DI SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
ARIF RAHMAN HAKIM 06113010203/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
KEAHLIAN AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK
DI SURABAYA
yang diajukan :
ARIF RAHMAN HAKIM 0613010203/FE/EA
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Munari, MM Tanggal : ……….
NIP. 030 195 017
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Faktor –
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keahlian Audit Pada Profesi akuntan
Publik Di Surabaya”, dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di
Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak. Drs. Ec. .H. Munari, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan,
dorongan dan saran untuk penulis.
5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi
dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan
kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah
mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan,
memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada
kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan
sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.
Surabaya, Febuari 2010
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
ABSTRAKSI... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 4
1.3. Tujuan Penelitian... 4
1.4. Manfaat Penelitian... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 6
2.2. Landasan Teori ... 9
2.2.1. Auditing ... 9
2.2.1.1. Pengertian Auditing ... 9
2.2.1.2. Standar Auditing ... 10
2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik... 12
2.2.1.4. Tahap – Tahap Pelaksanaan Audit... 13
2.2.2. Ciri - Ciri psikologis ... 15
2.2.2.1. Ciri - Ciri Pribadi dan Profesi Auditor ... 15
2.2.2.2. Tanggung Jawab Auditor ... 18
2.2.4.1. Keputusan Yang Diambil Auditor Berkaitan
Dengan Bukti Audit... 21
2.2.4.2. Prosedur Pengambilan Keputusan ... 23
2.2.4.3. Faktor-faktor Pengambilan Keputusan ... 24
2.2.4.4. Jenis - Jenis Keputusan ... 26
2.2.4.5. Jenis Pendapat... 27
2.2.5. Analisis Tugas... 29
2.2.5.1. Penentuan Waktu Penugasan ... 29
2.2.5.2. Pembuatan Surat Penugasan Audit ... 30
2.2.5.3. Isi Pokok Surat Penugasan Audit... 30
2.2.6. Keahlian Audit ... 31
2.2.7. Keterkaitan Masing-Masing Karakteristik Terhadap Keahlian Audit ... 33
2.2.7.1. Ciri-Ciri Psikologis ... 33
2.2.7.2. Komponen Pengetahuan ... 33
2.2.7.3. Strategi Penentuan Keputusan ... 34
2.2.7.4. Analisis Tugas ... 34
2.3. Kerangka Pikir ... 35
2.4. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 36
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 40
3.2.1. Populasi... 40
3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 42
3.4. Uji Kualitas Data ... 42
3.4.1. Uji Validitas ... 42
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 43
3.4.3. Uji Normalitas... 43
3.5. Asumsi Klasik... 44
3.6. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 46
3.6.1. Teknik Analisis ... 46
3.6.2. Uji Hipotesis ... 46
3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 46
3.6.2.2. Uji Parsial... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 50
4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 50
4.1.2. Ketentuan dan Peraturan ... 51
4.1.3. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya ... 52
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 53
4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 57
4.3.1. Uji Analisis Data... 57
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 57
4.3.1.1.1. Uji Validitas... 57
4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 59
4.3.4. Uji Hipotesis ... 65
4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 65
4.3.4.2. Uji Parsial ... 66
4.4. Pembahasan ... 70
4.4.1. Implikasi ... 70
4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 74
4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 74
4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 76
5.2. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA
Halaman
Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai
Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits) (X1)... 53
Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Komponen Pengetahuan (Knowledge Component) (X2)... 54
Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies) (X3) ... 55
Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Analisis Tugas (Task Analysis) (X4) ... 56
Tabel. 4.5 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (Y)... 57
Tabel. 4.6 Hasil Uji Validitas... 58
Tabel. 4.7 Hasil Uji Reliabilitas ... 59
Tabel. 4.8 Hasil Uji Normalitas ... 60
Tabel. 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 61
Tabel. 4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 62
Tabel. 4.11 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 63
Tabel. 4.12 Hasil Analisis Uji Kesesuaian Model … ... 65
Tabel. 4.13 Koefisien Determinasi (R Square / R2) …... 66
Halaman
Gambar. 2.1. Tipe Auditing, Auditor, dan Pekerjaan Mereka ... 20
Gambar. 2.2. Prosedur Pengambilan Keputusan... 24
Oleh :
ARIF RAHMAN HAKIM
Abstrak
Ptofesi akuntan di Indonesia akan menghadapi tantangan yang semakin berat pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, kesiapan yang menyangkut profesionalisme profesi auditor mutlak diperlukan. Profesionalisme profesi auditor dapat digambarkan dari tiga hal yaitu : keahlian, pengetahuan dan karakteristik yang dimiliki. Karakter menunjukkan personality seorang profesional yang diwujudkan dalam sikap dan tindakannya dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan yang telah didapat dari klien maupun masyarakat atau pihak lain yang berkepentingan. Kepercayaan ini senantiasa harus ditingkatkan dengan didukung tingkat keahlian yang dimiliki oleh auditor, sehingga ia bisa berupaya mencapai karakteristik keahlian audit yang ideal. Karakteristik yang dimiliki oleh seorang auditor adalah faktor yang berpengaruh terhadap keahlian auditnya. Karakteristik tersebut dapat dilihat dari ciri – cirri spikologis yaitu kepribadian diri auditor seperti tanggung jawab yang dimiliki, rasa percaya diri, tingkat kejujuran, dan lain –lain. Selain itu bagaimana auditor melakukan analisis tugasnya juga berpengaruh terhadap keahlian auditor, begitu juga dengan komponen pengetahuan yang dimiliki serta apakah strategi penentuan keputusan yang telah dijalankan auditor sudah cukup efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji pengaruh dari ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 52 Auditor yang tersebar di 15 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 52 responden tesebut dan kuesioner tersebut terdiri dari 25 item pernyataan yang dibagi menjadi 5 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit, teruji kebenarannya dan Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa diduga Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies) yang berpengaruh paling dominan terhadap Keahlian Audit, teruji kebenarannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang
disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Para pemakai informasi
tersebut adalah pihak manajemen sebagai pemakai internal dan pemakai
eksternal antara lain pemerintah, bank, kreditur dan investor atau calon
investor. Pihak – pihak di luar perusahaan memerlukan informasi mengenai
perusahaan untuk pengambilan keputusan tentang hubungan mereka dengan
perusahaan. Umumnya mereka mengambil keputusan berdasarkan informasi
yang disajikan manajemen dalam laporan keuangan perusahaan.
Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berlawanan dalam
situasi seperti yang diuraikan diatas. Di suatu pihak, manajemen perusahaan
ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggung jawaban pengelolaan
dana yang berasal dari pihak luar sedangkan dari pihak lain, pihak luar
perusahaan ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen
perusahaan mangenai pertanggung jawaban dana yang mereka investasikan.
Adanya dua kepentingan yang berlawanan inilah yang menyebabkan timbul
dan berkembangnya profesi akuntan publik.
Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga agar
pertanggung jawaban kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak
luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan
dipercaya sebagai dasar keputusan yang diambil oleh mereka. Baik pihak
manajemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan yang berkepentingan
terhadap jasa pihak ketiga yang dapat dipercaya. Tanpa menggunakan jasa
auditor independen, manajemen perusahaan tidak akan dapat meyakinkan
pihak luar perusahaan bahwa laporan keuangan yang disajikan berisi
informasi yang dapat dipercaya, karena dari sudut pandang pihak luar,
manajemen perusahaan memiliki kepentingan, baik kepentingan keuangan
maupun kepentingan yang lain.
Ptofesi akuntan di Indonesia akan menghadapi tantangan yang
semakin berat pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, kesiapan yang
menyangkut profesionalisme profesi auditor mutlak diperlukan. Menurut
Robert Half yang dikutip Wijaya (1994: 8), profesionalisme profesi auditor
dapat digambarkan dari tiga hal yaitu : keahlian, pengetahuan dan
karakteristik yang dimiliki. Karakter menunjukkan personality seorang
profesional yang diwujudkan dalam sikap dan tindakannya dalam
melaksanakan tugas atau pekerjaannya.
Profesi akuntan sering disebut profesi kepercayaan masyarakat
meskipun dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kenyatannya
akuntan sendiri sering menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap
mentalnya. Auditor merupakan suatu profesi yang kompleks yang hanya
terdapat jumlah yang relatif sedikit dari profesi ini mempunyai derajat
keahlian pada suatu spesialisasi tertentu. Profesi auditor diakui sebagai suatu
keahlian bagi perusahaan dan ikatan profesinya. Profesi auditor mempunyai
melaksanakan tugasnya auditor bukan hanya bertanggung jawab atas
kepentingan klien melainkan untuk kepentingan pihak lain yang memakai
laporan keungan auditan.
Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk dapat
mempertahankan kepercayaan yang telah didapat dari klien maupun
masyarakat atau pihak lain yang berkepentingan. Kepercayaan ini senantiasa
harus ditingkatkan dengan didukung tingkat keahlian yang dimiliki oleh
auditor, sehingga ia bisa berupaya mencapai karakteristik keahlian audit yang
ideal.
Karakteristik yang dimiliki oleh seorang auditor adalah faktor yang
berpengaruh terhadap keahlian auditnya. Karakteristik tersebut dapat dilihat
dari ciri – cirri spikologis yaitu kepribadian diri auditor seperti tanggung
jawab yang dimiliki, rasa percaya diri, tingkat kejujuran, dan lain –lain.
Selain itu bagaimana auditor melakukan analisis tugasnya juga berpengaruh
terhadap keahlian auditor, begitu juga dengan komponen pengetahuan yang
dimiliki serta apakah strategi penentuan keputusan yang telah dijalankan
auditor sudah cukup efektif.
Penelitian – penelitian untuk mengungkap karakteristik keahlian audit
yang ideal perlu dilakukan secara berkesinambungan. Alasan perlu dilakukan
penelitian ini adalah pertama, karena kantor akuntan publik (KAP)
berkepentingan dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses audit dan
kedua adalah untuk meningkatkan kualitas auditor.
Dengan demikian kantor Akuntan Publik atau organisasi profesi
terhadap karakteristik yang penting bagi keahlian audit sehingga pada
akhirnya akan berguna dalam membantu merancang keputusan,
pengembangan progam pelatihan, penetapan pedoman tarif jasa auditor, dan
prosedur untuk evaluasi kinerja auditor.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor – Faktor
Yang Berpengaruh Terhadap Keahlian Audit Pada Profesi akuntan
Publik Di Surabaya”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
maka perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu
1. Apakah ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan,
strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit ?
2. Dari variabel – variabel yang diteliti yaitu ciri – ciri psikologis,
komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas,
variabel manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap keahlian
audit?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari perumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu
1. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh dari ciri – ciri psikologis,
komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas
2. Untuk mengetahui dan membuktikan dari variabel – variabel yang
diteliti yaitu ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan, strategi
penentuan keputusan dan analisis tugas, variabel manakah yang
berpengaruh paling dominan terhadap keahlian audit.
