• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

2.1.3 Ciri-ciri Fisik dari Air

Ciri-ciri fisik yang utama dari air adalah bahan padat keseluruhan yang terapung dan yang terlarut, kekeruhan, warna, rasa dan bau dan suhu.

a. Bahan padat keseluruhan

Bahan padat keseluruhan ditetapkan dengan menguapkan suatu contoh air dan menimbang sisanya yang telah kering. Bahan padat terapung didapat dengan menyaring suatu contoh air perbedaan antara bahan padat keseluruhan dan bahan padat terapung merupakan bahan padat terlarut. Tergantung pada besar lubang saringan kertas yang dipergunakan, sebagian dari bahan koloidal akan juga dihitung sebagai bahan padat terapung. Informasi tentang bahan padat keseluruhan dipergunakan untuk perencanaan sarana-sarana pengelolahan air.

Konsentrasi bahan padat terlarut keseluruhan, bersama-sama dengan suatu analisis kimiawi terperinci, dipergunakan untuk menguji kecocokan berbagai sumber air untuk berbagai pemanfaatan, misalnya industri dan pertanian (Sasongko,1985).

b. Kekeruhan

Kekeruhan mengurangi kejernihan air dan diakibatkan oleh pencemar-pencemar yang terbagi halus, dari manapun asalnya yang ada di dalam air.

Kekeruhan biasanya disebabkan oleh lempung, lanau, partikel-partikel tanah dan pencemar-pencemar koloidal lainnya. Tingkat kekeruhan tergantung pada kehalusan partikel-partikel dan konsentrasinya. Di waktu yang lalu, standar untuk perbandingan adalah Turbidimeter Jackson. Dengan alat ini kekeruhan ditetapkan sebagai ukuran kedalaman air yang dibutuhkan untuk menghilangnya bayangan cahaya lilin, sekarang kekeruhan diukur dengan suatu turbidimeter yang mengukur gangguan lintasan cahaya melalui suatu contoh air. Air permukaan yang mengalami kenaikan tingkat kekeruhan yang besar setelah terjadinya hujan sering disebut sebagai air yang mengkilat. Air semacam ini lebih sulit untuk diolah daripada air yang tingkat kekeruhannya hampir-hampir tetap (Sasongko,1985).

c. Warna

Air kadang-kadang mengandung warna yang banyak diakibatkan oleh jenis-jenis tertentu oleh bahan organik yang terlarut dan koloidal yang terbilas dari tanah atau tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Warna teh adalah suatu contoh tentang warna organik yang koloidal. Warna yang sebenarnya terjadi karena pencemar terlarut. Limbah dari kegiatan industri sering menjadi sebab dari adanya warna di dalam air. Intensitas warna diukur dengan perbandingan visual dari contoh air yang bersangkutan dengan tabung Nessler, yaitu tabung-tabung gelas yang berisi intesitas warna-standar yang berbeda (Sasongko, 1985).

d. Rasa dan bau

Rasa dan bau pada air disebabkan oleh adanya bahan organik yang membusuk atau bahan kimia yang mudah menguap. Pengukurannya dengan melarutkan contoh air yang bersangkutan hingga rasa dan baunya tak dapat lagi ditemukan dengan pengujian oleh manusia. Air minum secara praktis harus bebas dari warna, rasa dan bau (Sasongko, 1985).

e. Suhu

Suhu air merupakan hal yang penting jika dikaitkan dengan tujuan penggunaan, pengolahan untuk membuang bahan-bahan pencemar serta pengangkutannya. Suhu tergantung pada sumber airnya. Suhu air tanah akan bervariasi menurut kedalaman dan ciri-ciri akifer yang menjadi sumber air itu.

Suhu air permukaan yang disadap dari suatu waduk yang dalam bervariasi juga menurut kedalamannya (Sasongko, 1985).

Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20-26ºC). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara, berarti mengandung zat-zat tertentu atau sedang terjadi proses tertentu yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air (Kusnaedi, 2010).

