• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 TERHADAP CIRI-CIRI KEPRIBADIAN

KONSELOR SEKOLAH

Asthi Pawitra Wijayanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun ajaran 2012/2013 terhadap kepribadian konselor sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan dikategorikan sebagai penelitian survei.

Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 sejumlah 80 siswa yang terdiri dari tiga kelas yaitu, VIIIA 27 siswa, VIIIB 27 siswa, dan VIIIC 26 siswa. Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Persepsi siswa terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah dengan jumlah 43 item. Aspek-aspek ciri-ciri kepribadian konselor sekolah menurut persepsi siswa dalam skala ini adalah mengenali diri sendiri, mampu memahami orang lain, dan memiliki kemampuan komunikasi dengan orang lain. Teknik analisis data yang digunakan adalah PAP tipe I.

(2)

ix ABSTRACT

THE PERCEPTIONS OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS AT SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA IN 2012/2013

ACADEMIC YEAR TOWARDS THE PERSONALITY CHARACTERISTICS OF SCHOOL COUNSELORS

By:

Asthi Pawitra Wijayanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This study aims to obtain the perceptions of the eighth grade students at SMP BOPKRI 3 Yogyakarta in 2012/2013 academic year towards the school counselors’ personality. This study belongs to descriptive quantitative research and is categorized as survey research.

The subject is all eighth grade students at SMP BOPKRI 3 Yogyakarta in 2012/2013 academic year. There were 80 students consisting of three classes, namely, VIIIA (27 students), VIIIB (27 students), and VIIIC 26 students. The research instrument used is a personality traits questionnaire of students’ perceptions on school counselors, consisting of 43 items. The aspects of school counselors’ personality traits perceived by the students in this scale are knowing oneself, being able to understand others, and having good communication skills with others. The technique of data analysis used is PAP type I.

(3)

PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 TERHADAP CIRI-CIRI KEPRIBADIAN

KONSELOR SEKOLAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Asthi Pawitra Wijayanti

NIM : 071114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 TERHADAP CIRI-CIRI KEPRIBADIAN

KONSELOR SEKOLAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Asthi Pawitra Wijayanti

NIM : 071114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

   

(6)

iii  

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Segala Sesuatu ada masanya, Untuk apapun Di Bawah Langit ada

Waktunya (Pengkhotbah 3: 1)

Ia Membuat Segala Sesuatu Indah pada Waktunya, Bahkan Ia

Memberikan Kekekalan dalam Hati Mereka.

(8)

v

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

¾

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberkatiku

¾

Bapak dan Ibu yang selalu mengingatkan

¾

Mba Ika, Mas Apiet, dan Mas Adi yang selalu memotivasi saya

¾

Dosen pembimbing

¾

Thomas Tito Aninditya yang selalu memberikan motivasi dan nasehat ketika saya

dalam kondisi apapun.

¾

Sahabat-sahabat saya di Depok yang selalu memotivasi saya dalam keadaan

apapun

(9)
(10)
(11)

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 TERHADAP CIRI-CIRI KEPRIBADIAN

KONSELOR SEKOLAH

Asthi Pawitra Wijayanti Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun ajaran 2012/2013 terhadap kepribadian konselor sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan dikategorikan sebagai penelitian survei.

Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 sejumlah 80 siswa yang terdiri dari tiga kelas yaitu, VIIIA 27 siswa, VIIIB 27 siswa, dan VIIIC 26 siswa. Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Persepsi siswa terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah dengan jumlah 43 item. Aspek-aspek ciri-ciri kepribadian konselor sekolah menurut persepsi siswa dalam skala ini adalah mengenali diri sendiri, mampu memahami orang lain, dan memiliki kemampuan komunikasi dengan orang lain. Teknik analisis data yang digunakan adalah PAP tipe I.

(12)

ix ABSTRACT

THE PERCEPTIONS OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS AT SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA IN 2012/2013

ACADEMIC YEAR TOWARDS THE PERSONALITY CHARACTERISTICS OF SCHOOL COUNSELORS

By:

Asthi Pawitra Wijayanti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This study aims to obtain the perceptions of the eighth grade students at SMP BOPKRI 3 Yogyakarta in 2012/2013 academic year towards the school counselors’ personality. This study belongs to descriptive quantitative research and is categorized as survey research.

The subject is all eighth grade students at SMP BOPKRI 3 Yogyakarta in 2012/2013 academic year. There were 80 students consisting of three classes, namely, VIIIA (27 students), VIIIB (27 students), and VIIIC 26 students. The research instrument used is a personality traits questionnaire of students’ perceptions on school counselors, consisting of 43 items. The aspects of school counselors’ personality traits perceived by the students in this scale are knowing oneself, being able to understand others, and having good communication skills with others. The technique of data analysis used is PAP type I.

(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi ini, baik pengalaman menyenangkan ataupun kurang menyenangkan. Semua pengalaman itu merupakan pelajaran yang amat sangat berharga bagi perkembangan diri penulis. Penulis menyadari bahwa seluruh pengalaman yang dialami saat mengerjakan sksipsi ini merupakan penyertaan dan pertolongan yang terindah dari Tuhan

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan, dukungan, perhatian dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(14)

xi

3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membekali banyak ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah.

4. Budi, S.Pd, sebagai Guru Bimbingan Konseling SMP Pangudi Luhur Sedayu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan uji coba instrument penelitian.

5. Paryadi, S.Pd, sebagai Kepala Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian terhadap kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

6. Tri Nurjayanti, S.Pd. dan Bapak Catur Suryo Nugroho S.Psi. Guru Bimbingan dan Konseling SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam pengambilan data di sekolah terhadap siswa kelas VIII.

7. Para Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.

8. Ayahku Drs. R. Mardiyatono dan ibuku Rahayuningsih, S.Pd yang tercinta yang selalu memberikan dukungan, cinta kasihnya, dan doa.

9. Kakak-kakak ku yang tercinta (Mas Adi, Mba Ika, dan Mas Apiet) yang selalu memberikan motivasi, perhatian, dan doa.

(15)

11.Teman-teman “Celupers” (Amel, Yovie, Cita, Gita, Tovhan, dan Ryan) yang memberikan semangat, motivasi dan doa walaupun dari jarak yang cukup jauh.

12.Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2006 (Mba Yanu, Mba Elda dan Mas Ligan) atas bantuan masukan dan pendapatnya dalam proses pengerjaan skripsi ini.

13.Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling 2007 (Hesti, Chacha, Osha, Jojo, Sr Via, Lusi, Lia,Lisa, Jarot, Kiyat, dan lainnya) atas kebersamaan dan saling berbagi suka dan duka selama duduk di bangku kuliah dan proses pengerjaan skripsi.

14.Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2008 (khususnya untuk osha) terimakasih atas bantuan, motivasi dalam proses pengerjaan skripsi ini.

