• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEAHLIAN AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEAHLIAN AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

DI SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

ARIF RAHMAN HAKIM 06113010203/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP

KEAHLIAN AUDIT PADA PROFESI AKUNTAN PUBLIK

DI SURABAYA

yang diajukan :

ARIF RAHMAN HAKIM 0613010203/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Munari, MM Tanggal : ……….

NIP. 030 195 017

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

(3)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Faktor –

Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keahlian Audit Pada Profesi akuntan

Publik Di Surabaya”, dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian

persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di

Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari

sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak. Drs. Ec. .H. Munari, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan,

dorongan dan saran untuk penulis.

5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

(4)

sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi

dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan

kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah

mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan,

memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada

kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan

sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Febuari 2010

(5)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

ABSTRAKSI... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 4

1.4. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 6

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Auditing ... 9

2.2.1.1. Pengertian Auditing ... 9

2.2.1.2. Standar Auditing ... 10

2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik... 12

2.2.1.4. Tahap – Tahap Pelaksanaan Audit... 13

2.2.2. Ciri - Ciri psikologis ... 15

2.2.2.1. Ciri - Ciri Pribadi dan Profesi Auditor ... 15

2.2.2.2. Tanggung Jawab Auditor ... 18

(6)

2.2.4.1. Keputusan Yang Diambil Auditor Berkaitan

Dengan Bukti Audit... 21

2.2.4.2. Prosedur Pengambilan Keputusan ... 23

2.2.4.3. Faktor-faktor Pengambilan Keputusan ... 24

2.2.4.4. Jenis - Jenis Keputusan ... 26

2.2.4.5. Jenis Pendapat... 27

2.2.5. Analisis Tugas... 29

2.2.5.1. Penentuan Waktu Penugasan ... 29

2.2.5.2. Pembuatan Surat Penugasan Audit ... 30

2.2.5.3. Isi Pokok Surat Penugasan Audit... 30

2.2.6. Keahlian Audit ... 31

2.2.7. Keterkaitan Masing-Masing Karakteristik Terhadap Keahlian Audit ... 33

2.2.7.1. Ciri-Ciri Psikologis ... 33

2.2.7.2. Komponen Pengetahuan ... 33

2.2.7.3. Strategi Penentuan Keputusan ... 34

2.2.7.4. Analisis Tugas ... 34

2.3. Kerangka Pikir ... 35

2.4. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 36

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 40

3.2.1. Populasi... 40

(7)

3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 42

3.4. Uji Kualitas Data ... 42

3.4.1. Uji Validitas ... 42

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 43

3.4.3. Uji Normalitas... 43

3.5. Asumsi Klasik... 44

3.6. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 46

3.6.1. Teknik Analisis ... 46

3.6.2. Uji Hipotesis ... 46

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 46

3.6.2.2. Uji Parsial... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 50

4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 50

4.1.2. Ketentuan dan Peraturan ... 51

4.1.3. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya ... 52

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 53

4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 57

4.3.1. Uji Analisis Data... 57

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 57

4.3.1.1.1. Uji Validitas... 57

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 59

(8)

4.3.4. Uji Hipotesis ... 65

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 65

4.3.4.2. Uji Parsial ... 66

4.4. Pembahasan ... 70

4.4.1. Implikasi ... 70

4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 74

4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 74

4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 76

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Halaman

Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai

Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits) (X1)... 53

Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Komponen Pengetahuan (Knowledge Component) (X2)... 54

Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies) (X3) ... 55

Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Analisis Tugas (Task Analysis) (X4) ... 56

Tabel. 4.5 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (Y)... 57

Tabel. 4.6 Hasil Uji Validitas... 58

Tabel. 4.7 Hasil Uji Reliabilitas ... 59

Tabel. 4.8 Hasil Uji Normalitas ... 60

Tabel. 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 61

Tabel. 4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 62

Tabel. 4.11 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 63

Tabel. 4.12 Hasil Analisis Uji Kesesuaian Model … ... 65

Tabel. 4.13 Koefisien Determinasi (R Square / R2) …... 66

(10)

Halaman

Gambar. 2.1. Tipe Auditing, Auditor, dan Pekerjaan Mereka ... 20

Gambar. 2.2. Prosedur Pengambilan Keputusan... 24

(11)

Oleh :

ARIF RAHMAN HAKIM

Abstrak

Ptofesi akuntan di Indonesia akan menghadapi tantangan yang semakin berat pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, kesiapan yang menyangkut profesionalisme profesi auditor mutlak diperlukan. Profesionalisme profesi auditor dapat digambarkan dari tiga hal yaitu : keahlian, pengetahuan dan karakteristik yang dimiliki. Karakter menunjukkan personality seorang profesional yang diwujudkan dalam sikap dan tindakannya dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan yang telah didapat dari klien maupun masyarakat atau pihak lain yang berkepentingan. Kepercayaan ini senantiasa harus ditingkatkan dengan didukung tingkat keahlian yang dimiliki oleh auditor, sehingga ia bisa berupaya mencapai karakteristik keahlian audit yang ideal. Karakteristik yang dimiliki oleh seorang auditor adalah faktor yang berpengaruh terhadap keahlian auditnya. Karakteristik tersebut dapat dilihat dari ciri – cirri spikologis yaitu kepribadian diri auditor seperti tanggung jawab yang dimiliki, rasa percaya diri, tingkat kejujuran, dan lain –lain. Selain itu bagaimana auditor melakukan analisis tugasnya juga berpengaruh terhadap keahlian auditor, begitu juga dengan komponen pengetahuan yang dimiliki serta apakah strategi penentuan keputusan yang telah dijalankan auditor sudah cukup efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji pengaruh dari ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 52 Auditor yang tersebar di 15 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 52 responden tesebut dan kuesioner tersebut terdiri dari 25 item pernyataan yang dibagi menjadi 5 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit, teruji kebenarannya dan Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa diduga Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies) yang berpengaruh paling dominan terhadap Keahlian Audit, teruji kebenarannya.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang

disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Para pemakai informasi

tersebut adalah pihak manajemen sebagai pemakai internal dan pemakai

eksternal antara lain pemerintah, bank, kreditur dan investor atau calon

investor. Pihak – pihak di luar perusahaan memerlukan informasi mengenai

perusahaan untuk pengambilan keputusan tentang hubungan mereka dengan

perusahaan. Umumnya mereka mengambil keputusan berdasarkan informasi

yang disajikan manajemen dalam laporan keuangan perusahaan.

Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berlawanan dalam

situasi seperti yang diuraikan diatas. Di suatu pihak, manajemen perusahaan

ingin menyampaikan informasi mengenai pertanggung jawaban pengelolaan

dana yang berasal dari pihak luar sedangkan dari pihak lain, pihak luar

perusahaan ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen

perusahaan mangenai pertanggung jawaban dana yang mereka investasikan.

Adanya dua kepentingan yang berlawanan inilah yang menyebabkan timbul

dan berkembangnya profesi akuntan publik.

Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga agar

pertanggung jawaban kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak

luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan

(13)

dipercaya sebagai dasar keputusan yang diambil oleh mereka. Baik pihak

manajemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan yang berkepentingan

terhadap jasa pihak ketiga yang dapat dipercaya. Tanpa menggunakan jasa

auditor independen, manajemen perusahaan tidak akan dapat meyakinkan

pihak luar perusahaan bahwa laporan keuangan yang disajikan berisi

informasi yang dapat dipercaya, karena dari sudut pandang pihak luar,

manajemen perusahaan memiliki kepentingan, baik kepentingan keuangan

maupun kepentingan yang lain.

Ptofesi akuntan di Indonesia akan menghadapi tantangan yang

semakin berat pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, kesiapan yang

menyangkut profesionalisme profesi auditor mutlak diperlukan. Menurut

Robert Half yang dikutip Wijaya (1994: 8), profesionalisme profesi auditor

dapat digambarkan dari tiga hal yaitu : keahlian, pengetahuan dan

karakteristik yang dimiliki. Karakter menunjukkan personality seorang

profesional yang diwujudkan dalam sikap dan tindakannya dalam

melaksanakan tugas atau pekerjaannya.

Profesi akuntan sering disebut profesi kepercayaan masyarakat

meskipun dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kenyatannya

akuntan sendiri sering menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap

mentalnya. Auditor merupakan suatu profesi yang kompleks yang hanya

terdapat jumlah yang relatif sedikit dari profesi ini mempunyai derajat

keahlian pada suatu spesialisasi tertentu. Profesi auditor diakui sebagai suatu

keahlian bagi perusahaan dan ikatan profesinya. Profesi auditor mempunyai

(14)

melaksanakan tugasnya auditor bukan hanya bertanggung jawab atas

kepentingan klien melainkan untuk kepentingan pihak lain yang memakai

laporan keungan auditan.

Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk dapat

mempertahankan kepercayaan yang telah didapat dari klien maupun

masyarakat atau pihak lain yang berkepentingan. Kepercayaan ini senantiasa

harus ditingkatkan dengan didukung tingkat keahlian yang dimiliki oleh

auditor, sehingga ia bisa berupaya mencapai karakteristik keahlian audit yang

ideal.

Karakteristik yang dimiliki oleh seorang auditor adalah faktor yang

berpengaruh terhadap keahlian auditnya. Karakteristik tersebut dapat dilihat

dari ciri – cirri spikologis yaitu kepribadian diri auditor seperti tanggung

jawab yang dimiliki, rasa percaya diri, tingkat kejujuran, dan lain –lain.

Selain itu bagaimana auditor melakukan analisis tugasnya juga berpengaruh

terhadap keahlian auditor, begitu juga dengan komponen pengetahuan yang

dimiliki serta apakah strategi penentuan keputusan yang telah dijalankan

auditor sudah cukup efektif.

Penelitian – penelitian untuk mengungkap karakteristik keahlian audit

yang ideal perlu dilakukan secara berkesinambungan. Alasan perlu dilakukan

penelitian ini adalah pertama, karena kantor akuntan publik (KAP)

berkepentingan dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses audit dan

kedua adalah untuk meningkatkan kualitas auditor.

Dengan demikian kantor Akuntan Publik atau organisasi profesi

(15)

terhadap karakteristik yang penting bagi keahlian audit sehingga pada

akhirnya akan berguna dalam membantu merancang keputusan,

pengembangan progam pelatihan, penetapan pedoman tarif jasa auditor, dan

prosedur untuk evaluasi kinerja auditor.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis

merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor – Faktor

Yang Berpengaruh Terhadap Keahlian Audit Pada Profesi akuntan

Publik Di Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,

maka perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu

1. Apakah ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan,

strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit ?

2. Dari variabel – variabel yang diteliti yaitu ciri – ciri psikologis,

komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas,

variabel manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap keahlian

audit?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu

1. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh dari ciri – ciri psikologis,

komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan analisis tugas

(16)

2. Untuk mengetahui dan membuktikan dari variabel – variabel yang

diteliti yaitu ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan, strategi

penentuan keputusan dan analisis tugas, variabel manakah yang

berpengaruh paling dominan terhadap keahlian audit.

