Model ini merupakan kepanjangan dari context, input, process, product, yang mana dalam model tidak bertujuan untuk membuktikan melainkan untuk memperbaiki kekurang-kekurang.
Robert Stake dalam (Dikson Silitonga, 2018), terdapat tiga tahap dalam evaluasi kebiajakan, yaitu: 1) antecedent, 2) transaction, dan 3) outcome.
Tahapan yang disebut oleh Robert Stak memberikan arahan bagaimana cara melakukan evaluasi dengan rapi dan terarah. Beberapa model evaluasi yang telah disodorkan oleh para pakar kebijakan di atas juga didorong dengan berbagai macam pendekatan dalam mensukseskan tujuan model dari evaluasi kebijakan.
Adapun pendekatan dari model kebijakan bisa kita lihat sebagai berikut:
1. Evaluasi Semu.
Pendekatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat dan valid dengan metode deskriptif terkait dengan hasil kebijakan, tanpa harus menanyakan nilai kebijakan pada masing-masing individu atau kelompok, karena teori ini beranggapan bahwa nilai akan tampak dengan sendirinya dari hasil evaluasi.
2. Evaluasi Formal.
Pendekatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang valid dan akurat berdasarkan metode deskriptif terkait hasil pelaksanaan kebijakan sesuai dengan sasaran yang ditentukan secara formal. Pandangan ini beranggapan bahwa untuk melihat hasil atau nilai setiap kegiatan kebijakan, diukur dengan sasaran yang sudah ditentukan secara formal berdasarkan ketentuan kebijakan pendidikan.
3. Evaluasi Keputusan Teoritis.
Pendekatan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang valid dan akurat berdasarkan metode deskriptif terkait hasil pelaksanaan kebijakan secara eksplisit diinginkan oleh stakeholder. Pelaksanaan teori ini dilakukan dengan menentukan sasaran dan tujuan secara tersembunyi yang ditentukan oleh para stakeholder, William Dunn dalam(Arwildayanto, 2018).
Selain dari memahami model dan pendekatan dalam evaluasi kebijakan patut kiranya para pemangku kebijakan atau stakeholder memahami berbagai
fungsi-fungsi dari kebijakan itu sendiri, karena dengan memahmi fungsi dari evaluasi kebijakan akan membuat para pemangku kebijakan bisa memposisikan dirinya dalam berbagai situasi yang dihadapi.
Fungsi-fungsi evaluasi kebijakan, yaitu bisa memberikan koreksi terhadap kebijakan dan implementasi kebijakan yang sudah berlalu, dan dapat memberikan arahan untuk memantapkan kebijakan di masa yang akan datang.
Menurut (Sabdaningtiyas, 2018), fungsi evaluasi dalam kebijakan terdapat empat macam fungsi, yaitu: 1) ekplanasi, maksudnya memberikan penjelasan terkait keadaan fenomena alam sehingga dapat menentukan variabel sebuah kebijakan, 2) kepatuhan, maksudnya untuk melihat apakah sebuah tindakan yang dilakukan anggota organisasi sesuai dengan prosedur kebijakan yang telah ditetapkan, 3) audit, maksudnya untuk melihat apakah setiap standar atau output kebijakan sudah benar-benar sampai pada sasaran kebijakan, dan 4) akuntansi, maksudnya untuk melihat akibat sosial ekonomi dari hasil kebijakan.
Berbagai fusngsi di atas, sebagai pedoman bagi pemangku kebijakan dalam menetapkan dan menjalankan kebijakan, membentuk suatu sistem yang dapat dipertanggung jawabkan, sekaligus dapat menilai hasil kebijakan dengan baik. Adapun posisi yang harus ditekuni oleh pemangku kebijakan agar upaya menilik hasil pelaksanaan kebijakan berdasarkan akurasi informasi, menurut Patton dalam (Mayne & Rist, 2006) yaitu, seorang evaluator harus memposisikan dirinya sebagai hakim, auditor, peneliti, konsultan, fasilitator, anggota tim, kolaborator, fasilitator, pemberdayaan, pendukung, dan penyintesis.
Sepuluh posisi ini bisa dilakukan oleh evaluator sesuai dengan situasi organisasi.
Pemahaman terkait posisi evaluator itu penting, karena evaluator mempunyai fungsi yang cukup strategis untuk keberlangsungan lembaga di masa yang akan datang. Adapun fungsi evaluator menurut Lakoff dan Johnson dalam (Glass, 1997), 1) mempunyai wewenang untuk mempertimbangkan pendefinisian kebijakan yang akan diambil dan menilai siapa yang memberikan pendefinisian, 2) mempunyai kontribusi wawasan kualitatif, dan 3) berfungsi untuk menafsirkan kebijan dan hasil kebijakan.
