• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Road Map Pengembangan dan Pemanfaatan Batubara

N/A
N/A
Ryan

Academic year: 2023

Membagikan "Buku Road Map Pengembangan dan Pemanfaatan Batubara"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

Dalam peta jalan pengembangan dan pemanfaatan batubara ini, tim penggambar telah mempertimbangkan berbagai skenario penggunaan batubara di masa depan dengan mengedepankan aspek ramah lingkungan dari batubara. Peta jalan pengembangan dan pemanfaatan batubara ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam menjawab tantangan tersebut.

Daftar Istilah dan Singkatan

Hidrogen: gas tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, menyebabkan sesak napas dengan rumus H2, tetapi tidak beracun; unsur dengan nomor atom 1, lambang H dan berat atom 1,0080;. Oksigen: gas dengan rumus O2, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, merupakan komponen kerak bumi; acar; unsur dengan nomor atom 8, lambang O dan berat atom 15,9994.

Daftar Isi

Pengembangan Batubara Melalui Briket Batubara Biomassa (Bio-Coal) untuk PLTU Cofiring dan Briket Batubara Karbonisasi untuk Industri Kecil/UMKM.

Ringkasan Eksekutif

Pendahuluan, memuat informasi latar belakang, tujuan, ruang lingkup, dan metodologi penyusunan road map pengembangan dan pemanfaatan batubara

Gambaran Kondisi Energi dan Kebijakan Batubara Nasional, berisi ringkasan berbagai kebijakan yang berhubungan dengan batubara di Indonesia yang dijadikan landasan dalam penyusunan

Pengembangan Batubara, membahas berbagai alternatif teknologi terkini untuk peningkatan nilai tambah batubara di luar pemanfaatan secara langsung sebagai sumber energi pada pembangkit

  • Program pengembangan potensi batubara untuk menghasilkan metanol dan DME melalui proses gasifikasi batubara, terutama batubara kalori rendah. Produk metanol dan DME dapat digunakan
  • Program pengembangan batubara untuk menghasilkan bahan bakar melalui pencairan batubara (coal liquefaction). Program ini dipilih dengan pertimbangan optimalisasi potensi batubara
  • Program pengembangan batubara metalurgi dipilih dengan pertimbangan bahwa Indonesia memiliki potensi tidak hanya batubara termal yang selama ini digunakan pada pembangkit listrik,
  • Pengembangan batubara melalui upgrading (coal upgrading). Program ini dipilih sebagai salah satu program prioritas dalam road map dengan pertimbangan untuk meningkatkan
  • Program pengembangan produk material maju dan logam tanah jarang (LTJ) dari batubara
  • Program pengembangan batubara untuk material agro industri. Batubara kalori rendah Indonesia memiliki potensi asam humat dan asam fulvat yang berdasarkan riset dapat digunakan sebagai
  • Penerapan CCS/CCUS pada fasilitas pengembangan dan pemanfaatan batubara. Salah satu tantangan terbesar dalam pemanfaatan batubara adalah emisi CO 2 yang dihasilkan dari proses

Pedoman ini mengawasi pelaksanaan pengembangan batubara melalui peningkatan batubara untuk mengoptimalkan batubara peringkat rendah. Program pengembangan batubara untuk bahan agroindustri dipilih secara khusus mengingat Indonesia merupakan negara agraris yang juga di satu sisi memiliki potensi batubara yang cukup besar.

Pendahuluan

Latar Belakang

Tujuan

Ruang Lingkup

Metodologi Penyusunan Road Map

Kebijakan

Batubara Nasional

Batubara dalam Kebijakan Mineral dan Batubara Nasional

Batubara dalam Undang-Undang Minerba

Batubara dalam UU Cipta Kerja

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengenaan royalti 0% bagi pelaku usaha peningkatan nilai tambah batubara tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2021 tentang Tata Usaha Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral. Secara umum pengenaan royalti 0% diberikan dengan mempertimbangkan kemandirian energi dan pemenuhan kebutuhan bahan baku industri (Pasal 3 ayat 1).