15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi perhatian, bantuan dan dukungan yang baik secara tidak langsung maupun langsung selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Penulis mohon maaf apabila dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Terima Kasih. Tuhan memberkati

(16)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

(17)

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Hasil Penelitian... 5

E. Definisi Operasional... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi... 7

1. Pengertian Persepsi... 7

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 8

3. Persepsi Siswa tentang Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah ... 9

B. Karakteristik Remaja... 11

1. Pengertian Masa Remaja... 11

2. Karakteristik Masa Remaja... 12

3. Tugas Perkembangan Remaja... 16

C. Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah ... 16

1. Pengertian Ciri-ciri Kepribadian... 17

2. Pengertian Konselor Sekolah... 18

3. Ciri-ciri Kepribadian Sekolah... 19

D. Kompetensi dan Tugas Konselor Sekolah... 24

1. Kompetensi Konselor Sekolah... 24

(18)

xv BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... 30

B. Subyek Penelitian ... 31

C. Instrumen Pengumpulan Data... 31

D. Prosedur Pengumpulan Data... 33

1. Tahap Persiapan ... 33

2. Tahap Pengumpulan Data... 38

E. Teknik Analisis Data... 39

BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 40

B. Pembahasan... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kisi-kisi Kuesioner Ciri-ciri Kepribadian Konselor... 32

Tabel 2: Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas ... 36

Tabel 3: Kualifikasi Koefisiensi Korelasi ... 37

Tabel 4: Penggolongan Kualifikasi Berdasarkan PAP Tipe 1 ... 40

Tabel 5: Tingkat Persepsi Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Terhadap Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah ... 42

(20)

xvii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1: Presentase Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah SMP

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Uji Coba ... 55

Lampiran 2 : Hasil Pengolahan SPSS ... 61

Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Reliabilitas... 65

Lampiran 4 : Tabulasi Data Penelitian ... 70

Lampiran 5 :Kategori Persepsi Siswa Terhadap Ciri-Ciri Kepribadian Konselor Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013... 76

Lampiran 6 : Perhitungan Aspek-aspek Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah Menurut Persepsi Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013... 78

Lampiran 7 : Kuesioner Penelitian ... 80

Lampiran 8 : Surat Pengantar Uji Coba Instrumen ... 81

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menyajikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan di sekolah memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Dengan kata lain, siswa bukan hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan saja tetapi siswa juga dididik untuk memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri. Untuk mencapai tujuan yang maksimal dalam proses pendidikan, dituntut adanya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Proses bimbingan dan konseling di sekolah memegang peranan yang sangat sentral dalam membentuk kepribadian serta tingkah laku siswa. Pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan dan wajib diselenggarakan di sekolah serta dilaksanakan oleh tenaga profesional seperti konselor sekolah.

(23)

8-2

9) diantaranya adalah konfrontasi, tulus, jujur, hangat, empati, polos, hormat, dan

positive regard.

Pada saat Praktek Pengenalan Lapangan berlangsung pada pertengahan tahun 2010, dimana bantuan pelayanan bimbingan dan konseling pada siswa sangat diperlukan, agar siswa lebih berkembang dalam perannya sebagai remaja. Pada saat melakukan PPL, penulis menemukan banyak masalah mengenai proses konseling yang terjadi di sekolah tersebut. Masalah yang terjadi adalah banyak dari para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta merasa enggan untuk melakukan proses layanan bimbingan dan konseling dengan konselor sekolah mereka dan para siswa tersebut lebih memilih untuk melakukan proses bimbingan dan konseling dengan praktikan PPL. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan dibenak penulis tentang pelayanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah tersebut seperti apa. Banyak faktor yang mempengaruhi suatu proses layanan bimbingan dan konseling bisa berjalan dengan efektif.

(24)

   

seorang konselor sekolah memiliki ciri-ciri kepribadian yang sesuai dengan persepsi siswa. Jika pelayanan bimbingan tidak sesuai dengan ciri-ciri kepribadian konselor sekolah yang ada, maka proses pelayanan bimbingan tidak akan berlangsung efektif karena siswa juga mengalami kesulitan untuk membuka diri dengan konselor sekolah mereka. Apabila konselor sekolah tidak mampu menunjukkan sikap, sifat dan kemampuan seperti apa yang ada dalam persepsi siswa dalam pemberian layanan bimbingan di kelas dapat menimbulkan pandangan yang negatif dalam diri siswa tentang konselor sekolah.

Setiap siswa memiliki persepsi yang berbeda berkaitan dengan konselor sekolahnya, termasuk tentang ciri-ciri kepribadian konselor sekolahnya. Dimana ciri-ciri kepribadian tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektif atau tidaknya pelayanan bimbingan tersebut. Untuk mengungkapkan keadaan dibalik persoalan yang ada, perlu upaya untuk melihat pokok [ersoalan yang melatar belakangi keenganan siswa untuk datang kepada konselor sekolahnya.

(25)

4

bimbingan konseling di sekolah tersebut semakin dari semakin baik. Selain itu hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan kontribusi bagi pelaksanaan layanan bimbingan konseling di sekolah agar lebih baik kedepannya sehingga mengimplikasi proses pekayanan bimbingan dan konseling yang berlangsung di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimanakah persepsi siswa kelas VIII SMP 3 BOPKRI Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun ajaran 2012/2013 terhadap kepribadian konselor sekolah.

D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoritis

(26)

   

2. Manfaat Praktis a. Konselor Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi konselor sekolah dalam memperbaiki kualitas peningkatan mutu pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

b. Peneliti

1) Memberikan pengalaman belajar dan meneliti khususnya menyangkut tentang ciri-ciri kepribadian konselor yang ideal di mata siswa

2) Penelitian ini juga bisa menjadi jembatan untuk peneliti sebagai calon konselor, untuk berusaha memiliki ciri-ciri kepribadian ideal tersebut

E. Batasan Istilah

Berikut ini dijelaskan arti beberapa istilah yang terkait dalam judul penelitian.

1. Persepsi Siswa

(27)

6

2. Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah

(28)

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini dibahas teori yang berkaitan dengan masalah penelitian. Topik-topik dalam bab ini yaitu persepsi siswa tentang ciri-ciri kepribadian konselor sekolah, ciri-ciri kepribadian konselor sekolah, serta kompetensi, peran dan fungsi konselor sekolah.

A. Persepsi Siswa Tentang Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah 1. Pengertian Persepsi

Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception”, yang diambil dari bahasa Latin “perceptio”, yang berarti menerima atau mengambil. Menurut Leavitt, (Desmita, 2009 : 117), perception dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau ,engartikan sesuatu.

(29)

8  

peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi itu sendiri sebagai suatu proses memahami, menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan rangsangan melalui panca inderanya. Jadi, pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mendengar, mencium, melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu objek dalam melibatkan aspek psikologis dan panca indera.

David Krech dan Richard S Crutchfield dalam Rakhmad Jalaludin (2007 ; 51) membagi faktor-faktor yang menemukan persepsi menjadi 2, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.

a. Faktor Fungsional

(30)

   

b. Faktor Struktural

Faktor struktural adalah faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang menimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt adalah bila kita ingin memahami suatu peristiwa. Kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan.