F. Efektivitaas dan Efisiensi Proses Pembelajaran Dari Hasil Kebijakan Pendidikan
Pemerintah pusat memberikan kebijakan agar setiap lembaga pendidikan harus melakukan kegiatan belajar dari rumah Work from hom untuk menghindari penyebaran pandemi covid-19, karena yang seperti kita ketahui penyebaran covid-19 menurut WHO dalam (Mustakim, 2020), yaitu penyebarannya melalui
kontak fisik dengan orang lain, dengan cara menyerang tenggorokan, sistem pernafasan, dan paru-paru tanpa ditemui obatnya. Penyebaran seperti ini membuat Kemendibud Nadim Makarim memberikan kebijakan yang tercantum dalam Surat Edarannya Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Corona Virus Disease (Covid-19), menghimbau agar setiap lembaga pendidikan melaksanakan pembelajaran dari rumah untuk memutus rantai penyebaran covid-19. Peraturan pemerintah pusat di atas menuntut kepala sekolah memberikan interpretasi dalam melakukan pengkajian untuk membuat sebuah kebijakan agar proses belajar mengajar tetap berjalan efektif dan efisien.
Interpretasi kepala sekolah terkait dengan kebijakan pendidikan terdapat rancangan biaya yang dianggarkan, sarana yang dipersiapkan, dan waktu yang dibutuhkan agar proses pembelajaran tetap berjalan dan mencapai cita-cita pendidikan nasional.
Hal tersebut sejalan dengan ungkapan (Zahruddin et al., 2018) bahwa pendidikan dan pembiayaan adalah dua komponen yang tidak bisa dipisahkan.
Karena pendidikan tidak dapat berjalan tanpa pembiayaan dan pembiayaan dapat menunjang berjalannya proses pendidikan.
Pembiayaan sendiri dalam proses belajar mengajar terdapat biaya langsung dan tidak langsung, biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan belajar mengajar, seperti pembelanjaan sarana prasarana, biaya transport, gaji guru dan lain-lain, sedangkan biaya tidak langsung adalah berupa keuntungan dan kesempatan yang hilang untuk mendapatkan penghasilan selama siswa belajar, dalam artian baiaya tidak langsung adalah waktu yang kita lewatkan untuk belajar, (Hayati & kadri, 2019).
Pembahasan yang berkaitan dengan biaya dan waktu, maka perlu kiranya membahas tentang konsep efektivitas dan efisiensi. Efektivitas menurut Sondang Siagian dalam (Ghofur, 2019), adalah pemanfaatan sumber daya dan sarana dengan jumlah tertentu secara terencana untuk menghasilkan barang dari hasil jasa kegiatan yang dijalankan. Dalam artian efektivitas adalah keberhasilan mencapai sebuah sarasaran dengan jangka waktu yang ditentukan, semakin mendekati keberhasilan sebuah sasaran maka semakin tinggi tingkat efektivitasnya. Di sisi lain (Ashari, 2019), mengungkapakan bahwa efektivitas adalah pencapaian keberhasilan sesuai dengan tujuan.
Sedangkan efesiensi berkaitan dengan ukuran banyaknya biaya dengan pencapaian. Sebagaiman yang diungkapkan oleh Mulyamah dalam (Ghofur, 2019), yaitu sebuah ukuran membandingkan banyaknya penggunaan yang
direncanakan dengan banyaknya penggunaan yang direalisasikan. Hal yang hampir sama diungkapkan oleh Mahmudi yang dikutip Abdul Halim (Ashari, 2019), bahwa efisiensi merupakan sebuah ukuran untuk melihat seberapa baik organisasi memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan sebuah output.
Dalam melihat hasil, efisiensi terbagi menjadi dua bagian, yaitu efisiensi alokasi dan efisiensi teknis. Efisiensi alokasi adalah kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya atau input dengan kapasitas optimal, sedangkan efisiensi alokasi adalah kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya input pada hasil atau output tertentu,(Ashari, 2019).
Berdasarkan penjelasan teori di atas menunjukkan bahwa efektivitas dan efisien adalah cara pandang untuk melihat suatu pencapaian yang menggunakan pengukuran waktu dan baiaya.