1.4. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang dikemukakan,
manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu antara lain:
1. Bagi Peneliti
Untuk memperdalam pengetahuan sebagai upaya peningkatan
daya pikir dan menambah pengetahuan praktis masalah audit khususnya
tentang profesi akuntan publik.
2. Bagi Akuntan publik
Memberikan sumbangan informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam mengembangkan potensi akuntan publik di
Surabaya khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
gambaran untuk menambah referensi pengetahuan pada UPN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait
dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh
1. Murtanto dan Gudono (1999)
a Judul
“Identifikasi Karakteristik-Karakteristik Keahlian Audit: Profesi
Akuntan Publik di Indonesia”
b Permasalahan
Apakah auditor mempunyai seperangkat karakteristik
keahlian lain yang dapat menunjang efektifitas keahlian audit?
c Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa
“pengalaman” dan “pengetahuan” masih merupakan karakteristik
yang penting bagi keahlian auditor, namun untuk meningkatkan
kualitas profesi auditor tersebut perlu memperhatikan juga
karakteristik lain yang terungkap melalui penelitian ini. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan kategori karakteristiknya dimana
“cirri-ciri psikologis” dan “komponen pengetahuan” merupakan kategori
yang penting, diikuti kategori karakteristik lainnya dalam
2. Suryana (2002)
a Judul
“Identifikasi Karakteristik – Karakteristik Keahlian Audit : Profesi
Akuntan publik di Surabaya”
b Permasalahan
Apakah auditor mempunyai seperangkat karakteristik
keahlian lain yang dapat menunjang efektifitas keahlian audit?
1) Apakah ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen
pengetahuan, strategi penentuan keputusan, dan analisa tugas
terhadap keahlian audit.
2) Manakah yang paling dominan dari ciri – ciri psikologis,
komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan
analisa tugas terhadap keahlian audit.
c Kesimpulan
1) Ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan,
strategi penentuan keputusan, dan analisa tugas terhadap
keahlian audit,
2) Strategi penentuan keputusan yang paling dominan berpengaruh
terhadap keahlian audit.
3. Mayangsari (2003)
a Judul
“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat
b Permasalahan
1) Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan
independen dengan auditor yang hanya memiliki salah satu
karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki
kedua karakteristik tersebut?
2) Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan
sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor
yang ahli dan auditor yang tidak ahli?
c Kesimpulan
1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat
perbedaan antara auditor yang ahli dan independen dengan
auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali
tidak memiliki karakteristik tersebut. Kesimpulan ini diambil
karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen,
rata-rata pendapat yang diberikan lebih mengarah kepada lemahnya
kelangsungan hidup perusahaan tersebut sedangkan pada
kelompok yang lain cenderung memberikan pendapat bahwa
perusahaan yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam
kelangsungan hidupnya. Jadi auditor pada kelompok ini
mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan
dengan kelompok lain.
2) Selanjutnya dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian
pemberian pendapat audit. Jenis auditor ahli lebih
memperhatikan atypical, sebaliknya auditor yang non ahli lebih
memperhatikan informasi typical.
Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu
adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh
terhadap keahlian audit, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada, jumlah
sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan
replikasi
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Auditing
2.2.1.1. Pengertian Auditing
Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan
mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih
dahulu.
Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 1) auditing sebagai proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang
yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan
kesesuaian informasi dimaksudkan dengan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen
dan kompeten.
Sedangkan menurut Mulyadi (2002 : 11) ditinjau dari sudut
laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan
untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan atau organisasi tersebut.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa auditing
adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti-bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi yang
bertujuan memberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
2.2.1.2. Standar Auditing
Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik
(IAI, 2009 : 150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia sebagai berikut :
1 Standar Umum
a Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor.
b Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
2 Standar Pekerjaan Lapangan
a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.
3 Standar Pelaporan
a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
b Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
periode sebelumnya.
c Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
d Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keungan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat
dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan
dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat
tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik
Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan
akuntan publik (Mulyadi, 2002 : 34), yaitu :
1 Standar Auditing
Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis
yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan
utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan
perikatan audit.
2 Standar Atestasi
Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan
publik yang mencakup tingkat keyakinan tertingggi yang lebih rendah
dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).
3 Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini
4 Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam
penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada
hakikatnya berbeda dari Jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi
pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu
kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi
tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asseres). Dalam jasa
konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan
rekomendasi. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan
untuk kepentingan klien.
5 Standar Pengendalian Mutu
Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika
Kopartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen
Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
2.2.1.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit
Menurut Mulyadi (2002 : 121) tahap audit atas laporan keuangan
meliputi:
1 Penerimaan Perikatan Audit
Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan
Ada 6 (Enam) langkah yang perlu ditempuh oleh auditor
didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon
kliennya, yaitu:
a Mengevaluasi integritas manajemen.
b Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa.
c Menilai kompetensi untuk melakukan audit.
d Menilai independensi.
e Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.
f Membuat surat perikatan audit.
2 Perencanaan Audit
Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah
berikutnya adalah perencanaan audit. Ada 7 (tujuh) tahap yang harus
ditempuh, yaitu:
a Memahami bisnis dan industri klien
b Melaksanakan prosedur analitik
c Mempertimbangkan tingkat meterialitas awal
d Mempertimbangkan risiko bawaan
e Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun
pertama
f Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
3 Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan
utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas
struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan
klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
a Pengujian analitis (analytical tests).
b Pengujian pengendalian (tests of control).
c Pungujian substantive (substantive tests).
4 Pelaporan Audit
Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah
penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun
laporan keuangan auditan (audited financial statement), penjelasan
laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan
pendapat auditor.