3. Persepsi Siswa tentang Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah Persepsi siswa tentang ciri-ciri kepribadian konselor sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pandangan, pendapat dan penghayatan siswa terhadap suatu objek yaitu konselor sekolah, menjadi objek persepsi tersebut adalah ciri-ciri kepribadian konselor sekolah. Berbicara tentang persepsi siswa tentang ciri-ciri kepribadian konselor sekolah tentunya akan mempunyai cukup banyak arti yang berbeda-beda. Anggapan mengenai persepsi yang berbeda-beda biasanya dikarenakan faktor pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain yang dilihat langsung ketika berhadapan langsung dengan orang lain.

(31)

10  

tergantung dari siswa yang bersangkutan dalam menilai konselor di sekolahnya.

Winkel (2007,204) mengemukakan tentang kenyataan persepsi negatif terhadap konselor sekolah, antara lain :

a. Siswa tidak memahami hakikat pelayanan bimbingan, b. Siswa enggan memandang konselor sebagai satpam sekolah, c. Siswa enggan menghadap konselor karena mengira akan dimarahi,

lebih-lebih bila dipanggil,

d. Siswa takut menghadapi konselor karena khawatir akan kena sindiran teman “sudah berpenyakit stres”,

(32)

   

B. Karakteristik Remaja 1. Pengertian Masa Remaja

Menurut Santrock (2007:20) masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Sedangkan Feist dan Feist (2010:303) berpendapat bahwa masa remaja masuk dalam periode dari pubertas hingga masa dewasa awal, dimana masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan yang paling krusial karena di akhir periode ini, seseorang harus sudah mendapatkan rasa ego identitas yang tetap. Walaupun ego identitas tidak dimulai maupun diakhiri dimasa remaja, krisis antara identitas dan kebingungan identitas mencapai puncaknya selama tahapan ini. Dari krisis identitas timbul kesetiaan, kekuatan dasar masa remaja.

(33)

12  

2. Karakteristik Masa Remaja

Desmita (2009: 36-37) menjelaskan sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu:

a. Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan. b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.

c. Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.

d. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

e. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.

f. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

g. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.

(34)

   

Hurlock (1992: 207-209) menjelaskan ciri-ciri masa remaja sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode yang sangat penting

Masa remaja merupakan periode yang sangat penting karena mempunyai akibat yang langsung dan berjangka panjang terhadap sikap dan perilaku seseorang.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Periode peralihan tidak berarti terputus dari apa yang terjadi sebelumnya, melainkan sebuah peralihan dari satu tahap berikutnya. Artinya, apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya sehingga mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru. Pada masa remaja, remaja bukan lagi anak kecil tetapi juga bukan orang dewasa, oleh karena itu remaja harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan harus mempelajari pola perilaku dan sikap yang baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Masa remaja sebagai masa perubahan, dimana terjadi perubahan fisik, psikis dan perilaku yang berlangsung pesat. Secara umum ada empat perubahan yaitu:

(35)

14  

2) Perubahan tubuh dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial sehingga menimbulkan masalah baru.

3) Berubahnya minat pada pola perilaku sehingga nilai-nilai berubah.

4) Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja menuntut kebebasan tetapi takut bertanggung jawab akan akibat tingkah lakunya.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan karena sepanjang masa kanak-kanak, masalah yang dialami anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalahnya. Penyebab lainnya adalah karena para remaja merasa dirinya sudah mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan cenderung menolak bantuan orang tua dan guru-guru.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

(36)

   

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Masa remaja disebut sebagai usia yang menakutkan karena adanya anggapan negatif mengenai remaja, yaitu remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, anak-anak yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Masa remaja disebut sebagai masa yang tidak realistik karena remaja memandang diri dan orang lain menurut keinginannya sendiri dan bukan sebagaimana adanya.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Masa remaja merupakan ambang masa dewasa, hal ini ditandai dengan cara berpakaian, bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa pada umumnya.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Havighurst (Hurlock,1992:10) tugas-tugas perkembangan remaja terdiri dari:

a. Mencapai suatu hubungan yang baru dan lebih matang antara lawan jenis yang seusia.

b. Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminin.

c. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya

secara lebih efektif.

(37)

16  

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karir ekonomi

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan utnuk berperilkau dan mengembangkan ideologi.

Dari uraian diatas telah jelas bahwa remaja perlu mengetahui dan memahami perannya, agar dapat melaksanakan tugas perkembangan yang dibebankan kepadanya dengan baik. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan pada masa remaja menunjukan bahwa remaja dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan sehingga remaja merasa bahagia apabila berhasil melaksanakan tugas perkembangannya. Remaja juga dapat mengalami kegagalan dalam menjalankan tugas perkembangannya. Kegagalan ini bisa membuat remaja merasa kecewa, putus asa dan tidak berguna.

(38)

   

C. Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah 1. Pengertian Ciri-ciri Kepribadian

Ciri-ciri dapat diartikan sebagai suatu tanda atau sifat yang khas untuk membedakan sesuatu hal yang khusus dari hal yang lainnya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:215)

Istilah atau kata “kepribadian” (personality) berasal dari dari bahasa Latin yaitu persona, mengacu pada topeng yang dipakai oleh aktor romawi dalam pertunjukan roman Yunani. Menurut Feist & Feist (2010: 03-04) Ketika psikolog menggunakan istilah “kepribadian”, mereka mengacu pada sesuatu yang lebih dari sekedar peran yang dimainkan seseorang. Para teoritikus kepribadian tidak setuju dengan definisi tunggal kepribadian, mereka menyusun teori yang unik dan vital karena mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai sifat dasar manusia, dan karena masing-masing dari mereka melihat kepribadian dari sudut pandang pribadi.

Walaupun tidak ada definisi tunggal yang bisa diterima oleh semua teoritikus kepribadian, menurut Feist & Feist (2010:04-05) dapat dikatakan bahwa:

(39)

18  

Winkel dan Hastuti (2007:183) berpendapat bahwa ciri-ciri kepribadian dapat diartikan sebagai “semua sifat yang melekat pada diri pribadi seseorang dan semua sikap yang diambil dalam menunaikan tugas-tugasnya”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tingkah laku, sifat dan perilaku individu yang dapat membedakannya dengan orang lain.

2. Pengertian Konselor Sekolah

Konselor sekolah merupakan petugas profesional, artinya secara formal telah disiapkan dan dididik secara khusus untuk menguasai seperangkat kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling. Menurut Winkel dan Hastuti (2007 : 167-168) konselor sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan.

Sukardi (1985 : 19) mengatakan bahwa konselor sekolah adalah merupakan petugas profesional, artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Jadi dapat dikatakan bahwa seorang konselor di sekolah memang telah disiapkan untuk menjadi tenaga-tenaga profesional dalam pengetahuan, pengalaman, dan kualitas pribadinya dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

(40)

   

3. Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah

Dalam kehidupannya sehari-hari dan melaksanakan tugasnya di sekolah seorang konselor sekolah hendaknya memiliki ciri-ciri kepribadian yang baik agar pelaksanaan dan pelayanan bimbingan berjalan dengan lancar dan tidak mengundang persepsi yang negatif bagi perannya di sekolah. Ciri-ciri kepribadian konselor sekolah terlihat dari sifat dan sikap yang tampak dalam keseharian dan cara kerjanya dalam melakukan pelayanan bimbingan, bersikap ramah, memiliki sopan santun dalam beretiket, mampu menyimpan rahasia konseli dengan baik, dan tidak memiliki sifat munafik dalam kesehariannya.