Pembelajaran terdiri dari beberapa konsep yang di antaranya adalah konsep awam, yang mengatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan di sekolah dan ada yang mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses transformasi yang diperoleh dari sebuah pengalaman,(Judge, 2008).
Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam (Kadir, 2013) bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas atau perlengkapan serta prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan. Dari beberapa unsur tersebut bisa dijabarkan menjadi beberapa komponen, unsur manusia terdiri dari siswa dan guru, material terdiri dari papan, kapur, foto, slid, audio, video dan lain-lain, fasilitas terdiri dari ruang kelas peralatan audio visual dan komputer, sedangkan prosedur terdiri dari jadwal, metode, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Pemahaman dari beberapa teori di atas menunjukkan bahwa efektivitas dan efisiensi pembelajaran adalah tepatnya anggaran dan sasaran dalam merubah peserta didik untuk mencapai tujuan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Menurut (Rohmawati, 2015), efektivitas pembelajaran adalah keberhasilan interaksi antar siswa, atau siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Lain halnya dengan ungkapan (Prameswari & Budiyanto, 2018), bahwa efektivitas pembelajaran adalah keatifan siswa untuk mengikuti pembelajaran kapanpun dan di manapun.
Sedangkan efisiensi pembelajaran menurut Degeng dalam (Irawan, 2021) bahwa efisienasi bisa diukur dari segi personalianya dan sarana belajar yang digunakan. Maksudnnya dari segi personalia adalah kemampuan memposisikan SDM sesuai dengan bakat dan minat, sedangkan dari segi sarana
adalah ketersediaan kebutuhan pembelajaran di lembaga, karena ketika terakumulasi secara keseluruhan, menunjukkan bahwa efisiensi pembelajar atau instruksional sudah tercapai dengan baik. Hal ini selaras dengan ungkapan Sass DKK, dalam(Steinberg & Garrett, 2016), bahwa guru lebih cepat meningkatkan kualitas pembelajaran di tempat masyarakat yang rata-rata berpenghasilan tinggi.
Efisiensi dan efektivitas sendiri mempunyai pemahaman yang sedikit berbeda, sebagaimana yang diungkapkan oleh Drucker dalam (Johnes et al., 2017), bahwa efisiensi mengacu pada melakukan hal yang benar sedangkan efektivitas berkaitan dengan melakukan yang benar. Maka dari itu untuk memahami apakah proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien bisa dilihat dari indikator keduanya.
Adapun indikator efektivitas dan efisiensi pembelajaran menurut John Carrol yang dikutip oleh Supardi dalam (Rohmawati, 2015), mengatakan bahwa indikator tersebut terdiri dari: 1) sikap, 2) kemampuan memahami pembelajaran, 3) ketekunan, 4) kesempatan, dan 5) kualitas pembelajaran.
G. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual disusun sebagai gambaran bagi pembaca terkait kerangka teori kebijakan agar pembaca bisa langsung paham terkait isi dan alur dari penelitian ini. Konseptualisasi kebijakan mempunyai urutan dan tahapan, adapun tahap kebijakan terdiri dari proses perumusan, implementasi, dan evaluasi, namun dari tiga prose tersebut dilaksanakan secara bertahap, yaitu dimulai dari tahap perumusan kebijakan, setelah proses perumusan selesai, baru pada tahap implementasi dan tahap evaluasi, tujuannya adalah untuk menemukan faktor pendukung dan penghambat, selain itu juga untuk melihat tingkat efektivitas dan efisiensi ataupun untuk mengembangkan program kebijakan.
Adapun teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini lebih condong pada teori Dunn, Egomwam dan Arif Rohman terkait bagaimana merumuskan sebuah kebijakan, melaksanakan, dan pengevaluasian kebiajkan. Selain itu, penulis akan mencoba mengkolaborasikan beberapa teori yang mempunyai kemiripan. Berikut kerangka konseptual yang telah kami sajikan dalam gambar 2.1.
Perumusan kebijakan yang dimaksudkan oleh Egomwam, bahwa dalam perumusan kebijakan terdiri dari, 1) perumusan tujuan, 2) identifikasi masalah, 3) penetuan agenda, 4) mencari alternatif sesuai dengan konsekuensi
masing-masing, dan 5) pengambilan keputusan yang nantinya akan menjadi aturan dan pedoman.
Sedangkan implementasi kebijakan berdasarkan teori Arif Rohman adalah 1) pengorganisasian, yaitu berkaitan dengan penataan sumber daya, unit, dan metode untuk mencapai tujuan, 2) interpretasi, berkaitan dengan penafsiran kebijakan agar menjadi pemahaman yang tepat, diterima, dan dilaksanakan oleh seluruh anggota organisasi, 3) aplikasi, yaitu berkaitan dengan konsistensi lembaga dalam menyediakan perlengkapan, pelayanan, dan pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan program.
