• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.2. Ciri - Ciri psikologis

2.2.2.1. Ciri – ciri Pribadi dan Profesi Auditor

Menurut Lawrence B. Sawyer yang dikutip Kosasih (1981: 65) ciri auditor yang kompeten adalah :

1. Adaptability yaitu mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai masalah / hal /keadaan pada perusahaan yang diperiksa, mudah berubah sesuai dengan keadaan, cepat bereaksi terhadap masalah baru, cara manajemen baru, atasan baru dan lain – lain.

2. Understanding yaitu pandai memahami apa yang dikehendaki orang lain, apa maksud dari perbuatan / tindakan, mengetahui bagaimana permasalahannya, tahu apa yang dapat diterima orang lain, tahu apa latar belakang dasar pemikiran orang lain dan lain – lain.

3. Determination yaitu mampu menentukan tindakan dan tujuan yang hendak dicapai, mampu mengatasi segala rintangan yang dihadapi dan bertindak tegas dalam pengambilan keputusan dengan menerima segala konsekwensinya.

4. Independent yaitu mampu bertindak jujur dan objektif, tidak dipengaruhi pertimbangan pihak luar dan pertimbangan pribadinya serta selalu memihak kepada kebenaran.

5. Trustworthiness yaitu dapat dipercayai tanpa keraguan, selalu mengemukakan fakta yang benar ditinjau dari segala segi.

6. Objectivity yaitu bertindak selalu objektif yang berarti akan mengatakan adanya (tells it like it is) dan bukan apa yang disukainya. 7. Responsibility yaitu penuh rasa tanggung jawab untuk melaksanakan

tugas secara tuntas dan berusaha kerja sebaik – baiknya.

Sedangkan menurut Robert Halk yang dikutip Widjaya (1994: 9) orang yang berada pada profesi akuntansi tinggi mempunyai ciri – ciri / karakteristik / sifat – sifat sebagai berikut :

1. Mereka mempunyai keinginan maju terus. 2. Mereka bekerja keras.

3. Mereka tidak takut mengambil keputusan.

4. Mereka mempunyai banyak keingintahuan intelektual. 5. Mereka senang atas pekerjaan yang mereka lakukan.

Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu profesi seperti organisasi lainnyamisalnya IDI (Ikatan Dokter Indonesia), PWI (Persatuan Wartawan Indonesia). Supaya dikatakan profesi, ia harus memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai pihak yang memerlukan profesi, mempercayai hasil kerjanya.

Menurut Harahap (1991: 23) adapun ciri profesi, yaitu sebagai berikut : 1. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan

pedoman dalam melaksanakan keprofesiannya.

2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam profesi itu.

3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyrakat atau pemerintah.

4. Keahliannya dibutuhkan masyarakat.

Sedangkan menurut John O. Miller dalam bukunya Training for a profession yang dikutip oleh Harahap (1991: 24) menyebutkan ciri – ciri profesi sebagai berikut :

1. Para anggota memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperolehnya dari latihan akademik pada lembaga perguruan tinggi.

2. Para anggota mempertahankan suatu standar etik yang tinggi berdasarkan otonomi dan kebebasan.

3. Para anggota termasuk dalam suatu ikatan yang dibentuk untuk melindungi dan memperhatikan kepentingan anggota dan ikatan tadi mempergunakan standar etik untuk melindungi masyarakat.

4. Para anggotanya dalam memberikan jasa kepada masyarakat umum, dapat bekerja sendiri sebagai akuntan publik, atau sebagai pegawai pada suatu kantor akkuntan publik.

2.2.2.2. Tanggung Jawab Auditor

Tanggung jawab auditor terbatas pada melaksanakan pemeriksaan audit dan melaporkan hasilnya sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan.

Luasnya pertanggungjawaban dalam pemeriksaan menurut Jusuf (1997: 118) dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Kecurangan pegawai

Dalam profesi auditing telah ditegaskan bahwa auditor tidak bertanggung jawab untuk menemukan usaha penipu oleh karyawan selama pemeriksaan telah dilakukan menurut norma pemeriksaan akuntan.Jika auditor berkewajiban membongkar semua penipuan material, pengujian auditing harus lebih banyak diperluas, karena ada banyak macam penipuan yang sukar peka terhadap kemungkinan adanya kesalahan yang disengaja dalam menilai pengendalian internal. Prosedur audit harus diperluas jika auditor menemukan kelemahan dalam pengendalian atau kegagalan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, jika menggangap kesalahan atau kelainan yang material dapat timbul karenanya.