Batubara dalam Kebijakan Energi Nasional

Dijelaskan lebih lanjut bahwa pemberlakuan biaya izin 0% hanya mengacu pada jumlah batubara yang digunakan dalam kegiatan peningkatan nilai tambah batubara (pasal 3 ayat tiga), dan ketentuan jumlah, persyaratan dan tata cara pemasukannya. besarnya biaya izin 0% akan diatur dengan keputusan menteri.

Batubara dalam UU Energi

Batubara dalam Kebijakan Energi Nasional dan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya wajib melaksanakan diversifikasi energi dalam rangka meningkatkan konservasi sumber daya energi dan ketahanan energi nasional dan/atau daerah. Pemerintah dan/atau otoritas daerah melaksanakan penguatan kelembagaan untuk memastikan tercapainya maksud dan tujuan penyediaan dan pemanfaatan energi.

Batubara dalam Bauran Energi Primer

Namun dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pencapaian target penyediaan dan pemanfaatan energi belum sesuai dengan target KEN seperti terlihat pada tabel 2.1. Sementara itu, porsi EBT cenderung meningkat dan diperkirakan akan mencapai target bauran energi primer sebesar 23% pada tahun 2025.

Batubara dalam Grand Strategy Energi Nasional

Sementara itu, gas alam diharapkan mampu menggantikan minyak bumi sekitar 20%; Bahkan, porsinya cenderung menurun dibandingkan tahun 2015-2017.

Batubara dalam RUKN

Untuk mendukung target pangsa energi baru dan energi terbarukan, diharapkan bauran energi baru dan energi terbarukan dalam produksi listrik pada tahun 2025 dapat lebih tinggi dari 23%, sedangkan pangsa gas sekitar 22%, bahan bakar maksimal 0,4 %, dan sisanya batubara maksimal 55%. Salah satu kebijakan pemerintah dalam penyediaan tenaga listrik adalah dengan menyediakan tenaga listrik dengan harga yang wajar kepada masyarakat.

Batubara dalam Kebijakan Industri

Batubara dalam Kebijakan Penurunan Emisi CO 2 Nasional

Berdasarkan dokumen First Biennial Update Report (BUR) yang disampaikan kepada United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada bulan Januari 2016, emisi gas rumah kaca nasional sebesar 1.453 GtCO2e pada tahun 2012, menunjukkan peningkatan sebesar 0.452 GtCO2e dari tahun 200 menjadi tertinggi. Kajian terbaru mengenai tingkat emisi GRK, Indonesia telah menetapkan target tanpa syarat sebesar 29% dan target bersyarat hingga 41% dibandingkan skenario business as Usual pada tahun 2030.

Kondisi

Batubara di Indonesia

Sumber Daya dan Cadangan Batubara

Sumber Daya dan Cadangan Batubara Permukaan

Sumber daya dan cadangan terverifikasi adalah sumber daya dan cadangan yang telah dikonfirmasi oleh CP atau Badan Geologi. Dari total 1.517 titik yang berhasil masuk, 184 titik diverifikasi PSDMBP, 57 titik diverifikasi Kompeten PKP2B, 35 titik diverifikasi Kompeten PMA IUP dan 216 titik diverifikasi Kompeten PMDN IUP.

Sumber Daya dan Cadangan Batubara Bawah Permukaan

Produksi dan Penjualan Batubara

Kalimantan Timur Sumatera Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Jambi Kalimantan Utara Riau Aceh Bengkulu Sumatera Barat Provinsi Lainnya SD Cad SD Cad SD Cad SD Cad SD Cad SD Cad SD Cad SD Cad SD Cad SD Cad. Berdasarkan data di atas, sumber daya dan cadangan batubara Indonesia didominasi oleh batubara berkalori sedang dan rendah.

Proyeksi Produksi, PNT, dan Sisa Cadangan 2020-2045

Dari total sumber daya batubara sebesar 143,7 miliar ton, 53% merupakan batubara berkalori sedang dan 33% merupakan batubara berkalori rendah.

Penggunaan Utama Batubara

Batubara untuk PLTU

Sementara itu, seiring dengan peningkatan konsumsi batu bara untuk PLTU, kapasitas terpasang PLTU yang menggunakan batu bara sebagai pembangkit uap terus meningkat. Laju pertumbuhan kapasitas terpasang yang mencapai 165% dalam satu dekade terakhir menandakan kebutuhan batu bara untuk PLTU akan terus meningkat.