Evaluasi kebijakan beradasrkan teori Dunn dituangkan sebagai alat pemeriksaan, pemeringkatan, dan penilaian untuk menganalisis hasil kebijakan.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Kebijakan H. Kajian Penelitian Terdahulu.
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berdasarkan dengan kajian terdahulu dan berkaitan dengan kebijakan pendidikan adalah:
1. Erma Fatmawati.
Jurnal (Fatmawati, 2019)dengan judul: “Kebijakan Pendidikan Dalam Perspektif Peran Birokrasi Dan Partisispasi Masyarakat” dalam penelitian ini terdapat pemahaman yang diambil dari kesimpulannya, yaitu bericara tentang implementasi kebijakan dan peran birokrasi dalam melaksanak proses pembelajaran dengan efektif dan efisien. Sedangkan penelitian yang akan diangkat oleh peneliti yaitu berkaitan dengan bagaimana kepala sekolah mengambil kebijakan tentang perumusan, pengimplementasian, dan evaluasi kebijakan serta hasil kebijakan dalam rangka efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran di masa pandemi covid-19. Hal inilah yang menjadi perbedaan dengan penelitian sebelumnya tentang rahasia pengambilan kebijakan hingga lembaga pendidikan tetap eksis di tengah-tengah kompleksnya keadaan.
2. Abdul Aziz.
Jurnal (Azis, 2017) dengan judul: “Manjemen Perumusan Kebijakan Pendidikan Di Pondok Pesantren Al-Munawir Komplek Q Krapyak Yogyakarta” dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tentang proses perumusan kebijan. Berdasarkan hasil penemuan dalam penelitian yang disusun oleh Abdul Aziz dalam kesimpulannya terdapat bahwa dalam perumusan kebijakan yang dillakukan oleh ketua pengrus pondok pesatren menggunakan pendekatan braimstorming dengan metode analisis internal dan eksternal yang melibatkan partisipasi seluruh lapisan pengurus, dewan pengurus, perwakilan santri dan wali santri, sedangkan pelaksanaannya didukung dengan adanya SOP untuk mencapai tujuan.
Evaluasi yang digunakan menggunakan dua metode, yaitu 1) metode formatif dan 2) metode sumatif.
Penelitian ini terdapat dua letak persamaan dan perbedaan. Letak persamaan dari penelitian yang diangkat oleh Abdul Aziz adalah berkaitan dengan perumusan kebijakan yang ditetapkan. Sedangkan letak perbedaannya, menunjukkan bahwa penelitian yang diangkat oleh Abdul Aziz terlalu fokus terhadap perumusan meskipun sedikit menyinggung terkait implementasi dan evaluasi kebijakan. sedangkan penelitian yang akan diangkat oleh peneliti akan mengungkap terkait rahasia dari pengambilan kebijakan yang ditetapkan oleh kepala sekolah di SMP Muslimah Sejati dalam rangka efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran, hingga lembaga tersebut tetap eksis di masa yang sangat krusial.
3. Benny Prasetiya.
Jurnal (Prasetiya, 2019) dengan judul: “Mengungkap Analisis Dan Evaluasi Kebijakan Tentang Pendidikan Keagamaan Di Indonesia”
penelitian ini bertujan untuk mnegungkap terkait inplementasi kebijakan yang diintervensi oleh pemerintah tentang pendidikan keagamaan. Dalam penelitian yang dirumuskan oleh Benny terdapat beberapa temuan yang tercantum dalam kesimpulan yang diambil.
Kesimpulan yang didapat yaitu berkaitan dengan lahirnya Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Keagmaan dan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional. Dengan adanya peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah menunjukkan bahwa lembaga pendidikan keagmaan harus mengikuti dan menunjang keberhasilan tujuan pendidikan nasional dengan cara melaksnakan kurikulum yang sudah ditentukan. Di sisi lain tujuan dari peraturan pemerintah terkait implementasi kebijakan yang sudah ditetapkan yaitu bersifat regulatif, deregulatif, dinamisasi dan stabilitas.
Penelitian yang diangkat oleh Benny Prasetiya mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang diangkat oleh peneliti.
