• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETA PANDUAN (Road Map) Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETA PANDUAN (Road Map) Tahun"

Copied!
316
0
0

Teks penuh

(1)

Buku II

PETA PANDUAN

(

Road Map

)

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

INDUSTRI BERBASIS AGRO

(2)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

(3)

KATA PENGANTAR

Kabinet Indonesia Bersatu II periode 2010-2014 di bidang perekonomian menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 %, tingkat pengangguran menjadi berkisar 5 - 6%, tingkat kemiskinan diharapkan menjadi 8 -10%, dan diperlukan investasi sekitar Rp. 2.000 triliun tiap tahun. Untuk itu, sektor industri diharapkan menjadi penggerak

utama (prime mover) mampu berkontribusi lebih dari

26% terhadap PDB pada tahun 2014, dan mampu tumbuh minimal 1,5% lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai negara industri yang tangguh pada tahun 2025, menghadapi tantangan dan kendala yang ada, serta merevitalisasi industri nasional, maka telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional.

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT telah

tersusun 35 Road Map (peta panduan) pengembangan

klaster industri prioritas untuk periode 5 (lima) tahun ke depan (2010-2014) sebagai penjabaran Perpres 28/2008, yang disajikan dalam 6 (enam) buku, yaitu:

1. Buku I, Kelompok Klaster Industri Basis Industri

Manufaktur (8 Klaster indutri), yaitu: 1) Klaster

Industri Baja, 2) Klaster Industri Semen, 3) Klaster Industri Petrokimia, 4) Klaster Industri Keramik, 5) Klaster Industri Mesin Listrik & Peralatan Listrik, 6) Klaster Industri Mesin Peralatan Umum, 7) Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil, 8) Klaster Industri

(4)

v

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

2. Buku II, Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro (12

Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit, 2) Klaster Industri Karet dan Barang Karet, 3) Klaster Industri Kakao, 4) Klaster Industri Pengolahan Kelapa, 5) Klaster Industri Pengolahan Kopi, 6) Klaster Industri Gula, 7) Klaster Industri Hasil Tembakau, 8) Klaster Industri Pengolahan Buah, 9) Klaster Industri Furniture, 10) Klaster Industri Pengolahan Ikan, 11) Klaster Industri Kertas, 12) Klaster Industri Pengolahan Susu.

3. Buku III, Kelompok Klaster Industri Alat Angkut (4

Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Kendaraan Bermotor, 2) Klaster Industri Perkapalan, 3) Klaster Industri Kedirgantaraan, 4) Klaster Industri Perkeretaapian.

4. Buku IV, Kelompok Klaster Industri Elektronika

dan Telematika (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster

Industri Elektronika, 2) Klaster Industri Telekomunikasi, 3) Klaster Industri Komputer dan Peralatannya.

5. Buku V, Kelompok Klaster Industri Penunjang

Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu (3

Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia, 2) Klaster Industri Fashion, 3) Klaster Industri Kerajinan dan Barang seni.

6. Buku VI, Kelompok Klaster Industri Kecil dan

Menengah Tertentu (5 Klaster Industri), yaitu: 1)

Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan, 2) Klaster Industri Garam, 3) Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias, 4) Klaster Industri Minyak Atsiri, 5) Klaster Industri Makanan Ringan.

Diharapkan dengan telah terbitnya 35 Road Map tersebut

pengembangan industri ke depan dapat dilaksanakan secara lebih fokus dan dapat menjadi:

(5)

1. Pedoman operasional Pelaku klaster industri, dan aparatur Pemerintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan program pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota).

3. Informasi dalam menggalang partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.

Kepada semua pihak yang berkepentingan dan ikut bertanggung-jawab terhadap kemajuan industri diharapkan

dapat mendukung pelaksanaan peta panduan (Road Map)

ini secara konsekuen dan konsisten, sesuai dengan peran dan tugasnya masing-masing.

Semoga Allah SWT meridhoi dan mengabulkan cita-cita luhur kita bersama menuju Indonesia yang lebih baik.

Jakarta, November 2009 MENTERI PERINDUSTRIAN RI

(6)

v

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii DAFTAR ISI ... vii PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : 111/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT .... 1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

RI NOMOR : 111/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 9 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT .... 9 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : 112/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KARET DAN BARANG KARET ... 27 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

RI NOMOR : 112/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI KARET DAN BARANG KARET ... 35 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : 113/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KAKAO ... 57 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

(8)

v

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 114/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA ... 81 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

RI NOMOR : 114/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA ... 89 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : 115/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI ... 101 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

RI NOMOR : 115/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI ... 109 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : 116/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI GULA ... 125 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

RI NOMOR : 116/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI GULA ... 133 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : 117/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI HASIL TEMBAKAU ... 147

(9)

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 117/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT .... 155 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : 118/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN BUAH ... 177 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

RI NOMOR : 118/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN BUAH ... 185 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : 119/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI FURNITURE ... 203 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

RI NOMOR : 119/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI FURNITURE ... 211 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : 120/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN ... 229 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

RI NOMOR : 120/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN

(10)

x

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 121/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KERTAS ... 255 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

RI NOMOR : 121/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI KERTAS ... 263 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

INDONESIA NOMOR : 122/M-IND/PER/10/2009

TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU ... 281 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

RI NOMOR : 122/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009 PETA PANDUAN PENGEMBANGAN

(11)

PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 111/M-IND/PER/10/2009

TENTANG

PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan

industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan

(Road Map) pengembangan klaster

industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri

(12)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

b. Bahwa industri pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu industri berbasis agro sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan klaster industri pengolahan kelapa sawit; c. Bahwa berdasarkan pertimbangan

seba-gaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan

(Road Map) Pengembangan Klaster

Industri pengolahan kelapa sawit;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangu-nan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indo-nesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

(13)

Nomor 108, Tambahan Lembaran Ne-gara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun

1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan merintahan Antara Pemerintah, merintahan Daerah Provinsi dan Pe-merintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lem-baran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

(14)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Ber-satu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Pre-siden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;

10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;

12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Na-sional;

13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga-nisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;

(15)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PE-NGOLAHAN KELAPA SAWIT.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan

Klaster Industri pengolahan kelapa sawit Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri pengolahan kelapa sawit untuk periode 5 (lima) tahun.

2. Industri pengolahan kelapa sawit adalah industri yang terdiri dari:

a. Industri Minyak Goreng dari Minyak Kelapa Sawit (KBLI 15144);

b. Industri Kimia Dasar Organik yang Bersumber dari Hasil Pertanian (KBLI 24115).

3. Pemangku Kepentingan adalah Pe-merintah Pusat, PePe-merintah Daerah, Swasta, Perguruan Tinggi dan Lembaga

(16)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

4. Menteri adalah Menteri yang melak-sanakan sebagian tugas urusan peme-rintahan di bidang perindustrian.

Pasal 2

(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:

a. Pedoman operasional Aparatur Pe-merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan pro-gram pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;

b. Pedoman bagi Pelaku klaster In-dustri pengolahan kelapa sawit, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri pengolahan kelapa sawit ataupun sektor lain yang terkait;

c. Pedoman koordinasi perencanaan kegiatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan

d. Informasi untuk menggalang du-kungan sosial-politis maupun kon-trol sosial terhadap pelaksanaan

(17)

yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong partisipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.

Pasal 3

(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri pengolahan kelapa sawit dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

(2) Pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.

Pasal 4

(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana di-maksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambatnya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.