Potensi

Pengembangan Batubara

Potensi Pengembangan Batubara

Batubara untuk Produksi Metanol dan DME

Metanol dari Batubara

Gasifikasi Batubara

Teknologi Pembuatan Metanol

Teknologi Sintesis DME

Batubara untuk Menghasilkan SNG, Ammonia, dan Hidrogen (H 2 )

Batubara untuk Menghasilkan SNG Aspek Teknis

Penghilangan Merkuri

Penghilangan Gas Asam

Metanasi, Pemurnian SNG, dan Kompresi

Aspek Keekonomian

Batubara untuk Menghasilkan Amonia Aspek Teknis

Aspek Keekonomian Amonia dari Batubara

Batubara untuk Menghasilkan Hidrogen (H 2 ) Aspek Teknis

Untuk mengurangi emisi karbon, pressure swing adsorpsi (PSA) konvensional atau teknologi membran canggih dapat digunakan untuk menghilangkan karbon dari gas. Semua pabrik hidrogen menggunakan dua reaktor pergeseran air-gas dan sistem Selexol untuk menghilangkan CO2.

Batubara untuk Menghasilkan Bahan Bakar Melalui Pencairan Batubara (Coal Liquifaction)

Jika penyerapan dimasukkan, pabrik tersebut mempunyai produksi hidrogen sebesar 276.900 kg/hari dengan biaya $1,83/kg (Rutkowski M. Current, 2005).

Teknologi Pencairan Batubara

Pirolisis

Teknologi DCL melibatkan kontak langsung batubara dengan katalis pada suhu dan tekanan tinggi dengan penambahan gas hidrogen (H2). Operasi pencairan batubara skala besar ini telah memberikan kontribusi yang luar biasa bagi kemajuan industri proses pencairan batubara baik dari segi permesinan, desain dan pengetahuan.

Keekonomian

Proses DCL memiliki sejarah yang relatif panjang dan beberapa teknologi telah berhasil dioperasionalkan dalam skala besar. Proses teknologi DCL komersial meliputi H-Coal, Solvent Refined Coal I (SRC-I), SRC-II, Exxon Donor Solvent (EDS), Integrated Two-Stage Liquefaction (ITSL), CC-ITSL dan Catalytic Two-Stage Liquefaction (CTSL) ).

Briket Batubara-Biomassa (Bio-coal) untuk Co-firing

PLTU dan Briket Batubara Terkarbonisasi untuk Industri Kecil/UMKM

Proses dan Teknologi

Briket Batubara-Biomassa (Bio-coal)

Briket batubara terkarbonisasi

Briket batubara non karbonisasi

Batubara untuk Industri Metalurgi

Proses dan Teknologi Kokas Metalurgi

Batubara lokal tersebut antara lain berasal dari Asmin Koalindo Tuhup (AKT), Adaro Indonesia, Marunda Graha Mineral (MGM) dan Suprabari Mapindo Mineral (SMM).

Keekonomian Kokas Metalurgi

Teknologi Carbon Riser

Keekonomian Carbon Riser

Sumber daya dan cadangan batubara peringkat rendah yang relatif tinggi di Indonesia tentunya mempunyai potensi yang besar untuk dimanfaatkan melalui proses peningkatan kualitasnya agar sesuai dengan kebutuhan pasar. Namun cadangan batu bara bituminus sudah mulai menipis sehingga peningkatan kualitas (upgrading) batu bara peringkat rendah di Indonesia dinilai sangat penting karena cadangannya cukup besar.

Teknologi Existing

Batubara peringkat rendah seperti lignit dan sub-bitumen umumnya memiliki nilai kalor yang rendah (<5.100 cal/g on air-dry basis, adb) dan kandungan air yang cukup tinggi (30%-50%). Selain itu, batubara peringkat rendah juga memiliki kecenderungan untuk terbakar sendiri sehingga memerlukan penanganan khusus saat disimpan atau diangkut.