1.4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang dikemukakan,

manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu antara lain:

1. Bagi Peneliti

Untuk memperdalam pengetahuan sebagai upaya peningkatan

daya pikir dan menambah pengetahuan praktis masalah audit khususnya

tentang profesi akuntan publik.

2. Bagi Akuntan publik

Memberikan sumbangan informasi yang dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam mengembangkan potensi akuntan publik di

Surabaya khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

3. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

gambaran untuk menambah referensi pengetahuan pada UPN

(17)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang

dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait

dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh

1. Murtanto dan Gudono (1999)

a Judul

“Identifikasi Karakteristik-Karakteristik Keahlian Audit: Profesi

Akuntan Publik di Indonesia”

b Permasalahan

Apakah auditor mempunyai seperangkat karakteristik

keahlian lain yang dapat menunjang efektifitas keahlian audit?

c Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa

“pengalaman” dan “pengetahuan” masih merupakan karakteristik

yang penting bagi keahlian auditor, namun untuk meningkatkan

kualitas profesi auditor tersebut perlu memperhatikan juga

karakteristik lain yang terungkap melalui penelitian ini. Hal ini

dapat dilihat berdasarkan kategori karakteristiknya dimana

“cirri-ciri psikologis” dan “komponen pengetahuan” merupakan kategori

yang penting, diikuti kategori karakteristik lainnya dalam

(18)

2. Suryana (2002)

a Judul

“Identifikasi Karakteristik – Karakteristik Keahlian Audit : Profesi

Akuntan publik di Surabaya”

b Permasalahan

Apakah auditor mempunyai seperangkat karakteristik

keahlian lain yang dapat menunjang efektifitas keahlian audit?

1) Apakah ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen

pengetahuan, strategi penentuan keputusan, dan analisa tugas

terhadap keahlian audit.

2) Manakah yang paling dominan dari ciri – ciri psikologis,

komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan dan

analisa tugas terhadap keahlian audit.

c Kesimpulan

1) Ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan,

strategi penentuan keputusan, dan analisa tugas terhadap

keahlian audit,

2) Strategi penentuan keputusan yang paling dominan berpengaruh

terhadap keahlian audit.

3. Mayangsari (2003)

a Judul

“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat

(19)

b Permasalahan

1) Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan

independen dengan auditor yang hanya memiliki salah satu

karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki

kedua karakteristik tersebut?

2) Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan

sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor

yang ahli dan auditor yang tidak ahli?

c Kesimpulan

1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat

perbedaan antara auditor yang ahli dan independen dengan

auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali

tidak memiliki karakteristik tersebut. Kesimpulan ini diambil

karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen,

rata-rata pendapat yang diberikan lebih mengarah kepada lemahnya

kelangsungan hidup perusahaan tersebut sedangkan pada

kelompok yang lain cenderung memberikan pendapat bahwa

perusahaan yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam

kelangsungan hidupnya. Jadi auditor pada kelompok ini

mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan

dengan kelompok lain.

2) Selanjutnya dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian

(20)

pemberian pendapat audit. Jenis auditor ahli lebih

memperhatikan atypical, sebaliknya auditor yang non ahli lebih

memperhatikan informasi typical.

Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu

adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh

terhadap keahlian audit, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada, jumlah

sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan

replikasi

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Auditing

2.2.1.1. Pengertian Auditing

Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan

mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih

dahulu.

Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 1) auditing sebagai proses

pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang

dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang

yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan

kesesuaian informasi dimaksudkan dengan kriteria-kriteria yang telah

ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen

dan kompeten.

Sedangkan menurut Mulyadi (2002 : 11) ditinjau dari sudut

(21)

laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan

untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara

wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha

perusahaan atau organisasi tersebut.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa auditing

adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan

mengevaluasi bukti-bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi yang

bertujuan memberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan

kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

2.2.1.2. Standar Auditing

Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik

(IAI, 2009 : 150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia sebagai berikut :

1 Standar Umum

a Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor.

b Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh

auditor.

c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor

wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat

(22)

2 Standar Pekerjaan Lapangan

a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern

harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,

saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi

sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas

laporan keuangan yang diaudit.

3 Standar Pelaporan

a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

b Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya

prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam

penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam

hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam

periode sebelumnya.

c Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus

dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

d Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat

mengenai laporan keungan secara keseluruhan atau suatu asersi

bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat

(23)

dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan

dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk

yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat

tanggung jawab yang dipikulnya.

2.2.1.3. Standar Profesional Akuntan Publik

Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan

Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan

akuntan publik (Mulyadi, 2002 : 34), yaitu :

1 Standar Auditing

Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis

yang terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan

Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan

utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan

perikatan audit.

2 Standar Atestasi

Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan

publik yang mencakup tingkat keyakinan tertingggi yang lebih rendah

dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan

dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).

3 Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa

akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini

(24)

4 Standar Jasa Konsultasi

Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam

penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada

hakikatnya berbeda dari Jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi

pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu

kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi

tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asseres). Dalam jasa

konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan

rekomendasi. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan

untuk kepentingan klien.

5 Standar Pengendalian Mutu

Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam

melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh

kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh

Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika

Kopartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen

Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.

2.2.1.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit

Menurut Mulyadi (2002 : 121) tahap audit atas laporan keuangan

meliputi:

1 Penerimaan Perikatan Audit

Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa

pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan

(25)

Ada 6 (Enam) langkah yang perlu ditempuh oleh auditor

didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon

kliennya, yaitu:

a Mengevaluasi integritas manajemen.

b Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa.

c Menilai kompetensi untuk melakukan audit.

d Menilai independensi.

e Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran

profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.

f Membuat surat perikatan audit.