(18)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 14 Oktober 2009 MENTERI PERINDUSTRIAN RI

ttd FAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi

PRAYONO

SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Presiden RI;

2. Wakil Presiden RI;

3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 4. Gubernur seluruh Indonesia; 5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;

(19)

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 111/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009

PETA PANDUAN

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI

PENGOLAHAN KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN

BAB II SASARAN

BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI

MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd

FAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi

(20)

0

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup Industri Pengolahan Kelapa Sawit

Komoditi kelapa sawit merupakan salah satu andalan komoditi pertanian Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat dan mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional. Salah satu hasil olahan kelapa sawit adalah minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO).

Pemanfaatan CPO sebagai bahan baku industri dapat memberikan efek berganda meliputi: a) Pertumbuhan sub sektor ekonomi lainnya, b) Pengembangan wilayah industri, c) Proses alih teknologi, d) perluasan lapangan kerja, e) Perolehan devisa, f) Peningkatan penerimaan pajak.

Hingga saat ini terdapat sekitar 23 jenis produk turunan CPO yang telah diproduksi di Indonesia. Mengingat potensi minyak sawit Indonesia saat ini dan ditambah dengan perkiraan produksi CPO tahun 2010 yang akan mencapai 20 juta ton maka sudah selayaknya

diversifikasi produk turunan CPO ditingkatkan. Dengan

pengolahan CPO ini menjadi berbagai produk turunan, maka akan memberikan nilai tambah lebih besar lagi bagi negara karena harga relatif mahal dan stabil. Penggunaan CPO untuk industri hilirnya di Indonesia saat ini masih relatif rendah yaitu baru sekitar 35% dari total produksi.

(22)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

Industri Nasional menetapkan bahwa industri berbasis CPO sebagai prioritas yang pengembangannya dapat dilakukan dengan pendekatan klaster. Pengembangan turunan minyak sawit dimasa yang akan datang mempunyai prospek yang sangat baik. Dalam rangka pengembangannya, perlu didukung oleh seluruh pemangku kepentingan mulai dari budidaya tanaman, proses produksi dan pemasaran. Upaya ini perlu didukung pula oleh lembaga terkait seperti Litbang, SDM, penyedia mesin dan peralatan serta Perbankan/ Permodalan. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan upaya peningkatan produksi CPO serta ekspor produk turunan CPO baik dalam jenis, volume dan nilai ekspor melalui pengembangan industri hilir CPO dan mengisi kekosongan kapasitas produksi industri hilir yang telah ada (existing industry) maka perlu disusun roadmap pengembangan klaster industri CPO.

B. Pengelompokan Industri Pengolahan Kelapa Sawit

1. Kelompok Industri Hulu

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang berperan dalam

pertumbuhan ekonomi nasional, dengan

kontribusinya yang cukup besar dalam menghasilkan devisa dan penyerapan tenaga kerja. Perkembangan industri pengolahan CPO dan turunannya di Indonesia adalah selaras dengan pertumbuhan areal perkebunan dan produksi kelapa sawit sebagai sumber bahan baku. Perkebunan kelapa sawit menghasilkan buah kelapa sawit / tandan buah segar (hulu) kemudian diolah menjadi minyak sawit mentah (hilir perkebunan sawit dan hulu

(23)

bagi industri yang berbasiskan CPO). Disamping menghasilkan produk CPO, pengolahan tandan buah segar (TBS) juga menghasilkan produk PKO (Palm Kernel Oil). Produksi PKO meningkat seiring dengan meningkatnya produk CPO, yakni sekitar 20% dari CPO yang dihasilkan.

2. Kelompok Industri Antara

Dari minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) dapat diproduksi berbagai jenis produk antara sawit yang digunakan sebagai bahan baku bagi industri hilirnya baik untuk kategori pangan ataupun non pangan. Diantara kelompok industri antara sawit termasuk didalamnya industri olein, stearin, oleokimia dasar (fatty acid, fatty alcohol, fatty amines, methyl esther, glycerol)

3. Kelompok Industri Hilir

Dari produk antara sawit dapat diproduksi berbagai jenis produk yang sebagian besar adalah produk yang memiliki pangsa pasar potensial, baik untuk pangsa pasar dalam negeri maupun pangsa pasar ekspor. Pengembangan industri hilir sawit perlu dilakukan mengingat nilai tambah produk hilir sawit yang tinggi. Jenis industri hilir kelapa sawit spektrumnya sangat luas, hingga lebih dari 100 produk hilir yang telah dapat dihasilkan pada skala industri. Namun baru sekitar 23 jenis produk hilir (pangan dan non pangan) yang sudah diproduksi secara komersial di Indonesia.

Beberapa produk hilir turunan CPO dan PKO yang telah diproduksi diantaranya untuk kategori pangan:

(24)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

ghee, food emulsifier, fat powder, dan es krim.

Adapun untuk kategori non pangan diantaranya adalah: surfaktan, biodiesel, dan oleokimia turunan lainnya.

(25)

BAB II

SASARAN

A. Jangka Menengah (2010 -2014)

1. Terbentuknya klaster industri pengolahan CPO dan turunannya di Sumut dan Riau;

2. Iklim usaha dan investasi yang kondusif.

B. Jangka Panjang (2015-2025)

1. Memperluas pengembangan produk akhir;

2. Terbentuknya centre of excellence industri oleokimia; 3. Penguasaan pasar;

4. Pemantapan industri berwawasan lingkungan; 5. Terintegrasinya industri turunan kelapa sawit di

(26)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

(27)

BAB III

STRATEGI DAN KEBIJAKAN

A. Visi dan Arah Pengembangan Industri Pengo-lahan Kelapa Sawit

1. Visi Industri Pengolahan Kelapa Sawit

Pengembangan industri CPO melalui pendekatan klaster.

2. Arah Pengembangan

Pengembangan industri turunan CPO untuk pening-katan nilai tambah.

Adanya klaster industri berbasis CPO diharapkan memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai (value chain) dari industri hulunya, mam-pu meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun visi dan misi yang selaras sehingga mampu meningkatkan produktivitas,

efisiensi dan jenis sumber daya yang digunakan

dalam industri, dan memfokuskan pada penggunaan sumber-sumber daya terbarukan (green product).

B. Indikator Pencapaian

Terintegrasinya industri pengolahan CPO dan turunannya.

Diversifikasi produk turunan CPO, yang ditandai dengan:

• Meningkatnya investasi baru dan perluasan usaha industri berbasis CPO.

(28)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

• Meningkatnya kapasitas industri oleokimia dasar dan turunannya.

C. Tahapan Implementasi

Beberapa langkah yang telah dilakuakn berkaitan dengan pengembangan klaster industri CPO:

• Tahap diagnostik yaitu mengidentifikasikan kekuatan

dan kelemahan klaster serta menyusun strategi pengembangan prioritas yang diarahkan pada industri oleokimia dan industri surfaktan.

• Sosialisasi dan mobilisasi pembentukan klaster CPO kepada pemerintah setempat dan pelaku usaha di daerah yang telah ditetapkan untuk dikembangkan menjadi lokasi pengembangan klaster industri berbasis CPO diantaranya melalui pembentukan Working Group Industri CPO di daerah tersebut. • Kerjasama penelitian dan pengembangan antara

dunia usaha dengan lembaga penelitian /perguruan tinggi.

• Pembuatan Pilot Plant pengembangan industri turunan CPO.

• Pembentukan Dewan Sawit Nasional yang merupakan gabungan dari seluruh pemangku kepentingan di bidang industri sawit.

