• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. HIDUP BERKOMUNITAS

A. Hidup Berkomunitas

3. Ciri- ciri Komunitas

3. Ciri-ciri Komunitas

sendiri dan terbuka terhadap segala masukan dan kritik. Komunitas yang menunjukkan simpatinya kepada sesama anggota komunitas dan bukan pada saat senang saja tetapi juga pada saat duka. Komunitas yang baik, komunitas yang mempunyai belas kasihan terhadap sesama, yang selalu mengajak kita perduli terhadap beban sesama kita. Komunitas harus sungguh-sungguh merupakan komunitas iman dengan ikatan hidup komunitas yang paling utama yaitu cinta kasih Kristus. Persatuan dalam komunitas berpangkal pada kehendak Bapa yang mengumpulkan kita menjadi satu. Komunitas diwujudkan dalam perjuangan bersama dan tidak terlepas pula dari perjuangan secara pribadi untuk mewujudkan kehendak Bapa dalam bimbingan Roh Kudus.

Komunitas religius bukanlah sekedar kelompok orang yang hanya mau melayani saja tetapi komunitas religius adalah orang-orang yang dipanggil oleh Allah agar mereka dapat menikmati anugerah rahmat khusus dalam hidup Gereja (LG, art 43) oleh karena itu hidup religius bercirikan mengikuti Kristus.

Untuk mengikuti Kristus yang hidup dalam suatu tarekat yang diakui oleh Gereja tentu memiliki aturan. Aturan tersebut untuk membantu setiap anggota untuk dapat sungguh-sungguh membaktikan diri kepada Allah lewat karya pelayanan yang ada dalam tarekat tersebut. Berdasarkan Konst SSpS (Hal: 45) ada tiga hal atau ciri-ciri yang harus dihidupi oleh seorang anggota komunitas untuk mencapai tujuan hidup dalam mengikuti Kristus yaitu: hidup berkaul, hidup doa dan hidup komunitas.

a. Hidup Berkaul

seutuhnya dengan ikatan ketiga kaul yaitu: keperawanan, kemiskinan dan ketaatan. Pertama, kaul keperawanan adalah suatu jalan mencinta dan dipelihara dengan cinta. Penyerahan diri yang total kepada Tuhan dan pengabdian tanpa pamrih kepada sesama, memperdalam persatuan kita dengan Kristus dan menjadi sumber kesuburan rohani. Cinta membebaskan hati untuk kepentingan Tuhan dan memberi kita kekuatan untuk tetap bersedia melanjutkan karya keselamatan Kristus di dunia. Dengan kaul keperawanan kita menyerahkan diri kepada Tuhan dengan cinta yang tak terbagi, melepaskan cinta perkawinan dan hidup berkeluarga (Konst SSpS, art. 206). Kedua, kaul kemiskinan adalah bahwa kita menerima pembatasan hak untuk memiliki, memperoleh, serta hak untuk menggunakan barang-barang. Dengan kaul kemiskinan kita juga melepaskan kebebasan menentukan benda-benda material serta kebebasan menggunakan harta milik (Konst SSpS, art. 211). Ketiga, kaul ketaatan, Kristus memanggil kita untuk melanjutkan ketaatan-Nya dalam hidup kita, oleh karena itu melalui jawaban yang bebas dan melalui kaul ketaatan kita mengikuti Dia dalam penyerahan-Nya yang total kepada kehendak Bapa. Sebagai anggota dalam tarekat berjanji untuk bersedia menerima dan melaksanakan apa yang diminta dan diperintahkan oleh pemimpin. Melalui ketaatan kita setiap hari Roh Kudus membawa kita semakin dalam ke dalam misteri Kristus serta menguatkan bila kita harus belajar taat melalui penderitaan seperti Kristus (Konst SSpS, art 218, 219). Hidup religius berarti hidup sebagai manusia kristiani yang menerima permandian dan memilih hidup berkaul sebagai jalan khusus yang dapat membantu kedekatanya dengan Kristus. Sebagai seorang religius, kaul merupakan sarana utama untuk mencapai persatuan dengan Allah. Kaul merupakan sarana dan hakekat hidup membiara