2 Perencanaan Audit

Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah

berikutnya adalah perencanaan audit. Ada 7 (tujuh) tahap yang harus

ditempuh, yaitu:

a Memahami bisnis dan industri klien

b Melaksanakan prosedur analitik

c Mempertimbangkan tingkat meterialitas awal

d Mempertimbangkan risiko bawaan

e Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap

saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun

pertama

f Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan

(26)

3 Pelaksanaan Pengujian Audit

Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan

utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas

struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan

klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga,

yaitu:

a Pengujian analitis (analytical tests).

b Pengujian pengendalian (tests of control).

c Pungujian substantive (substantive tests).

4 Pelaporan Audit

Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah

penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun

laporan keuangan auditan (audited financial statement), penjelasan

laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan

pendapat auditor.

2.2.2. Ciri – ciri Psikologis

2.2.2.1. Ciri – ciri Pribadi dan Profesi Auditor

Menurut Lawrence B. Sawyer yang dikutip Kosasih (1981: 65)

ciri auditor yang kompeten adalah :

1. Adaptability yaitu mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai

masalah / hal /keadaan pada perusahaan yang diperiksa, mudah

berubah sesuai dengan keadaan, cepat bereaksi terhadap masalah

(27)

2. Understanding yaitu pandai memahami apa yang dikehendaki orang

lain, apa maksud dari perbuatan / tindakan, mengetahui bagaimana

permasalahannya, tahu apa yang dapat diterima orang lain, tahu apa

latar belakang dasar pemikiran orang lain dan lain – lain.

3. Determination yaitu mampu menentukan tindakan dan tujuan yang

hendak dicapai, mampu mengatasi segala rintangan yang dihadapi

dan bertindak tegas dalam pengambilan keputusan dengan menerima

segala konsekwensinya.

4. Independent yaitu mampu bertindak jujur dan objektif, tidak

dipengaruhi pertimbangan pihak luar dan pertimbangan pribadinya

serta selalu memihak kepada kebenaran.

5. Trustworthiness yaitu dapat dipercayai tanpa keraguan, selalu

mengemukakan fakta yang benar ditinjau dari segala segi.

6. Objectivity yaitu bertindak selalu objektif yang berarti akan

mengatakan adanya (tells it like it is) dan bukan apa yang disukainya.

7. Responsibility yaitu penuh rasa tanggung jawab untuk melaksanakan

tugas secara tuntas dan berusaha kerja sebaik – baiknya.

Sedangkan menurut Robert Halk yang dikutip Widjaya (1994: 9)

orang yang berada pada profesi akuntansi tinggi mempunyai ciri – ciri /

karakteristik / sifat – sifat sebagai berikut :

1. Mereka mempunyai keinginan maju terus.

2. Mereka bekerja keras.

3. Mereka tidak takut mengambil keputusan.

4. Mereka mempunyai banyak keingintahuan intelektual.

(28)

Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu profesi seperti

organisasi lainnyamisalnya IDI (Ikatan Dokter Indonesia), PWI

(Persatuan Wartawan Indonesia). Supaya dikatakan profesi, ia harus

memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai

pihak yang memerlukan profesi, mempercayai hasil kerjanya.

Menurut Harahap (1991: 23) adapun ciri profesi, yaitu sebagai berikut :

1. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan

pedoman dalam melaksanakan keprofesiannya.

2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku

anggotanya dalam profesi itu.

3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyrakat

atau pemerintah.

4. Keahliannya dibutuhkan masyarakat.

Sedangkan menurut John O. Miller dalam bukunya Training for a

profession yang dikutip oleh Harahap (1991: 24) menyebutkan ciri – ciri

profesi sebagai berikut :

1. Para anggota memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperolehnya

dari latihan akademik pada lembaga perguruan tinggi.

2. Para anggota mempertahankan suatu standar etik yang tinggi

berdasarkan otonomi dan kebebasan.

3. Para anggota termasuk dalam suatu ikatan yang dibentuk untuk

melindungi dan memperhatikan kepentingan anggota dan ikatan tadi

mempergunakan standar etik untuk melindungi masyarakat.

4. Para anggotanya dalam memberikan jasa kepada masyarakat umum,

dapat bekerja sendiri sebagai akuntan publik, atau sebagai pegawai

(29)

2.2.2.2. Tanggung Jawab Auditor

Tanggung jawab auditor terbatas pada melaksanakan pemeriksaan

audit dan melaporkan hasilnya sesuai dengan norma pemeriksaan

akuntan.

Luasnya pertanggungjawaban dalam pemeriksaan menurut Jusuf

(1997: 118) dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Kecurangan pegawai

Dalam profesi auditing telah ditegaskan bahwa auditor tidak

bertanggung jawab untuk menemukan usaha penipu oleh karyawan

selama pemeriksaan telah dilakukan menurut norma pemeriksaan

akuntan.Jika auditor berkewajiban membongkar semua penipuan

material, pengujian auditing harus lebih banyak diperluas, karena ada

banyak macam penipuan yang sukar peka terhadap kemungkinan

adanya kesalahan yang disengaja dalam menilai pengendalian

internal. Prosedur audit harus diperluas jika auditor menemukan

kelemahan dalam pengendalian atau kegagalan mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan, jika menggangap kesalahan atau kelainan yang

material dapat timbul karenanya.

2. Kecurangan Manajemen

Kecurangan oleh manajemen pada dasarnya sulit diungkapkan

karena kemungkinan bahwa salah satu atau beberapa anggota

manajemen memegang kendali atas pengendalian inernal. Kesalahan

bisa berupa penghapusan transaksi, laporan yang keliru mengenai

(30)

jaminan untuk menemukan kecurangan yang penting, tapi auditor

harus waspada akan adanya penipuan dalam hal adanya tekanan yang

berat terhadap manajemen atau tidak adanya kejujuran manajemen.