(29)

Gambar III.1. Tahapan Pencapaian Program Klaster Industri Berbasis CPO K la st er in g In fr as tr uk tu r In ve st as i Ik lim U sa ha P as ar S D M T ek no lo gi B ah an B ak u 20 06 20 07 20 08 20 09 S os ia lis as i d an P er sia pa n Id en tif ik as i p er m as ala ha n in ti/ an gg ot a kla st er . P en at aa n K ele m ba ga an . K er ja sa m a an ta r pe m an gk u ke pe nt in ga n. Id en tif ik as i k eg ia ta n in te r da n an ta r kla st er . K er ja sa m a in te r da n an ta r kla st er . P en in gk at an fu ng si ke le m ba ga an . M on ito rin g da n ev alu as i. K er ja sa m a in te r da n an ta r kla st er . P en in gk at an fu ng si ke le m ba ga an . M on ito rin g da n ev alu as i. P en ge m ba ng an fa silit as pe la bu ha n, ta ng ki tim bu n da n pe m ba ng un an in fr as tr uk tu r. P en ge m ba ng an fa silit as pe la bu ha n, ta ng ki tim bu n da n pe m ba ng un an in fr as tr uk tu r. P en ge m ba ng an fa silit as pe la bu ha n, ta ng ki tim bu n da n pe m ba ng un an in fr as tr uk tu r. P en ge m ba ng an fa silit as pe la bu ha n, ta ng ki tim bu n da n pe m ba ng un an in fr as tr uk tu r. P en yu su na n pr of il da n pe lu an g in ve st as i P ro m os i in ve st as i D N & L N P en in gk at an in ve st as i d i bid an g in du st ri be rb as is C P O P en in gk at an in ve st as i d i bid an g in du st ri be rb as is C P O M em ba ng un k em itr aa n de ng an p et an i/p ro du se n ke la pa s aw it M en ge m ba ng ka n ak se s pa sa r ek sp or , t ra dis io na l m au pu n no n tr ad is io na l. M en ge m ba ng ka n m er ek lo ka l d i p as ar in te rn as io na l P en gh ila ng an p er at ur an pe ru nd an g -u nd an ga n ya ng m en gh am ba t pe ng em ba ng an in du st ri P ela ks an aa n ha rm on is as i ta rif C P O P en ge na an p aja k E ks po r C P O D ik la t P ela tih an D iv er sif ik as i P ro du k D ik la t P ela tih an M an aje m en M ut u D ik la t P ela tih an d ar i m ula i on fa rm s /d o ff fa rm D ik la t P ela tih an E ks po r Im po r P en ge m ba ng an p ilo t pr oj ec t (s ca le u p) d ar i s um be r in di ge no us t ek no lo gi , lis en si te kn ol og i p ro du k hi lir . P en ge m ba ng an in dig en ou s te kn olo gi P en ge m ba ng an p ilo t pr oj ec t (s ca le u p) d ar i s um be r in di ge no us t ek no lo gi , lis en si te kn ol og i p ro du k hi lir . K er ja sa m a R & D P ro du k H ilir P er ba ik an m ut u tb s sa w it P er ba ik an m ut u tb s sa w it P er ba ik an m ut u tb s sa w it P er ba ik an m ut u tb s sa w it T A H A P A N P E N C A P A IA N P R O G R A M K LA S T E R IN D U S T R I B E R B A S IS C P O

(30)

0

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

(31)

BAB IV

PROGRAM / RENCANA AKSI

A. Rencana Aksi Jangka Menengah (2010 – 2014)

Menjalin kerjasama di antara industri CPO dan turunannya dengan industri/institusi pendukung/terkait;

• Integrasi industri pengolahan CPO dan turunannya; • Pengembangan industri turunan CPO ke arah industri

surfaktan, industri pelumas dan biodiesel;

• Menjalin kerjasama R&D antara lembaga penelitian, perguruan tinggi dan industri;

• Meningkatkan kualitas produk sesuai SNI; • Mengembangkan industri mesin peralatan; • Mengembangkan industri bahan penolong;

• Meningkatkan kualitas SDM melalui penyusunan dan penerapan SKKNI industri kimia berbasis kelapa sawit;

• Mendorong peran lembaga keuangan dalam penyediaan layanan kredit dan permodalan dengan suku bunga rendah;

• Mendorong peran lembaga terkait dalam

pemasaran; • Promosi investasi;

• Pengembangan infrastruktur;

• Peningkatan koordinasi dan sinergi instansi terkait dalam penetapan kebijakan;

(32)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

• Penghapusan Perda yang menghambat pengem-bangan industri;

• Terbentuknya Badan Otorita Pengembangan In-vestasi.

B. Rencana Aksi Jangka Panjang (2015-2025)

• Diversifikasi produk oleokimia yang bernilai tambah

tinggi;

• Inovasi produk dan teknologi melalui peningkatan R & D;

• Pemberian insentif bagi pelaku R&D pengembangan produk turunan kelapa sawit;

• Penguatan linkage antara industri kecil menengah dengan industri besar dalam rangka alih teknologi; • Mendorong kegiatan penelitian pasar (market

research) guna mencari orientasi dan sasaran pasar yang baru dan bernilai tambah tinggi;

• Peningkatan kegiatan riset teknologi industri dan rekayasa produk kimia turunan kelapa sawit yang terintegrasi;

• Pemenuhan pasar di dalam negeri dan perluasan pasar ekspor;

• Penyediaan fasilitas promosi dan pemasaran;

• Pengembangan teknologi proses yang efisien dan

berwawasan lingkungan;

• Penerapan manajemen penanganan Dampak Keselamatan, Keamanan, Kesehatan dan Lingkungan Hidup (K3L) di lingkungan industri kimia berbasis kelapa sawit.

(33)