2. Kecurangan Manajemen

Kecurangan oleh manajemen pada dasarnya sulit diungkapkan karena kemungkinan bahwa salah satu atau beberapa anggota manajemen memegang kendali atas pengendalian inernal. Kesalahan bisa berupa penghapusan transaksi, laporan yang keliru mengenai jumlah angka yang dicatat. Audit tidak dapat sepenuhnya memberi

jaminan untuk menemukan kecurangan yang penting, tapi auditor harus waspada akan adanya penipuan dalam hal adanya tekanan yang berat terhadap manajemen atau tidak adanya kejujuran manajemen. 3. Tindakan melanggar hukum oleh klien

Auditor biasanya tidak dapat diharapkan untuk mengungkapkan adanya tindakan melanggar hukum, selama suatu audit hanya menyangkut masalah keuangan, dan bukan masalah hukum. Namun demikian pemeriksaan terhadap pengendalian internal, pertanyaan – pertanyaan terhadap manajemen, dan surat menyurat dengan pengacara dan prosedur audit lain dapat mengungkapkan adanya tindakan melanggar hukum.

2.2.2.3. Tipe Auditor

Menurut Mulyadi (2002: 28) orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu : 1. Auditor Independen

Auditor professional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keungan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti : kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak)

2. Auditor Pemerintah

Auditor yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya adalah melakukan audit atas pertanggungjawaban

keuangan yang disajikan oleh unit – unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

3. Auditor Intern

Auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

2.2.2.4. Aspek Independensi Auditor

Menurut Halim (2001: 21) dalam Dedy (2009) membagi kedalam 3 (tiga) aspek Independensi Auditor, yaitu antara lain :

1. Independensi dalam fakta (Independence in fact)

Yaitu Auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.

2. Independensi dalam penampilan (Independence in Appearance)

Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitas. Meskipun auditor telah menjalankan audit dengan baik secara independen dan objektif, pendapat yang dinyatakan melalui laporan audit tidak akan dipercaya oleh para pemakai jasa auditor independen, bila ia tidak mampu mempertahankan independensi dalam penampilan. Oleh karena itu independensi dalam penampilan sangat penting bagi perkembangan profesi auditor.

3. Independensi dari sudut keahliannya (Independence in Competence)

Artinya Auditor yang awam dalam elektronik data processing system tidak memenuhi independensi keahlian bila ia mengaudit perusahaan yang pengolahan datanya menggunakan sistem informasi terkomputerisasi. Independensi dari sudut keahliannya terkait erat dengan kecakapan profesional auditor

2.2.3. Komponen Pengetahuan

Menurut Winardi (1989: 10) komponen pengetahuan adalah bagian – bagian yang saling berhubungan satu sama lainnya yang membentuk satu kesatuan yang seimbang yang dicapai berdasarkan pengalaman-pengalamannya yang mendahului lahirnya ilmu pengetahuan.

Selanjutnya menurut Winardi (1989: 21), pengetahuan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Pengetahuan yang memiliki suatu objek pengalaman

Suatu objek yaitu hal yang dipersoalkan, baik yang bersifat konkrit atau abstrak.Suatu objek pengalaman adalah suatu objek yang dialami atau dapat diamati dan sifatnya berdasarkan kejadian yang dialami dalam keseharian.

2. Pengetahuan yang tidak memiliki suatu objek pengalaman

Suatu pengetahuan yang tidak banyak jumlah pengabdiannya tetapi mencakup apa yang dikenal mengetahui yang sifatnya adalah pengetahuan formil, jadi tidak memiliki objek pengalaman.

2.2.4. Strategi Penentuan Keputusan

2.2.4.1. Keputusan Yang Diambil Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit Seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya harus dapat mengumpulkan serta mengevaluasi bukti-bukti yang akan digunakan

untuk mendukung pendapat yang akan diberikannya, dimana bukti-bukti tersebut memberikan dasar-dasar yang rasional dalam membentuk judgement

Dalam proses pengumpulan bukti audit, Mulyadi (2002: 91) berprndapat bahwa auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang saling berkaitan, yaitu :

1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan

Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor menggunakan prosedur audit. Daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu disebut program audit. Pada umumnya program audit juga menyebutkan besarnya sampel, tanggal pelaksanaan program audit, dan pelaksana audit.

2. Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu

Jika prosedur audit telah ditetapkan, auditor dapat menentukan besarnya sampel yang berbeda dari suatu unsur dengan unsur yang lain.

3. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih sebagai anggota sampel Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.

4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu

Karena audit terhadap laporan keungan meliputi satu jangka waktu tertentu, biasanya 1 tahun, maka auditor mulai dapat

mengumpulkan bukti audit segera setelah awal tahun. Biasanya audit baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau bulan setelah tanggal neraca. Maka prosedur audit dapat digunakan pada awal tahun yang diaudit. Akhir tahun yang diaudit, atau beberapa munggu atau bulan setelah tanggal neraca.

2.2.4.2. Prosedur Pengambilan Keputusan

Kuantitas informasi yang akan diperoleh auditor dalam suatu pekerjaan audit sangatlah kompleks. Banyaknya jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan mengindikasikan tingkat kompleksitas tugas yang sedang dihadapi oleh auditor. Pengetahuan yang memadai mengenai karakteristik yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi pandangan auditor terhadap bukti atau informasi yang ditemukan.

Dalam ilmu pengambilan keputusan menurut Harahap (1997: 15) dikenal tahap–tahap yang diikuti dalam proses pengambilan keputusan, proses yang umum adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi persoalan dengan cara membandingkan keinginan dengan kejadian yang sebenarnya.