2.1.4 Ciri-ciri Kimiawi Air

Sebagai pengukur sifat keasaman atau kebasaan air diambil nilai pH yang didefenisikan sebagai logaritma dari pulang-baliknya konsentrasi ion hidrogen dalam mol per liter. Air murni pada 24˚C ditimbang berkenaan dengan ion-ion H+ dan OH- dan ternyata mengandung 10-7 mol per liter dari tiap-tiap jenis dengan demikian, pH dari air netral adalah 7. Air yang pH nya kurang dari 7, bersifat

asam, sedangkan pH nya yang lebih dari itu, bersifat basa. Nilai pH air biasanya didapat dengan suatu potensiometer yang mengukur potensial listrik yang dibangkitkan oleh io-ion H+ atau dengan bahan celup penunjuk warna, misalnya methyl orange atau phenolphthalein (Sasongko, 1985).

Kation-kation dan anion-anion terlarut yang dimuat adalah yang utama terdapat pada kebanyakan air di seluruh dunia. Penyebaran dari jenis-jenis tertentu tergantung pada sumber airnya. Bila suatu analisis kimiawi air dilaksanakan dengan benar maka jumlah-jumlah anion dan kation yang dinyatakan dalam miligram per liter harus sama untuk dapat memenuhi asas netralitas listrik. Aturan ini dapat dipergunakan untuk memeriksa ketelitian analisis dan untuk menetapkan apakah ada bahan-bahan kandungan lain yang belum diketahui (Sasongko, 1985).

Alkalinitas air adalah pengukuran kapasitasnya untuk menetralisir asam-asam. Pada air alamiah, alkalinitas dikaitkan dengan konsentrasi bikarbonat, karbonat, dan hidroksidanya. Alkalinitas keseluruhan biasanya dinyatakan dengan padanan kalsium karbonat dalam milligram per liter. Keasamaan dinyatakan dalam jumlah kalsium karbonat yang dibutuhkan untuk menetralisir air itu (Sasongko, 1985).

Karbon dioksida adalah salah satu gas minor yang ada di atmosfir dan merupakan hasil akhir dari pembusukan biologis, baik yang aerobik maupun anaerobik. Air hujan dan kebanyakan persediaan air permukaan mengandung sejumlah kecil karbon dioksida (biasanya kurang dari 5 mg/L), tetapi air tanah dapat mengandung jumlah yang banyak akibat pembusukan biologis dari bahan-bahan organik. Adanya karbon dioksida merupakan hal yang penting, karena mempengaruhi pH air menimbulkan karat bagi kebanyakan sistem pipa dan

mempengaruhi kebutuhan dosis bila dipergunakan pengolahan kimiawi (Sasongko, 1985).

Air tanah seringkali mempunyai kesadahan lebih dari 300 mg/L sebagai CaCO3. Air permukaan alamiah biasanya lunak karena tidak mempunyai banyak kesempatan untuk bersentuhan dengan bahan-bahan mineral. Agar operasi ketel dan pencucian komersial memuaskan, kesadahan air harus kurang dari 50 mg/L sebagi CaCO3 (Sasongko, 1985).

Hantaran suatu contoh air ditetapkan dengan mengukur tahanan listrik nya antara dua elektroda dan memperbandingkan tahanan ini dengan tahanan suatu larutan potassium klorida baku pada 250C. Bagi kebanyakan air, konsentrasi bahan padat terlarut dalam milligram per liter sama dengan 0,55 hingga 0,7 kali hantaran dalam mikrosiemens per sentimeter pada 25 0C. Nilai yang pasti dari koefisien ini tergantung pada jenis garam yang ada di dalam air (Sasongko, 1985).

2.1.5 Ciri-ciri Biologis Air

Organisme mikro biasa terdapat dalam air permukaan, tetapi pada umumnya tidak terdapat pada kebanyakan air tanah, karena penyaringan oleh akifer. Jenis-jenis organisme mikro yang mungkin terdapat di dalam air sekarang ini disebut binatang, tumbuh-tumbuhan dan protista. Organisme mikro yang paling dikenal adalah bakteri. Virus-virus yang tidak termasuk dalam daftar, biasanya digolongkan terpisah menurut tuan rumah yang mereka jangkiti (Sasongko, 1985).