Seorang konselor sekolah di dalam menjalankan tugas-tugasnya harus mampu melakukan peranan yang berbeda-beda dari situasi ke situasi yang lainnya. Pada situasi tertentu terkadang konselor harus berperan sebagai seorang teman dan pada situasi yang berikutnya berperan sebagai pendengar yang baik atau sebagai pengobar/pembangkit semangat, atau peranan-peranan lain yang dituntut oleh klien dalam proses konseling. Kualitas-kualitas dan nilai-nilai pribadi merupakan alas yang mendasari segala sesuatu yang lain. Ketrampilan dan teknik-teknik yang dimiliki konselor adalah penting namun hal ini saja tidak mencukupi

Siswohardjono (1991;193-198) menyatakan bahwa kualitas atau kepribadian konselor ditentukan oleh berbagai hal, diantaranya :

(41)

20  

tingkah laku dan tanggapan-tanggapan yang diberikan terhadap rangsang yang dihadapinya, misalnya peramah, penyabar, penuh pemahaman, dan sebagainya.

b. Ditentukan oleh sifat yang menonjol yang dimiliki seseorang. Orang yang mengikuti pendapat ini akan melukiskan pribadi seseorang dengan satu sifat atau sikap yang menonjol yang dimiliki orang yang dilukiskan itu, berbeda dengan mereka yang mengikuti pendapat pertama, yang dalam melukiskan pribadi akan menyebutkan sejumlah atribut : ia penyabar, pendiam dan dapat dipercaya.

c. Memantapkan pribadi, kemasakan pribadi dapat juga dipakai sebagai kriteria; misalnya seseorang dikatakan “tak berpribadi”, “ia berpribadi dewasa”.

d. Kesehatan pribadi; pribadi yang sehat akan berfungsi secara penuh. Ia hidup berdamai dengan diri sendiri dan dengan lingkungannya. Ia tidak labil, artinya tidak mudah diombang-ambingkan oleh pengalaman yang kurang menyenangkan.

(42)

   

mengatakan bahwa konselor sekolah yang tidak memiliki kepribadian yang baik, akan mengalami hambatan yang serius dalam pekerjaannya.

Seorang konselor yang profesional hendaknya memiliki ciri-ciri kepribadian yang berkualitas seperti yang dijelaskan oleh Belkin (Winkel dan Hastuti, 2007:184-186). Ciri-ciri tersebut antara lain :

a. Konselor sekolah atau konselor sekolah mampu mengenali diri sendiri. Hal ini ditandai dengan :

1) Merasa aman dengan diri sendiri artinya mempunyai rasa percaya diri, rasa harga diri, tidak merasa cemas dan gelisah dengan diri sendiri.

2) Percaya pada orang lain berarti mampu memberikan sesuatu dari kepribadian orang lain.

3) Memiliki keteguhan hati berarti berani untuk memberikan pelayanan bimbingan, dan mengambil resiko tidak selalu mendapat tanggapan yang positif atau mendapatkan balas jasa dalam bentuk dikagumi serta dihargai.

b. Konselor Sekolah mampu memahami orang lain. Kualitas ini menuntut keterbukaan hati dan kebebasan dari cara berpikir yang kaku menurut keyakinan/ pandangan pribadi.

(43)

22  

seorang konselor memungkinkan untuk menjadi peka terhadap pikiran dan perasaan orang lain.

2) Konselor Sekolah hendaknya memiliki kemampuan untuk berempati, yaitu mampu mendalami pikiran dan menghayati perasaan orang lain seolah-olah konselor sekolah sekolah pada saat ini menjadi orang lain tersebut, tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri.

c. Konselor sekolah memiliki kemampuan komunikasi dengan orang lain. Hal ini dapat ditandai dengan :

1) Konselor sekolah bertindak sejati dan berhati tulus, artinya berkata-kata dan berbuat tanpa memakai topeng atau bersandiwara, sungguh terlibat tanpa berpura-pura.

2) Bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain, artinya konselor secara sadar tidak memaksakan kehendaknya sendiri atas orang lain dan memaksa orang lain ke cara berpikir dan bertindak tertentu.

3) Mampu mendengarkan dengan baik artinya berusaha menangkap apa yang sebenarnya diungkapkan oleh orang lain, menggali makna yang terkandung dalam ungkapan orang lain.

(44)

   

a. Seorang konselor harus berperangai yang wajar dan dapat dicontoh. b. Konselor harus memiliki emosi yang stabil, tenang dan memberikan

kesejukan batin demi terwujudnya suasana bimbingan yang baik. c. Konselor dituntut mandiri untuk membantu klien agar mandiri.

d. Konselor hendaknya berbobot sebagai orang yang layak dimintai bantuan.

e. Penampilan konselor hendaknya menampakkan integritas/ keterpaduan kepribadiannya, yaitu dewasa, matang, dan emosinya yang stabil.

f. Seorang konselor hendaknya mampu mawas: mawas terhadap diri sendiri, mawas terhadap lingkungannya, dan mawas terhadap pribadi orang yang dibimbingnya. Dengan demikian konselor akan menjadi orang yang arif dan bijaksana.

g. Konselor juga perlu bersikap berani, yaitu berani memasuki usaha bimbingan dengan menampilkan pribadi tanpa topeng tertentu, berani mengisi usaha bimbingan dengan teknik dan materi dengan segala resikonya.

h. Pembimbing perlu memiliki inteligensi yang cukup tinggi sehingga mampu memikirkan dan mengelola suasana untuk mengubah tingkah laku terbimbing. Inteligensi yang tinggi memungkinkan pembimbing untuk menalar dengan baik.

(45)

24  

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang yang sungguh-sungguh ingin menjadi konselor sekolah yang efektif harus bisa menerima tanggung jawab dan mampu menempatkan dirinya sendiri pada situasi yang mengandung resiko, baik pribadi, perasaan, menyangkut hubungan dengan orang lain dan jabatan. Kualitas pribadi dan nilai seorang konselor sekolah sangat menentukan apa yang terjadi di dalam proses bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan proses konseling di sekolah akan lebih efektif apabila konselor sekolah memiliki kemampuan profesional dalam bidangnya.

D. Kompetensi dan Tugas Konselor Sekolah 1. Kompetensi Konselor Sekolah

Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor penentu bagi pencapaian konseling yang efektif, disamping faktor pengetahuan tentang dinamika perilaku dan keterampilan terapeutik atau konseling. Jadi dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa konselor sekolah memang sengaja dibentuk menjadi tenaga-tenaga yang profesional yang berkompeten dalam pengetahuan, pengalaman dan kualitas pribadinya dalam proses bimbingan dan konseling. Konselor yang memiliki kompetensi, melahirkan rasa percaya pada diri klien untuk meminta bantuan konseling terhadap konselor tersebut.

