• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR MANGAN PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI

IPA DELI TUA DENGAN METODE KOLORIMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH:

YOHANA WINNER MARBUN NIM 132410054

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR JUDUL

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR MANGAN PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI

IPA DELI TUA DENGAN METODE KOLORIMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

YOHANA WINNER MARBUN NIM 132410054

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Perbandingan Kadar Mangan Pada Air Baku Dan Air Reservoir Di PDAM Tirtanadi IPA Deli Tua Dengan Metode Kolorimetri”.

Tujuan penyusunan tugas akhir ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Deli Tua.

Selama menyusun Tugas Akhir ini, penulis juga mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapakan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hasibuan, M.Si., Apt., sebagai wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.Sc., Apt., sebagai Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

4. Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt., sebagai Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberikan petunjuk dan saran sampai selesainya Tugas Akhir ini.

5. Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., sebagai Dosen Pembimbing Akademik, Bapak dan ibu dosen beserta seluruh staff pengajar

(5)

program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

6. Ibu Ade Trisna Purba, S.T., sebagai Kepala pengendalian Mutu dan pembimbing PKL yang telah banyak membantu kami dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PDAM Tirtanadi IPA Deli Tua.

7. Bapak Dedy Rismanto dan Ibu Endang Sari Sitepu, sebagai analis di laboratorium PDAM Tirtanadi IPA Deli Tua.

8. Keluarga tercinta Ayahanda Januari Marbun, Ibunda Nurliana Sinaga, serta abang dan adik-adik penulis Jefri Marbun, Mawar Marbun dan Jesiska Pratiwi Marbun yang telah banyak memberi semangat, motivasi, serta doa hingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

9. Sahabat-sahabat penulis, Indra R.N , Yustina, Devi, Citra dan Roito yang senantiasa memberi semangat, motivasi serta doa hingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

10. Seluruh teman-teman mahasiswa/mahasiswi Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2013 yang telah memberikan semangat kepada penulis agar cepat menyelesaikan tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

(6)

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2016 Penulis,

Yohana Winner Marbun NIM 132410054

(7)

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama : Yohana Winner Marbun

Nomor Induk Mahasiswa : 132410054

Program Studi : Analis Farmasi dan Makanan Judul Tugas Akhir :

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar ahli madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana semestinya.

Medan, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

Yohana Winner Marbun

NIM 132410054

Analisis Perbandingan Kadar Mangan Pada Air Baku dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Deli Tua dengan Metode Kolorimetri

(8)

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR MANGAN PADA AIR BAKU DAN AIR RESERVOIR DI PDAM TIRTANADI IPA

DELI TUA DENGAN METODE KOLORIMETRI ABSTRAK

Air minum merupakan kebutuhan manusia yang paling penting, agar tetap sehat air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan biologi. Kualitas air minum harus mendapatkan perhatian utama karena sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air, sehingga air yang dikonsumsi haruslah higienis, tidak hanya tidak berasa, berwarna dan berbau, akan tetapi kandungan mikroba ataupun unsur-unsur logam harus memenuhi persyaratan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian kadar mangan dalam air konsumen dan perbandingan rata-rata kadar mangan pada air baku dan air reservoir PDAM Tirtanadi IPA Deli Tua.

Sampel yang digunakan adalah air baku dan air reservoir dari Instalasi Pegolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Deli Tua. Pemeriksaan kadar logam mangan dalam air baku dan air reservoir dilakukan secara kolorimetri dengan menggunakan alat Colorimeter DR/890 di Laboratorium Pengendalian Mutu IPA PDAM Tirtanadi Deli Tua.

Dari hasil pemeriksaan diperoleh kadar mangan dalam air baku dan air reservoir IPA PDAM Tirtanadi Deli Tua yaitu 0,153 mg/L dan 0,011 mg/L. Hasil pemeriksaan tersebut masih berada di dalam batasan yang diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Maka dapat disimpulkan bahwa air baku dan air reservoir dari IPA PDAM Tirtanadi Deli Tua memenuhi syarat Permenkes sehingga layak untuk didistribusikan kepada konsumen.

Kata kunci: Air, Mangan, Kolorimeter.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.1.1 Ciri-ciri dan Mutu Air ... 5

2.1.2 Pencemaran Di dalam Air ... 5

2.1.3 Ciri-ciri Fisik dari Air ... 6

2.1.4 Ciri-ciri Kimia Air ... 8

2.1.5 Ciri-ciri Biologis Air ... 10

2.1.6 Mutu Air dan Baku Mutu Air ... 11

2.1.7 Sumber Air ... 12

2.1.8 Air Baku ... 13

(10)

2.1.9 Air Reservoir ... 13

2.2 Mangan ... 14

2.2.1 Karakteristik Mangan ... 14

2.2.2 Kegunaan Mangan ... 14

2.2.3 Kelebihan Mangan ... 16

2.2.4 Masalah Lingkungan ... 16

2.2.5 Kajian Toksikologi ... 16

2.3 Kolorimetri ... 17

BAB III METODE PENGUJIAN ... 20

3.1 Tempat ... 20

3.2 Alat dan Bahan ... 20

3.2.1 Alat ... 20

3.2.2 Bahan ... 20

3.3 Prosedur Kerja ... 20

3.3.1 Air Demineralisasi ... 20

3.3.2 Air Baku ... 21

3.3.3 Air Reservoir ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil ... 23

4.2 Pembahasan ... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(11)

LAMPIRAN ... 27

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Perbandingan Kadar Mangan Pada Air Baku dan Air Reservoir ... 23

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Lampiran Gambar ... 27 2 Permenkes RI 2010 Persyaratan Kualitas Air Minum ... 29

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan pertumbuhan jumlah penduduk dunia yang pesat, sumber daya air di dunia telah menjadi salah satu kekayaanya yang sangat penting. Air merupakan hal pokok bagi konsumsi dan sanitasi umat manusia, untuk produksi berbagai barang industri serta untuk produksi makanan dan serat kain, sarana pengangkutan yang penting di berbagai bagian dunia dan menjadi faktor penting dalam rekreasi.