2.1.6 Mutu Air dan Baku Mutu Air a. Mutu air

Mutu air dinilai dalam pengertian ciri-ciri fisik, kimiawi dan biologisnya serta tujuan pengunaannya sebagai contoh, walaupun air suling ditinjau dari segi fisik, kimiawi dan bakteriologis murni, tetapi rasanya agak tawar dan sangat menimbulkan karat. Telah ditunjukkan berkali-kali bahwa air yang mengandung bahan terlarut akan jauh lebih lezat daripada air murni. Pertanyaannya kemudian adalah bahan kandungan yang manakah dan berapakah konsentrasi bahan kandungan yang diperbolehkan sebelum suatu air tidak lagi dapat diterima dari segi pertimbangan estetika, kesehatan atau ekonomi. Baku mutu air ditetapkan untuk memberikan batas bagi pengertian tidak lagi dapat diterima (Sasongko, 1985).

Mutu air bila dinilai berdasarkan kandungan pencemar (kontaminan) fisik, kimiawi dan biologisnya, maka mutu tersebut akan tergantung pada sejarah air itu sebelumnya. Air menangkap pencemar-pencemar sejak saat pembentukannya di awan. Beberapa pencemar tidaklah berbahaya, yang lain secara estetik mungkin bersifat opensif atau bahkan berbahaya berkenaan dengan tujuan pemakaian airnya. Untuk menetapkan mutu air atau memperbandingkan air satu dengan yang lainnya, diperlukan dasar penetapan mutu atau dasar perbandingan yang harus dilakukan, biasanya dasar ini ditetapkan dalam pengertian kebutuhan mutu untuk suatu pemanfaatan spesifik dari air yang bersangkutan (Sasongko, 1985).

Kriteria mutu air adalah nilai-nilai yang didasarkan pada pengalaman dan kenyataan ilmiah yang dapat dipergunakan oleh pemakainya untuk menetapkan manfaat-manfaat relatif dari air tertentu, sedangkan baku mutu air biasanya

ditetapkan oleh badan-badan pengatur untuk menetapkan taraf batas bagi berbagai bahan kandungan yang dapat disetujui sesuai dengan tujuan pemanfaatannya (Sasongko, 1985).

a. Baku mutu air

Baku mutu air yang diambil oleh badan-badan pengatur biasanya didasarkan pada salah satu atau beberapa hal di bawah ini:

1. Praktek yang ditetapkan atau yang sudah berjalan.

2. Perolehan (baku tersebut harus dapat diperoleh dengan mudah atau dengan wajar).

a. Secara teknologis b. Secara ekonomis

3. Perkiraan ilmiah dengan mempergunakan informasi terbaik yang ada.

4. Percobaan-percobaan (misalnya percobaan dengan binatang).

5. Pengalaman berdasarkan akibat terhadap manusia.

a. Mengambil keuntungan dari suatu bencana yang terjadi.

b. Dengan percobaan langsung terhadap manusia.

6. Model matematik (misalnya peluang, mode, percentile, jumlah coliform yang paling mungkin) (Sasongko, 1985).

2.1.7 Sumber Air a. Air Angkasa (hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu,

mikroorganisme, misalnya karbon dioksida, nitrogen dan amonia (Chandra, 2007).

b. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah maupun lainnya (Chandra, 2007).

c. Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan (Chandra, 2007).

2.1.8 Air Baku

Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum, air baku merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih. Air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Sumber air baku dapat berasal dari sungai, danau, sumur air dalam, mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air laut (Sutrisno, 2004).

2.1.9 Air Reservoir

Air reservoir merupakan air yang telah melalui serangkaian proses pengolahan yang siap untuk diteruskan pada konsumen. Air tersebut sebelumnya

juga telah di injeksi klorin cair yang disebut post chlorination yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen sehingga air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan di tampung pada bak reservoir untuk diterusan pada konsumen (Sutrisno, 2004).

Air yang telah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan ditampung pada bak reservoir (tandon) untuk diteruskan pada konsumen. Untuk keperluan pemakaian terbanyak pada pukul 16.00-18.00 diperlukan tandon minimum 10% debit/harinya (Sutrisno, 2004).

2.2 Mangan

2.2.1 Karaketristik Mangan

Logam mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Mn dan nomor atom 25, berwarna silver metalik, keras dan sangat rapuh.