(46)

   

akan belajar dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan bahagia. Konselor yang lemah fisiknya, lemah kemampuan intelektualnya, sensitif emosinya, kurang memiliki kemampuan dalam berhubungan sosial, dan kurang memamahami nilai-nilai moral maka dia tidak akan mampu mengajarkan kompetensi-kompetensi tersebut kepada klien.

Sosok utuh kompetensi konselor menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 27 tahun 2008 ABKIN tahun 2009 terdiri atas empat komponen yang berbeda namun terintegrasi dalam praksisi sehingga tidak bisa dipisahkan, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional. Kompetensi tersebut dijabarkan seperti yang tertera di bawah ini:

a. Kompetensi Pedagogik

1) Menguasai teori dan praksis pendidikan.

2) Mengaplikasi perkembangan fisiologis dan psikologi serta perilaku konselor.

3) Menguasai esensi pelayananan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan.

b. Kompetensi Kepribadian

1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan memilih.

(47)

26  

4) Menampilkan kinerja yang berkualitas. c. Kompetensi Sosial

1) Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja. 2) Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi Bimbingan dan

Konseling.

3) Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi. d. Kompetensi Profesional

1) Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan dan masalah konseli.

2) Menguasai kerangka teoretik dan praksis Bimbingan dan Konseling.

3) Merancang program Bimbingan dan Konseling.

4) Mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif.

5) Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling. 6) Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional. 7) Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam Bimbingan dan

Konseling.

(48)

   

konselor yang “utuh” harus memiliki berbagai komponen kompetensi yaitu kompetensi akademik dan profesional, dalam komponen tersebut terdapat unsur tentang kepribadian yang sama-sama saling berkesinambungan dalam membentuk seorang konselor menjadi lebih profesional dibidangnya.

2. Tugas Konselor

Selain kompetensi yang harus dimiliki konselor agar kualitas kepribadian konselor bisa memperlancar proses suatu bimbingan dan konseling, tidak dipungkiri bahwa konselor sekolah juga masih harus melaksanaakan tugas utamanya sebagai seorang konselor sekolah. Pada kenyataannya tugas seorang konselor sekolah masih dipandang sebelah mata oleh banyak orang karena berbeda dengan tugas guru yang lainnya. Oleh karena itu tugas-tugas yang diembannya pun mempunyai kriteria khusus dan tidak semua orang atau semua profesi dapat melakukannya termasuk juga guru yang mengajar dikelas. Karena bukan hanya melakukan tugasnya sebagai seorang pengajar tetapi pengembangan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan juga mempengaruhi kinerja kerja seorang konselor sekolah.

Tugas-tugas konselor sekolah tersebut antara lain :

a. Bertanggung jawab tentang keseluruhan pelaksanaan layanan konseli di sekolah.

(49)

28  

c. Memilih dan mempergunakan berbagai instrumen psikologis untuk memperoleh berbagai informasi mengenai bakat khusus, minat, kepribadian, dan intelegensinya untuk masing-masing siswa.

d. Melaksanakan bimbingan kelompok maupun bimbingan individual (wawancara konseling).

e. Mengumpulkan, menyusun dan mempergunakan informasi tentang berbagai permasalahan pendidikan, pekerjaan, jabatan atau karir, yang dibutuhkan oleh guru bidang studi dalam proses belajar mengajar.

f. Melayani orang tua/wali murid yang ingin mengadakan konsultasi tentang anak-anaknya (Sukardi, 1985 : 20).

Untuk menjalankan tugasnya, maka menurut Sukardi (1985 : 22) seorang konselor harus memenuhi persyaratan tertentu, diantaranya persyaratan pendidikan formal, kepribadian, latihan atau pengalaman khusus. Selain itu, masih banyak anggapan bahwa peranan konselor sekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah (Prayitno, 1988, 122).

(50)

   

mempunyai masalah guna membantu dan memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan kesulitan atau masalah.

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan secara berturut-turut mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berada dalam ruang lingkup pendidikan, khususnya bidang bimbingan dan konseling di sekolah. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif dan dikategorikan sebagai penelitian survei karena tujuan penelitian ini ialah untuk mengumpulkan informasi tentang ciri-ciri kepribadian konselor sekolah. Menurut Furchan (2005:415) penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengungkapkan keadaan gejala apa adanya, sedangkan menurut Arikunto (2010:250) mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian bukan eksperimen karena tidak dimaksudkan untuk mengetahui akibat dari suatu perlakuan. Sugiyono (2009:14) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik.

(52)

 

B. Subjek Penelitian

Survei yang mencakup populasi yang diteliti disebut sensus, sedangkan survei yang hanya menyelidiki sebagian dari populasi disebut survei sampel (Furchan, 2005: 419). Penelitian ini termasuk dalam jenis sensus, karena meneliti seluruh siswa kelas VIII yang ada di sekolah tersebut dari responden yang ada

Pengambilan subjek penelitian diambil dari keseluruhan siswa kelas VIII SMP BOPKRI III Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 80 siswa yang berada di tiga kelas yaitu kelas terdiri dari 3 kelas yaitu VIIIA sejumlah 27 siswa, VIIIB sejumlah 27 siswa, dan VIIIC sejumlah 26 siswa.

C. Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, yakni teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2009: 199).

(53)

32  

[image:53.612.71.536.172.623.2]

Item-item kuesioner disusun berdasarkan pada aspek ciri-ciri kepribadian konselor menurut Winkel dan Hastuti (2007) yaitu: Mengenali diri sendiri, mampu memahami orang lain, memiliki kemampuan komunikasi dengan orang lain.

Tabel 1

Kisi-Kisi Kuesioner Ciri-ciri Kepribadian Konselor

No Aspek Indikator Item Jumlah

1. Mengenali Diri Sendiri

1.1Merasa aman dengan dirinya sendiri

1.2Percaya kepada orang lain 1.3Memiliki keteguhan hati

dengan berani mengambil resiko tidak mendapat tanggapan yang baik

1,2,3,4,5 6,7,8,9 10,11,12,13,14 14 2. Mampu memahami orang lain

2.1Memiliki keterbukaan hati

2.2Bebas dari cara berfikir yang kaku menurut keyakinan dan pandangan pribadi

2.3Memiliki kemampuan berempati 15,16,17,18,19 20,21 22,23,24,25 26 27,28,29 15 3. Memiliki kemampuan komunikasi dengan orang lain.

3.1Bertindak sejati dan berhati tulus

3.2Konselor sekolah bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain

3.3Konselor sekolah mampu menjadi pendengar yang baik

30,31,32,33,34 35,36,37,38 39

(54)

 

D. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

a. Menghubungi pihak SMP Pangudi Luhur Sedayu untuk meminta ijin mengadakan ujicoba penelitian.

b. Menyiapkan kuesioner yang digunakan untuk menggali data dengan langkah-langkah berikut :

1) Menjabarkan aspek ciri-ciri kepribadian konselor sekolah ke dalam indikator-indikatornya.

2) Menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator ciri-ciri kepribadian konselor sekolah.

c. Mengkonsultasikan kuesioner yang telah dibuat kepada dosen pembimbing.

d. Mengadakan uji coba kuesioner

(55)

34  

1) Validitas Instrumen

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2004: 5). Validitas menunjuk pada “sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa sebenarnya diukur oleh alat tersebut” (Furchan, 2005: 293). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang valid. Instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009:173).

Jenis validitas yang digunakan adalah validitas konstruk. Suatu kuesioner yang baik harus dapat mengukur dengan jelas kerangka dari penelitian yang akan dilakukan. Pengujian validitas konstruk sangat penting artinya terutama dalam pengembangan dan evaluasi terhadap skala-skala keprbadian (Azwar, 2004: 131).

Validitas konstruk ini menunjuk kepada seberapa jauh suatu tes mengukur sifat atau bangunan-pengertian (construck) tertentu. Validitas konstruk suatu tes menunjuk kepada sejauh mana hasil tes itu dapat ditafsirkan menurut bangunan-pengertian tersebut (Furchan, 2007:301).

(56)

 

XY

r =

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Keterangan : XY

r = koefisiensi korelasi antara skor total kuesioner dan total butir. N = jumlah subyek

X = skor sub total kuesioner item tertentu yang akan diuji validitasnya

Y = skor total butir kuesioner yang akan diuji validitasnya.

Untuk menghitung koefisien korelasi validitas item, digunakan SPSS agar perhitungan menjadi lebih mudah dan cepat. Perhitungan dengan SPSS menggunakan patokan yaitu 0,30. Jika koefisien korelasinya > 0,30 maka item yang bersangkutan dinyatakan valid. Jika koefisien korelasinya < 0,30 maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang (Sugiyono, 2010:179).

(57)
[image:57.612.66.528.117.657.2]

36  

Tabel 2

Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Ujicoba Aspek Ciri-ciri Kepribadian

Konselor Sekolah Jumlah item sebelum uji coba Jumlah item yang gugur Jumlah item yang valid Mengenal diri sendiri 14 1 13 Mampu memahami orang lain 15 - 15

Memiliki kemampuan komunikasi dengan orang lain

15 - 15

2) Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability

yang mempunyai asal kata rely dan ability. Reliabilitas mempunyai beberapa nama lain seperti keterpercayaan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya namun ide pokok yang terkandung di dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2004:4).

(58)

 

[image:58.612.70.537.214.656.2]

Perhitungan koefisiensi korelasi dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 14. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen uji coba yaitu 0, 929 dengan klasifikasi sangat tinggi. Menurut Masidjo (1995: 209) mengelompokkan kualifikasi koefisien reliabilitas yaitu sebagai berikut:

Tabel 3

Kualifikasi Koefisiensi Korelasi

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat tinggi

0,71-0,90 Tinggi 0,41-0,70 Cukup 0,21-0,20 Rendah Negatif-0,20 Sangat rendah

Reliabilitas ini mengukur sejauhmana hasil pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah, atau sejauhmana hasil pengukuran dapat dipercaya. Kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah konsistensi, keajegan atau tidak berubah-ubah. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (split

half), dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

(59)

38  

Setelah dihitung dengan rumus Spearman-Brown, diperoleh koefisien korelasi reliabilitas 0,963. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen ini termasuk sangat tinggi.

e. Setelah melaksanakan uji coba dan melakukan analisis validitas dan reliabilitas, hasil uji coba dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. f. Jumlah item pernyataan yang valid dan reliabel sebanyak 43 item. g. Pada tanggal 20 juli 2012 menemui pihak sekolah SMP BOPKRI 3

Yogyakarta untuk meminta ijin melakukan pengumpulan data dan menyepakati waktu pengisian kuesioner.

2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data

Kuesioner persepsi siswa terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah yang digunakan untuk penelitian sudah valid dan reliabel karena sudah diuji cobakan. Jumlah item kuesioner yang digunakan untuk pengumpulan data sebanyak 43 item. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2013 jumlah siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang mengisi kuesioner persepsi siswa terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah sebanyak 80 siswa.

(60)

 

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skoring jawaban subjek, tabulasi data, menghitung total jawaban, menghitung presentase, dan membuat peringkat berdasarkan hasil perhitungan.

Langkah-langkah teknik analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Setiap item diberikan skor sesuai dengan pilihan jawaban yang sudah tersedia yaitu Setuju (S) = diberi skor 4, Kurang Setuju (KS) = diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) = diberi skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = diberi skor 1 2. Membuat tabulasi data dan menghitung skor total dari masing-masing item

kuesioner dan skor rata-rata subjek maupun rata-rata butir dengan menggunakan komputer yang memiliki program Microsoft office excel.

3. Menghitung persentase berdasarkan frekuensi yang telah diperoleh untuk setiap item per indikator.

(61)
[image:61.612.71.539.103.630.2]

40  

Tabel 4

Penggolongan Kualifikasi Berdasarkan PAP Tipe 1

Kriteria Klasifikasi 90%-100% Sangat tinggi

(62)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang telah diolah sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan pada bab I yaitu menjawab pertanyaan tentang Bagaimanakah persepsi siswa kelas VIII SMP 3 BOPKRI Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah

A. Hasil Penelitian

Deskripsi hasil kepribadian konselor sekolah yang dimiliki oleh konselor sekolah menurut persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 merupakan jawaban masalah penelitian yaitu : Bagaimanakah persepsi siswa kelas VIII SMP 3 BOPKRI Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah.

(63)
[image:63.612.70.540.166.588.2]

42

Tabel 5

Tingkat Persepsi Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 terhadap Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah.

Kategori Patokan Frekuensi Presentase Sangat Tinggi 90% - 100% 56 orang 70 %

Tinggi 80% - 89% 21 orang 26 % Cukup 65% - 79% 3 orang 4 %

Rendah 55% - 64% - -

Sangat Rendah >55% - -

Keterangan:

1. Terdapat 56 orang (70%) siswa yang memiliki persepsi bahwa ciri-ciri kepribadian yang dimiliki konselor sekolah sudah sangat tinggi.

2. Terdapat 21 orang (26%) siswa yang memiliki persepsi bahwa ciri-ciri kepribadian yang dimiliki konselor sekolah sudah tinggi.

3. Terdapat 3 orang (4%) siswa yang memiliki persepsi bahwa ciri-ciri kepribadian yang dimiliki konselor sekolah sudah cukup.

4. Tidak ada siswa yang memiliki persepsi bahwa ciri-ciri kepribadian yang dimiliki konselor rendah.

5. Tidak ada siswa yang memiliki persepsi bahwa ciri-ciri kepribadian yang dimiliki konselor sangat rendah.

(64)

 

Selain menghasilkan tingkat persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 terhadap Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah. Persentase Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 tampak pada tabel 6.