2.2.2. Ciri – ciri Psikologis
2.2.2.1. Ciri – ciri Pribadi dan Profesi Auditor
Menurut Lawrence B. Sawyer yang dikutip Kosasih (1981: 65)
ciri auditor yang kompeten adalah :
1. Adaptability yaitu mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai
masalah / hal /keadaan pada perusahaan yang diperiksa, mudah
berubah sesuai dengan keadaan, cepat bereaksi terhadap masalah
2. Understanding yaitu pandai memahami apa yang dikehendaki orang
lain, apa maksud dari perbuatan / tindakan, mengetahui bagaimana
permasalahannya, tahu apa yang dapat diterima orang lain, tahu apa
latar belakang dasar pemikiran orang lain dan lain – lain.
3. Determination yaitu mampu menentukan tindakan dan tujuan yang
hendak dicapai, mampu mengatasi segala rintangan yang dihadapi
dan bertindak tegas dalam pengambilan keputusan dengan menerima
segala konsekwensinya.
4. Independent yaitu mampu bertindak jujur dan objektif, tidak
dipengaruhi pertimbangan pihak luar dan pertimbangan pribadinya
serta selalu memihak kepada kebenaran.
5. Trustworthiness yaitu dapat dipercayai tanpa keraguan, selalu
mengemukakan fakta yang benar ditinjau dari segala segi.
6. Objectivity yaitu bertindak selalu objektif yang berarti akan
mengatakan adanya (tells it like it is) dan bukan apa yang disukainya.
7. Responsibility yaitu penuh rasa tanggung jawab untuk melaksanakan
tugas secara tuntas dan berusaha kerja sebaik – baiknya.
Sedangkan menurut Robert Halk yang dikutip Widjaya (1994: 9)
orang yang berada pada profesi akuntansi tinggi mempunyai ciri – ciri /
karakteristik / sifat – sifat sebagai berikut :
1. Mereka mempunyai keinginan maju terus.
2. Mereka bekerja keras.
3. Mereka tidak takut mengambil keputusan.
4. Mereka mempunyai banyak keingintahuan intelektual.
Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu profesi seperti
organisasi lainnyamisalnya IDI (Ikatan Dokter Indonesia), PWI
(Persatuan Wartawan Indonesia). Supaya dikatakan profesi, ia harus
memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai
pihak yang memerlukan profesi, mempercayai hasil kerjanya.
Menurut Harahap (1991: 23) adapun ciri profesi, yaitu sebagai berikut :
1. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan
pedoman dalam melaksanakan keprofesiannya.
2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku
anggotanya dalam profesi itu.
3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyrakat
atau pemerintah.
4. Keahliannya dibutuhkan masyarakat.
Sedangkan menurut John O. Miller dalam bukunya Training for a
profession yang dikutip oleh Harahap (1991: 24) menyebutkan ciri – ciri
profesi sebagai berikut :
1. Para anggota memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperolehnya
dari latihan akademik pada lembaga perguruan tinggi.
2. Para anggota mempertahankan suatu standar etik yang tinggi
berdasarkan otonomi dan kebebasan.
3. Para anggota termasuk dalam suatu ikatan yang dibentuk untuk
melindungi dan memperhatikan kepentingan anggota dan ikatan tadi
mempergunakan standar etik untuk melindungi masyarakat.
4. Para anggotanya dalam memberikan jasa kepada masyarakat umum,
dapat bekerja sendiri sebagai akuntan publik, atau sebagai pegawai
2.2.2.2. Tanggung Jawab Auditor
Tanggung jawab auditor terbatas pada melaksanakan pemeriksaan
audit dan melaporkan hasilnya sesuai dengan norma pemeriksaan
akuntan.
Luasnya pertanggungjawaban dalam pemeriksaan menurut Jusuf
(1997: 118) dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Kecurangan pegawai
Dalam profesi auditing telah ditegaskan bahwa auditor tidak
bertanggung jawab untuk menemukan usaha penipu oleh karyawan
selama pemeriksaan telah dilakukan menurut norma pemeriksaan
akuntan.Jika auditor berkewajiban membongkar semua penipuan
material, pengujian auditing harus lebih banyak diperluas, karena ada
banyak macam penipuan yang sukar peka terhadap kemungkinan
adanya kesalahan yang disengaja dalam menilai pengendalian
internal. Prosedur audit harus diperluas jika auditor menemukan
kelemahan dalam pengendalian atau kegagalan mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan, jika menggangap kesalahan atau kelainan yang
material dapat timbul karenanya.
2. Kecurangan Manajemen
Kecurangan oleh manajemen pada dasarnya sulit diungkapkan
karena kemungkinan bahwa salah satu atau beberapa anggota
manajemen memegang kendali atas pengendalian inernal. Kesalahan
bisa berupa penghapusan transaksi, laporan yang keliru mengenai
jaminan untuk menemukan kecurangan yang penting, tapi auditor
harus waspada akan adanya penipuan dalam hal adanya tekanan yang
berat terhadap manajemen atau tidak adanya kejujuran manajemen.
3. Tindakan melanggar hukum oleh klien
Auditor biasanya tidak dapat diharapkan untuk
mengungkapkan adanya tindakan melanggar hukum, selama suatu
audit hanya menyangkut masalah keuangan, dan bukan masalah
hukum. Namun demikian pemeriksaan terhadap pengendalian
internal, pertanyaan – pertanyaan terhadap manajemen, dan surat
menyurat dengan pengacara dan prosedur audit lain dapat
mengungkapkan adanya tindakan melanggar hukum.