Logam mangan mampu menimbulkan keracunan kronis pada manusia hingga berdampak menimbulkan lemah pada kaki, muka kusam dan dampak lanjutan bagi manusia yang keracunan Mn bicaranya lambat dan hyperrefleksi (Nainggolan, 2011).

2.2.2 Kegunaan Mangan

Mangan merupakan salah satu logam yang kandungannya paling besar di dalam kerak bumi, biasanya ada bersama dengan besi. Zat ini digunakan terutama dalam pembuatan besi dan lapisan baja, sebagai oksidan untuk proses pembersihan, pemutihan dan desinfeksi, sebagai kalium permanganat dan sebagai komposisi dalam berbagai produk, akhir-akhir ini mangan digunakan sebagai senyawa organik, MMT sebagai peningkat bilangan oktan dalam bensin. Batu

kapur mangan digunakan di beberapa daerah pengolahan air minum. Mangan merupakan unsur esensial bagi manusia dan hewan lain serta terbentuk secara alami dalam berbagai sumber makanan. Bentuk oksidatif yang paling penting untuk lingkungan dan biologi adalah Mn2+, Mn4+, dan Mn7+. Mangan terbentuk secara alami di banyak sumber air permukaan dan air tanah, terutama dalam kondisi anaerob ataupun kondisi oksidasi yang rendah, serta sumber tersebut merupakan sumber yang paling penting untuk air minum (Widyastuti, 2011).

Di alam mangan juga dapat ditemukan dalam makanan, seperti kacang legume, biji-bijian dan daun sayuran. Mangan merupakan nutrisi yang essensial untuk kesehatan tubuh, untuk pencegahan dan pengobatan kekurangan mangan dalam tubuh, untuk tulang-tulang yang lemah (osteoporosis) dan anemia. Oleh sebab itu maka mangan digunakan juga sebagai suplemen untuk osteoarthritis (Sembel, 2015).

Dalam biologi, ion-ion Mn berfungsi sebagai kofaktor dari banyak jenis enzim seperti hidrolase, ligase, transferase dan oksidoreduktase serta dalam tumbuhan Mn berfungsi dalam proses fotosintesis dalam kloroplas (Sembel, 2015).

Dalam industri, Mn digunakan untuk pencegahan terjadinya karat dan korosi pada baja. Ion-ion Mn digunakan dalam industri untuk berbagai bentuk warna serta pembuatan baterai alkalin. Mangan dipergunakan juga dalam pembuatan baja dan sebagai komponen penting dalam pembuatan baja tahan karat. Kegunaan lainnya dari Mn adalah sebagai agen campuran aluminium yang banyak dipergunakan untuk kaleng-kaleng minuman, selain itu Mn dipergunakan dalam pembuatan cat (Sembel, 2015).

Peran biologis utama dari Mn adalah untuk kesehatan manusia karena Mn sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan, untuk metabolisme makanan dan sistem antioksidan (Sembel, 2015).

2.2.3 Kelebihan Mangan (Mn)

Kelebihan Mn akan mengakibatkan penyakit yang disebut manganism suatu bentuk kelainan dalam sistem persarafan yang dapat menunjukkan gejala-gejala, seperti penyakit Parkinson, senyawa-senyawa Mn memang kurang beracun dibandingkan dengan logam-logam lainnya, seperti nikel dan tembaga. Keracunan Mn dapat menyebabkan kelainan kognitif bahkan mengganggu sistem persarafan pusat sebagaimana ditemukan pada tikus (Sembel, 2015).

2.2.4 Masalah Lingkungan

Mangan yang berasal dari air lebih mudah terserap oleh tubuh daripada yang berasal dari bahan makanan. Dilaporkan bahwa eksposur yang tinggi terhadap Mn yang berasal dari air minum berasosiasi dengan peningkatan kelainan intelektual dan menurunkan intelligence quotients (IQ) pada anak-anak sekolah. Methylcyclopentadienyl Manganese Tricarbonyl (MMT) adalah bahan tambahan dalam bensin untuk menggantikan senyawa timbal untuk bensin yang tidak bertimbal. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan jumlah oktan namun bahan bakar yang mengandung Mn dapat membentuk karbit mangan yang dapat merusak katup pembungan gas (Sembel, 2015).