Air tersebar tidak merata di atas bumi, sehingga ketersediaanya di suatu tempat akan sangat bervariasi mengikuti waktu. Akhirnya dalam penggunaan sumber daya ini umat manusia banyak mencemari air bersih yang tersedia dan menurunkan derajatnya sedemikian rupa, sehingga tidak cocok lagi untuk beberapa atau semua jenis pemanfaatan (Sasongko, 1985).

Air merupakan salah satu sumber kehidupan bagi umat manusia. Hampir semua makhluk hidup di muka bumi ini memerlukan air, dari mikroorganisme sampai dengan mamalia. Jumlah air di muka bumi ini cukup banyak. Sekitar 71%

dari luas permukaan bumi ini terdiri dari atas air. Enam puluh persen tubuh manusia pun terdiri atas air (Wardhana, 1995).

Air baku adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum (SNI 6774, 2008).

Air reservoir merupakan air yang telah melalui serangkaian proses pengolahan yang siap untuk diteruskan pada konsumen. Air reservoir tidak

(15)

sepenuhnya bebas dari logam berat, untuk mengetahui kadar logam berat yang terdapat di dalam air reservoir harus dilakukan pengujian terhadap logam-logam tertentu yang berfungsi untuk mengetahui apakah logam berat yang terdapat pada air reservoir masih dalam batas yang diperbolehkan, karena apabila melebihi batas yang ditetapkan akan dapat mengganggu kesehatan manusia (Sutrisno, 2004).

Mangan merupakan logam esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Tubuh manusia mengandung mangan sekitar 10 mg dan banyak ditemukan di liver, tulang dan ginjal. Mangan dapat membantu kinerja liver dalam memproduksi urea, superoxide dismutase, karboksilase piruvat, dan enzim glikoneogenesis serta membantu kinerja otak bersama enzim glutamine sintetase (Janelle, 2004).

Kandungan mangan di bumi sekitar 1060 ppm, di tanah sekitar 61-1010 ppm, di sungai sekitar 7 mg/L, di laut sekitar 10 ppm, di air tanah sekitar <0,1 mg/L. Mangan terdapat dalam bentuk kompleks dengan bikarbonat, mineral dan organik. Unsur mangan pada air permukaan berupa ion bervalensi empat dalam bentuk organik kompleks (Said, 2003).

Konsentrasi mangan di dalam sistem air alami umumnya kurang dari 0,1 mg/L, jika konsentrasi melebihi 1 mg/L maka dengan cara pengolahan biasa sangat sulit untuk menurunkan konsentrasi derajat yang diijinkan sebagai air minum, oleh karena itu perlu cara pengolahan yang khusus (Said, 2003).

Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan analisis kadar logam berat pada air baku dan air reservoir, sehingga penulis memilih judul tentang “Analisis Perbandingan Kadar Mangan Pada Air Baku dan Air Reservoir Di PDAM Tirtanadi IPA Deli Tua Dengan Metode Kolorimetri”.

(16)

1.2 Tujuan

 Untuk mengetahui perbandingan rata-rata kadar mangan dalam air

baku dan air reservoir Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Deli Tua.

 Untuk mengetahui kesesuaian kadar mangan dalam air konsumen di

Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Deli Tua dengan persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

492/MENKES/PER/2010.

1.3 Manfaat

Manfaat tugas akhir ini adalah untuk dapat mengetahui kadar mangan dalam air yang diperiksa di Laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua telah memenuhi persyaratan atau tidak dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

Air merupakan elemen penting dalam pemeliharaan dari semua bentuk kehidupan, tanpa air sebagian besar organisme tidak dapat hidup dalam jangka waktu yang lama. Fakta ini telah membuktikan di dalam pengembangan hubungan langsung antara kelimpahan air, kepadatan penduduk dan kualitas hidup.

Sehubungan dengan kelimpahan air, air yang tersedia seharusnya memiliki karakteristik tertentu. Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang pesat, masalah terkait kesehatan, seperti kehadiran dari mikroorganisme penyebab penyakit, karakteristik air menjadi sangat penting (Schroeder, 1985).

Jumlah air di muka bumi ini relatif konstan meskipun air mengalami pergerakan arus, tersirkulasi karena pengaruh cuaca dan juga mengalami bentuk fisis. Sirkulasi dan perubahan bentuk fisis tersebut antara lain melalui air permukaan yang menjadi uap, air yang mengikuti sirkulasi dalam tubuh tanaman, air yang mengikuti sirkulasi di tubuh manusia dan hewan. Air yang menguap akan terkumpul menjadi awan kemudian jatuh sebagai air hujan. Air hujan ada yang langsung bergabung di permukaan, ada pula yang meresap masuk ke dalam celah batuan dalam tanah sehingga menjadi air tanah. Air tanah dangkal akan diambil oleh tanaman sedangkan air tanah dalam akan keluar sebagai mata air. Sirkulasi dan perubahan fisis akan berlangsung terus sampai akhir zaman nanti, apabila air telah tercemar maka bahan pencemar akan ikut pada sirkulasi air, kecuali pada saat air berubah menjadi uap. Walaupun air hujan relatif bersih, namun dalam perjalanannya seringkali membawa kotoran pencemar udara (Wardhana, 1995).