2.2.2.3. Tipe Auditor
Menurut Mulyadi (2002: 28) orang atau kelompok orang yang
melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :
1. Auditor Independen
Auditor professional yang menyediakan jasanya kepada
masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keungan
yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti :
kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan instansi
pemerintah (terutama instansi pajak)
2. Auditor Pemerintah
Auditor yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas
keuangan yang disajikan oleh unit – unit organisasi atau entitas
pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan
kepada pemerintah.
3. Auditor Intern
Auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan efisiensi dan
efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
2.2.2.4. Aspek Independensi Auditor
Menurut Halim (2001: 21) dalam Dedy (2009) membagi kedalam
3 (tiga) aspek Independensi Auditor, yaitu antara lain :
1. Independensi dalam fakta (Independence in fact)
Yaitu Auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi,
keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
2. Independensi dalam penampilan (Independence in Appearance)
Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor
sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga
kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan
mempercayai sikap independensi dan objektivitas. Meskipun auditor
telah menjalankan audit dengan baik secara independen dan objektif,
pendapat yang dinyatakan melalui laporan audit tidak akan dipercaya
oleh para pemakai jasa auditor independen, bila ia tidak mampu
mempertahankan independensi dalam penampilan. Oleh karena itu
independensi dalam penampilan sangat penting bagi perkembangan
3. Independensi dari sudut keahliannya (Independence in Competence)
Artinya Auditor yang awam dalam elektronik data processing
system tidak memenuhi independensi keahlian bila ia mengaudit
perusahaan yang pengolahan datanya menggunakan sistem informasi
terkomputerisasi. Independensi dari sudut keahliannya terkait erat
dengan kecakapan profesional auditor
2.2.3. Komponen Pengetahuan
Menurut Winardi (1989: 10) komponen pengetahuan adalah bagian
– bagian yang saling berhubungan satu sama lainnya yang membentuk satu
kesatuan yang seimbang yang dicapai berdasarkan
pengalaman-pengalamannya yang mendahului lahirnya ilmu pengetahuan.
Selanjutnya menurut Winardi (1989: 21), pengetahuan dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
1. Pengetahuan yang memiliki suatu objek pengalaman
Suatu objek yaitu hal yang dipersoalkan, baik yang bersifat
konkrit atau abstrak.Suatu objek pengalaman adalah suatu objek yang
dialami atau dapat diamati dan sifatnya berdasarkan kejadian yang
dialami dalam keseharian.
2. Pengetahuan yang tidak memiliki suatu objek pengalaman
Suatu pengetahuan yang tidak banyak jumlah pengabdiannya
tetapi mencakup apa yang dikenal mengetahui yang sifatnya adalah
pengetahuan formil, jadi tidak memiliki objek pengalaman.
2.2.4. Strategi Penentuan Keputusan
2.2.4.1. Keputusan Yang Diambil Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit
Seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya harus dapat
untuk mendukung pendapat yang akan diberikannya, dimana bukti-bukti
tersebut memberikan dasar-dasar yang rasional dalam membentuk
judgement
Dalam proses pengumpulan bukti audit, Mulyadi (2002: 91)
berprndapat bahwa auditor melakukan empat pengambilan keputusan
yang saling berkaitan, yaitu :
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan
Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor menggunakan
prosedur audit. Daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur
tertentu disebut program audit. Pada umumnya program audit juga
menyebutkan besarnya sampel, tanggal pelaksanaan program audit,
dan pelaksana audit.
2. Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu
Jika prosedur audit telah ditetapkan, auditor dapat menentukan
besarnya sampel yang berbeda dari suatu unsur dengan unsur yang
lain.
3. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih sebagai anggota sampel
Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit
tertentu, auditor masih harus memutuskan unsur mana yang akan
dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.
4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit
tertentu
Karena audit terhadap laporan keungan meliputi satu jangka
mengumpulkan bukti audit segera setelah awal tahun. Biasanya audit
baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau bulan setelah tanggal
neraca. Maka prosedur audit dapat digunakan pada awal tahun yang
diaudit. Akhir tahun yang diaudit, atau beberapa munggu atau bulan
setelah tanggal neraca.
2.2.4.2. Prosedur Pengambilan Keputusan
Kuantitas informasi yang akan diperoleh auditor dalam suatu
pekerjaan audit sangatlah kompleks. Banyaknya jumlah informasi yang
harus diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan sebuah pekerjaan mengindikasikan tingkat kompleksitas
tugas yang sedang dihadapi oleh auditor. Pengetahuan yang memadai
mengenai karakteristik yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi
pandangan auditor terhadap bukti atau informasi yang ditemukan.
Dalam ilmu pengambilan keputusan menurut Harahap (1997: 15)
dikenal tahap–tahap yang diikuti dalam proses pengambilan keputusan,
proses yang umum adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi persoalan dengan cara membandingkan keinginan
dengan kejadian yang sebenarnya.
2. Merumuskan persoalan utama.
3. Merinci persoalan utama.
4. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan.