Teknologi tekMIRA

Dengan proses upgrade menggunakan teknologi UBC, 1 ton batubara bernilai rendah dengan harga $20/ton menghasilkan 0,7 ton produk batubara UBC berkalori tinggi senilai $35, dengan asumsi harga jual batubara berkalori tinggi adalah $50/ton. . Hasil analisis keuangan menghasilkan tingkat pengembalian internal (IRR) sebesar 17%, nilai sekarang bersih (NPV) sebesar $13,9 juta.

Material Maju dan Logam Tanah Jarang (LTJ) dari Batubara

Jenis peralatan dan harga diasumsikan sebesar 20% dari biaya UBC, masing-masing sebesar USD 33,4 juta, sedangkan biaya operasional diasumsikan sebesar USD 6,73/ton.

Teknologi dan Pangsa Pasar

Potensi Pasar Advance Carbon Material Serat Karbon (Carbon Fibre)

Nilai ekonomi bahan karbon tingkat lanjut sangat tinggi karena mempunyai sifat daya hantar panas dan daya hantar listrik yang tinggi serta merupakan zat pereduksi yang sangat baik, sehingga diperlukan pada industri elektronika, bahan maju dan peleburan. Nilai ekonomis grafit sintetik ini setara dengan 100 kali lipat harga tar batubara dan 350 kali lipat harga batubara.

Logam Tanah Jarang dari Batubara

Potensi Pasar LTJ

Keekonomian LTJ

Batubara untuk Material Agro Industri

Dari sisi pertama, berdasarkan konsep ekonomi pembuatan pupuk batubara dapat diperoleh dari parameter capital return (IRR), net present value (NPV), minimum payout period (POT), break even point (BEP) . dan sensitivitas. Selain itu, untuk sisi kedua, potensi distribusi pupuk batubara dapat dilihat dari perbandingan harga dan hasil pangan yang dihasilkan dengan menggunakan pupuk batubara dan pupuk.

Potensi Pemanfaatan Batubara untuk Kelistrikan

Optimalisasi Pemanfaatan Batubara Peringkat Rendah Melalui Blending Facility

Jumlah Cadangan Batubara (2020)

Didukung oleh kebijakan DMO dan kontrak jangka panjang antara fasilitas pencampuran batubara dan produsen batubara, pasokan batubara untuk pencampuran diharapkan stabil dan mencukupi. Memanfaatkan pelabuhan khusus batubara sebagai basis pemrosesan, fasilitas pencampuran batubara memiliki keunggulan strategis dalam hal akses, baik melalui darat maupun laut.

Penurunan Emisi Karbon pada PLTU batubara

Kebutuhan biomassa untuk penerapan teknologi co-firing pada tahun 2021-2030 akan meningkat seiring dengan meningkatnya penerapan co-firing pada PLTU sasaran.

Optimalisasi Pemanfaatan Batubara dengan Penerapan Teknologi Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC)

Dan untuk PLTU yang rencananya akan dibangun, tujuannya adalah menerapkan penggunaan cofiring minimal 30% (khusus PLTU yang akan beroperasi setelah tahun 2025). Selain upaya tersebut, pemerintah juga memimpin penerapan teknologi Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC) dalam pembangunan PLTU untuk penyediaan listrik di Indonesia.

Penerapan CCS/CCUS pada Fasilitas Pengembangan dan Pemanfaatan

Namun peningkatan investasi ini berdampak positif terhadap pasokan listrik pembangkit listrik berbahan bakar batubara, karena pembangkit tersebut dapat beroperasi dalam jangka waktu yang lama. Hal ini karena pengurangan emisi CO2 dengan menggunakan CCS berarti pembangkit listrik tenaga batu bara akan melepaskan emisi gas rumah kaca yang relatif sebanding dengan pembangkit listrik yang menggunakan energi baru terbarukan.

Peta Jalan (Road Map) Pengembangan dan

Pemanfaatan Batubara di Indonesia

Isu Strategis dan Urgensi Road Map

Strategi Road Map Pengembangan dan Pemanfaatan Batubara di Indonesia

Selain itu, peta jalan pengembangan dan pemanfaatan batubara tahun 2021-2045 disusun berdasarkan sektor energi, non-energi (yang memenuhi kebutuhan bahan baku industri) dan penerapan aspek lingkungan. Untuk mencapai visi dan program utama yang telah ditetapkan sebelumnya, tim redaksi telah merumuskan sepuluh program pengembangan dan pemanfaatan batubara yang mencakup ketiga sektor tersebut.

PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN BATUBARA

“Optimalisasi pemanfaatan batubara dalam negeri melalui pengenalan teknologi ramah lingkungan (Clean Coal Technology) hingga tahun 2045.” Program dan strategi ini sejalan dengan isu besar yang disebutkan sebelumnya, yaitu teknologi dan ramah lingkungan. Era industri berbasis batubara sebagai solusi ketahanan energi dan industri nasional serta optimalisasi penerapan Clean Coal Technology (CCT) dalam penjualan kembali batubara, termasuk PLTU.

PENGEMBANGAN BATUBARA

PEMANFAATAN BATUBARA

SEKTOR PROGRAM

Untuk memfasilitasi pentahapan pencapaian lima tahun tersebut, telah disusun tahapan program pengembangan dan eksploitasi batubara secara umum. Evaluasi implementasi peraturan • Peningkatan pembangunan fasilitas pengembangan dan eksploitasi batubara untuk memenuhi kebutuhan energi dan industri.

Program dan Kegiatan Road Map

Pengembangan Batubara untuk Menghasilkan Metanol dan DME melalui Gasifikasi

Selain itu, pemerintah telah menetapkan peraturan tata niaga produk gasifikasi batubara (DME dan metanol sebagai bahan bakar dan bahan baku industri). Peraturan Perdagangan Produk Gasifikasi Batubara (DME sebagai bahan bakar dan bahan baku industri, Metanol, dll).

Pengembangan Batubara untuk Menghasilkan SNG, Amonia, dan Hidrogen (H 2 )

Pengembangan Batubara untuk Menghasilkan Bahan Bakar Melalui Pencairan Batubara (Coal Liquifaction)

Ketersediaan data sumber daya dan cadangan serta rekomendasi wilayah potensial pengembangan batubara melalui pencairan batubara. Pembangunan infrastruktur dan optimalisasi pembangunan pabrik Pencairan Batubara (coal liquefaction) untuk mendukung pemenuhan kebutuhan bahan bakar.

Pengembangan Batubara Melalui Briket Batubara- Biomassa (Bio-Coal) untuk Cofiring PLTU dan Briket

Program Briket Batubara-Biomassa (Bio-Coal) untuk Cofiring PLTU

Data ketersediaan sumber daya batubara dan bahan baku biomassa untuk pengembangan briket menggunakan campuran batubara-biomassa. Pembangunan pabrik pengembangan briket dengan menggunakan campuran batubara-biomassa untuk diaplikasikan pada PLTU (berdasarkan hasil litbang).

Program Briket Batubara Terkarbonisasi bagi Penggunaan Industri Kecil/UMKM

Pada tahap kedua, fokus program adalah melaksanakan pengembangan briket batubara karbonisasi untuk digunakan pada industri kecil/UMKM. Penyediaan peraturan yang tegas untuk mendukung pengembangan briket batubara berkarbonasi untuk digunakan oleh industri kecil/UMKM.

Pengembangan Batubara untuk Industri Metalurgi

Realisasi Impor Batubara 2016-2020

Program Batubara untuk Industri Metalurgi Dalam Negeri

Bila perlu juga akan dibuat peraturan mengenai kewajiban pemenuhan kebutuhan batubara metalurgi untuk industri metalurgi dalam negeri. Pengembangan batubara untuk industri metalurgi dalam negeri membutuhkan > 250.000 ton/tahun (jika pengembangan tahap awal dinyatakan layak).

Program Pengembangan Bio-Kokas Berbasis Biomassa dan Batubara Peringkat Rendah untuk Industri Metalurgi

Pengembangan Batubara melalui Coal Upgrading

Pembangunan fasilitas peningkatan batubara yang berproduksi komersial untuk mendukung penggunaan batubara kalori rendah. Meningkatkan pembangunan pabrik peningkatan batubara yang siap komersial untuk mengoptimalkan penggunaan batubara kalori rendah.