[image:64.612.71.535.181.711.2]

Tabel 6

Persentase Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

Ciri-ciri Kepribadian Konselor sekolah

Gradasi Frekuensi Prosentase (%)

N 1. Merasa aman dengan diri sendiri Setuju

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1368 192 18 0 86,7 12,2 1,1 0 5

2. Percaya kepada orang lain Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 825 276 28 5 72,8 24,3 2,5 0,4 4

3. Memilih keteguhan hati dengan berani mengambil resiko tidak mendapat tanggapan yang baik

Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1088 387 36 11 71,5 25,4 2,4 0,7 5

(65)

44

5. Bebas dari cara berfikir yang kaku menurut keyakinan dan pandangan pribadi Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1008 354 46 6 71,3 25,0 3,3 0,4 5

6. Memiliki kemampuan berempati Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 600 222 24 4 70,6 26,1 2,8 0,5 3

7. Bertindak sejati dan tulus Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1084 309 36 5 75,6 21,5 2,5 0,4 5

8. Bebas dari kecenderungannya menguasai orang lain

Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 944 204 24 3 80,3 17,4 2,0 0,3 4

9. Mampu menjadi Pendengar yang baik Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1142 297 32 0 77,6 20,2 2,2 0 5

(66)

m H c p i p s m p P maksimal ya Hasil prosen Persen Dari ciri-ciri kep pertama, 89 itu, dapat di pertama yait sendiri, per mengambil persentase 9 PAP tipe 1. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

ang harus di ntase masing

tase Ciri-cir Yogyaka hasil perhit pribadian ko

,1% untuk a ilihat dari pe

tu “mengena rcaya kepad resiko tida 92,1% dan in aspek 1

icapai / skor g-masing asp

ri Kepribad arta Tahun tungan di at onselor seko

aspek kedua, eringkat tert al diri sendir da orang l

ak mendap ni termasuk asp

r ideal per a pek dapat dil

Grafik 1 dian Konsel Ajaran 201 tas, menunju olah memilik , dan 91,2 % tinggi dari k ri” yang ter ain, dan m at tanggapa kedalam ku pek 2

aspek, kemu lihat dalam g

lor Sekolah 12/2013 Per ukan bahwa ki prosentas % untuk aspe

ketiga aspek rdiri dari me memiliki ke an yang b ualifikasi san

aspek 3

udian dikalik grafik,sebaga

SMP BOPK r Aspek

a, diatara ke se 92,1% un ek ketiga. O k tersebut ad erasa aman d eteguhan ha baik dengan ngat tinggi b

kan 100 %. ai berikut :

(67)

46

B. Pembahasan

Sebelum memaparkan pembahasan, ada beberapa hal yang perlu peneliti kemukakan sehubungan dengan berbagai keterbatasan yang masih terkandung dalam instrument penelitian dan pelaksanaan penelitian. Pertama bentuk kuesioner tertutup, tidak memungkinkan semua persepsi siswa tentang ciri-ciri kepribadian konselor sekolah dapat diungkap. Kedua, hasil penelitian ini bukan merupakan suatu hasil yang tetap atau abadi karena persepsi setiap orang dapat selalu berubah dari waktu kewaktu. Dalam penelitian saat ini persepsi siswa terhadap salah satu ciri kepribadian konselor sekolah akan berbeda dalam penelitian pada waktu yang lain, selain itu siswa masih berada dalam rentang umur yang masih muda dan sering berubah-ubah sikap dan pandangannya.

Pembahasan ini bermaksud mendiskusikan bagaimana persepsi siswa SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah. Penulis mempersempit kelima kategori menjadi 3 kategori agar tidak menjadi tumpang tindih. Kategori sangat tinggi dan tinggi disatukan menjadi kategori tinggi. Kategori cukup menunjukan bahwa siswa merasakan bahwa ciri-ciri kepribadian sudah cukup dimiliki oleh konselor sekolahnya. Kategori rendah dan sangat rendah disatukan menjadi kategori rendah.

(68)

 

Hasil penelitian juga menunjukan terdapat 3 siswa yang memiliki persepsi bahwa konselor sekolahnya memiliki ciri-ciri kepribadian konselor yang cukup. Hal ini berarti siswa telah merasakan dan mengalami pntingnya ciri-ciri kepribadian konselor sekolah,tetapi ciri-ciri kepribadian yang dimiliki oleh konselor sekolah menurut Belkin perlu ditingkatkan. Siswa yang memiliki persepsi bahwa ciri-ciri kepribadian yang dimiliki oleh konselor sekolah adalah cukup telah menunjukan pemahaman terhadap pentingnya ciri-ciri kepribadian, namun ciri-ciri kepribadian tersebut harus diperoleh juga. Sedangkan menurut hasil penelitian menunjukan tidak terdapat siswa yang memiliki persepsi rendah terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah.

Dalam bagian berikut, berturut-turut akan dibahas mengenai persepsi siswa terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah:

1. Mengenal diri sendiri

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aspek persepsi siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta mengenai ciri-ciri kepribadian konselor sekolah memiliki presentase 92,1% dan tingkat klasifikasinya sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan yang diharapkan siswa dimana seorang konselor sekolah hendaknya mampu untuk mengenal dirinya sendiri, seperti halnya bisa merasa aman dengan diri sendiri, bisa percaya kepada orang lain, dan memiliki keteguhan hati dengan berani mengambil resiko tidak mendapat tanggapan yang baik dari orang lain.

(69)

48

menyadari keunikannya sendiri dan kelebihannya, serta harus tahu dalam usaha-usaha apa yang kiranya akan lebih berhasil. Konselor yang merasa aman dengan dirinya sendiri biasanya mempunyai rasa percaya diri, rasa harga diri, dan tidak gampang merasa cemas atau gelisah. Diharapkan ketika seorang konselor mempunyai rasa percaya diri yang cukup itu akan bisa menjadi contoh bagi para siswa untuk bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada dirinya sendiri.

Dengan adanya kepercayaan dari siswa, maka konselor sekolah akan memperoleh keakraban, kedekatan dan keberadaanya dibutuhkan oleh para siswanya. Hal ini akan menimbulkan relasi yang dekat dan akrab dengan siswanya, sehingga konselor sekolah juga bisa melaksanakan tugasnya dengan perasaan senang tanpa adanya beban yang berat dan bisa memiliki rasa percaya diri yang lebih besar lagi

2. Mampu memahami orang lain

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aspek mampu memahami orang lain menurut persepsi siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta mengenai ciri-ciri kepribadian konselor sekolah memiliki presentase 89,1% dan tingkat klasifikasinya tinggi. Mampu memahami orang lain menuntut konselor untuk memiliki keterbukaan hati dan kebebasan dari cara berfikir yang kaku menurut keyakinan / pandangan pribadinya saja.

(70)

 

empati yang diperlihatkan oleh konselor sekolah juga merupakan dukungan yang sangat besar artinya bagi siswa sehingga siswa tidak merasa sendirian dalam menanggung masalahnya.

3. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aspek memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain menurut persepsi siswa kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta mengenai ciri-ciri kepribadian konselor sekolah memiliki presentase 91,2, % dan tingkat klasifikasinya tinggi. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, menuntut konselor untuk bisa bertindak sejati dan tulus, bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain, serta mampu menjadi pendengar yang baik.