5. Memutuskan pilihan yang terbaik.
6. Melaksanakan keputusan.
Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan gambar prosedur
pengambilan keputusan, yang daisajikan pada gamabr 2.2, yaitu sebagai
berikut :
Gambar 2.2 : Prosedur pengambilan keputusan
Sumber : Sofyan Safri Harahap, 1997, Akuntansi Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Halaman 16
2.2.4.3. Faktor–faktor Pengambilan Keputusan
Menurut Umar (1999: 31) ada tiga factor utama yang
mempengaruhi seorang pengambil keputusan (decision maker) suatu
organisasi untuk mengambil sebuah keputusan, yaitu :
1. Kondisi internal dan eksternal organisasi
Ada beberapa faktor utama untuk menilai kondisi internal
organisasi, antara lain ketersediaan dana, kualitas sumber daya
manusia, peralatan yang dimiliki, struktur organisasi, system
organisasi, dan lain – lain. Semua itu dapat menjadi kekuatan
perusahaan untuk terus bertahan dan berkembang, atau dapat pula
menjadi yang sebaliknya.Faktor – faktor sosial, ekonomi, politik,
hukum dan budaya masyarakat.Semua faktor itu harus turut
dipertimbangkan oleh pihak manajemen dalam pengambilan
2. Ketersediaan informasi
Ketersediaan informasi menjadi faktor yang sangat penting
untuk menilai proses dan kualitas hasil keputusan yang diambil oleh
manajemen. Dalam suatu organisasi, kualitas maupun kuantitas
masalah yang harus dipecahkan bervariasi, tetapi harus diselesaikan
menurut urutan prioritasnya sehingga diperoleh hasil yang prima.
3. Keterampilan pengambil keputusan
Nilai – nilai yang dimiliki oleh seorang pengambil keputusan,
misalnya manajer, tergantung pada beberapa faktor utama, seperti
intelegensi, kapasitas, rasa tanggung jawab dan lain – lain.
Tipe-tipe pengambil keputusan yang dilatarbelakangi oleh
pengkombinasian nilai dari faktor – faktor diatas, dapat dibagi atas lima
tipe yang penjelasan ringkasnya disajikan dibawah ini :
1. Tipe ketergantungan
Salah satu tipe pengambil keputusan yang kurang mempunyai
pendirian dan lemahnya penguasaan masalah yang dihadapi sehingga
ia memerlukan bantuan orang lain.
2. Tipe eksploitatif
Suatu tipe pengambil keputusan yang ide – ide pengambil
keputusannya dating dari orang lain atau bawahannya, dan sekaligus
mengeksploitasi mereka untuk kepentingannya sendiri sehingga ia
3. Tipe tabungan
Pengambil keputusan mempunyai banyak ide, tetapi dipendam
untuk disampaikan pada saat yang dirasanya tepat demi kepentingan
pribadinya.
4. Tipe pemasaran
Tipe ini dapat dikatakan kebalikan dari tipe tabungan. Tipe ini
ditujukan pada pengambil keputusan yang suka memberitahukan ide
– idenya kepada orang lain dengan tujuan negatif, yaitu sekedar
pamer untuk menarik simpati.
5. Tipe produktif
Tipe ini mencirikan pengambil keputusan yang memang
memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan, inisiatif,
kreatif dan dapat bekerja sama baik dengan bawahan, atasan, maupun
rekan kerja.
2.2.4.4. Jenis–Jenis Keputusan
Menurut Umar (1999: 33) keputusan terbagi atas dua jenis utama
yaitu sebagai berikut :
1. Keputusan yang terstruktur
Keputusan yang terstruktur mempunyai aturan-aturan yang
jelas dan teliti, dipakai berulang-ulang, dapat diprogramkan sehingga
dapat didelegasikan kepada orang lain maupun kepada perangkat
computer. Misalnya keputusan pemayaran gaji karyawan, yaitu kapan
waktu pembuatan laporannya, bagaimana perhitungan besarnya gaji
2. Keputusan yang tidak terstruktur
Keputusan yang tidak terstruktur sifat munculnya
kadang-kadang sifat keputusan yang harus diambil bersifat unik sehingga
analisanya baru, tidak dapat didelegasikan, kadang-kadang alat
analisanya tidak lengkap dan bahwa keputusan lebih didominasi oleh
intuisi atau instingnya.
2.2.4.5. Jenis Pendapat
Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor
menurut Mulyadi (2002: 90) yaitu sebagai berikut :
1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified
opinion report).
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika
tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat
pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan
prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan
keuangan, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah
laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien,
pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.
Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna :
a. Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran.
2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory
language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan,
namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat
menerbitkan laporan keuangan audit bentuk baku.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Jika auditor mempunyai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan
audit.
a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau
tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi
yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.
c. Laporan keuangan tidak disususn sesuai dengan prinsipn
akuntansi berterima umum.
d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan
keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada beberapa
unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak
dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti
audit yang kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya.
Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka
informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama
sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak dapat dipakai oleh
pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, maka laporan ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no
opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat adalah :
a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
2.2.5. Analisis Tugas
2.2.5.1. Penentuan Waktu Penugasan
Umumnya waktu enam sampai dengan sembilan bulan merupakan
jangka waktu yang memadai bagi auditor untuk merencanakan secara
seksama pekerjaan audit, sehingga waktu idealnya waktu penugasan audit
sudah diterima oleh auditor enam sampai dengan sembilan bulan sebelum
Penugasan auditor mendekati akhir tahun buku klien dapat
menyebabkan auditor tidak dapat melaksanakan prosedur penting
sehingga kemungkinan auditor tidak dapat memberikan pendapat wajar
tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan (Mulyadi, 2002: 130).
2.2.5.2. Pembuatan Surat Penugasan Audit
Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang
berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor
atas penunjukan oleh klien, tujuan, lingkup audit. Lingkup tanggung
jawab yang dipikul auditor bagi kliennya. Kesepakatan tentang reproduksi
laporan keuangan auditan, serta bentuk laporan yang akan diterbitkan oleh
auditor. Baik auditor maupun kliennya berkepentingan terhadap surat
penugasan audit, karena dalam surat tertentu berbagai kesepakatan
penting tentang penugasan audit didokumentasikan, sehingga dapat
dicegah terjadinya kesalapahaman yang mungkin timbul antara auditor
dengan kliennya (Mulyadi, 2002: 131).