La m pi ra n P er at ur an M en te ri P er in du st ria n R I N om or :1 11 /M -IN D /P E R /1 0/ 20 09 9 i biodie se l, M iny ak ar ga rin e In du st ri P en du ku ng CPO; PKO; K em as an ; B ah an K im ia; Bl ea ch ing E ar th ;K ar bo n A kti f; M es in & P er ala ta n In du st ri Te rk ait Pe m be rs ih; Ti nt a; P ew ar na ;C at; S ur fa cta nt; V ar nis h; P las tic ize r; Pl as tik ; P elu m as ; S ho rte nin g; S ab un ;F ar m as i; K os m et ik; P ro du k Pe ra wa ta n Tu bu h; M ak an an ng ka M en en ga h 20 10 –2 01 4 Te rb en tu kn ya kla ste ri nd us tri pe ng ol ah an CPO da n t ur un an ny a di S um ut da n Ri au ; kli m us ah a da n inv es ta si ya ng ko nd us if Sa sa ra n Ja ng ka P an ja ng 20 15 –2 02 5 o M em pe rlu as pe ng em ba ng an pr od uk ak hir ; o Te rb en tu kn ya ce nt re of ex ce lle nc e ind us tri ole ok im ia o Pe ng ua sa an pa sa r; o Pe m an ta pa n ind us tri be rw aw as an lin gk un ga n; o Te rin te gr as iny a ind us tri tu ru na n ke la pa sa wi td iK alt im ,K alb ar ,K alt en g da n P ap ua St ra te gi : Di ve rs ifik as ip ro du kk ea ra h ole ok im ia da n t ur un an ny a, m en in gk at ny a jam ina n pa so ka n CPO un tu k ind us tri da lam ne ge ri, ek sp an si ek sp or . Ad ap ta si t ek no log id en ga n lis en si da ri su m be rM NC da n m en do ro ng ke m am pu an pe ng em ba ng an ind ige no us R& D. k Re nc an a Ak si Ja ng ka M en en ga h (2 01 0 20 14 ) M en jal in ke rja sa m a di an ta ra in du str iC PO da n t ur un an ny a de ng an ind us tri /in sti tu si pe nd uk un g/t er ka it; In te gr as iin du str ip en go la ha n CPO d an tu ru na nn ya ; Pe ng em ba ng an in du str i tu ru na n CP O ke ar ah ind us tri su rfa kta n, ind us tri pe lum as da n bio die se l; M en jal in ke rja sa m a R& D an ta ra lem ba ga pe ne liti an ,p er gu ru an tin gg id an ind us tri ; M en ing ka tka n ku ali ta sp ro du ks es ua i S NI; M en ge m ba ng ka n ind us tri m es in pe ra lat an ; M en ge m ba ng ka n ind us tri ba ha n pe no lon g; M en ing ka tka n ku ali ta s SD M m ela lui pe ny us un an da n pe ne ra pa n SKK NI ind us tri kim ai be rb as is ke lap a sa wi t; M en do ro ng pe ra n le m ba ga ke ua ng an da lam pe ny ed ia an lay an an kr ed it da n pe rm od ala n de ng an su ku bu ng a re nd ah ; M en do ro ng pe ra n lem ba ga te rk ait da lam pe m as ar an . Pr om os iin ve sta si; Pe ng em ba ng an inf ra str uk tu r; Pe nin gk at an ko or din as id an sin er gi ins ta ns i te rk ait da lam pe ne ta pa n ke bij ak an ; Ke bij ak an ins en tif m en du ku ng pe ng em ba ng an ind us tri ; Pe ng ha pu sa n P er da ya ng m en gh am ba tp en ge m ba ng an ind us tri ; Te rb en tu kn ya B ad an Ot or ita P en ge m ba ng an In ve sta si. Po ko k-po ko k Re nc an a Ak si Ja ng ka P an ja ng (2 01 5 20 25 ) o Di ve rs ifik as ip ro du ko leo kim ia ya ng be rn ila i ta m ba h tin gg i; o In ov as ip ro du kd an te kn olo gi m ela lui pe nin gk at an R & D; o Pe m be ria n ins en tif ba gi pe lak u R& D pe ng em ba ng an pr od uk tu ru na n ke lap a sa wi t; o Pe ng ua ta n lin ka ge an ta ra ind us tri ke cil m en en ga h de ng an ind us tri be sa rd ala m ra ng ka ali h t ek no log i; o M en do ro ng ke gia ta n pe ne liti an pa sa r( m ar ke rr es ea rc h) gu na m en ca ri or ien ta si da n sa sa ra n pa sa ry an g ba ru da n be rn ial i ta m ba h t ing gi; o Pe nin gk at an ke gia ta n ris et te kn olo gi ind us tri da n re ka ya sa pr od uk kim ia tu ru na n ke lap a sa wi ty an g t er int eg ra si; o Pe m en uh an pa sa rd id ala m ne ge ri da n pe rlu as an pa sa re ks po r; o Pe ny ed iaa n f as ilit as pr om os id an pe m as ar an ; o Pe ng em ba ng an te kn olo gi pr os es ya ng ef isi en da n be rw aw as an lin gk un ga n; o Pe ne ra pa n m an aje m en pe na ng an an Da m ap ak Ke se lam at an , Ke am an an , Ke se ha ta n da n Lin gk un ga n Hi du p (K 3L ) di lin gk un ga n ind us tri kim ia be rb as is ke lap a sa wi t.

(34)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014 La m pi ra n P er at ur an M en te ri P er in du st ria n R I N om or :1 11 /M -IN D /P E R /1 0/ 20 09 10 Un su r P en un ja ng Pe rio de sa si P en in gk at an Te kn ol og i a. In isi as i( 20 04 – 20 09 ) : Pi lot pr oje ct un tu k M ini P lan t( sc ale -u p) da ri su m be r ind ige no us te kn olo gi, lis en si un tu k pr od uk hil ir; b. Pe ng em ba ng an Ce pa t( 20 10 – 20 14 ) : M od ifik as ida n pe ng em ba ng an te kn olo gi m an dir in m ela lui R& D; c. M at an g (2 01 5 – 20 25 ): In du str y & Te ch no log yU pg ra din g ,p en ge m ba ng an bio m as sa da n bio te kn olo gi. Pa sa r a. M en ing ka tka n pr om os ik e ne ga ra -n eg ar a A sia da n Af rik a da lam ra ng ka ke rja sa sa m a No B lok da n S ela ta n-Se lat an ; b. M em an fa at ka n po te ns ip as ar da lam ne ge ri. SD M a. M en ing ka tka n ke m am pu an S DM dib ida ng ole ok im ia, bio te kn olo gi da n bio m as sa ; b. M en ing ka tka n pe ra na n Lit ba ng da n Pe rg ur ua n Ti ng gi un tu k m en ing ka tka n m ut u pr od uk . In fra st ru kt ur a. Pe ng em ba ng an fa sil ita sp ela bu ha n da n t an gk i ti m bu n (a .l. P ap ua da n Ka lim an ta n Ti m ur ); b. In se nt ifk re dit ba gi pe ta ni sa wi t; c. M em be rik an ins en tif pe rp aja ka n un tu ki nv es ta si ba ru se lam a 3 ta hu n pe rta m a; d. M en ge na ka n P aja k E ks po rC PO. G am ba r1 . K er an gk a Pe ng em ba ng an In du st ri Pe ng ola ha n Ke la pa Sa w it

(35)

La m pi ra n P er at ur an M en te ri P er in du st ria n R I N om or :1 11 /M -IN D /P E R /1 0/ 20 09 11 Ja sa B an k da n K on su lta n Pe m as ar an ,A sur an si , Pe rs h. Lo gi st ik , Le m ba ga Li tb an g/ PT 1. B B K K ,P PK S, S B R C IP B 2. IP B, IT B ,U N A N D ,U G M ,U S U A so si as i AI M M I, G IM NI, AP O LIN, AI M M I, APR O BI Pe m er intah Pu sa t: Dep pe rin , De ptan , Dep keu, De pda g, BK PM Fo ru m D ay a S ai ng/ W or ki ng G roup Fa si lita si Kl as te r Pe m er intah Dae ra h : D ina s Ind ag, D ina s Pe rtan ian Ta nd an B ua h S eg ar M es in / P er al at an P en go la ha n CP O CP O PK O O leo che m ic al M in ya k G or eng Sa bun, Ma rga rin Bi o D ie se l Ek spo rti r D is tri bu to r P AS A R D A LA M N E G E R I P AS A R LU A R N E G E R I G am ba r2 . K er an gk a Ke te rkai ta n In du st ri Pe ng ola ha n Kela pa Sa w it