(18)

2.1.1 Ciri -Ciri dan Mutu Air

Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu larutan yang hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia sehingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya, dengan demikian air di dalam mengandung zat-zat terlarut, disamping itu akibat daur hidrologi, air juga mengandung berbagai zat lainnya, termasuk gas. Zat-zat ini sering disebut pencemar yang terdapat di dalam air (Sasongko, 1985).

2.1.2 Pencemar di dalam Air

Pencemar-pencemar tersebut diklasifikasikan atas ionik dan terlarut, non ionik dan tak terlarut, dan gas-gas. Pencemar terlarut diklasifikasikan lebih lanjut menjadi dua golongan, tergantung pada ionnya apakah positif atau negatif.

Pencemar-pencemar non ionik dan tak terlarut sering dikategorikan menurut ukurannya dan dianggap sebagai terapung jika mereka dapat mengendap atau sebagai koloidal jika tak dapat mengendap. Warna dan bahan-bahan dapat diklasifikasikan baik sebagai ionik dan terlarut, maupun sebagai non ionik dan tak terlarut, tergantung pada sifat molekulnya, sebagai contoh humates adalah ionik dan terlarut, sedangkan bahan samak adalah non ionik dan tak terlarut (Sasongko, 1985).

Dalam penilaian mutu air, pencemar di dalam air biasa diklasifikasikan atas fisik, kimiawi dan biologis, dengan demikian bakteri yang koloidal, non ionik dan pencemar-pencemar tak terlarut akan dianggap sebagai ciri-ciri biologis dari segi mutu air, bila air harus dipakai sebagai persediaan air umum, maka

(19)

pencemar-pencemar fisik, kimiawi dan biologis yang mungkin terdapat disebut juga sebagai kontaminan (Sasongko,1985).

Ada atau tidaknya pencemar tergantung pada sumber airnya, sebagai contoh, bahan-bahan terapung biasa dijumpai pada air permukaan tetapi tidak diharapkan ada pada air tanah, karena terjadinya penyaringan oleh akifer. Untuk menilai apakah pencemar-pencemar tertentu berbahaya harus ditetapkan beberapa hal, yaitu sifat dan jumlah pencemar yang ada, maksud pemakaian air, dan toleransi terhadap setiap pencemar bagi masing-masing pemakaian (Sasongko,1985).

2.1.3 Ciri-Ciri Fisik dari Air

Ciri-ciri fisik yang utama dari air adalah bahan padat keseluruhan yang terapung dan yang terlarut, kekeruhan, warna, rasa dan bau dan suhu.

a. Bahan padat keseluruhan

Bahan padat keseluruhan ditetapkan dengan menguapkan suatu contoh air dan menimbang sisanya yang telah kering. Bahan padat terapung didapat dengan menyaring suatu contoh air perbedaan antara bahan padat keseluruhan dan bahan padat terapung merupakan bahan padat terlarut. Tergantung pada besar lubang saringan kertas yang dipergunakan, sebagian dari bahan koloidal akan juga dihitung sebagai bahan padat terapung. Informasi tentang bahan padat keseluruhan dipergunakan untuk perencanaan sarana-sarana pengelolahan air.

Konsentrasi bahan padat terlarut keseluruhan, bersama-sama dengan suatu analisis kimiawi terperinci, dipergunakan untuk menguji kecocokan berbagai sumber air untuk berbagai pemanfaatan, misalnya industri dan pertanian (Sasongko,1985).

(20)

b. Kekeruhan

Kekeruhan mengurangi kejernihan air dan diakibatkan oleh pencemar- pencemar yang terbagi halus, dari manapun asalnya yang ada di dalam air.

Kekeruhan biasanya disebabkan oleh lempung, lanau, partikel-partikel tanah dan pencemar-pencemar koloidal lainnya. Tingkat kekeruhan tergantung pada kehalusan partikel-partikel dan konsentrasinya. Di waktu yang lalu, standar untuk perbandingan adalah Turbidimeter Jackson. Dengan alat ini kekeruhan ditetapkan sebagai ukuran kedalaman air yang dibutuhkan untuk menghilangnya bayangan cahaya lilin, sekarang kekeruhan diukur dengan suatu turbidimeter yang mengukur gangguan lintasan cahaya melalui suatu contoh air. Air permukaan yang mengalami kenaikan tingkat kekeruhan yang besar setelah terjadinya hujan sering disebut sebagai air yang mengkilat. Air semacam ini lebih sulit untuk diolah daripada air yang tingkat kekeruhannya hampir-hampir tetap (Sasongko,1985).

c. Warna

Air kadang-kadang mengandung warna yang banyak diakibatkan oleh jenis-jenis tertentu oleh bahan organik yang terlarut dan koloidal yang terbilas dari tanah atau tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Warna teh adalah suatu contoh tentang warna organik yang koloidal. Warna yang sebenarnya terjadi karena pencemar terlarut. Limbah dari kegiatan industri sering menjadi sebab dari adanya warna di dalam air. Intensitas warna diukur dengan perbandingan visual dari contoh air yang bersangkutan dengan tabung-tabung Nessler, yaitu tabung- tabung gelas yang berisi intesitas warna-standar yang berbeda (Sasongko, 1985).

(21)

d. Rasa dan bau

Rasa dan bau pada air disebabkan oleh adanya bahan organik yang membusuk atau bahan kimia yang mudah menguap. Pengukurannya dengan melarutkan contoh air yang bersangkutan hingga rasa dan baunya tak dapat lagi ditemukan dengan pengujian oleh manusia. Air minum secara praktis harus bebas dari warna, rasa dan bau (Sasongko, 1985).

e. Suhu

Suhu air merupakan hal yang penting jika dikaitkan dengan tujuan penggunaan, pengolahan untuk membuang bahan-bahan pencemar serta pengangkutannya. Suhu tergantung pada sumber airnya. Suhu air tanah akan bervariasi menurut kedalaman dan ciri-ciri akifer yang menjadi sumber air itu.

Suhu air permukaan yang disadap dari suatu waduk yang dalam bervariasi juga menurut kedalamannya (Sasongko, 1985).

Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20-26ºC). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara, berarti mengandung zat-zat tertentu atau sedang terjadi proses tertentu yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air (Kusnaedi, 2010).

2.1.4 Ciri-ciri Kimiawi Air

Sebagai pengukur sifat keasaman atau kebasaan air diambil nilai pH yang didefenisikan sebagai logaritma dari pulang-baliknya konsentrasi ion hidrogen dalam mol per liter. Air murni pada 24˚C ditimbang berkenaan dengan ion-ion H+ dan OH- dan ternyata mengandung 10-7 mol per liter dari tiap-tiap jenis dengan demikian, pH dari air netral adalah 7. Air yang pH nya kurang dari 7, bersifat

(22)

asam, sedangkan pH nya yang lebih dari itu, bersifat basa. Nilai pH air biasanya didapat dengan suatu potensiometer yang mengukur potensial listrik yang dibangkitkan oleh io-ion H+ atau dengan bahan celup penunjuk warna, misalnya methyl orange atau phenolphthalein (Sasongko, 1985).

Kation-kation dan anion-anion terlarut yang dimuat adalah yang utama terdapat pada kebanyakan air di seluruh dunia. Penyebaran dari jenis-jenis tertentu tergantung pada sumber airnya. Bila suatu analisis kimiawi air dilaksanakan dengan benar maka jumlah-jumlah anion dan kation yang dinyatakan dalam miligram per liter harus sama untuk dapat memenuhi asas netralitas listrik. Aturan ini dapat dipergunakan untuk memeriksa ketelitian analisis dan untuk menetapkan apakah ada bahan-bahan kandungan lain yang belum diketahui (Sasongko, 1985).

Alkalinitas air adalah pengukuran kapasitasnya untuk menetralisir asam- asam. Pada air alamiah, alkalinitas dikaitkan dengan konsentrasi bikarbonat, karbonat, dan hidroksidanya. Alkalinitas keseluruhan biasanya dinyatakan dengan padanan kalsium karbonat dalam milligram per liter. Keasamaan dinyatakan dalam jumlah kalsium karbonat yang dibutuhkan untuk menetralisir air itu (Sasongko, 1985).

Karbon dioksida adalah salah satu gas minor yang ada di atmosfir dan merupakan hasil akhir dari pembusukan biologis, baik yang aerobik maupun anaerobik. Air hujan dan kebanyakan persediaan air permukaan mengandung sejumlah kecil karbon dioksida (biasanya kurang dari 5 mg/L), tetapi air tanah dapat mengandung jumlah yang banyak akibat pembusukan biologis dari bahan- bahan organik. Adanya karbon dioksida merupakan hal yang penting, karena mempengaruhi pH air menimbulkan karat bagi kebanyakan sistem pipa dan

(23)

mempengaruhi kebutuhan dosis bila dipergunakan pengolahan kimiawi (Sasongko, 1985).

Air tanah seringkali mempunyai kesadahan lebih dari 300 mg/L sebagai CaCO3. Air permukaan alamiah biasanya lunak karena tidak mempunyai banyak kesempatan untuk bersentuhan dengan bahan-bahan mineral. Agar operasi ketel dan pencucian komersial memuaskan, kesadahan air harus kurang dari 50 mg/L sebagi CaCO3 (Sasongko, 1985).

Hantaran suatu contoh air ditetapkan dengan mengukur tahanan listrik nya antara dua elektroda dan memperbandingkan tahanan ini dengan tahanan suatu larutan potassium klorida baku pada 250C. Bagi kebanyakan air, konsentrasi bahan padat terlarut dalam milligram per liter sama dengan 0,55 hingga 0,7 kali hantaran dalam mikrosiemens per sentimeter pada 25 0C. Nilai yang pasti dari koefisien ini tergantung pada jenis garam yang ada di dalam air (Sasongko, 1985).

2.1.5 Ciri-ciri Biologis Air

Organisme mikro biasa terdapat dalam air permukaan, tetapi pada umumnya tidak terdapat pada kebanyakan air tanah, karena penyaringan oleh akifer. Jenis-jenis organisme mikro yang mungkin terdapat di dalam air sekarang ini disebut binatang, tumbuh-tumbuhan dan protista. Organisme mikro yang paling dikenal adalah bakteri. Virus-virus yang tidak termasuk dalam daftar, biasanya digolongkan terpisah menurut tuan rumah yang mereka jangkiti (Sasongko, 1985).

(24)

2.1.6 Mutu Air dan Baku Mutu Air a. Mutu air

Mutu air dinilai dalam pengertian ciri-ciri fisik, kimiawi dan biologisnya serta tujuan pengunaannya sebagai contoh, walaupun air suling ditinjau dari segi fisik, kimiawi dan bakteriologis murni, tetapi rasanya agak tawar dan sangat menimbulkan karat. Telah ditunjukkan berkali-kali bahwa air yang mengandung bahan terlarut akan jauh lebih lezat daripada air murni. Pertanyaannya kemudian adalah bahan kandungan yang manakah dan berapakah konsentrasi bahan kandungan yang diperbolehkan sebelum suatu air tidak lagi dapat diterima dari segi pertimbangan estetika, kesehatan atau ekonomi. Baku mutu air ditetapkan untuk memberikan batas bagi pengertian tidak lagi dapat diterima (Sasongko, 1985).

Mutu air bila dinilai berdasarkan kandungan pencemar (kontaminan) fisik, kimiawi dan biologisnya, maka mutu tersebut akan tergantung pada sejarah air itu sebelumnya. Air menangkap pencemar-pencemar sejak saat pembentukannya di awan. Beberapa pencemar tidaklah berbahaya, yang lain secara estetik mungkin bersifat opensif atau bahkan berbahaya berkenaan dengan tujuan pemakaian airnya. Untuk menetapkan mutu air atau memperbandingkan air satu dengan yang lainnya, diperlukan dasar penetapan mutu atau dasar perbandingan yang harus dilakukan, biasanya dasar ini ditetapkan dalam pengertian kebutuhan mutu untuk suatu pemanfaatan spesifik dari air yang bersangkutan (Sasongko, 1985).

Kriteria mutu air adalah nilai-nilai yang didasarkan pada pengalaman dan kenyataan ilmiah yang dapat dipergunakan oleh pemakainya untuk menetapkan manfaat-manfaat relatif dari air tertentu, sedangkan baku mutu air biasanya

(25)

ditetapkan oleh badan-badan pengatur untuk menetapkan taraf batas bagi berbagai bahan kandungan yang dapat disetujui sesuai dengan tujuan pemanfaatannya (Sasongko, 1985).

a. Baku mutu air

Baku mutu air yang diambil oleh badan-badan pengatur biasanya didasarkan pada salah satu atau beberapa hal di bawah ini:

1. Praktek yang ditetapkan atau yang sudah berjalan.

2. Perolehan (baku tersebut harus dapat diperoleh dengan mudah atau dengan wajar).

a. Secara teknologis b. Secara ekonomis

3. Perkiraan ilmiah dengan mempergunakan informasi terbaik yang ada.

4. Percobaan-percobaan (misalnya percobaan dengan binatang).

5. Pengalaman berdasarkan akibat terhadap manusia.

a. Mengambil keuntungan dari suatu bencana yang terjadi.

b. Dengan percobaan langsung terhadap manusia.

6. Model matematik (misalnya peluang, mode, percentile, jumlah coliform yang paling mungkin) (Sasongko, 1985).

2.1.7 Sumber Air a. Air Angkasa (hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu,

(26)

mikroorganisme, misalnya karbon dioksida, nitrogen dan amonia (Chandra, 2007).

b. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah maupun lainnya (Chandra, 2007).

c. Air Tanah

Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh kepermukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan (Chandra, 2007).

2.1.8 Air Baku

Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum, air baku merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih. Air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Sumber air baku dapat berasal dari sungai, danau, sumur air dalam, mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air laut (Sutrisno, 2004).

2.1.9 Air Reservoir

Air reservoir merupakan air yang telah melalui serangkaian proses pengolahan yang siap untuk diteruskan pada konsumen. Air tersebut sebelumnya

(27)

juga telah di injeksi klorin cair yang disebut post chlorination yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen sehingga air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan di tampung pada bak reservoir untuk diterusan pada konsumen (Sutrisno, 2004).

Air yang telah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan ditampung pada bak reservoir (tandon) untuk diteruskan pada konsumen. Untuk keperluan pemakaian terbanyak pada pukul 16.00-18.00 diperlukan tandon minimum 10% debit/harinya (Sutrisno, 2004).

2.2 Mangan

2.2.1 Karaketristik Mangan

Logam mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Mn dan nomor atom 25, berwarna silver metalik, keras dan sangat rapuh.

Logam mangan mampu menimbulkan keracunan kronis pada manusia hingga berdampak menimbulkan lemah pada kaki, muka kusam dan dampak lanjutan bagi manusia yang keracunan Mn bicaranya lambat dan hyperrefleksi (Nainggolan, 2011).

2.2.2 Kegunaan Mangan

Mangan merupakan salah satu logam yang kandungannya paling besar di dalam kerak bumi, biasanya ada bersama dengan besi. Zat ini digunakan terutama dalam pembuatan besi dan lapisan baja, sebagai oksidan untuk proses pembersihan, pemutihan dan desinfeksi, sebagai kalium permanganat dan sebagai komposisi dalam berbagai produk, akhir-akhir ini mangan digunakan sebagai senyawa organik, MMT sebagai peningkat bilangan oktan dalam bensin. Batu

(28)

kapur mangan digunakan di beberapa daerah pengolahan air minum. Mangan merupakan unsur esensial bagi manusia dan hewan lain serta terbentuk secara alami dalam berbagai sumber makanan. Bentuk oksidatif yang paling penting untuk lingkungan dan biologi adalah Mn2+, Mn4+, dan Mn7+. Mangan terbentuk secara alami di banyak sumber air permukaan dan air tanah, terutama dalam kondisi anaerob ataupun kondisi oksidasi yang rendah, serta sumber tersebut merupakan sumber yang paling penting untuk air minum (Widyastuti, 2011).

Di alam mangan juga dapat ditemukan dalam makanan, seperti kacang legume, biji-bijian dan daun sayuran. Mangan merupakan nutrisi yang essensial untuk kesehatan tubuh, untuk pencegahan dan pengobatan kekurangan mangan dalam tubuh, untuk tulang-tulang yang lemah (osteoporosis) dan anemia. Oleh sebab itu maka mangan digunakan juga sebagai suplemen untuk osteoarthritis (Sembel, 2015).

Dalam biologi, ion-ion Mn berfungsi sebagai kofaktor dari banyak jenis enzim seperti hidrolase, ligase, transferase dan oksidoreduktase serta dalam tumbuhan Mn berfungsi dalam proses fotosintesis dalam kloroplas (Sembel, 2015).

Dalam industri, Mn digunakan untuk pencegahan terjadinya karat dan korosi pada baja. Ion-ion Mn digunakan dalam industri untuk berbagai bentuk warna serta pembuatan baterai alkalin. Mangan dipergunakan juga dalam pembuatan baja dan sebagai komponen penting dalam pembuatan baja tahan karat. Kegunaan lainnya dari Mn adalah sebagai agen campuran aluminium yang banyak dipergunakan untuk kaleng-kaleng minuman, selain itu Mn dipergunakan dalam pembuatan cat (Sembel, 2015).

(29)

Peran biologis utama dari Mn adalah untuk kesehatan manusia karena Mn sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan, untuk metabolisme makanan dan sistem antioksidan (Sembel, 2015).

2.2.3 Kelebihan Mangan (Mn)

Kelebihan Mn akan mengakibatkan penyakit yang disebut manganism suatu bentuk kelainan dalam sistem persarafan yang dapat menunjukkan gejala- gejala, seperti penyakit Parkinson, senyawa-senyawa Mn memang kurang beracun dibandingkan dengan logam-logam lainnya, seperti nikel dan tembaga. Keracunan Mn dapat menyebabkan kelainan kognitif bahkan mengganggu sistem persarafan pusat sebagaimana ditemukan pada tikus (Sembel, 2015).

2.2.4 Masalah Lingkungan

Mangan yang berasal dari air lebih mudah terserap oleh tubuh daripada yang berasal dari bahan makanan. Dilaporkan bahwa eksposur yang tinggi terhadap Mn yang berasal dari air minum berasosiasi dengan peningkatan kelainan intelektual dan menurunkan intelligence quotients (IQ) pada anak-anak sekolah. Methylcyclopentadienyl Manganese Tricarbonyl (MMT) adalah bahan tambahan dalam bensin untuk menggantikan senyawa timbal untuk bensin yang tidak bertimbal. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan jumlah oktan namun bahan bakar yang mengandung Mn dapat membentuk karbit mangan yang dapat merusak katup pembungan gas (Sembel, 2015).

2.2.5 Kajian Toksikologi

Mangan merupakan unsur essensial bagi manusia dan hewan lain. Efek negatifnya dapat terjadi, baik akibat defisiensi maupun pajanan yang berlebih.

Mangan diketahui dapat menimbulkan efek neurologis setelah pajanan melalui

(30)

inhalasi, terutama di lingkungan kerja dan terdapat temuan epidemiologi yang melaporkan efek neurologis negatif setelah pajanan terhadap kadarnya yang tinggi di dalam air minum, namun ada sejumlah faktor pengganggu potensial yang penting dalam studi tersebut, dan sejumlah studi lainnya tidak dapat membuktikan adanya efek negatif akibat pajanan melalui air minum. Data hewan, terutama data hewan pengerat, tidak dapat diperhitungkan dalam pengkajian resiko untuk manusia karena persyaratan untuk mangan sangat beragam antar spesies, selanjutnya hewan pengerat tidak terlalu berguna dalam mengkaji efek neuro perilaku karena efek neurologis (misalnya tremor, gangguan gaya jalan) yang tampak pada primata sering kali mendahului atau disertai dengan gejala psikologis (misalnya iritabilitas (mudah marah), kelabilan emosi) yang tidak tampak pada tikus. Satu-satunya studi primata tersebut memiliki sedikit kegunaan dalam pengkajian resiko kuantitatif karena hanya satu kelompok dosis yang dikaji dalam sejumlah kecil hewan dan makanan utama tidak ditambahi dengan mangan (Widyastuti, 2011).

2.3 Kolorimetri

Analisa kolorimetri ialah penentuan secara kuantitatif suatu zat berwarna dari kemampuannya untuk mengabsorpsi cahaya tampak. Pengertian lain tentang kolorimetri ialah cara penetapan jumlah zat dengan memperhatikan warnanya, atau lebih tepat memperhatikan intensitas (kekelaman) warna larutannya (Jamil, 2007).

Penentuan berdasarkan kolorimetri dilakukan dengan sederetan larutan, masing-masing diketahui dengan tepat konsentrasinya. Larutan yang dicari konsentrasinya dibandingkan dengan deretan standar. Konsentrasi yang dicari

(31)

adalah konsentrasi standar yang warnanya sama dengan larutan yang dianalisa.

Kemungkinan besar tidak satupun standar yang warnanya sama, tetapi intensitas warna larutan cuplikan terdapat diantara dua buah standar. Artinya konsentrasi larutan terdapat diantara konsentrasi kedua standar tersebut (Jamil, 2007).

Menurut Basset (1994), kolorimetri terbagi menjadi dua, yakni:

1. Kolorimetri visual 2. Kolorimetri fotolistrik.

Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya digunakan sebagai sumber cahaya. Penetapannya biasa dilakukan dengan suatu instrumen sederhana yang disebut kolorimeter pembanding (comparator) warna, dan perbedaan intensitas warna dilihat dengan menggunakan mata, sementara itu dalam kolorimetri fotolistrik, sel fotolistrik digunakan untuk mengukur intensitas cahaya. Pada alat ini cahaya yang digunakan dibatasi dalam jangka panjang gelombang yang relatif sempit dengan melewatkan cahaya putih melalui filter- filter dalam bentuk lempengan berwarna yang terbuat dari kaca, gelatin dan sebagainya (Basset, 1994).

Keuntungan utama metode kolorimetri adalah bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.

Batas atas metode kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen yang ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2%. Kriteria untuk hasil analisis kolorimetri yang memuaskan:

1. Kespesifikan reaksi warna

Reaksi warna yang dipilih hendaklah merupakan reaksi yang spesifik (hanya menghasilkan warna untuk zat sehubungan saja).

(32)

2. Kestabilan warna

Reaksi warna yang dipilih hendaknya menghasilkan warna yang cukup stabil (periode warna maksimum cukup panjang) untuk memungkinkan pengambilan pembacaan yang tepat. Dalam ini pengaruh zat-zat lain dan kondisi eksperimen (temperatur, pH) haruslah diketahui.

3. Kejernihan larutan

Larutan harus bebas dari endapan karena kekeruhan akan menghamburkan maupun menyerap cahaya.

4. Kepekaan tinggi

Diperlukan reaksi warna yang sangat peka bila kuantitas zat yang akan ditetapkan sangat kecil (Basset, 1994).

(33)

BAB III

METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat Pengujian

Pengujian analisis perbandingan kadar mangan dengan cara kolorimetri pada air baku dan air reservoir dilakukan di Laboratorium PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Deli Tua yang beralamat di Jalan Pamah, Deli Tua Kab.

Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah bola karet, beaker glass, Colorimeter DR/890, kuvet 25 ml dan pipet volume 10 ml.

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan ialah pillow ascorbic acid powder, alkaline cyanide reagent, PAN indicator solution 0,1%, air demin, sampel air baku dan sampel air reservoir.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Air Demineralisasi

- Dituang 10 ml sampel ke dalam kuvet 25 ml.

- Ditambahkan 1 pillow ascorbic acid powder ke dalam kuvet, ditutup dan diaduk sampai larut.

- Ditambahkan 12 tetes alkaline cyanide reagent solution ke dalam kuvet, diaduk sampai larut.

- Ditambahkan 12 tetes PAN indicator solution 0,1% ke dalam kuvet, diaduk sampai larut.

(34)

- Setelah 2 menit masa reaksi, dibersihkan kuvet dengan tissue.

- Ditekan “STORED PROGRAM” Pilih Program “43 Manganese, LR PAN”.

- Ditekan “TIMER OK”.

- Dimasukkan kuvet yang berisi air demineralisasi ke dalam kolorimeter DR/890.

- Ditekan “ZERO” layar akan menunjukkan hasil 0,000 mg/L Mn.

3.3.2 Air Baku

- Dituang 10 ml sampel ke dalam kuvet 25 ml.

- Ditambahkan 1 pillow ascorbic acid powder ke dalam kuvet, ditutup dan diaduk sampai larut.

- Ditambahkan 12 tetes alkaline cyanide reagent solution ke dalam kuvet, diaduk sampai larut.

- Ditambahkan 12 tetes PAN indicator solution 0,1% ke dalam kuvet, diaduk sampai larut.

- Setelah 2 menit masa reaksi, dibersihkan kuvet dengan tissue.

- Dimasukkan kuvet yang berisi air demineralisasi ke dalam kolorimeter DR/890.

- Ditekan “READ” layar akan menunjukkan hasil mg/L Mn.

(35)

3.3.3 Air Reservoir

- Dituang 10 ml sampel ke dalam kuvet 25 ml.

- Ditambahkan 1 pillow ascorbic acid powder ke dalam kuvet, ditutup dan diaduk sampai larut.

- Ditambahkan 12 tetes alkaline cyanide reagent solution ke dalam kuvet, diaduk sampai larut.

- Ditambahkan 12 tetes PAN indicator solution 0,1% ke dalam kuvet, diaduk sampai larut.

- Setelah 2 menit masa reaksi, dibersihkan kuvet dengan tissue.

- Dimasukkan kuvet yang berisi air demineralisasi ke dalam kolorimeter DR/890.

- Ditekan “READ” layar akan menunjukkan hasil mg/L Mn.

(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Tabel perbandingan kadar Mangan (Mn) dalam Air Baku dan Air Reservoir Sungai Deli Tua ialah:

Tabel 4.1 Perbandingan kadar Mangan pada air baku dan air reservoir

Tanggal Jam

Turbidity (NTU) pH Mn (mg/L)

Baku Reservoir Baku Reservoir Baku Reservoir

04/05- 2016 09.00 112 0,88 7,1 6,9 0,345 0,018

04/05- 2016 11.00 39,7 0,96 7,1 6,7 0,151 0,015 04/05- 2016 13.00 28,5 0,95 7,2 6,7 0,110 0,009 04/05- 2016 15.00 22,8 0, 93 7,2 6,7 0,081 0,008 04/05- 2016 17.00 19,3 0,91 7,1 6,7 0,079 0,005

Rata-rata 0,153 0,011

4.2 Pembahasan

Dari hasil analisis, diketahui rata-rata kadar Mangan pada air baku yaitu 0,153 mg/L dan air reservoir yaitu 0,011 mg/L yang dilakukan pada tanggal 04 Mei 2016 di PDAM IPA Deli Tua.

Pada data tabel di atas menunjukkan bahwa perbedaan kekeruhan yang spesifik akan menghasilkan kadar mangan pada air baku dan air reservoir juga spesifik, semakin tinggi kekeruhan pada air baku maka semakin tinggi kadar mangan, begitu juga pada air reservoir semakin tinggi kekeruhan semakin tinggi

(37)

konsentrasinya pada air bersih telah ditetapkan pada Permenkes RI No. 416/

Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih.

Kekeruhan memiliki satuan Nephelometrik Turbidity Units (NTU) disebabkan karena adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain.

Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan seringkali bersifat kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan saraf insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng. Bila pemaparan berlanjut maka, bicaranya melambat dan monoton, terjadi hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit dan berjalan seperti penderita Parkinson. Keracunan Mn ini salah satu contoh, dimana kasus keracunan tidak menimbulkan gejala muntah berak, sebagaimana orang awam selalu memperkirakannya. Di dalam penyediaan air, seperti halnya Fe, Mn juga menimbulkan masalah warna, hanya warnanya ungu atau hitam (Slamet, 1994).

Menurut PERMENKES R.I No.492/MENKES/PER/IV/2010 kadar maksimum mangan pada air minum yang diperbolehkan adalah 0,4 mg/L, dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kadar mangan dalam air di PDAM IPA Deli Tua memenuhi persyaratan baku mutu yaitu berada di bawah 0,4 mg/L.

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

 Perbandingan rata-rata kadar mangan pada air baku yaitu 0,153 mg/L dan

air reservoir yaitu 0,011 mg/L dimana kadar Mangan (Mn) pada air baku lebih tinggi dibandingkan dengan air reservoir.

 Kadar Mangan (Mn) pada air reservoir memenuhi persyaratan menurut

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

492/MENKES/PER/IV/2010 dengan (kadar maksimum mangan dalam air minum = 0,4 mg/L) karena hasil yang diperoleh yaitu 0,011 mg/L berada pada rentang persyaratan yang ditetapkan.

5.2 Saran

Disarankan kepada penulis lain untuk pemeriksaan kadar mangan (Mn) pada air baku dan air reservoir dapat menggunakan metode lain, seperti:

Spektrofotometri dan Jartest agar lebih teliti dan mendapatkan hasil yang akurat dengan percobaan berulang pada sampel yang sama.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC. Halaman 372, 512, 809.

Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 42.

Jamil, C.A.Z. (2007). Kimia Analisa Untuk Teknik Kimia. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.

Janelle, C. (2004). Review Article: Manganese Toxicity Upon Overexposure.

Indiana-USA: John Wiley & Sons, Ltd.

Kusnaedi. (2010). Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 9.

Nainggolan, H., dan Susilawati. (2011). Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan dan Air Gambut Menjadi Air Bersih. Medan: USU Press.

Halaman 56-57.

Sasongko, D. (1985). Teknik Sumber Daya Air Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Halaman 99-101, 104-109, 111-112.

Said, N.S. (2003). Metode Praktis Penghilangan Zat Besi Dan Mangan Di Dalam Air minum. Jakarta: Kelair-BPPT.

Sutrisno, C.T. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih Edisi Baru. Jakarta:

Rineka Cipta. Halaman 38.

Schroeder, E.D. (1985). Kualitas Air. USA America: Addison-Wesley Publishing Company, Inc. Halaman 2.

Sembel, D.T. (2015). Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Halaman 133- 135.

SNI 6774. (2008). Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi pengolahan Air.

Jakarta: BSN. Halaman 1.

Wardhana, W.A. (1995). Dampak Pencemaran Lingkungan Edisi Revisi.

Yogyakarta: Penerbit Andi. Halaman 133-134.

Widyastuti, P., dan Apriningsih. (2011). Pedoman Mutu Air Minum. Jakarta:

Kedokterana EGC. Halaman 320, 587-589.

(40)

Lampiran 1. Gambar Sampel, Pereaksi, dan Alat

a. Sampel air reservoir b. Sampel air baku

c. Air demineralisasi d. Reagent alkaline cyanide

e. PAN indicator solution f. Pipet volume 10 ml

(41)

g. Serbuk ascorbic acid h. Kolorimetri DR/890

i. Turbidimeter 2100P j. Alat pengukur pH air

k. Indikator Bromtimol l. air demin, air reservoir, dan air baku

(42)

Lampiran 2. Permenkes RI 2010 Persyaratan Kualitas Air Minum

(43)
(44)
(45)

Gambar

Tabel perbandingan kadar Mangan (Mn) dalam Air Baku dan  Air Reservoir  Sungai Deli Tua ialah:
Lampiran 1. Gambar Sampel, Pereaksi, dan Alat

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai, senyawa keton tidak terjadi perubahan warna atau muncul endapan yang disebabkan sikloheksanon maupun aseton tidak bereaksi dengan reagen fehling, karena

Teknik pengambilan sampel menggunakan salah satu metode Non Probabilty Sampling yaitu Purposive Sampling di mana anggota populasi dipilih sesuai dengan masalah dan tujuan

Sebagai komponen penting dalam pendidikan tinggi kesehatan, tata kelola laboratorium juga mencerminkan mutu pendidikan yang dapat mempengaruhi penilaian dalam kegiatan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.. Departemen Kesehatan

Tindakan afrimatif dimaksudkan untuk mencapai distribusi yang lebih representative dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada kaum perempuan dan

 Non-Australian citizen should submit proof of permanent residence in Australia and valid Australian visa.. Applicant with no proof of valid Australian visa is

Blok silinder dan ruang engkol merupakan bagian utama dari motor bakar.. Bagian-bagian lain dari motor dipasangkan di dalam atau pada blok

Dengan begitu, Woods merupakan pegolf termuda yang mampu meraih 60 gelar selama ini.. Sebelumnya, Sam Snead tercatat sebagai