Letak persamaannya yaitu berkaitan dengan kebijakan. sedangkan perbedaannya, terkait rahasia yang diungkap, dalam penelitian Benny Prasetiya mengungkap terkait kebijakan publik dalam dunia pendidikan keagamaan yang berkaitan denagan PP. dan UU. Sedangkan penelitian yang akan diungkap oleh peneliti terkait kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah demi eksistensi lembaga pendidikan saat pandemi, selain itu juga mempunyai variabel yang berbeda.
4. Muh Shulthon Rachmandani.
Jurnal (Rachmandhani, 2020) dengan judul: “Model kebijakan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di SD Muhammadiyah 1 Ponorogo” penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan model kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah, hingga mampu mengantarkan SD Muhammadiyah 1 Ponorogo menjadi sekolah yang bermutu dengan raihan prestasi-prestasi dari berbagai ajang.
Penelitian yang diungkap oleh Muh Shulthon Rachmandani membawakan hasil sebagaimana yang tertera dalam kesimpulan yang diambil yaitu, bahwa dalam proses perumusan kebijakan terdapat beberapa cara, yang di antaranya: 1) identifikasi, 2) penyusunan, 3) membuat proposal, dan 4) pengesaha kebijakan.
Berdasarkan fakta yang ada menunjukkan bahwa kebijakan yang diambil oleh kepala sekolah berjalan dengan baik, meskipun ada beberapa faktor yang menyebabkan kebijakan kurang efektif, sedangkan model kebijakannya menggunakan model kebijakan linier.
Peneliatian ini juga mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan diangkat oleh peneliti. Letak persamaannya yaitu berkaitan dengan kebijakan sedangkan letak perbedaannya terkait dengan fakta yang akan diungkap. Penelitian sebelumnya mengungkap terkait dengan model dan mutu, sedangkan penelitian yang akan diangkat berkaitan dengan pengambilan kebijakan dan eksistensi lembaga saat masa pandemi.
5. Rokim
Jurnal (Rokim, 2019) dengan judul: “Analisis Kebijakan Pendidikan Versi Dunn Dan Implementasinya Dalam Pendidikan Islam”
dalam penelitian ini bermaksud mengungkap hasil kebijakan berdasar versi Dunn dalam pengimplementasiannya.
Penelitian yang diungkap oleh Rokim terdapat penemuan dalam pendekatan analisis kebijakan, yaitu pendekatan deskriptif dan normatif.
Deskriptif bermaksud untuk menyajikan informasi apa adanya kepada pemilik kebijakan, sedangkan normatif bertujuan untuk membantu menyalurkan pemikiran kepada pemegang kebijakan dalam memecahkan masalah.
Dari beberapa penelitian yang dikemukakan di atas, peneliti merasa menemukan permasalahan yang harus diuangkap dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan pengambilan kebijakan pendidikan oleh kepala sekolah di masa pandemi covid-19 khususnya SMPIT dan SMAS-IT Muslimah Sejati untuk menjalankan efektivitas dan efisiensi pembelajaran demi eksistensi lembaga, karena pada kenyataannya banyak lembaga-lembaga formal yang vakum akibat dari wabah yang melanda.
28 BAB III
METODE PENNELITIAN DAN JADWAL PENELITIAN A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan sebuah cara untuk mengungkap suatu kebenaran melalui penelusuran mendalam sesuai fakta dan realita. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Model Penelitian
Penelitian dalam karya ilmiah ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriftif, yaitu mencari informasi secara menyeluruh dan mendalam. Menurut Sugiyono dalam (Sukmadinata, 2012), penelitian kualitatif merupakan metode penelitian dengan kondisi obyek yang alamiah, di mana seorang peneliti sebagai instrumen kunci, dan penelitian kualitatif lebih menekankan pada substansi maknanya.
Model di atas, dilakukan untuk mengetahui informasi yang mendalam mengenai” Analisis Pengambilah Kebijakan Masa Pandemi Covid-19 Di SMPIT dan SMAS-IT Muslimah Sejati Dalam Rangka Efektivitas Dan Efisiensi Pembelajaran”, dari itu peneliti bermaksud ingin menganalisis bagaimana Kepala Sekolah melakukan langkah yang tepat dalam pengambilan kebijakan, agar tidak terjadi ketimpangan antar satu murid dengan murid yang lainnya, dengan artian adil dan merata dalam penyelenggaraan pendidikan. Kemudian dengan hasil analisis tersebut kami akan mengambil kesimpulan yang tidak lepas dengan kerangka teori.