2.2.5.3. Isi Pokok Surat Penugasan Audit
Surat penugasan audit menurut Mulyadi (2002: 131) umumnya
berisi tentang :
1. Tujuan audit atas laporan keuangan.
2. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.
3. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang – undang, pernyataan
4. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan
oleh auditor untuk menyampaikan hasil penugasan.
5. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan
dan ketidak beresan material tidak akan terdeteksi.
6. Pengaturan reproduksi laporan keungan auditan.
7. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang
kelemahan ssignifikan dalam struktur pengendalian intern yang
ditemukan oleh auditor dalam auditnya.
8. Akses keberbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang harus
dalam kaitannya dengan audit.
9. Dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit dan
pengaturan penagihannya.
2.2.6. Keahlian Audit
Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi
operasional yang tepat. Trotter (1986) dalam Mayangsari (2003)
mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya
mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau
tidak pernah membuat kesalahan.
Hayes-Roth et.al (1983) dalam Mayangsari (2003: 4) keahkian
sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu,
pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan
Selanjutnya pengertian keahlian audit menurut Hiro Tugiman dalam
Qudus (2004) adalah keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan
standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam
melaksanakan pemeriksaan. Selain itu keahlian sendiri berarti kemampuan
yang menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumya dihadapi dan
menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu belajar kembali secara luas
dan bantuan berarti dari pihak lain.
Menurut Tan dan Libby dalam Mayangsari (2003), keahlian audit
dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu : keahlian teknis dan
keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang
auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya
dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian
non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang auditor yang
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.
Penelitian Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan
bahwa komponen keahlian auditor di Indonesia, yaitu
1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam
suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap
fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kafer dan Acreman (1989)
juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam
menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.
2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas
kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbins dan larocque’s
(1990) menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi dan kemampuan
Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya,
keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain:
merencanakan program pemeriksaan, menyusun program kerja
pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas
kerja, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan keahlian audit adalah
seseorang yang memiliki tingkat kemahiran dalam melaksanakan tugas
pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik
pemeriksaan akuntansi secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
2.2.7. Keterkaitan Masing-masing Karakteristik Terhadap Keahlian Audit
2.2.7.1. Ciri-ciri Psikologis
Seorang auditor yang ahli adalah seorang auditor yang
mempunyai ciri-ciri psikologis yaitu misalnya pandai memahami apa
yang dikehendaki orang lain, apa maksud dari perbuatan / tindakan,
mengetahui bagaimana permasalahannya, tahu apa yang dapat diterima
orang lain, tahu apa latar belakang dasar pemikiran orang lain Penelitian
yang dilakukan oleh Yusuf (1997) menyatakan bahwa seorang auditor
ahli, adalah auditor harus dapat menghindari kelalaian dan ketidakjujuran,
hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shanteau dan Peters
(1989) dalam Murtanto (1998) yang menyatakan bahwa komunikasi,
kreativitas dan kepercayaan pada keahlian sangat penting.
2.2.7.2. Komponen Pengetahuan
Komponen pengetahuan penting dalam suatu keahlian (Murtanto,
(1998: 41) menyatakan pengalaman yang merupakan komponen
pengetahuan dalam auditing sering digunakan sebagai surrogate dari
pengetahuan. Sebab pengalaman akan member hasil didalam
menghimpun pengetahuan.
2.2.7.3. Strategi Penentuan Keputusan
Seorang auditor yang ahli harus mempunyai kemampuan
memahami criteria yang digunakan serta mampu menentukan jumlah
bahan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung pengambilan
keputusan.Auditor harus pula mempunyai sikap mental independen.
Sekalipun ia ahli, apabila tidak mempunyai sikap independen dalam
mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang
digunakan dalam pengambilan keputusan haruslah tidak bias (Amir Abadi
Yusuf, 1997: 2). Adapun menurut Mohammadi (1987) dalam Murtanto
(1998: 42) para profesional auditing sangat berkepentingan dalam
menggembangkan dan menggunakan strategi penentuan keputusan dalam
membuat keputusan.
2.2.7.4. Analisis Tugas
Analisa kualitas hasil kerja auditor adalah hal yang sangat penting.
Hal ini karena auditor menarik sebuah kesimpulan audit berdasarkan
pekerjaan audit yang telah dilakukan, sehingga analisis tugas akan
mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Analisis tugas juga
mempengaruhi pilihan terhadap bantuan keputusan oleh auditor yang ahli,
2.3. Kerangka Pikir
Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat
digambarkan dalam suatu diagram kerangka pikir, ynag disajikan pada
gambar 2.3 sebagai berikut.
Gambar. 2.3 : Diagram Kerangka Pikir
Uji Statistik
Regresi Linier Berganda
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : diduga ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan,
strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit
H2 : diduga Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies) yang
berpengaruh paling dominan terhadap Keahlian Audit
Komponen Pengetahuan
(X2)
Strategi Penentuan Keputusan
(X3)
Keahlian Audit (Y) Ciri-ciri Psikologis
(X1)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan 4 (empat) variabel bebas dan 1 (satu)
variabel terikat. Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits) (X1), Komponen
Pengetahuan (Knowledge Component) (X2), Strategi Penentuan Keputusan
(Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) (X4 ) sebagai
variabel bebas, dan keahlian audit (Y) sebagai variabel terikat. Agar tidak
menimbulkan interpretasi yang berbeda, maka secara operasional variabel
tersebut didefinisikan sebagai berikut :
1. Variabel (X)
a. Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits) (X1)
Yaitu ciri – ciri yang harus dimiliki oleh seorang auditor
sehingga masyarakat sebagai dan sebagai pihak yang memerlukan
profesinya dapat mempercayai hasil kerjanya. Alat untuk mengukur
variabel ini menggunakan kuisioner.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan
semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola
sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3,
berarti tingkat ciri – ciri psikologis yang dimiliki oleh seorang
auditor adalah buruk, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat ciri – ciri
psikologis yang dimiliki oleh seorang auditor adalah sukup, dan nilai
poin 5 sampai dengan nilai poin 7 berarti tingkat ciri – ciri
psikologis yang dimiliki oleh seorang auditor adalah baik
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan
menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.