3. Tindakan melanggar hukum oleh klien

Auditor biasanya tidak dapat diharapkan untuk

mengungkapkan adanya tindakan melanggar hukum, selama suatu

audit hanya menyangkut masalah keuangan, dan bukan masalah

hukum. Namun demikian pemeriksaan terhadap pengendalian

internal, pertanyaan – pertanyaan terhadap manajemen, dan surat

menyurat dengan pengacara dan prosedur audit lain dapat

mengungkapkan adanya tindakan melanggar hukum.

2.2.2.3. Tipe Auditor

Menurut Mulyadi (2002: 28) orang atau kelompok orang yang

melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :

1. Auditor Independen

Auditor professional yang menyediakan jasanya kepada

masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keungan

yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti :

kreditur, investor, calon kreditur, calon investor dan instansi

pemerintah (terutama instansi pajak)

2. Auditor Pemerintah

Auditor yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas

(31)

keuangan yang disajikan oleh unit – unit organisasi atau entitas

pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan

kepada pemerintah.

3. Auditor Intern

Auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya

adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan

oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan efisiensi dan

efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan

informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

2.2.2.4. Aspek Independensi Auditor

Menurut Halim (2001: 21) dalam Dedy (2009) membagi kedalam

3 (tiga) aspek Independensi Auditor, yaitu antara lain :

1. Independensi dalam fakta (Independence in fact)

Yaitu Auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi,

keterkaitan yang erat dengan objektivitas.

2. Independensi dalam penampilan (Independence in Appearance)

Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor

sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga

kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan

mempercayai sikap independensi dan objektivitas. Meskipun auditor

telah menjalankan audit dengan baik secara independen dan objektif,

pendapat yang dinyatakan melalui laporan audit tidak akan dipercaya

oleh para pemakai jasa auditor independen, bila ia tidak mampu

mempertahankan independensi dalam penampilan. Oleh karena itu

independensi dalam penampilan sangat penting bagi perkembangan

(32)

3. Independensi dari sudut keahliannya (Independence in Competence)

Artinya Auditor yang awam dalam elektronik data processing

system tidak memenuhi independensi keahlian bila ia mengaudit

perusahaan yang pengolahan datanya menggunakan sistem informasi

terkomputerisasi. Independensi dari sudut keahliannya terkait erat

dengan kecakapan profesional auditor

2.2.3. Komponen Pengetahuan

Menurut Winardi (1989: 10) komponen pengetahuan adalah bagian

– bagian yang saling berhubungan satu sama lainnya yang membentuk satu

kesatuan yang seimbang yang dicapai berdasarkan

pengalaman-pengalamannya yang mendahului lahirnya ilmu pengetahuan.

Selanjutnya menurut Winardi (1989: 21), pengetahuan dapat dibagi

menjadi dua bagian, yaitu :

1. Pengetahuan yang memiliki suatu objek pengalaman

Suatu objek yaitu hal yang dipersoalkan, baik yang bersifat

konkrit atau abstrak.Suatu objek pengalaman adalah suatu objek yang

dialami atau dapat diamati dan sifatnya berdasarkan kejadian yang

dialami dalam keseharian.

2. Pengetahuan yang tidak memiliki suatu objek pengalaman

Suatu pengetahuan yang tidak banyak jumlah pengabdiannya

tetapi mencakup apa yang dikenal mengetahui yang sifatnya adalah

pengetahuan formil, jadi tidak memiliki objek pengalaman.

2.2.4. Strategi Penentuan Keputusan

2.2.4.1. Keputusan Yang Diambil Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit

Seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya harus dapat

(33)

untuk mendukung pendapat yang akan diberikannya, dimana bukti-bukti

tersebut memberikan dasar-dasar yang rasional dalam membentuk

judgement

Dalam proses pengumpulan bukti audit, Mulyadi (2002: 91)

berprndapat bahwa auditor melakukan empat pengambilan keputusan

yang saling berkaitan, yaitu :

1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan

Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor menggunakan

prosedur audit. Daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur

tertentu disebut program audit. Pada umumnya program audit juga

menyebutkan besarnya sampel, tanggal pelaksanaan program audit,

dan pelaksana audit.

2. Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu

Jika prosedur audit telah ditetapkan, auditor dapat menentukan

besarnya sampel yang berbeda dari suatu unsur dengan unsur yang

lain.

3. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih sebagai anggota sampel

Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit

tertentu, auditor masih harus memutuskan unsur mana yang akan

dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.

4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit

tertentu

Karena audit terhadap laporan keungan meliputi satu jangka

(34)

mengumpulkan bukti audit segera setelah awal tahun. Biasanya audit

baru dapat diselesaikan beberapa minggu atau bulan setelah tanggal

neraca. Maka prosedur audit dapat digunakan pada awal tahun yang

diaudit. Akhir tahun yang diaudit, atau beberapa munggu atau bulan

setelah tanggal neraca.

2.2.4.2. Prosedur Pengambilan Keputusan

Kuantitas informasi yang akan diperoleh auditor dalam suatu

pekerjaan audit sangatlah kompleks. Banyaknya jumlah informasi yang

harus diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk

menyelesaikan sebuah pekerjaan mengindikasikan tingkat kompleksitas

tugas yang sedang dihadapi oleh auditor. Pengetahuan yang memadai

mengenai karakteristik yang dimiliki perusahaan akan mempengaruhi

pandangan auditor terhadap bukti atau informasi yang ditemukan.