2.2.5 Kajian Toksikologi

Mangan merupakan unsur essensial bagi manusia dan hewan lain. Efek negatifnya dapat terjadi, baik akibat defisiensi maupun pajanan yang berlebih.

Mangan diketahui dapat menimbulkan efek neurologis setelah pajanan melalui

inhalasi, terutama di lingkungan kerja dan terdapat temuan epidemiologi yang melaporkan efek neurologis negatif setelah pajanan terhadap kadarnya yang tinggi di dalam air minum, namun ada sejumlah faktor pengganggu potensial yang penting dalam studi tersebut, dan sejumlah studi lainnya tidak dapat membuktikan adanya efek negatif akibat pajanan melalui air minum. Data hewan, terutama data hewan pengerat, tidak dapat diperhitungkan dalam pengkajian resiko untuk manusia karena persyaratan untuk mangan sangat beragam antar spesies, selanjutnya hewan pengerat tidak terlalu berguna dalam mengkaji efek neuro perilaku karena efek neurologis (misalnya tremor, gangguan gaya jalan) yang tampak pada primata sering kali mendahului atau disertai dengan gejala psikologis (misalnya iritabilitas (mudah marah), kelabilan emosi) yang tidak tampak pada tikus. Satu-satunya studi primata tersebut memiliki sedikit kegunaan dalam pengkajian resiko kuantitatif karena hanya satu kelompok dosis yang dikaji dalam sejumlah kecil hewan dan makanan utama tidak ditambahi dengan mangan (Widyastuti, 2011).

2.3 Kolorimetri

Analisa kolorimetri ialah penentuan secara kuantitatif suatu zat berwarna dari kemampuannya untuk mengabsorpsi cahaya tampak. Pengertian lain tentang kolorimetri ialah cara penetapan jumlah zat dengan memperhatikan warnanya, atau lebih tepat memperhatikan intensitas (kekelaman) warna larutannya (Jamil, 2007).

Penentuan berdasarkan kolorimetri dilakukan dengan sederetan larutan, masing-masing diketahui dengan tepat konsentrasinya. Larutan yang dicari konsentrasinya dibandingkan dengan deretan standar. Konsentrasi yang dicari

adalah konsentrasi standar yang warnanya sama dengan larutan yang dianalisa.

Kemungkinan besar tidak satupun standar yang warnanya sama, tetapi intensitas warna larutan cuplikan terdapat diantara dua buah standar. Artinya konsentrasi larutan terdapat diantara konsentrasi kedua standar tersebut (Jamil, 2007).

Menurut Basset (1994), kolorimetri terbagi menjadi dua, yakni:

1. Kolorimetri visual 2. Kolorimetri fotolistrik.

Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya digunakan sebagai sumber cahaya. Penetapannya biasa dilakukan dengan suatu instrumen sederhana yang disebut kolorimeter pembanding (comparator) warna, dan perbedaan intensitas warna dilihat dengan menggunakan mata, sementara itu dalam kolorimetri fotolistrik, sel fotolistrik digunakan untuk mengukur intensitas cahaya. Pada alat ini cahaya yang digunakan dibatasi dalam jangka panjang gelombang yang relatif sempit dengan melewatkan cahaya putih melalui filter-filter dalam bentuk lempengan berwarna yang terbuat dari kaca, gelatin dan sebagainya (Basset, 1994).

Keuntungan utama metode kolorimetri adalah bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.

Batas atas metode kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen yang ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2%. Kriteria untuk hasil analisis kolorimetri yang memuaskan:

1. Kespesifikan reaksi warna

Reaksi warna yang dipilih hendaklah merupakan reaksi yang spesifik (hanya menghasilkan warna untuk zat sehubungan saja).

2. Kestabilan warna

Reaksi warna yang dipilih hendaknya menghasilkan warna yang cukup stabil (periode warna maksimum cukup panjang) untuk memungkinkan pengambilan pembacaan yang tepat. Dalam ini pengaruh zat-zat lain dan kondisi eksperimen (temperatur, pH) haruslah diketahui.

3. Kejernihan larutan

Larutan harus bebas dari endapan karena kekeruhan akan menghamburkan maupun menyerap cahaya.