Pengembangan Batubara untuk menghasilkan Produk Material Maju dan Logam Tanah Jarang (LTJ)

Pada fase berikutnya, strateginya adalah mulai mengembangkan industri batubara untuk menghasilkan material yang maju. Untuk tahap selanjutnya, strateginya adalah mulai membangun pabrik pengolahan REE batubara untuk memproduksi oksida logam.

Pengembangan Batubara untuk Material Agro Industri

Implementasi ini akan didukung dengan pengembangan sistem informasi (IS) dan kajian cost-benefit serta supply-demand asam humat untuk industri lainnya. Hasil penelitian ini akan menjadi dasar diversifikasi penggunaan asam humat pada produk pertanian dan produk lainnya.

Pemanfaatan Batubara untuk Kelistrikan

Proses pengembangan ini akan diawali dengan pendirian pilot plant, promosi investasi dan riset pemasaran industri hilir.

Penyiapan Infrastruktur Coal Blending Facility

Kemudian pada tahap ketiga diharapkan fasilitas pencampuran batubara yang telah dibangun mampu memperkuat ketahanan energi nasional secara maksimal. Kerjasama antara pemerintah, PT KAI, dan BU swasta yang memiliki jalur distribusi produk blending batubara.

Program Cofiring Biomassa pada PLTU

Kerjasama Pemerintah, PT PLN Group, Badan Usaha, Puslitbang Tekmira untuk pembangunan proyek coal blending.

Program Optimalisasi Pemanfaatan Batubara dengan IGCC

Pada tahap pertama, strategi yang akan dilakukan adalah Persiapan penggunaan IGCC pada pembangkit listrik tenaga batubara. Program yang dilaksanakan adalah mempersiapkan penerapan IGCC dengan menyusun kajian biaya dan manfaat IGCC serta kajian rekomendasi wilayah yang potensial untuk penerapan IGCC.

Penerapan CCS/CCUS pada Fasilitas Pengembangan dan Pemanfaatan Batubara

Sedangkan pada tahap akhir, optimalisasi penerapan CCS/CCUS pada fasilitas pengembangan dan pemanfaatan batubara dapat diterapkan, baik pada pembangkit listrik maupun proyek hilir batubara. Peta Jalan Program Implementasi CCS/CCUS untuk Fasilitas Pengembangan dan Pemanfaatan Batubara. Menyiapkan dukungan regulasi.

Program Prioritas 2021 - 2025

Pada tahap awal program ini, fokus utama akan dilakukan pada persiapan implementasi CCS/CCUS di pembangkit listrik dan proyek hilir batubara. Proyek hilir listrik dan batubara Evaluasi dan optimalisasi CCS/CCUS pada pembangkit listrik dan proyek hilir batubara.

Kesimpulan dan Tindak Lanjut

Tim perumus menyadari bahwa peta jalan pengembangan dan eksploitasi batubara serta usulan programnya memerlukan dukungan semua pihak. Peta jalan pengembangan dan pengusahaan batubara harus didukung dengan payung hukum agar dapat menjadi acuan dalam pengembangan dan pengusahaan batubara nasional.

Daftar Pustaka

The Indonesia Carbon Capture Storage (CCS) Capacity Building Program, CCS for coal-fired power plants in Indonesia, Washington.

Referensi

Dokumen terkait

Melalui Peraturan Presiden Republik lndonesia Nornor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk rnengernbangkan surnber energi alternatif sebagai pengganti Bahan

Selain itu, sesuai dengan Peraturan Presiden No.28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, Sumatera Barat ditetapkan mempunyai 10 industri Pengolahan Komoditas

Kebijakan Pemberian Izin Pemanfaatan Air dan Energi Air di Taman Nasional Kerinci Seblat Dalam mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan ……… 60 B.

Kebijakan subsidi ekspor yang dilakukan oleh UE sangat men- distorsi pasar karena ekspor gula dijual dengan harga rendah yang menyebabkan industri gula

Tahiti Coal dengan mengacu pada harga batubara acuan yang telah di tetapkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), dan diharapkan perusahaan tambang