Dalam ilmu pengambilan keputusan menurut Harahap (1997: 15)

dikenal tahap–tahap yang diikuti dalam proses pengambilan keputusan,

proses yang umum adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi persoalan dengan cara membandingkan keinginan

dengan kejadian yang sebenarnya.

2. Merumuskan persoalan utama.

3. Merinci persoalan utama.

4. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan.

5. Memutuskan pilihan yang terbaik.

6. Melaksanakan keputusan.

(35)

Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan gambar prosedur

pengambilan keputusan, yang daisajikan pada gamabr 2.2, yaitu sebagai

berikut :

Gambar 2.2 : Prosedur pengambilan keputusan

Sumber : Sofyan Safri Harahap, 1997, Akuntansi Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta, Halaman 16

2.2.4.3. Faktor–faktor Pengambilan Keputusan

Menurut Umar (1999: 31) ada tiga factor utama yang

mempengaruhi seorang pengambil keputusan (decision maker) suatu

organisasi untuk mengambil sebuah keputusan, yaitu :

1. Kondisi internal dan eksternal organisasi

Ada beberapa faktor utama untuk menilai kondisi internal

organisasi, antara lain ketersediaan dana, kualitas sumber daya

manusia, peralatan yang dimiliki, struktur organisasi, system

organisasi, dan lain – lain. Semua itu dapat menjadi kekuatan

perusahaan untuk terus bertahan dan berkembang, atau dapat pula

menjadi yang sebaliknya.Faktor – faktor sosial, ekonomi, politik,

hukum dan budaya masyarakat.Semua faktor itu harus turut

dipertimbangkan oleh pihak manajemen dalam pengambilan

(36)

2. Ketersediaan informasi

Ketersediaan informasi menjadi faktor yang sangat penting

untuk menilai proses dan kualitas hasil keputusan yang diambil oleh

manajemen. Dalam suatu organisasi, kualitas maupun kuantitas

masalah yang harus dipecahkan bervariasi, tetapi harus diselesaikan

menurut urutan prioritasnya sehingga diperoleh hasil yang prima.

3. Keterampilan pengambil keputusan

Nilai – nilai yang dimiliki oleh seorang pengambil keputusan,

misalnya manajer, tergantung pada beberapa faktor utama, seperti

intelegensi, kapasitas, rasa tanggung jawab dan lain – lain.

Tipe-tipe pengambil keputusan yang dilatarbelakangi oleh

pengkombinasian nilai dari faktor – faktor diatas, dapat dibagi atas lima

tipe yang penjelasan ringkasnya disajikan dibawah ini :

1. Tipe ketergantungan

Salah satu tipe pengambil keputusan yang kurang mempunyai

pendirian dan lemahnya penguasaan masalah yang dihadapi sehingga

ia memerlukan bantuan orang lain.

2. Tipe eksploitatif

Suatu tipe pengambil keputusan yang ide – ide pengambil

keputusannya dating dari orang lain atau bawahannya, dan sekaligus

mengeksploitasi mereka untuk kepentingannya sendiri sehingga ia

(37)

3. Tipe tabungan

Pengambil keputusan mempunyai banyak ide, tetapi dipendam

untuk disampaikan pada saat yang dirasanya tepat demi kepentingan

pribadinya.

4. Tipe pemasaran

Tipe ini dapat dikatakan kebalikan dari tipe tabungan. Tipe ini

ditujukan pada pengambil keputusan yang suka memberitahukan ide

– idenya kepada orang lain dengan tujuan negatif, yaitu sekedar

pamer untuk menarik simpati.

5. Tipe produktif

Tipe ini mencirikan pengambil keputusan yang memang

memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan, inisiatif,

kreatif dan dapat bekerja sama baik dengan bawahan, atasan, maupun

rekan kerja.

2.2.4.4. Jenis–Jenis Keputusan

Menurut Umar (1999: 33) keputusan terbagi atas dua jenis utama

yaitu sebagai berikut :

1. Keputusan yang terstruktur

Keputusan yang terstruktur mempunyai aturan-aturan yang

jelas dan teliti, dipakai berulang-ulang, dapat diprogramkan sehingga

dapat didelegasikan kepada orang lain maupun kepada perangkat

computer. Misalnya keputusan pemayaran gaji karyawan, yaitu kapan

waktu pembuatan laporannya, bagaimana perhitungan besarnya gaji

(38)

2. Keputusan yang tidak terstruktur

Keputusan yang tidak terstruktur sifat munculnya

kadang-kadang sifat keputusan yang harus diambil bersifat unik sehingga

analisanya baru, tidak dapat didelegasikan, kadang-kadang alat

analisanya tidak lengkap dan bahwa keputusan lebih didominasi oleh

intuisi atau instingnya.

2.2.4.5. Jenis Pendapat

Ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor

menurut Mulyadi (2002: 90) yaitu sebagai berikut :

1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified

opinion report).

Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika

tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat

pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan

prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan

keuangan, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.

Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah

laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien,

pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.

Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna :

a. Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran.

(39)

2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan

bahasa penjelasan (unqualified opinion report with explanatory

language)

Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan,

namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi

keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat

menerbitkan laporan keuangan audit bentuk baku.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

Jika auditor mempunyai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia

memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan

audit.

a. Lingkup audit dibatasi oleh klien.

b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau

tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi

yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.

c. Laporan keuangan tidak disususn sesuai dengan prinsipn

akuntansi berterima umum.

d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam

penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan

keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar, tetapi ada beberapa

unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi

(40)

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)

Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak

dibatasi lingkup auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti

audit yang kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya.

Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka

informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama

sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak dapat dipakai oleh

pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan

auditan, maka laporan ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no

opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak

memberikan pendapat adalah :

a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.

b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

2.2.5. Analisis Tugas

2.2.5.1. Penentuan Waktu Penugasan

Umumnya waktu enam sampai dengan sembilan bulan merupakan

jangka waktu yang memadai bagi auditor untuk merencanakan secara

seksama pekerjaan audit, sehingga waktu idealnya waktu penugasan audit

sudah diterima oleh auditor enam sampai dengan sembilan bulan sebelum

(41)

Penugasan auditor mendekati akhir tahun buku klien dapat

menyebabkan auditor tidak dapat melaksanakan prosedur penting

sehingga kemungkinan auditor tidak dapat memberikan pendapat wajar

tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan (Mulyadi, 2002: 130).

2.2.5.2. Pembuatan Surat Penugasan Audit

Surat penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang

berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor

atas penunjukan oleh klien, tujuan, lingkup audit. Lingkup tanggung

jawab yang dipikul auditor bagi kliennya. Kesepakatan tentang reproduksi

laporan keuangan auditan, serta bentuk laporan yang akan diterbitkan oleh

auditor. Baik auditor maupun kliennya berkepentingan terhadap surat

penugasan audit, karena dalam surat tertentu berbagai kesepakatan

penting tentang penugasan audit didokumentasikan, sehingga dapat

dicegah terjadinya kesalapahaman yang mungkin timbul antara auditor

dengan kliennya (Mulyadi, 2002: 131).

2.2.5.3. Isi Pokok Surat Penugasan Audit

Surat penugasan audit menurut Mulyadi (2002: 131) umumnya

berisi tentang :

1. Tujuan audit atas laporan keuangan.

2. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.

3. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang – undang, pernyataan

(42)

4. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan

oleh auditor untuk menyampaikan hasil penugasan.

5. Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan

dan ketidak beresan material tidak akan terdeteksi.

6. Pengaturan reproduksi laporan keungan auditan.

7. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang

kelemahan ssignifikan dalam struktur pengendalian intern yang

ditemukan oleh auditor dalam auditnya.

8. Akses keberbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang harus

dalam kaitannya dengan audit.

9. Dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit dan

pengaturan penagihannya.

2.2.6. Keahlian Audit

Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi

operasional yang tepat. Trotter (1986) dalam Mayangsari (2003)

mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya

mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau

tidak pernah membuat kesalahan.

Hayes-Roth et.al (1983) dalam Mayangsari (2003: 4) keahkian

sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu,

pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan

(43)

Selanjutnya pengertian keahlian audit menurut Hiro Tugiman dalam

Qudus (2004) adalah keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan

standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam

melaksanakan pemeriksaan. Selain itu keahlian sendiri berarti kemampuan

yang menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumya dihadapi dan

menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu belajar kembali secara luas

dan bantuan berarti dari pihak lain.

Menurut Tan dan Libby dalam Mayangsari (2003), keahlian audit

dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu : keahlian teknis dan

keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang

auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya

dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian

non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang auditor yang

banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.

Penelitian Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan

bahwa komponen keahlian auditor di Indonesia, yaitu

1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam

suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap

fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kafer dan Acreman (1989)

juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam

menghimpun dan memberikan kemajuan bagi pengetahuan.

2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas

kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbins dan larocque’s

(1990) menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi dan kemampuan

(44)

Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya,

keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain:

merencanakan program pemeriksaan, menyusun program kerja

pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas

kerja, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan keahlian audit adalah

seseorang yang memiliki tingkat kemahiran dalam melaksanakan tugas

pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik

pemeriksaan akuntansi secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.

2.2.7. Keterkaitan Masing-masing Karakteristik Terhadap Keahlian Audit

2.2.7.1. Ciri-ciri Psikologis

Seorang auditor yang ahli adalah seorang auditor yang

mempunyai ciri-ciri psikologis yaitu misalnya pandai memahami apa

yang dikehendaki orang lain, apa maksud dari perbuatan / tindakan,

mengetahui bagaimana permasalahannya, tahu apa yang dapat diterima

orang lain, tahu apa latar belakang dasar pemikiran orang lain Penelitian

yang dilakukan oleh Yusuf (1997) menyatakan bahwa seorang auditor

ahli, adalah auditor harus dapat menghindari kelalaian dan ketidakjujuran,

hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shanteau dan Peters

(1989) dalam Murtanto (1998) yang menyatakan bahwa komunikasi,

kreativitas dan kepercayaan pada keahlian sangat penting.

2.2.7.2. Komponen Pengetahuan

Komponen pengetahuan penting dalam suatu keahlian (Murtanto,

(45)

(1998: 41) menyatakan pengalaman yang merupakan komponen

pengetahuan dalam auditing sering digunakan sebagai surrogate dari

pengetahuan. Sebab pengalaman akan member hasil didalam

menghimpun pengetahuan.

2.2.7.3. Strategi Penentuan Keputusan

Seorang auditor yang ahli harus mempunyai kemampuan

memahami criteria yang digunakan serta mampu menentukan jumlah

bahan bukti yang dibutuhkan untuk mendukung pengambilan

keputusan.Auditor harus pula mempunyai sikap mental independen.

Sekalipun ia ahli, apabila tidak mempunyai sikap independen dalam

mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang

digunakan dalam pengambilan keputusan haruslah tidak bias (Amir Abadi

Yusuf, 1997: 2). Adapun menurut Mohammadi (1987) dalam Murtanto

(1998: 42) para profesional auditing sangat berkepentingan dalam

menggembangkan dan menggunakan strategi penentuan keputusan dalam

membuat keputusan.