(36)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014 La m pi ra n P er at ur an M en te ri P er in du st ria n R I N om or :1 11 /M -IN D /P E R /1 0/ 20 09 12 Ta bel 1. Pe ra n Pe m an gk u Ke pe nt in ga n da la m Pe ng em ba ng an In du st ri Pe ng ola ha n K ela pa Sa w it Peme rintah Pusat Pemda Sw asta Pe rgu ruan Tinggi & Litbang Fo rum Rencana Aksi 2 004 – 2009 Dep.Perin Dep.Tan. Dep.Dag Dep.Keu Prop Kab Asosiasi Prs.Ind. PT KRT/BPPT BBKK/Balai Kelapa Sawit Daya Saing Working Group Fasilitasi Klaster 1. Menge nda lik an Ek spor Ba ha nB ak u CP O; O O O O O O O 2. Mendor ong pe ning katan pa so kan CP O ke Ind us tri pengo lahan; O O O O O O 3. Memper ba iki mu tu ba han b ak u CP O; O O O O O O 4. Memb angun dan m emper ba iki fs ilita sp ela buhan dan tang ki tim bun d iK alt im dan Pa pua; O O O O O O 5. Mendor ong d iver sif ika si prod uk hu lu CP O dar i17 jen is men jad i 30 jen is, te rma su k b iod ies el; O O O O O O O O 6. Mempr omo sik an inv es tas iin du str io leo kim ia (h ilir); O O O O 7. Meng emban gk an p rodu km iny ak gore ng ya ng menga ndung beta karot in se baga is umber vit am in A; O O O O O O O O 8. Men ing ka tkan d an m empro mo sik an ke giatan litb ang pengo lahan CP O; O O O O O 9. Mempe rmuda h a ks es kred it u ntu k pe tan is aw it;. O O O O O O O Ja tim Pa pu a

(37)

PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 112/M-IND/PER/10/2009

TENTANG

PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN

KLASTER INDUSTRI KARET DAN BARANG KARET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pengembangan

industri nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perlu menetapkan peta panduan

(Road Map) pengembangan klaster

industri prioritas yang mencakup basis industri manufaktur, industri berbasis agro, industri alat angkut, industri elektronika dan telematika, industri penunjang industri kreatif dan industri

(38)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

B. Bahwa industri karet dan barang karet merupakan salah satu kelompok industri berbasis agro sebagaimana dimaksud pada huruf a maka perlu ditetapkan peta panduan pengembangan industri karet dan barang karet;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan se-bagaimana dimaksud huruf a dan huruf b perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan

(Road Map) Pengembangan Klaster

Industri Karet dan Barang Karet;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984

tentang Perindustrian (Lembaran Ne-gara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Re-publik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indo-nesia Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

(39)

Nomor 108, Tambahan Lembaran Ne-gara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun

1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan merintahan Antara Pemerintah, merintahan Daerah Provinsi dan Pe-merintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

(40)

Ta-0

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lem-baran Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Ber-satu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Pre-siden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;

10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2006;

11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007;

12. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Na-sional;

13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/ 2005 tentang Orga-nisasi dan Tata Kerja Departemen Per-industrian;

(41)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI KA-RET DAN BARANG KAKA-RET.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Peta Panduan (Road Map) Pengembangan

Klaster Industri Karet dan Barang Karet Tahun 2010-2014 selanjutnya disebut Peta Panduan adalah dokumen perencanaan nasional yang memuat sasaran, strategi dan kebijakan, serta program/rencana aksi pengembangan klaster industri karet dan barang karet untuk periode 5 (lima) tahun.

2. Industri Karet dan Barang Karet adalah industri yang terdiri dari :

a. Industri Ban Luar dan Ban Dalam (KBLI 25111)

b. Industri Vulkanisir ban (KBLI 25112); c. Industri Barang-barang dari Karet

untuk keperluan Rumah Tangga (KBLI 25191);

d. Industri Barang dari Karet untuk Industri (KBLI 25192);

(42)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

e. Industri Barang-barang dari Karet yang belum termasuk 25191 dan 25192 (KBLI 25199)

3. Pemangku Kepentingan adalah Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Per-guruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Ke-masyarakatan lainnya.

4. Menteri adalah Menteri yang melaksanakan sebagian tugas urusan pemerintahan di bidang perindustrian.

Pasal 2

(1) Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

(2) Peta Panduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:

a. Pedoman operasional Aparatur Pe-merintah dalam rangka menunjang secara komplementer dan sinergik untuk suksesnya pelaksanaan pro-gram pengembangan industri sesuai dengan bidang tugasnya;

b. Pedoman bagi Pelaku klaster In-dustri Karet dan Barang Karet, baik pengusaha maupun institusi lainnya, khususnya yang memiliki kegiatan usaha di sektor Industri Karet dan Barang Karet ataupun sektor lain yang terkait;

(43)

c. Pedoman koordinasi perencanaan ke-giatan antar sektor, antar instansi terkait di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota); dan

d. Informasi untuk menggalang dukungan sosial-politis maupun kontrol sosial terhadap pelaksanaan kebijakan klas-ter industri ini, yang pada akhirnya diharapkan untuk mendorong parti-sipasi dari masyarakat luas untuk berkontribusi secara langsung dalam kegiatan pembangunan industri.

Pasal 3

(1) Program/rencana aksi pengembangan klaster Industri Karet dan Barang Karet dilaksanakan sesuai dengan Peta Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

(2) Pelaksanaan program/rencana aksi se-bagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemangku Kepentingan sebagaimana tercantum dalam Peta Panduan.

Pasal 4

(1) Kementerian Negara/Lembaga membuat laporan kinerja tahunan kepada Menteri atas pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

(44)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

(2) Menteri melaporkan hasil pelaksanaan program/rencana aksi sebagaimana di-maksud pada ayat (1) kepada Presiden setiap 1 (satu) tahun selambat-lambat-nya pada akhir bulan Februari pada tahun berikutnya.

Pasal 5

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 14 Oktober 2009 MENTERI PERINDUSTRIAN RI

ttd FAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi

PRAYONO

SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Presiden RI;

2. Wakil Presiden RI;

3. Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 4. Gubernur seluruh Indonesia;

5. Bupati/Walikota seluruh Indonesia;

(45)

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 112/M-IND/PER/10/2009 TANGGAL : 14 OKTOBER 2009

PETA PANDUAN

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI

KARET DAN BARANG KARET

BAB I PENDAHULUAN

BAB II SASARAN

BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI

MENTERI PERINDUSTRIAN RI ttd

FAHMI IDRIS

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perindustrian Kepala Biro Hukum dan Organisasi

(46)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

(47)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup Industri Karet dan Barang Karet

Karet dan barang-barang karet dapat diklasifikasikan

menurut The Harmonized Commodity Description and

Coding System (HS) dan Klasifikasi Baku Lapangan

Usaha Indonesia (KBLI) yang dapat diperlihatkan pada tabel dibawah ini.

Tabel I.1. Kelompok Karet dan Barang-barang Karet

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 112/M-IND/PER/10/2009 BAB I

PENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup Industri Karet dan Barang Karet

Karet dan barang-barang karet dapat diklasifikasikan menurut The

Harmonized Commodity Description and Coding System(HS) dan Klasifikasi

Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) yang dapat diperlihatkan pada tabel dibawah ini.

Tabel I.1. Kelompok Karet dan Barang-barang Karet

No No. HS KBLI Uraian Barang

1. 40011-13 Karet alam

4002 Karet Sintetis

2. 4003-4009 25192 Barang dari karet untuk industri : - Benang karet

- Tabung, pipa, selang

3. 4010 25192 Belt conveyor

4. 4010 25192 Belt Transmission

5. 4011-13 25111-25112 Ban (Roda 4, Roda 2, Sepeda)

6. 4015 25199 Sarung tangan

7. 4016-17 25191 Lain-lain

B. Pengelompokan Industri Karet dan Barang Karet

Industri karet dan barang karet dikelompokkan menjadi tiga kelompok industri yaitu kelompok industri hulu, kelompok industri antara dan kelompok industi hilir.

