (2 01 0 – 2 02 5) Ad an ya g al an ga n ka pa l n as o na l ya ng m em lk f as l ta s pro du ks be ru pa b u ld n g be rth /g ra v ng d ock ya ng m amp u m em ba ng un ka pa l da n m ere pa ra s ka pa l/d ock n g re pa r sa m pa d en ga n ka pa s ta s 0 0. 00 0 D W T ut k m eme nu h ke bu tu ha n d d al am m au pu n lu ar ne ge r ( W orl d cl ass in du st ry ) Me n ng ka tn ya ke m am pu an n du st r pe rka pa la n/ ga la ng an ka pa l na s on al d al am m em ba ng un ka pa l u nt uk be rb ag a je n s da n uku ra n se pe rt Ko rv et , F rg at e, C ru s e Sh p , L PG C arr er d an k ap al kh us us la n nya Me n ng ka tn ya p ert um bu ha n da n pe rke m ba ng an n du st r ko m po ne n ka pa l n as o na l u nt uk m am pu m en su pp ly ke bu tu ha n ko m po ne n ka pa l da la m n eg er Pu sa t D es a n da n R eka ya sa Ka pa l N as o na l (PD R KN ) / N at io na l Sh ip D esi gn a nd En gi ne eri ng C en tre (N aSD EC ) s em ak n b erke m ba ng d an se m ak n ku at d al am m en du ku ng n du st r pe rka pa la n/ ga la ng an ka pa l na s on al . Strate gi • Me nj ad ka n pa sa r d al am ne ge r se ba ga ba se lo ad p en ge m ba ng an n du st r pe rka pa la n m el al u p en gg un aa n pro du ks ka pa l & ja sa re pa rs / do ck ng re pa r da la m ne ge r • Pe ng ua ta n da n pe ng em ba ng an Kl as te r nd us tr ka pa l • Me n ng ka tka n da ya s a ng n du st r m el al u p en gu at an d an p en da la m an s tru kt ur n du st r gu na m en n gka tka n ka nd un ga n lo ka l d an d aya s a ng n du st r pe rka pa la n • Me ng em ba ng ka n n du st r pe nd uku ng d d al am ne ge r (n du st r ba ha n ba ku d an ko m po ne n ka pa l) • Me ng em ba ng ka n pu sa t p en n gka ta n ke tra m p la n SD M • Pe ng ua sa an te kn ol og , R BP m el al u Pe ng em ba ng an PD R KN (Pu sa t D es a n da n R eka ya sa Ka pa l N as o na l) • Me na rk n ve st or as n g • Pe rb a ka n kl m us ah a (p aj ak, s uku b un ga , t at a n ag a, d ll)
PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009
TENTANG
PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KEDIRGANTARAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan (Road Map) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu;
b. Bahwa Industri kedirgantaraan merupa-kan salah satu industri alat angkut sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri kedirgan-taraan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se-bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984
tentang Perindustrian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organi-sasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007; 12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008
tentang Kebijakan Industri Nasional; 13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Organi-sasi dan Tata Kerja Departemen Per-industrian;
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP)
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
KEDIRGANTARAAN. Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri kedirgantaraan untuk periode 5 (lima) tahun.
2. Industri Kedirgantaraan adalah industri yang terdiri dari:
a. Industri Pesawat Terbang dan Perlengkapannya (KBLI 35301); b. Industri Jasa Perbaikan dan Perawatan
Pesawat Terbang (KBLI 35302). 3. Pemangku Kepentingan adalah
Peme-rintah Pusat, PemePeme-rintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Kemasyarakatan lainnya.
4. Menteri adalah Menteri yang melaksana-kan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.
Pasal 2
(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a. Pedoman operasional Aparatur Pe-merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik
untuk suksesnya pelaksanaan
program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya; b. Pedoman bagi Pelaku klaster Industri
Kedirgantaraan, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Kedirgantaraan ataupun sektor lain yang terkait; c. Pedoman koordinasi perencanaan
kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan
d. Informasi untuk menggalang
dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klaster industri ini, yang pada akhirnya diharapkan
untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.
Pasal 3
(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Kedirgantaraan dilaksana-kan sesuai dengan Peta Panduan sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). (2) Pelaksanaan program/rencana aksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.
Pasal 4
(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 Oktober 2009
MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd
FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi
PRAYONO
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Presiden RI;
2. Wakil Presiden RI;
3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 4. Gubernur seluruh Indonesia;
5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 125/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009
PETA PANDUAN
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
KEDIRGANTARAAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB II SASARAN
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd
FAHMI IDRIS Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Ruang Lingkup Industri Kedirgantaraan
Industri Kedirgantaraan dalam konteks industri manufaktur pesawat terbang jika dilihat dari perspektif proses bisnis, memiliki beberapa karakteristik yang membedakan industri lain dengan industri pesawat terbang, industri pesawat terbang dinilai sebagai industri yang kompleks, multi disiplin keilmuan dan lingkungan yang dinamis.
Intinya adalah, karakteristik industri pesawat terbang adalah: (1) Padat teknologi, (2) Rentang waktu pengembangan relatif lama, (3) Padat modal, (4) Padat karya, (5) Pasar terbatas, (6) Sarat akan aturan, (7) Hubungan yang erat dengan pemasok, (8) Melibatkan peran pemerintah.
Karekteristik yang ke-8 (melibatkan peran pemerintah), menarik untuk dicermati, karena industri pesawat terbang merupakan industri strategis sehingga industri ini selalu mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah yang berkuasa. Berikut beberapa kutipan tentang adanya indikasi kuat keterlibatan dan peran Pemerintah dalam pengembangan industri kedirgantaraan yang dimilikinya.
1. Boeing (Usa) & Airbus (Eropa)
Pada tahun 2004 Amerika Serikat (USA) & Uni Eropa (EU) membawa sengketa perdagangannya ke WTO dimana USA menyatakan bahwa Airbus telah menerima US$ 15 Miliar subsidi dan sebaliknya EU menyatakan bahwa Boeing telah menerima US$
18 Miliar subsidi. Tahun 1992 EU dan USA sepakat membatasi subsidi sampai 33% dari total biaya pengembangan pesawat baru.
2. HAMC (China):
Didukung oleh pemerintah dalam bentuk subsidi dan bantuan modal. Pemerintah China melindungi pasar dengan mengharuskan investor asing untuk melakukan joint venture untuk memasuki pasar China, dan seluruh kebutuhan pesawat dalam negeri harus di penuhi dan atau melibatkan Industri China.
3. Bombardier (Canada):
Obligasi dijamin oleh pemerintah sehingga memudah-kan Bombardier untuk mendapatmemudah-kan dana. R&D didukung oleh pemerintah dengan memberikan sekitar US$ 2 miliar setiap tahunnya.
4. EMBRAER (Brazil):
Pemerintah memberikan subsidi yang dalam 2 tahun terakhir nilainya telah mencapai US$ 1 Miliar.
5. Lockheed Martin, Boeing, Northrop Grumman, Raytheon (Amerika):
Departemen Pertahanan (DoD) secara rutin mem-berikan kontrak untuk pengadaan alat-alat dan sistim pertahanan sebesar lebih dari US$ 70 Miliar per tahun.
6. Evektor (Skotland)
Pemerintah menanggung seluruh biaya pengem-bangan pesawat terbang EV55 dan menutup peluang bagi mitra asing untuk masuk atau ikut dalam konsorsium pengembangan pesawat pada kelas tersebut.
B. Pengelompokan Industri Kedirgantaraan
Pengelompokan klaster industri kedirgantaraan dapat dibagi kedalam 2 (dua) grup industri yang dapat menjadi mitra industri inti:
1. Satu group yang masuk didalam perusahaan-perusahaan yang bisa menghasilkan produk yang dibutuhkan untuk pengembangan prasarana perusahaan, misalkan dalam bidang informasi, computer, catering, percetakan dan sebagainya yang bersifat prasarana.
2. Satu group lagi yang berkaitan dengan produk, khusus group ini dibagi 2 (dua) kelompok yaitu ; Group yang menghasilkan produk-produk yang lansung dipasang di produk dan yang tidak dipasang diproduk, misalnya Tool, Jig, Fixture, Casting dan Moulding.
Pengelompokkan industri pendukung dalam industri pesawat terbang, menurut Niosi, Jorge and Majlinda Zhegu dapat dibagi ke dalam 4 (empat) tingkatan (Tier), dimana setiap Tier merepresentasikan kompleksitas pengerjaan dimana kriteria Fit, Form and Function menjadi prasyarat utama (lihat ilustrasi gambar 3.3), berikut uraian dari masing-masing Tier:
Tier I, merepresentasikan pemilik desain, pengerjaan
Assembly airframe hingga penjualan produk akhir (end product).
Tier II, merepresentasikan pembuatan komponen,
meliputi onboard avionic system, Propulsi, Airframe Structure, Subassembly, Subsystem.
Tier III, merepresentasikan industri pendukung electronic
and electrical Components and part, Electronic System and subsystem, engines and Components, Engines Accessories,
Starting system and electrical power sources, fuselage and structures, interior cabin, system and components, Environmental Control System, Fuel System. Landing gear system dan hydraulic system.
Tier IV, merepresentasikan industri pendukung
pembuatan Detail part manufacturing (DPM) yang merupakan bagian dari industri rantai pasok komponen pesawat terbang.
Gambar 1:
AEROSPACE INDUSTRIAL CLUSTER
a. Kelompok Industri Hulu
Berdasarkan perspektif industri manufaktur ke-dirgantaraan dimana Pesawat Terbang sebagai
industri intinya, maka industri hulu didefinisikan
sebagai industri yang memasok bahan baku material [raw material] pesawat terbang.
Secara umum, material untuk pembuatan komponen pesawat terbang dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Aluminum Alloy, sebagai struktur pesawat