4. Kepekaan tinggi

Diperlukan reaksi warna yang sangat peka bila kuantitas zat yang akan ditetapkan sangat kecil (Basset, 1994).

BAB III

METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat Pengujian

Pengujian analisis perbandingan kadar mangan dengan cara kolorimetri pada air baku dan air reservoir dilakukan di Laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua yang beralamat di Jalan Pamah, Deli Tua Kab.

Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah bola karet, beaker glass, Colorimeter DR/890, kuvet 25 ml dan pipet volume 10 ml.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan ialah pillow ascorbic acid powder, alkaline cyanide reagent, PAN indicator solution 0,1%, air demin, sampel air baku dan sampel air reservoir.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Air Demineralisasi

- Dituang 10 ml sampel ke dalam kuvet 25 ml.

- Ditambahkan 1 pillow ascorbic acid powder ke dalam kuvet, ditutup dan diaduk sampai larut.

- Ditambahkan 12 tetes alkaline cyanide reagent solution ke dalam kuvet, diaduk sampai larut.

- Ditambahkan 12 tetes PAN indicator solution 0,1% ke dalam kuvet, diaduk sampai larut.

- Setelah 2 menit masa reaksi, dibersihkan kuvet dengan tissue.

- Ditekan “STORED PROGRAM” Pilih Program “43 Manganese, LR PAN”.

- Ditekan “TIMER OK”.

- Dimasukkan kuvet yang berisi air demineralisasi ke dalam kolorimeter DR/890.

- Ditekan “ZERO” layar akan menunjukkan hasil 0,000 mg/L Mn.

3.3.2 Air Baku

- Dituang 10 ml sampel ke dalam kuvet 25 ml.

- Ditambahkan 1 pillow ascorbic acid powder ke dalam kuvet, ditutup dan diaduk sampai larut.

- Ditambahkan 12 tetes alkaline cyanide reagent solution ke dalam kuvet, diaduk sampai larut.

- Ditambahkan 12 tetes PAN indicator solution 0,1% ke dalam kuvet, diaduk sampai larut.

- Setelah 2 menit masa reaksi, dibersihkan kuvet dengan tissue.

- Dimasukkan kuvet yang berisi air demineralisasi ke dalam kolorimeter DR/890.

- Ditekan “READ” layar akan menunjukkan hasil mg/L Mn.

3.3.3 Air Reservoir

- Dituang 10 ml sampel ke dalam kuvet 25 ml.

- Ditambahkan 1 pillow ascorbic acid powder ke dalam kuvet, ditutup dan diaduk sampai larut.

- Ditambahkan 12 tetes alkaline cyanide reagent solution ke dalam kuvet, diaduk sampai larut.

- Ditambahkan 12 tetes PAN indicator solution 0,1% ke dalam kuvet, diaduk sampai larut.

- Setelah 2 menit masa reaksi, dibersihkan kuvet dengan tissue.

- Dimasukkan kuvet yang berisi air demineralisasi ke dalam kolorimeter DR/890.

- Ditekan “READ” layar akan menunjukkan hasil mg/L Mn.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Tabel perbandingan kadar Mangan (Mn) dalam Air Baku dan Air Reservoir Sungai Deli Tua ialah:

Tabel 4.1 Perbandingan kadar Mangan pada air baku dan air reservoir

Tanggal Jam

Turbidity (NTU) pH Mn (mg/L)

Baku Reservoir Baku Reservoir Baku Reservoir

04/05- 2016 09.00 112 0,88 7,1 6,9 0,345 0,018 mangan, begitu juga pada air reservoir semakin tinggi kekeruhan semakin tinggi

konsentrasinya pada air bersih telah ditetapkan pada Permenkes RI No. 416/

Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih.

Kekeruhan memiliki satuan Nephelometrik Turbidity Units (NTU) disebabkan karena adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain.

Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan seringkali bersifat kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan saraf insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng. Bila pemaparan berlanjut maka, bicaranya melambat dan monoton, terjadi hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit dan berjalan seperti penderita

Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan seringkali bersifat kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan saraf insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng. Bila pemaparan berlanjut maka, bicaranya melambat dan monoton, terjadi hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit dan berjalan seperti penderita

Dokumen terkait