2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah setiap komponen masyarakat yang ada di lingkungan lembaga SMPIT dan SMAS-IT Muslimah Sejati sebagai objek dari penelitian yang terdiri dari Kepala sekolah, waka kurikulum, wali kelas, guru, tempat, dan situasi lembaga SMPIT dan SMAS-IT Muslimah Sejati.
3. Sampel
Sampel penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling, dengan tujuan tidak memberikan kesempatan yang sama pada setiap individu dalam populasi untuk dijadikan sebagai narasumber. Penentuan sumber data (teknik sampling) yang akandi wawancarai dilakukan secara purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu. Sehingga dalam pengambilan sumber data, subjek yang akan dijadikan narasumber adalah orang yang mengetahui, memahami dan mengalami situasi sosial yang akan diteliti, yaitu
terdiri dari kepala sekolah, 4 guru, 4 wali kelas dan Waka Kurikulum SMPIT dan SMAS-IT Muslimah Sejati.
4. Unit of analysis
a. Kepala sekolah SMPIT dan SMAS-IT 1) Yang masih beroprasi
2) Memenuhi 3M dalam jenis penelitian kualitatif, yakni mengetahui, memahami, dan mengalami.
b. Waka Kurikulum SMPIT Dan SMAS-IT 1) Yang masih aktif.
d. Wali kelas SMPIT dan SMAS-IT
1) Yang sedang aktif dan terlibat dalam menentukan kebijakan.
2) Memenuhi 3M 5. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini tertuju pada lembaga pendidikan di SMPIT dan SMA Muslimah Sejati berkaitan dengan kebijakan yang diambil agar lembaga pendidikan tetap eksis di masa pandemi covid-19. Berdasarkan fokus tersebut penelitian ini ingin menganalisis kebijakan pendidikan berkaitan dengan pembelajaran yang di dalamnya terdapat reformulasi, implementasi, evaluasi, dan efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
6. Metode Pengumpulan Data a. Observasi
Peneliti akan menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Di sini peneliti menggunaka model participant observer, yaitu peneliti tidak hanya menjadi seorang pengamat namun peneliti juga terlibat langsung dalam aktivitas pelaksanaan kebijakan, yang terdiri dari formulasi, implementasi, evaluasi, efektivitas dan efisiensi pembelajaran di SMPIT dan SMAS-IT Muslimah Sejati.
b. Wawancara
Peneliti akan melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi dengan cara tanya jawab melalui tatap muka dengan informan.Wawancara yang digunakan yaitu wawancara tertutup dan
terbuka untuk mendapat informasi yang mendalam. Adapaun responden yang akan diwawancara adalah bagian kepala sekolah, waka kurikulum, wali kelas, dan guru, yang berkaitan dengan i formulasi, implementasi, evaluasi, efektivitas dan efisiensi pembelajaran di SMPIT dan SMAS-IT Muslimah Sejati.
c. Dokumentasi
Peneliti akan melakukan dokumentasi dengan cara mengumpulkan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen akan berbentuk tulisan (transkrip), gambar, atau karya-karya monumental lainnya. Dokumen yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan perumusan, implementasi, evaluasi, dan hasil dari kebijakan itu sendiri.
Berikut gambaran terkait pengumpulan data yang berkatan dengan kebijakan, sebagaimana tergambar dalam gambar 3.1
Gambar 3.1 Skema Pengambilan Data
7. Tekhnik Analisis Data
Setelah informasi dari hasil wawancara diperoleh, maka tahap selanjutnya adalah melakukan transkrip, yaitu menyusun ulanginformasi dari responden dan tempat kejadian secara apa adanya. Selanjutnya meng-codding yaitu
Perumusan
implementa si Evaluasi
wawancara
dokume ntasi
observasi Kebijakan
memberikan label pada jawaban responden. Label yang akan digunakan berdasarkan tema-tema yang berhubungan dengan sub variable dan variable induk. Langkah selanjutnya adalah Groupping yaitu mengelompokan pertanyaan dan jawaban informan pertema. Dalam hal ini tidak semua jawaban masuk dalam tema yang diangkat dalam penelitian. Setelah pertanyaan dan jawaban dikelompokkan pertema, maka langkah selanjutnya adalah mencari persamaan dan perbedaan dalam jawaban informan yang diteliti.
Berdasarkan hal itu, peneliti akan melakukan beberapa langkah agar penelitian ini menjadi akurat dan terpercaya, langkah tersebut yaitu:
Berdasarkan hal itu, peneliti akan melakukan beberapa langkah agar penelitian ini menjadi akurat dan terpercaya, langkah tersebut yaitu: