• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah

 

C. Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah 1. Pengertian Ciri-ciri Kepribadian

Ciri-ciri dapat diartikan sebagai suatu tanda atau sifat yang khas untuk membedakan sesuatu hal yang khusus dari hal yang lainnya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:215)

Istilah atau kata “kepribadian” (personality) berasal dari dari bahasa Latin yaitu persona, mengacu pada topeng yang dipakai oleh aktor romawi dalam pertunjukan roman Yunani. Menurut Feist & Feist (2010: 03-04) Ketika psikolog menggunakan istilah “kepribadian”, mereka mengacu pada sesuatu yang lebih dari sekedar peran yang dimainkan seseorang. Para teoritikus kepribadian tidak setuju dengan definisi tunggal kepribadian, mereka menyusun teori yang unik dan vital karena mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai sifat dasar manusia, dan karena masing-masing dari mereka melihat kepribadian dari sudut pandang pribadi.

Walaupun tidak ada definisi tunggal yang bisa diterima oleh semua teoritikus kepribadian, menurut Feist & Feist (2010:04-05) dapat dikatakan bahwa:

“Kepribadian adalah pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif permanen dan memberikan, baik konsistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang. Sifat (trait) merupakan faktor penyebab adanya perbedaan antarindividual dalam perilaku, konsistensi perilaku dari waktu ke waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi. Jadi masing-masing orang mempunyai kepribadian yang berbeda, walaupun memiliki kesamaan dalam beberapa hal dengan orang lain. Karakteristik (characteristic) merupakan kualitas tertentu yang dimiliki seseorang termasuk di dalamnya beberapa karakter seperti temperamen, fisik, dan kecerdasan.”

18  

Winkel dan Hastuti (2007:183) berpendapat bahwa ciri-ciri kepribadian dapat diartikan sebagai “semua sifat yang melekat pada diri pribadi seseorang dan semua sikap yang diambil dalam menunaikan tugas-tugasnya”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tingkah laku, sifat dan perilaku individu yang dapat membedakannya dengan orang lain.

2. Pengertian Konselor Sekolah

Konselor sekolah merupakan petugas profesional, artinya secara formal telah disiapkan dan dididik secara khusus untuk menguasai seperangkat kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling. Menurut Winkel dan Hastuti (2007 : 167-168) konselor sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan.

Sukardi (1985 : 19) mengatakan bahwa konselor sekolah adalah merupakan petugas profesional, artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Jadi dapat dikatakan bahwa seorang konselor di sekolah memang telah disiapkan untuk menjadi tenaga-tenaga profesional dalam pengetahuan, pengalaman, dan kualitas pribadinya dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konselor sekolah merupakan seorang konselor sekolah yang profesional yang telah menempuh pendidikan khusus di Perguruan tinggi, berpendidikan profesi konselor dan mencurahkan waktunya pada layanan bimbingan konseling di sekolah.

   

3. Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah

Dalam kehidupannya sehari-hari dan melaksanakan tugasnya di sekolah seorang konselor sekolah hendaknya memiliki ciri-ciri kepribadian yang baik agar pelaksanaan dan pelayanan bimbingan berjalan dengan lancar dan tidak mengundang persepsi yang negatif bagi perannya di sekolah. Ciri-ciri kepribadian konselor sekolah terlihat dari sifat dan sikap yang tampak dalam keseharian dan cara kerjanya dalam melakukan pelayanan bimbingan, bersikap ramah, memiliki sopan santun dalam beretiket, mampu menyimpan rahasia konseli dengan baik, dan tidak memiliki sifat munafik dalam kesehariannya.

Seorang konselor sekolah di dalam menjalankan tugas-tugasnya harus mampu melakukan peranan yang berbeda-beda dari situasi ke situasi yang lainnya. Pada situasi tertentu terkadang konselor harus berperan sebagai seorang teman dan pada situasi yang berikutnya berperan sebagai pendengar yang baik atau sebagai pengobar/pembangkit semangat, atau peranan-peranan lain yang dituntut oleh klien dalam proses konseling. Kualitas-kualitas dan nilai-nilai pribadi merupakan alas yang mendasari segala sesuatu yang lain. Ketrampilan dan teknik-teknik yang dimiliki konselor adalah penting namun hal ini saja tidak mencukupi

Siswohardjono (1991;193-198) menyatakan bahwa kualitas atau kepribadian konselor ditentukan oleh berbagai hal, diantaranya :

a. Sifat, sikap kebiasaan yang dimiliki dan keserasian semua itu dalam komposisi pribadi seseorang. Pernyataannya dapat kita amati dalam

20  

tingkah laku dan tanggapan-tanggapan yang diberikan terhadap rangsang yang dihadapinya, misalnya peramah, penyabar, penuh pemahaman, dan sebagainya.

b. Ditentukan oleh sifat yang menonjol yang dimiliki seseorang. Orang yang mengikuti pendapat ini akan melukiskan pribadi seseorang dengan satu sifat atau sikap yang menonjol yang dimiliki orang yang dilukiskan itu, berbeda dengan mereka yang mengikuti pendapat pertama, yang dalam melukiskan pribadi akan menyebutkan sejumlah atribut : ia penyabar, pendiam dan dapat dipercaya.

c. Memantapkan pribadi, kemasakan pribadi dapat juga dipakai sebagai kriteria; misalnya seseorang dikatakan “tak berpribadi”, “ia berpribadi dewasa”.

d. Kesehatan pribadi; pribadi yang sehat akan berfungsi secara penuh. Ia hidup berdamai dengan diri sendiri dan dengan lingkungannya. Ia tidak labil, artinya tidak mudah diombang-ambingkan oleh pengalaman yang kurang menyenangkan.