1. Kelompok Industri Hulu

 Bokar (bahan olahan karet)

 Kayu Karet

2. Kelompok Industri Antara (setengah jadi)

 Crumb rubber (karet remah)

 Sheet/RSS

B. Pengelompokan Industri Karet dan Barang Karet

Industri karet dan barang karet dikelompokkan menjadi tiga kelompok industri yaitu kelompok industri hulu, kelompok industri antara dan kelompok industi hilir. 1. Kelompok Industri Hulu

• Bokar (bahan olahan karet) • Kayu Karet

(48)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

2. Kelompok Industri Antara (setengah jadi) • Crumb rubber (karet remah)

• Sheet/RSS • Latek Pekat • Thin pole crepe • Brown crepe

3. Kelompok Industri Hilir

Adapun kelompok Industri hilir karet adalah industri yang merupakan produk akhir yang siap digunakan oleh industri pemakai. Yang temasuk produk hilir yaitu:

• Ban dan produk terkait serta ban dalam • Barang jadi karet untuk keperluan industri • Barang karet untuk kemiliteran

• Alas kaki dan komponennya

• Barang jadi karet untuk penggunaan umum • Alat kesehatan dan laboratorium

(49)

BAB II

SASARAN

A. Jangka Menengah (2010 – 2014)

1. Peningkatan produksi karet alam dari 3 juta ton tahun 2009 menjadi 3,5 juta ton per tahun dengan pertumbuhan sekitar 4% rata-rata setahun;

2. Peningkatan kualitas SDM petani karet dan industri barang-barang karet;

3. Peningkatan investasi baru dan perluasan usaha industri barang –barang karet;

4. Pengembangan industri barang-barang karet untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai substitusi impor.

B. Jangka Panjang (2010 – 2025)

1. Peningkatan produktifitas karet alam sehingga

mencapai 4 juta ton per tahun;

2. Penerapan secara wajib SNI barang-barang karet, selang kompor gas, selang radiator dan komponen otomotif;

3. Pengembangan dan peningkatan daya saing industri barang-barang karet.

(50)

0

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

(51)

BAB III

STRATEGI DAN KEBIJAKAN

A. Visi dan Arah Pengembangan Industri Karet dan Barang Karet

1. Visi Industri Karet dan Barang Karet

Menjadikan Indonesia sebagai negara produsen utama barang-barang karet tahun 2020.

2. Arah Pengembangan

• Peningkatan produktifitas dan kualitas karet

alam untuk menunjang pasokan bahan baku industri barang-barang karet;

• Peningkatan produksi produk barang-barang karet guna memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri melalui diversivikasi produk, peningkatan nilai tambah, peningkatan kandungan lokal (bahan baku/penolong, peralatan pabrik, jasa teknik dan konstruksi, jasa pendukung produksi;

• Meningkatkan litbang teknologi industri,

pe-ngembangan dan diversifikasi teknologi

tra-disional ke teknologi maju.

B. Indikator Pencapaian

Kinerja industri karet dan barang karet dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kearah perbaikan, hal ini terlihat dari beberapa indikator sebagai berikut:

(52)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

1. Kinerja Industri Karet Alam

Tabel III.1.Realisasi dan Proyeksi Produksi Karet Alam Dunia (Ribu Ton)

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 112/M-IND/PER/10/2009

5

1. Kinerja Industri Karet Alam

Tabel III.1. Realisasi dan Proyeksi Produksi Karet Alam Dunia (Ribu Ton)

Sumber: ANRPC 2009 *prognosa

Produksi karet alam indonesia dalam pada tahun 2007 sebesar 2,755 juta ton dan pada tahun 2008 turun menjadi 2,751 juta ton atau mengalami penurunan -0,14 % dari tahun 2007. Sebagian besar (90 persen), karet alam Indonesia di ekspor dalam bentuk karet mentah. Konsumsi karet alam domestik untuk memproduksi barang-barang karet pada tahun 2008 baru mencapai sekitar 10 persen.

Ekspor karet alam indonesia pada tahun 2007 sebesar 2,407 juta ton dan pada tahun 2008 turun menjadi 2,209 juta ton atau mengalami penurunan sebesar–8,2 %

2. Kinerja Industri Barang Karet a. Ban

Sampai saat ini ada 13 (tiga belas) produsen ban yang termasuk dalam keanggotaan Asosiasi perusahaan ban Indonesia (APBI).

Perusahaan ban Nasional tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan Ban Nasional untuk kendaraan Roda 4 dan Roda 2 dan bahkan sudah diekspor keberbagai negara seperti Amerika Serikat – Saudi Arabia Jepang, Philipina, Inggris dan Uni Emirat Arab.

Negara 2005 2006 2007 2008 2010 2015 2020 Thailand 2.937 2.968 3.056 3.090 3.001 3.413 3.286 Indonesia 2.271 2.637 2.755 2.751 3.072 3.656 4.428 Malaysia 1.126 1.268 1.137 1.072 888 770 714 India 771 853 807 881 818 789 803 China 428 483 600 531 479 486 492 Vietnam 469 560 602 663 599 713 835 Lain-lain 811 419 768 641 923 784 1.321 Dunia 8.813 9.188 9.725 9.629* 9.424 10.067 10.999 Sumber: ANRPC 2009 *prognosa

Produksi karet alam indonesia dalam pada tahun 2007 sebesar 2,755 juta ton dan pada tahun 2008 turun menjadi 2,751 juta ton atau mengalami penurunan -0,14 % dari tahun 2007. Sebagian besar (90 persen), karet alam Indonesia di ekspor dalam bentuk karet mentah. Konsumsi karet alam domestik untuk memproduksi barang-barang karet pada tahun 2008 baru mencapai sekitar 10 persen. Ekspor karet alam indonesia pada tahun 2007 sebesar 2,407 juta ton dan pada tahun 2008 turun menjadi 2,209 juta ton atau mengalami penurunan sebesar –8,2 %

2. Kinerja Industri Barang Karet a. Ban

Sampai saat ini ada 13 (tiga belas) produsen ban yang termasuk dalam keanggotaan Asosiasi perusahaan ban Indonesia (APBI).

(53)

Perusahaan ban Nasional tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan Ban Nasional untuk kendaraan Roda 4 dan Roda 2 dan bahkan sudah diekspor keberbagai negara seperti Amerika Serikat – Saudi Arabia Jepang, Philipina, Inggris dan Uni Emirat Arab.

Meskipun ada beberapa jenis ban, khususnya yang digunakan untuk kendaraan off the road serta ban pesawat terbang masih belum diproduksi dalam negeri.

Tahun 2006 ekspor ban sekitar US$ 665 juta, tahun 2007 mencapai US$ 803 juta, sedangkan tahun 2008 mencapai US$ 935 juta atau naik sebesar 16,4 %. Penjualan domestik pada tahun 2006 sebesar Rp. 5,81 triliyun, tahun 2006 mencapai Rp. 6,75 trilyun dan pada tahun 2007 naik menjadi Rp. 6,93 trilyun dan tahun 2008 menjadi Rp. 7,98 trilyun.

Resesi ekonomi dunia mengakibatkan turunnya permintaan ban dunia, khususnya Japan, Eropa, USA, namun permintaan pasar domestik naik cukup tinggi pada tahun 2008 sehingga produksi masih bisa dipertahankan pada tingkat yang tinggi untuk menghemat biaya tetap. Utilisasi industri ban roda 4 pada tahun 2007 sebesar 85,2% dan pada tahun 2008 sama dengan pada tahun 2007 sebesar 85,2%

Pada tabel berikut dapat dilihat perkembangan industri Ban roda 4 dari tahun 2004 sampai dengan 2008.

(54)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

Tabel III.2. Perkembangan Industri Ban Kendaraan Bermotor Roda 4

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 112/M-IND/PER/10/2009

6

Meskipun ada beberapa jenis ban, khususnya yang digunakan untuk kendaraan off the road serta ban pesawat terbang masih belum diproduksi dalam negeri.

Tahun 2006 ekspor ban sekitar US$ 665 juta, tahun 2007 mencapai US$ 803 juta, sedangkan tahun 2008 mencapai US$ 935 juta atau naik sebesar 16,4 %. Penjualan domestik pada tahun 2006 sebesar Rp. 5,81 triliyun, tahun 2006 mencapai Rp. 6,75 trilyun dan pada tahun 2007 naik menjadi Rp. 6,93 trilyun dan tahun 2008 menjadi Rp. 7,98 trilyun. Resesi ekonomi dunia mengakibatkan turunnya permintaan ban dunia, khususnya Japan, Eropa, USA, namun permintaan pasar domestik naik cukup tinggi pada tahun 2008 sehingga produksi masih bisa dipertahankan pada tingkat yang tinggi untuk menghemat biaya tetap. Utilisasi industri ban roda 4 pada tahun 2007 sebesar 85,2% dan pada tahun 2008 sama dengan pada tahun 2007 sebesar 85,2%

Pada tabel berikut dapat dilihat perkembangan industri Ban roda 4 dari tahun 2004 sampai dengan 2008.

Tabel III.2. Perkembangan Industri Ban Kendaraan Bermotor Roda 4

*) Termasuk Roda 2 sumber : APBI

Pada tabel berikut dapat dilihat perkembangan industri Ban roda 2 dari tahun 2004 sampai dengan 2008.

U r a i a n 2004 2005 2006 2007 2008

Kapasitas Terpasang (Juta Unit) 41.8 45.0 49.3 49.3 49.3

Realisasi Produksi (Juta Unit) 35.4 41.3 41.0 42.0 42.0

Utilisasi Kap Terpasang (%) 84.7 91.8 83.2 85.2 85.2

Pemasaran D/N (Juta Unit) 11.7 12.8 13.2 14.3 11.1

Volume Ekspor (Juta Unit) 21.1 23.4 26.6 28.7 33,6

Nilai Ekspor (Juta US$) 462.0 570.0 710.0 803.6 931,0

Volume Impor (Juta Unit) 1.76 2.19 2.55 2.80 2.7

Nilai Impor (Juta US$) 29.5 38.1 64.9 66,1 97.3

Tenaga Kerja (org) *) 21,307 23,525 25,700 22,919 24.2

Jumlah Unit Usaha *) 13 13 13 13 13

*) Termasuk Roda 2 sumber : APBI

Pada tabel berikut dapat dilihat perkembangan industri Ban roda 2 dari tahun 2004 sampai dengan 2008.

Tabel III.3. Perkembangan Industri ban Kendaraan Bermotor Roda 2

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 112/M-IND/PER/10/2009

7 Tabel III.3. Perkembangan Industri ban Kendaraan Bermotor Roda 2

b. Industri Sarung Tangan

Jumlah unit usaha industri sarung tangan yang terdaftar pada Asosiasi Sarung Tangan Karet Indonesia berjumlah 13 unit usaha yang berlokasi untuk 10 unit usaha di Sumatera Utara, 2 unit usaha di Jawa Timur dan

1 unit usaha di Jawa Barat. Total kapasitas terpasang pada tahun

2007 sebesar 12 milyar pasang dengan total investasi sebesar US$ 100,8 juta. Pada tahun 2007 ini telah diresmikan 1 unit usaha lagi industri sarung tangan di Kalimantan Selatan, dengan investasi senilai Rp. 20 Milyar, total kapasitas produksi 20 ton/bulan.

Total produksi total produksi sarung tangan tahun 2007 sebesar 9.549.000 pcs dan tahun 2008 turun menjadi 8.500.000 pcs.

Utilisasi industri sarung tangan karet pada tahun 2007 sebesar 79,6% dan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 70%.

Investasi pada industri sarung tangan karet berdasarkan data dari BKPM dari tahun 2004 sampai tahun 2007 sebesar US$ 194,9 Milyar dan pada tahun 2008 naik sebesar US$ 295,7 Milyar.

Nilai ekspor industri sarung tangan karet pada tahun 2007 sebesar US$ 153,6 Juta dan pada tahun 2008 naik menjadi US$ 175,9 Juta .Pada tabel berikut dapat dilihat perkembangan industri sarung tangan karet dari tahun 2004 sampai dengan 2008.

Uraian 2004 2005 2006 2007 2008

Kapasitas Terpasang (Juta Unit) 7.7 27.7 27.7 27.7 27.7

Realisasi Produksi (Juta Unit) 18.6 22.0 21.6 24.0 25.9

Utilisasi Kap Terpasang (%) 81.9 79.3 77.9 86.5 93.4

Pemasaran D/N (Juta Unit) 18.1 21.3 21.0 23.3 25.2

Volume Ekspor (Juta Unit) 0.5 0.4 0.4 0.5 0.7

Nilai Ekspor (Juta US$) 3.5 2.4 2.9 6.4 10.7

Volume Impor (Juta Unit) 1.4 2.1 2.8 3.0 3.4

Nilai Impor (Juta US$) 3.2 4.5 5.0 8.5 9.0

Tenaga Kerja (org) *) 21,307 23,525 25,700 28,600 24,115

(55)

b. Industri Sarung Tangan

Jumlah unit usaha industri sarung tangan yang terdaftar pada Asosiasi Sarung Tangan Karet Indonesia berjumlah 13 unit usaha yang berlokasi untuk 10 unit usaha di Sumatera Utara, 2 unit usaha di Jawa Timur dan 1 unit usaha di Jawa Barat. Total kapasitas terpasang pada tahun 2007 sebesar 12 milyar pasang dengan total investasi sebesar US$ 100,8 juta. Pada tahun 2007 ini telah diresmikan 1 unit usaha lagi industri sarung tangan di Kalimantan Selatan, dengan investasi senilai Rp. 20 Milyar, total kapasitas produksi 20 ton/bulan.

Total produksi total produksi sarung tangan tahun 2007 sebesar 9.549.000 pcs dan tahun 2008 turun menjadi 8.500.000 pcs.

Utilisasi industri sarung tangan karet pada tahun 2007 sebesar 79,6% dan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 70%. Investasi pada industri sarung tangan karet berdasarkan data dari BKPM dari tahun 2004 sampai tahun 2007 sebesar US$ 194,9 Milyar dan pada tahun 2008 naik sebesar US$ 295,7 Milyar.

Nilai ekspor industri sarung tangan karet pada tahun 2007 sebesar US$ 153,6 Juta dan pada tahun 2008 naik menjadi US$ 175,9 Juta .Pada tabel berikut dapat dilihat perkembangan industri sarung tangan karet dari tahun 2004 sampai dengan 2008.