b. Komponen Pengetahuan (Knowledge Component) (X2)
Yaitu komponen pengetahuan yang meliputi komponen
seperti pengetahuan terhadap fakta – fakta, prosedur – prosedur, dan
pengalaman. Pengalaman sering digunakan sebagai pendukung dari
pengetahuan sebab pengalaman akan memberikan hasil dalam
menghimpun dan memberi kemajuan bagi pengetahuan. Alat untuk
mengukur variabel ini dengan menggunakan kuisioner.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan
semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola
sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3,
berarti tingkat komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang
auditor adalah buruk, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat
komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah
sukup, dan nilai poin 5 sampai dengan nilai poin 7 berarti tingkat
komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah
baik
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan
menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.
c. Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies) (X3)
Yaitu strategi – strategi yang ditetapkan oleh seorang auditor
baik formal maupun informal yang akan membantu membuat
keputusan yang sistematis dan membantu keahlian didalam
mengatasi keterbatasan manusia. Alat untuk mengukur variabel ini
menggunakan kuisioner.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan
semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola
sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3,
berarti tingkat komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang
auditor adalah buruk, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat
komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah
sukup, dan nilai poin 5 sampai dengan nilai poin 7 berarti tingkat
komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah
baik
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan
menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.
d. Analisis Tugas (Task Analysis) (X4)
Yaitu analisis yang banyak dipengaruhi oleh pengalaman –
pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempengaruhi
terhadap penentuan keputusan. Alat untuk mengukur variabel ini
menggunakan kuisioner.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan
semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola
sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3,
berarti tingkat analisis tugas yang dilakukan oleh seorang auditor
adalah buruk, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat analisis tugas
yang dilakukan oleh seorang auditor adalah sukup, dan nilai poin 5
sampai dengan nilai poin 7 berarti tingkat analisis tugas yang
dilakukan oleh seorang auditor adalah baik
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan
menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.
2. Variabel (Y)
Keahlian audit
Adalah keahlian audit seseorang yang memiliki tingkat
keterampilan tertentu dengan atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek
tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman di bidang audit.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan semantik
differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3, berarti
tingkat keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor adalah buruk,
sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat keahlian audit yang dimiliki oleh
seorang auditor adalah sukup, dan nilai poin 5 sampai dengan nilai poin 7
berarti tingkat keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor adalah
baik
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah merupakan kelompok subjek/objek yang memiliki
ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok
subjek/objek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi
dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44). populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah auditor dan staff auditor yang bekerja pada 15
KAP di Surabaya minimal selama 3 (tiga) tahun dan tercatat ada 60 orang
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004: 44).
Dalam melakukan penarikan sampel, peneliti menggunkan metode “Simple
Random Sampling “ yaitu teknik penarikan sampel dimana setiap anggota
populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel.
Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel
digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :
n = 2
1 Ne N
(Umar, 2002 : 141)
Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan
(e = 5%).
Cara Perhitungan :
Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer
yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109). Sedangkan sumber data
berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 52 Auditor yang bekerja
pada 15 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Surabaya dan dijadikan
sampel dalam penelitian.
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, ini
yaitu meliputi :
1 Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar
pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data
(Nazir, 2005 : 203).
2 Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan
penelitian langsung pada obyek yang diteliti.(Nazir, 2005 : 212).
3.4. Uji Kualitas Data
3.4.1. Uji Validitas
Menurut Riduwan (2004 : 109) menjelaskan bahwa validitas adalah
ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner
tersebut (Ghozali, 2006: 135).
Dasar analisis yang digunakan menurut (Ghozali, 2006: 49). yaitu
sebagai berikut :
1. Jika r hitung positif, serta r hitungl > r tabel maka butir atau variabel
tersebut valid.
2. Jika r hitung negatif, serta r hitung < r tabel maka butir atau variabel
tersebut tidak valid.
3.4.2. Uji Reliabilitas
Menurut Riduwan (2004 : 128) reliabilitas digunakan untuk
mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2006 : 132).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha >
0,60, maka konstruk atau variabel tersebut adalah reliabel (Nunnally, 1960
dalam Ghozali, 2006: 46).
3.4.3. Uji Normalitas
Uji Normalitas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk
menguji apakah dari variabel – variabel yang digunakan dalam model
regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah
data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov
Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah (Sumarsono, 2004: 43)
1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka
distribusi adalah tidak normal.
2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka
distribusi adalah normal.
3.5. Asumsi Klasik
Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini
tidak bias (Sesuai dengan tujuan Untuk mengambil keputusan BLUE, maka
harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh
persamaan tersebut, yaitu (Gujarati, 1999 : 153)
1. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu
cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan cara uji
Durbin-Watson (DW test), dengan ketentuan, yaitu sebagai berikut :
(Santoso, 2001 : 218)
a. Angka D-W di bawah - 2, maka hal ini berarti ada Autokolerasi
positif.
b. Angka D-W diantara -2 sampai +2, maka hal ini berarti tidak ada