sekaligus ciri khas religius yang membedakan dari orang kristiani pada umumnya Hidup berkaul merupakan cara hidup yang ditempuh melalui nasehat-nasehat Injili. Nasehat Injili itu adalah hidup murni, miskin dan taat. Dalam Kitab Hukum Kanonik, pengertian kaul adalah: ”Kaul, yakni janji yang telah dipertimbangkan dan bebas mengenai sesuatu yang lebih baik dan terjangkau yang dinyatakan kepada Allah, harus dipenuhi demi keutamaan religi” (KHK, kan. 1191). Dengan mengikrarkan kaul para religius mempersembahkan diri kepada Allah dengan perantaraan Gereja dan digabungkan dalam ordo atau tarekat religius. Kaul yang diikrarkan oleh seorang anggota lembaga religius dan menyangkut hidup dalam kemurnian, kemiskinan dan ketaatan untuk seumur hidup. Kaul-kaul yang diucapkan para religius merupakan tantangan yang terus menerus, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Melalui kaul-kaul, hidup kaum religius diarahkan kepada pewartaan kabar baik. Para religius mewujudkan hidup hariannya melalui ketiga kaul, dengan berkomitmen dan pemberian diri yang total kepada Allah Dengan demikian dalam menghayati ketiga kaul ini, para religius lebih bebas melaksanakan karya cinta kasih kepada sesama.

a. Hidup Doa

Setiap komunitas religius akan selalu diwarnai dengan hidup doa. Seorang religius secara terus menerus hidup tanpa doa akan mengalami kekeringan dalam hidup, tidak bersemangat dan tidak membawa kebahagiaan dalam hidupnya Setiap komunitas religius perlu mengatur jadwal doa sedemikian rupa seperti doa-doa ibadat harian, rekoleksi, retret, penyembahan Sakramen Maha Kudus, devosi-devosi tertentu, doa rosario maupun doa-doa lain yang dapat dilakukan baik

secara pribadi maupun secara bersama. Dengan demikian semua anggota komunitas dapat hidup dengan baik dan mengalami persatuan yang akrab dengan Allah dan mampu menjalin relasi yang akrab dengan sesama anggota komunitas maupun sesama di luar komunitas.

b. Hidup Berkomunitas

Hidup religius adalah hidup dalam komunitas karena hidup religius hanya dapat diwujudkan lewat dan dalam komunitas. Sebagai religius hidup bersama dalam komunitas merupakan suatu hal atau unsur yang sangat penting. Dengan hidup bersama dalam komunitas setiap anggota komunitas diharapkan untuk saling melengkapi satu sama lain yang dilandasi dengan semangat persaudaraan. Seorang religius harus mampu untuk hidup dalam komunitas dan memiliki semangat persaudaraan.

Komunitas harus sungguh-sungguh merupakan komunitas iman dengan ikatan hidup komunitas yaitu cinta kasih Kristus. Persatuan dalam komunitas berpusat pada kehendak Bapa yang mengumpulkan kita menjadi satu. Hidup komunitas diwujudkan dalam perjuangan bersama juga tidak terlepas dari perjuangan secara pribadi untuk mewujudkan kehendak Bapa dalam bimbingan Roh Kudus. Anggota komunitas terdiri dari pribadi-pribadi yang berbeda dipanggil Kristus untuk hidup bersama dengan-Nya dan melaksanakan karya-Nya. Dengan demikian setiap anggota komunitas hendaknya memberikan kesaksian kepada sesama tentang kehadiaran Allah yang penuh cinta kasih. Ketiga ciri khas hidup religius yaitu hidup kaul, hidup doa dan hidup berkomunitas menjadi suatu kesatuan untuk dapat hidup dalam komunitas religius yang sejati dalam

mewartakan cinta kasih Allah kepada semua orang. Dengan demikian ketiga ciri khas hidup religius yaitu hidup berkaul, hidup doa dan hidup berkomunitas menjadi tanggung jawab setiap anggota komunitas untuk dapat mengikuti Kristus secara bebas dan total.

Dokumen terkait