Seorang konselor sekolah harus menyiapkan diri menjadi pribadi yang utuh, terbuka, sportif dan tulus yang tidak semata-mata melaksanakan tugasnya hanya berdasarkan aturan kerja ynag telah ipersiapkan terlebih dahulu. Winkel dan Hastuti (2007: 187) mengemukakan bahwa kualitas kepribadian konselor sekolah “lebih penting dari penguasaan teori, aneka metode dan teknik, meskipun hal-hal itu tidak dapat diabadikan”. Winkel juga

   

mengatakan bahwa konselor sekolah yang tidak memiliki kepribadian yang baik, akan mengalami hambatan yang serius dalam pekerjaannya.

Seorang konselor yang profesional hendaknya memiliki ciri-ciri kepribadian yang berkualitas seperti yang dijelaskan oleh Belkin (Winkel dan Hastuti, 2007:184-186). Ciri-ciri tersebut antara lain :

a. Konselor sekolah atau konselor sekolah mampu mengenali diri sendiri. Hal ini ditandai dengan :

1) Merasa aman dengan diri sendiri artinya mempunyai rasa percaya diri, rasa harga diri, tidak merasa cemas dan gelisah dengan diri sendiri.

2) Percaya pada orang lain berarti mampu memberikan sesuatu dari kepribadian orang lain.

3) Memiliki keteguhan hati berarti berani untuk memberikan pelayanan bimbingan, dan mengambil resiko tidak selalu mendapat tanggapan yang positif atau mendapatkan balas jasa dalam bentuk dikagumi serta dihargai.

b. Konselor Sekolah mampu memahami orang lain. Kualitas ini menuntut keterbukaan hati dan kebebasan dari cara berpikir yang kaku menurut keyakinan/ pandangan pribadi.

1) Keterbukaan hati berarti tidak mengambil sikap mengadili orang lain, meskipun dapat menilai tindakan dan perbuatan orang menurut norma-norma moralitas yang obyektif. Keterbukaan hati

22  

seorang konselor memungkinkan untuk menjadi peka terhadap pikiran dan perasaan orang lain.

2) Konselor Sekolah hendaknya memiliki kemampuan untuk berempati, yaitu mampu mendalami pikiran dan menghayati perasaan orang lain seolah-olah konselor sekolah sekolah pada saat ini menjadi orang lain tersebut, tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri.

c. Konselor sekolah memiliki kemampuan komunikasi dengan orang lain. Hal ini dapat ditandai dengan :

1) Konselor sekolah bertindak sejati dan berhati tulus, artinya berkata-kata dan berbuat tanpa memakai topeng atau bersandiwara, sungguh terlibat tanpa berpura-pura.

2) Bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain, artinya konselor secara sadar tidak memaksakan kehendaknya sendiri atas orang lain dan memaksa orang lain ke cara berpikir dan bertindak tertentu.

3) Mampu mendengarkan dengan baik artinya berusaha menangkap apa yang sebenarnya diungkapkan oleh orang lain, menggali makna yang terkandung dalam ungkapan orang lain.

Selain itu menurut Prayitno (Sukardi, 1985:30-32), seorang konselor sekolah hendaknya memperhatikan sembilan hal yang berkaitan dengan kriteria kepribadian seorang konselor sekolah, sebagai berikut:

   

a. Seorang konselor harus berperangai yang wajar dan dapat dicontoh. b. Konselor harus memiliki emosi yang stabil, tenang dan memberikan

kesejukan batin demi terwujudnya suasana bimbingan yang baik. c. Konselor dituntut mandiri untuk membantu klien agar mandiri.

d. Konselor hendaknya berbobot sebagai orang yang layak dimintai bantuan.

e. Penampilan konselor hendaknya menampakkan integritas/ keterpaduan kepribadiannya, yaitu dewasa, matang, dan emosinya yang stabil.

f. Seorang konselor hendaknya mampu mawas: mawas terhadap diri sendiri, mawas terhadap lingkungannya, dan mawas terhadap pribadi orang yang dibimbingnya. Dengan demikian konselor akan menjadi orang yang arif dan bijaksana.

g. Konselor juga perlu bersikap berani, yaitu berani memasuki usaha bimbingan dengan menampilkan pribadi tanpa topeng tertentu, berani mengisi usaha bimbingan dengan teknik dan materi dengan segala resikonya.

h. Pembimbing perlu memiliki inteligensi yang cukup tinggi sehingga mampu memikirkan dan mengelola suasana untuk mengubah tingkah laku terbimbing. Inteligensi yang tinggi memungkinkan pembimbing untuk menalar dengan baik.

i. Pembimbing yang dapat menalar dengan baik akan dapat memunculkan gagasan yang bermanfaat.

24  

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang yang sungguh-sungguh ingin menjadi konselor sekolah yang efektif harus bisa menerima tanggung jawab dan mampu menempatkan dirinya sendiri pada situasi yang mengandung resiko, baik pribadi, perasaan, menyangkut hubungan dengan orang lain dan jabatan. Kualitas pribadi dan nilai seorang konselor sekolah sangat menentukan apa yang terjadi di dalam proses bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan proses konseling di sekolah akan lebih efektif apabila konselor sekolah memiliki kemampuan profesional dalam bidangnya.

D. Kompetensi dan Tugas Konselor Sekolah

Dokumen terkait