(56)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

Tabel III.4. Perkembangan Industri Sarung Tangan

Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 112/M-IND/PER/10/2009

8 Tabel III.4. Perkembangan Industri Sarung Tangan

C. Tahapan Implementasi

1. Langkah-langkah yang telah dilakukan :

 Telah dilakukan tahapan sosialiasi, identifikasi permasalahan dan

persiapan kolaborasi klaster industri pengolahan karet melalui kegiatan

Forum Komunikasi danWorking Groupdi dua daerah yaitu di Sumatera

Utara dan Jawa Barat.

 Pelaksanaan identifikasi permasalahan dalam upaya pengembangan

industribarang-barang karet di daerah denganmelibatkan stakeholder di

daerah melaluipembentukanworking group. Dari hasil kelompok kerja

industri pengolahan karet di Sumatera Utara telah dipetakan dan diinventarisasi di beberapa wilayah potensi perkebunan karet serta industri pengolahan karet hilir. Sementara itu di Propinsi Sumatera Selatan dan Jawa Barat telah diberikan bantuan peralatan industry kompon yang diharapkan akan dapat mendorong tumbuhnya industri sejenis dan industri hilir barang-barang karet.

2. Hasil yang telah dicapai, diantaranya:

 Melakukan koordinasi dalam rangka pengamanan pasokan gas untuk

industri sarung tangan karet;

Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 Kapasitas Terpasang (Juta Pcs) 11.000 11.000 12.000 12.000 12.000 Realisasi Produksi (Juta Pcs) 8.256 9.500 9.522 9.549 8.500 Utilisasi Kap Terpasang (%) 75,1 86,4 79,4 79,6 70 Pemasaran D/N (Juta Pcs) 2.416,0 1.963,0 2.169,0 2.513,0 1.280 Volume Ekspor (Juta Pcs) 5.932,0 7.692,0 7.426,0 7.203,0 7.396 Nilai Ekspor (Ribu US$) 95.736,0 138.125,0 152.199,0 153.677,5 175.987 Volume Impor (Juta Pcs) 95,8 156,0 170,0 167,0 176,0 Nilai Impor (Ribu US$) 2.099,6 3.751,3 3.686,2 3.981,1 5.088 Tenaga Kerja (org) 9.307 10.207 5.007 5.007 5007

Jumlah Unit Usaha 13 13 13 13 13

C. Tahapan Implementasi

1. Langkah-langkah yang telah dilakukan :

• Telah dilakukan tahapan sosialiasi, identifikasi

permasalahan dan persiapan kolaborasi klaster industri pengolahan karet melalui kegiatan Forum Komunikasi dan Working Group di dua daerah yaitu di Sumatera Utara dan Jawa Barat.

• Pelaksanaan identifikasi permasalahan dalam

upaya pengembangan industribarang-barang karet di daerah denganmelibatkan stakeholder di daerah melaluipembentukan working group. Dari hasil kelompok kerja industri pengolahan karet di Sumatera Utara telah dipetakan dan diinventarisasi di beberapa wilayah potensi perkebunan karet serta industri pengolahan karet hilir. Sementara itu di Propinsi Sumatera Selatan dan Jawa Barat telah diberikan bantuan

(57)

peralatan industry kompon yang diharapkan akan dapat mendorong tumbuhnya industri sejenis dan industri hilir barang-barang karet. 2. Hasil yang telah dicapai, diantaranya:

• Melakukan koordinasi dalam rangka pengama-nan pasokan gas untuk industri sarung tangan karet;

• Pemetaan potensi bahan baku industri

pe-ngolahan karet untuk penyusunan profil

inves-tasi pengembangan industri hilir karet;

• Telah dilakukan kajian cara pendeteksian di-ni vulkadi-nisat karet dalam bahan olah karet (Bokar);

• Telah diberlakukan SNI wajib untuk produk selang karet sejak 27 Nopember 2007 sesuai SK Menteri Perindustrian Nomor : 92/M-IND/Per/11/2007, tetapi berhubung kesiapan produsen dalam negeri belum siap maka pemberlakuannya ditunda sampai 1 Juli 2008;

• Telah tersusun konsep standar kompetensi kerja SDM karet dan barang-barang karet oleh BPPI tetapi pada tahun 2008 baru akan dikonvensikan;

• Pemetaan potensi pasar dalam negeri dan industri permesinan dalam mendukung pengembangan industri barang karet.

(58)

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

(59)

BAB IV

PROGRAM / RENCANA AKSI

A. Rencana Aksi Jangka Menengah (2010 – 2014)

• Melanjutkan pembinaan petani untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas bahan olah karet melalui replanting dan perluasan lahan;

• Pengembangan Industri barang-barang karet melalui promosi investasi dan fasilitas untuk penanaman modal dibidang usaha tertentu atau daerah tertentu (PP No.1 tahun 2007);

• Memperkuat kelembagaan industri barang-barang karet yang dihubungkan dengan industri karet alam;

• Melanjutkan program peningkatan kompetensi SDM industri barang-barang karet;

• Melakukan kajian kebutuhan bahan baku industri barang-barang karet.

B. Rencana Aksi Jangka Panjang (2010 – 2025)

• Melanjutkan pembinaan petani untuk meningkatkan

produktifitas dan kualitas bahan olah karet melalui

sosialisasi dan pelatihan;

• Mengembangankan industri barang-barang karet sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam

negeri melalui diversifikasi produksi;

• Mengembangkan industri permesinan yang men-dukung pengembangan industri barang-barang karet;

(60)

0

PETA PANDUAN (PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS INDUSTRI BERBASIS AGRORoad Map) Tahun 2010 - 2014

karet melalui diklat kompetensi SDM industri karet dan barang-barang karet;

• Menerapkan secara wajib SNI barang-barang karet; • Mengembangkan investasi baru agar menjadi salah

satu basis industri ban dunia;

• Melaksanakan harmonisasi standar internasional seperti UN-ECE untuk barang-barang karet kom-ponen otomotif.

Gambar

Gambar III.1. Tahapan Pencapaian Program Klaster Industri Berbasis CPO
Tabel 1. PeranPemangku KepentingandalamPengembangan IndustriPengolahan KelapaSawit PemerintahPusatPemdaSwastaPerguruan Tinggi  & Litbang Forum RencanaAksi 2004 – 2009 Dep.PerinDep.Tan.Dep.DagDep.KeuPropKabAsosiasiPrs.Ind.PT KRT/BPPT BBKK/Balai Kelapa S
Tabel I.1. Kelompok Karet dan Barang-barang Karet
Tabel III.1.Realisasi dan Proyeksi Produksi Karet Alam Dunia  (Ribu Ton)
+7

Referensi

Dokumen terkait

28 tentang Kebijakan Industri Nasional, Pemerintah Kabupaten Samarinda telah menyusun peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten Samarinda, yang dalam

28 tentang Kebijakan Industri Nasional, Pemerintah Kabupaten Simalungun telah menyusun peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten Simalungun, yang dalam

28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, Pemerintah Kabupaten Konawe Utara telah menyusun peta panduan pengembangan kompetensi inti industri

Kebijakan subsidi ekspor yang dilakukan oleh UE sangat men- distorsi pasar karena ekspor gula dijual dengan harga rendah yang menyebabkan industri gula

menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten Pasuruan;.. Mengingat :

menetapkan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten Probolinggo ;.. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2OO4 tentang

Indonesia Investment Coordinating Board Peluang investasi pengembangan perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan berbasis minyak kelapa sawit bagi investor di

Apa langkah-langkah strategi pendukung untuk melaksanakan kebijakan yang masih diperlukan agar lebih mendorong tingkat daya saing industri pengolahan kelapa sawit di Propinsi Sumut