• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. HIDUP BERKOMUNITAS

B. Dasar Hidup Komunitas Religius

1. Dasar Hidup Komunitas dalam Kitab Suci

Manusia, adalah makhluk sosial, yang sebenarnya tidak dapat hidup sendiri Kita membutuhkan sesama untuk saling melengkapi satu sama lain, saling mengenal, saling mendukung serta saling menghargai sebagai saudara dan sebagai satu keluarga Allah. Mengalami komunio atau persatuan dengan Tuhan dan sesama menjadi tanda-tanda yang mengawali perkembangan kekristenan perdana, seperti tertulis dalam kitab suci. Dalam Kis 2:44-47 dikatakan bahwa:

Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Kehidupan jemaat perdana diwarnai dengan semangat kasih persaudaraan, hal ini sesuai dengan amanat Yesus dalam Injil Yoh 15:12 bahwa, “Inilah perintah -Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu”. Untuk melihat satu sama lain sebagai saudara dan saudari adalah tradisi religius lama yang kita bagikan. Sejak awal, para rasul sudah membentuk hidup bersama

atau hidup berkomunitas. Dengan hidup bersama, mereka saling menerima dan mencoba untuk berbagi apa saja yang telah mereka terima dan miliki. Sikap menghargai satu sama lain melalui tutur kata dan perilaku melambangkan adanya persaudaraan di dalam komunitas. Tanpa adanya sikap saling menghargai satu sama lain, mustahil akan terwujud persaudaraan yang jujur dan tulus persaudaraan tanpa kepura-puraan dan kecurigaan. Kebersamaan atau persaudaraan yang bertumbuh dan berkembang dalam cinta merupakan tujuan terdalam dari setiap anggota dalam komunitas, yaitu cinta kepada Tuhan, cinta kepada sesama dan cinta akan diri sendiri.

Dengan itu kehidupan bersama menjadi tempat kita berbagi melalui berbagai macam anugerah yang kita terima. Kita saling berbagi anugerah, diantarnya: kebahagian, waktu, talenta, milik, pengalaman iman, kerasulan, humor, tugas dan tanggung jawab, juga saling menanggung dan mengatasi kelemahan, kegagalan dan keterbatasan. Kita juga perlu belajar untuk menerima dan mencintai perbedaan sebagai suatu kekayaan, saling belajar satu sama lain dan menjadi sarana untuk membangun kekuatan. Sebagaimana satu tubuh terdiri atas berbagai macam anggota yang saling melengkapi dan tak terpisahkan satu sama lain, demikian pula dalam hidup bersama, satu sama lain saling melengkapi dari keanekaragaman yang ada (1 Kor 12:12-31).

Komunitas kaum religius terbentuk dari berbagai macam pribadi, namun disatukan oleh kasih llahi. Hal ini menuntut dari setiap pribadi kesetiaan dan kreatifitas untuk tetap berada dalam kebersamaan, persaudaraan dan kesatuan serta rasa tanggung jawab. Setiap orang menyumbang sikap hati yang tulus dalam berbagi hidup, pengertian dan saling membantu.“Semua orang yang telah menjadi

percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama” (Kis 2:44). Setiap anggota hendaknya penuh perhatian terhadap sesama dan pada saat mendapat kesulitan, kurang mendapat motivasi dari orang lain dan sebagainya. Setiap anggota berusaha menawarkan dukungan bagi anggota lain menciptakan suasana kasih dan damai bagi saudara yang sedang mengalami kesusahan karena kesulitan dan cobaan-cobaan yang dialami. Hal ini juga seperti ditegaskan oleh rasul Petrus ketika memberikan pesan kepada jemaat-jemaatnya “Hendaklah kamu seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati” (1 Ptr 3:8).

2. Dasar Hidup Komunitas Religius

Hidup bakti religius biasanya dihayati dengan dan dalam kesatuan dengan Gereja. Hidup religius merupakan persembahan diri yang bebas dan total kepada Allah, melalui Gereja dalam persekutuan komunitas Apostolik. Pembaktian diri secara gerejawi diterima dan disyahkan oleh Gereja, sebab Gereja sendiri sadar bahwa hidup religius merupakan anugerah hidup Allah sendiri bagi Gereja. Dengan demikian hidup religius harus merupakan pelayanan kepada Gereja dengan tugas-tugasnya yaitu menegakkan kerajaan Allah, masing-masing menurut kharisma dan panggilannya (LG, art. 45). Hidup religius di dalam Gereja merupakan anugerah Roh Kudus kepada Gereja, demi pelayanan kepada Gereja dan masyarakat. Sebagai anugerah yang nyata kepada Gereja, hidup religius mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Hal pokok yang menjadi dasar hidup religius ialah mengikuti Kristus dengan jalan hidup Yesus sendiri yang ditandai dengan kemurnian, kemiskinan dan ketaatan. Hidup religius nyata dalam

penghayatan kerohanian, tujuan hidup dan pelayanan yang nyata. Hidup religius juga ditandai dengan kasih persaudaraan.

Hidup persaudaraan yang menjadi kekhasan masing-masing tarekat, dengannya semua anggota dipersatukan bagaikan dalam suatu keluarga khusus dalam Kristus, hendaknya ditentukan sedemikian sehingga semua saling membantu untuk dapat memenuhi panggilan masing-masing. Selain itu, dalam persekutuan persaudaraan yang berakar dan berdasar dalam cintakasih, para anggota hendaknya menjadi teladan dari pendamaian universal dalam Kristus (KHK, kan. 602). Menurut KHK, kan. 740 dikatakan bahwa: para anggota harus tinggal di rumah atau komunitas yang dibentuk secara legitim dan memelihara hidup bersama menurut norma hukum serikat itu sendiri; dalam hukum itu diatur pula kepergian dari rumah atau dari komunitas.

Dalam hidup religius setiap anggota yang telah mempersembahkan diri secara bebas dan total kepada Allah diharapkan harus tinggal di dalam komunitas atau tarekat yang sudah dibangun dan berusaha untuk menghidupi, menjalankan dan mentaati aturan atau norma hukum dari tarekatnya dengan hati yang bebas, agar dalam hidup bersama dapat menghadirkan dan mewujudkan kasih Allah kepada sesama melalui karya-karya kerasulan.

Dokumen terkait