Sebagian siswa juga menginginkan konselornya menjadi pendengar yang baik, konselor sekolah yang demikian akan dipercaya oleh siswa. Dengan siswa merasa didengarkan maka timbul efek penerimaan dari siswa yang membuat siswa merasa tidak merasa sendiri dan diperhatikan oleh konselor sekolah, sehingga siswa juga akan dengan senang hati datang ke konselor sekolah apabila suatu ketika menghadapi suatu masalah yang sulit.

(71)

50

(72)

51 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran-saran. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari hasil penelitian pada saat penelitian ini dilaksanakan. Bagian saran memuat saran untuk pihak SMP Bopkri 3 Yogyakarta dan saran-saran terhadap terhadap orang yang mau melakukan penelitian sejenis.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai ciri-ciri kepribadian konselor menurut persepsi siswa SMP Bopkri 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 maka dapat disimpulkan bahwa : Sebagian besar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 memiliki persepsi bahwa ciri-ciri kepribadian yang dimiliki oleh konselor sekolahnya adalah positif. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tersebut berjalan secara efektif.

(73)

52

B. Saran

1. Bagi Sekolah

Pihak sekolah kiranya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai masukan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pelayanan BK di sekolah.

2. Bagi Konselor Sekolah

Konselor sekolah kiranya bisa meningkatkan kepribadiannya dalam pelayananan bimbingan terutama dalam aspek memahami orang lain, sehingga diharapkan konselor sekolah dapat menjalankan tugasnya sebaik mungkin dan dapat diterima oleh siswa di sekolah.

3. Bagi Peneliti Lain

(74)

53   

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Feist, Jess. & Feist, Gregory. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika. Furchan, Arief. 2005. Pengantar Penelitian dan Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional.

Hurlock, Elizabeth. 1992. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Jakarta: Balai Pustaka.

Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta. Kanisius

Prayitno. 1988. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pujosuwarno, Sayekti. 1992. Petunjuk Praktis Pelaksanaan Konseling. Yogyakarta: Menara Mas.

Rakhmat, Jalaludin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Santrock, 2007. Remaja. Jakarta: Erlangga.

Siswohardjono, Aryatmi. 1991. Perspektif Bimbingan dan Konseling dan

Penerapannya di Berbagai Institusi. Semarang: Satya Wacana.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut. 1985. Pengantar teori Konseling. Jakarta: Ghalia-Indonesia. Winkel, W.S. & Hastuti, M. Sri. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi

(75)

54   

(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)

 

item 1

Pearson correlation 0,337(**) Sig. (2-tailed) 0,003

N 76 item 2

Pearson correlation 0,302(**) Sig. (2-tailed) 0,008

N 76 item 3

Pearson correlation 0,341(**) Sig. (2-tailed) 0,003

N 76 item 4

Pearson correlation 0,448(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 5

Pearson correlation 0,613(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 6

Pearson correlation 0,326(**) Sig. (2-tailed) 0,004

N 76 item 7

Pearson correlation 0,492(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 8

Pearson correlation 0,627(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 9

Pearson correlation 0,464(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 10

Pearson correlation 0,329(**) Sig. (2-tailed) 0,004

N 76 item 11

Pearson correlation 0,714(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 12

Pearson correlation 0,671(**) Sig. (2-tailed) 0,000

(83)

62

Item Validitas Nilai item 13

Pearson correlation 0,497(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 14

Pearson correlation 0,222 Sig. (2-tailed) 0,053

N 76 item 15

Pearson correlation 0,503(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 16

Pearson correlation 0,633(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 17

Pearson correlation 0,665(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 18

Pearson correlation 0,546(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 19

Pearson correlation 0,530(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 20

Pearson correlation 0,678(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 21

Pearson correlation 0,541(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 22

Pearson correlation 0,579(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 23

Pearson correlation 0,377(**) Sig. (2-tailed) 0,001

N 76 item 24

Pearson correlation 0,608(**) Sig. (2-tailed) 0,000

(84)

 

item 25 Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 26

Pearson correlation 0,568(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 27

Pearson correlation 0,514(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 28

Pearson correlation 0,521(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 29

Pearson correlation 0,458(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 30

Pearson correlation 0,404(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 31

Pearson correlation 0,696(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 32

Pearson correlation 0,544(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 33

Pearson correlation 0,547(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 34

Pearson correlation 0,561(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 35

Pearson correlation 0,575(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 36

Pearson correlation 0,509(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 37

Pearson correlation 0,681(**) Sig. (2-tailed) 0,000

(85)

64

Item Validitas Nilai item 38

Pearson correlation 0,475(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 39

Pearson correlation 0,632(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 40

Pearson correlation 0,534(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 41

Pearson correlation 0,611(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 42

Pearson correlation 0,550(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 43

Pearson correlation 0,595(**) Sig. (2-tailed) 0,000

N 76 item 44

Pearson correlation 0,570(**) Sig. (2-tailed) 0,000

(86)

  XY

r = 

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N   XY

r =   

XY

r = 

 

XY r = 

√  

XY

r =   

XY r =  ,

Dikorelasikan dengan formula Spearman‐Brown

(87)

66  

 

RELIABILITY

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 76 98,7

Exclude

d(a) 1 1,3

Total 77 100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Part 1 Value ,955

N of Items 22(a)

Part 2 Value ,996

N of Items 22(b)

Total N of Items 44

Correlation Between Forms ,929

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length ,963

Unequal Length

,963

Guttman Split-Half Coefficient ,681

a The items are: item1, item2, item3, item4, item5, item6, item7, item8, item9, item10, item11, item12, item13, item14, it

Gambar

Tabel  1: Kisi-kisi Kuesioner Ciri-ciri Kepribadian Konselor.....................   32
Grafik 1: Presentase Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah SMP
Tabel 1  Kisi-Kisi Kuesioner Ciri-ciri Kepribadian Konselor
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Ujicoba
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan telah dilakukan Evaluasi Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas yang saudara tujukan kepada Kelompok Kerja (POKJA)

Secara parsial Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Profitabilitas, Opini Auditor, dan Ukuran KAP tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay , ini

Data atau program yang tersimpan dalam memori dapat diakses dan dieksekusi CPU melalui perantara bus. Melihat hasil eksekusi melalui monitor juga menggunakan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mencari dan membandingkan besar tegangan torsi, geser,dan lentur yang terjadi pada struktur balok

Hal tersebut tercermin oleh beberapa aparatur yang kurang sesuai antara keterampilan dan keahlian yang dimiliki dengan beban kerja, dan masih adanya pengangkatan

Rakyat semarang dan Gubernur Jawa Tengah menyambut dengan baik kedatangan Sekutu pada awalnya karena berharap dapat memberikan keuntungan bagi rakyat Semarang.. Bahkan,

Jika di dalam agama Islam aliran sesat adalah aliran yang mengingkari es- ensi dari Islam itu sendiri, yang tidak se- suai dengan Al-Qur’an maupun Hadist Rasulullah SAW..

(6) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b Pasal ini tidak atau kurang atau terlambat dibayar dalam