2. Merumuskan persoalan utama. 3. Merinci persoalan utama.

4. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan. 5. Memutuskan pilihan yang terbaik.

6. Melaksanakan keputusan.

Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan gambar prosedur pengambilan keputusan, yang daisajikan pada gamabr 2.2, yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.2 : Prosedur pengambilan keputusan

Sumber : Sofyan Safri Harahap, 1997, Akuntansi Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Halaman 16

2.2.4.3. Faktor–faktor Pengambilan Keputusan

Menurut Umar (1999: 31) ada tiga factor utama yang mempengaruhi seorang pengambil keputusan (decision maker) suatu organisasi untuk mengambil sebuah keputusan, yaitu :

1. Kondisi internal dan eksternal organisasi

Ada beberapa faktor utama untuk menilai kondisi internal organisasi, antara lain ketersediaan dana, kualitas sumber daya manusia, peralatan yang dimiliki, struktur organisasi, system organisasi, dan lain – lain. Semua itu dapat menjadi kekuatan perusahaan untuk terus bertahan dan berkembang, atau dapat pula menjadi yang sebaliknya.Faktor – faktor sosial, ekonomi, politik, hukum dan budaya masyarakat.Semua faktor itu harus turut dipertimbangkan oleh pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Pemilihan alternatif Penentuan tujuan Mengambil keputusan Melaksanakan tindakan Umpan balik

2. Ketersediaan informasi

Ketersediaan informasi menjadi faktor yang sangat penting untuk menilai proses dan kualitas hasil keputusan yang diambil oleh manajemen. Dalam suatu organisasi, kualitas maupun kuantitas masalah yang harus dipecahkan bervariasi, tetapi harus diselesaikan menurut urutan prioritasnya sehingga diperoleh hasil yang prima. 3. Keterampilan pengambil keputusan

Nilai – nilai yang dimiliki oleh seorang pengambil keputusan, misalnya manajer, tergantung pada beberapa faktor utama, seperti intelegensi, kapasitas, rasa tanggung jawab dan lain – lain.

Tipe-tipe pengambil keputusan yang dilatarbelakangi oleh pengkombinasian nilai dari faktor – faktor diatas, dapat dibagi atas lima tipe yang penjelasan ringkasnya disajikan dibawah ini :

1. Tipe ketergantungan

Salah satu tipe pengambil keputusan yang kurang mempunyai pendirian dan lemahnya penguasaan masalah yang dihadapi sehingga ia memerlukan bantuan orang lain.

2. Tipe eksploitatif

Suatu tipe pengambil keputusan yang ide – ide pengambil keputusannya dating dari orang lain atau bawahannya, dan sekaligus mengeksploitasi mereka untuk kepentingannya sendiri sehingga ia bisa menutupi ketidakmampuannya.

3. Tipe tabungan

Pengambil keputusan mempunyai banyak ide, tetapi dipendam untuk disampaikan pada saat yang dirasanya tepat demi kepentingan pribadinya.

4. Tipe pemasaran

Tipe ini dapat dikatakan kebalikan dari tipe tabungan. Tipe ini ditujukan pada pengambil keputusan yang suka memberitahukan ide – idenya kepada orang lain dengan tujuan negatif, yaitu sekedar pamer untuk menarik simpati.

5. Tipe produktif

Tipe ini mencirikan pengambil keputusan yang memang memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan, inisiatif, kreatif dan dapat bekerja sama baik dengan bawahan, atasan, maupun rekan kerja.

2.2.4.4. Jenis–Jenis Keputusan

Menurut Umar (1999: 33) keputusan terbagi atas dua jenis utama yaitu sebagai berikut :

1. Keputusan yang terstruktur

Keputusan yang terstruktur mempunyai aturan-aturan yang jelas dan teliti, dipakai berulang-ulang, dapat diprogramkan sehingga dapat didelegasikan kepada orang lain maupun kepada perangkat computer. Misalnya keputusan pemayaran gaji karyawan, yaitu kapan waktu pembuatan laporannya, bagaimana perhitungan besarnya gaji dan kapan dibayarkannya.

2. Keputusan yang tidak terstruktur

Keputusan yang tidak terstruktur sifat munculnya kadang-kadang sifat keputusan yang harus diambil bersifat unik sehingga analisanya baru, tidak dapat didelegasikan, kadang-kadang alat analisanya tidak lengkap dan bahwa keputusan lebih didominasi oleh intuisi atau instingnya.

2.2.4.5. Jenis Pendapat

Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor menurut Mulyadi (2002: 90) yaitu sebagai berikut :

1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report).

Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.

Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna : a. Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran.

2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language)

Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan keuangan audit bentuk baku.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Jika auditor mempunyai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit.

a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.

b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.

c. Laporan keuangan tidak disususn sesuai dengan prinsipn akuntansi berterima umum.

d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti audit yang kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat adalah :

a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit. b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

Dokumen terkait