2.2.7.4. Analisis Tugas

Analisa kualitas hasil kerja auditor adalah hal yang sangat penting.

Hal ini karena auditor menarik sebuah kesimpulan audit berdasarkan

pekerjaan audit yang telah dilakukan, sehingga analisis tugas akan

mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Analisis tugas juga

mempengaruhi pilihan terhadap bantuan keputusan oleh auditor yang ahli,

(46)

2.3. Kerangka Pikir

Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat

digambarkan dalam suatu diagram kerangka pikir, ynag disajikan pada

gambar 2.3 sebagai berikut.

Gambar. 2.3 : Diagram Kerangka Pikir

Uji Statistik

Regresi Linier Berganda

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : diduga ada pengaruh ciri – ciri psikologis, komponen pengetahuan,

strategi penentuan keputusan dan analisis tugas terhadap keahlian audit

H2 : diduga Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies) yang

berpengaruh paling dominan terhadap Keahlian Audit

Komponen Pengetahuan

(X2)

Strategi Penentuan Keputusan

(X3)

Keahlian Audit (Y) Ciri-ciri Psikologis

(X1)

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan 4 (empat) variabel bebas dan 1 (satu)

variabel terikat. Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits) (X1), Komponen

Pengetahuan (Knowledge Component) (X2), Strategi Penentuan Keputusan

(Decesion Strategies), dan Analisis Tugas (Task Analysis) (X4 ) sebagai

variabel bebas, dan keahlian audit (Y) sebagai variabel terikat. Agar tidak

menimbulkan interpretasi yang berbeda, maka secara operasional variabel

tersebut didefinisikan sebagai berikut :

1. Variabel (X)

a. Ciri-Ciri Psikologis (Psychological Traits) (X1)

Yaitu ciri – ciri yang harus dimiliki oleh seorang auditor

sehingga masyarakat sebagai dan sebagai pihak yang memerlukan

profesinya dapat mempercayai hasil kerjanya. Alat untuk mengukur

variabel ini menggunakan kuisioner.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan

semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola

sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3,

berarti tingkat ciri – ciri psikologis yang dimiliki oleh seorang

(48)

auditor adalah buruk, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat ciri – ciri

psikologis yang dimiliki oleh seorang auditor adalah sukup, dan nilai

poin 5 sampai dengan nilai poin 7 berarti tingkat ciri – ciri

psikologis yang dimiliki oleh seorang auditor adalah baik

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam

penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan

menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

b. Komponen Pengetahuan (Knowledge Component) (X2)

Yaitu komponen pengetahuan yang meliputi komponen

seperti pengetahuan terhadap fakta – fakta, prosedur – prosedur, dan

pengalaman. Pengalaman sering digunakan sebagai pendukung dari

pengetahuan sebab pengalaman akan memberikan hasil dalam

menghimpun dan memberi kemajuan bagi pengetahuan. Alat untuk

mengukur variabel ini dengan menggunakan kuisioner.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan

semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola

sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3,

berarti tingkat komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang

auditor adalah buruk, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat

(49)

komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah

sukup, dan nilai poin 5 sampai dengan nilai poin 7 berarti tingkat

komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah

baik

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam

penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan

menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

c. Strategi Penentuan Keputusan (Decesion Strategies) (X3)

Yaitu strategi – strategi yang ditetapkan oleh seorang auditor

baik formal maupun informal yang akan membantu membuat

keputusan yang sistematis dan membantu keahlian didalam

mengatasi keterbatasan manusia. Alat untuk mengukur variabel ini

menggunakan kuisioner.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan

semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola

sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3,

berarti tingkat komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang

auditor adalah buruk, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat

komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah

(50)

sukup, dan nilai poin 5 sampai dengan nilai poin 7 berarti tingkat

komponen pengetahuan yang dimiliki oleh seorang auditor adalah

baik

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam

penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan

menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

d. Analisis Tugas (Task Analysis) (X4)

Yaitu analisis yang banyak dipengaruhi oleh pengalaman –

pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempengaruhi

terhadap penentuan keputusan. Alat untuk mengukur variabel ini

menggunakan kuisioner.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan

semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola

sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3,

berarti tingkat analisis tugas yang dilakukan oleh seorang auditor

adalah buruk, sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat analisis tugas

yang dilakukan oleh seorang auditor adalah sukup, dan nilai poin 5

sampai dengan nilai poin 7 berarti tingkat analisis tugas yang

dilakukan oleh seorang auditor adalah baik

(51)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam

penelitian Suryawan (2002) dan Variabel ini diukur dengan

menggunakan 5 (lima) item pertanyaan.

2. Variabel (Y)

Keahlian audit

Adalah keahlian audit seseorang yang memiliki tingkat

keterampilan tertentu dengan atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek

tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman di bidang audit.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala interval, dengan teknik pengukuran yang digunakan semantik

differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7

Jawaban dengan nilai poin 1 sampai dengan nilai poin 3, berarti

tingkat keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor adalah buruk,

sedangkan nilai poin 3 berarti tingkat keahlian audit yang dimiliki oleh

seorang auditor adalah sukup, dan nilai poin 5 sampai dengan nilai poin 7

berarti tingkat keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor adalah

baik

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah merupakan kelompok subjek/objek yang memiliki

ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok

(52)

subjek/objek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi

dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44). populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah auditor dan staff auditor yang bekerja pada 15

KAP di Surabaya minimal selama 3 (tiga) tahun dan tercatat ada 60 orang

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, yang mempunyai ciri dan

karakteristik yang sama dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004: 44).

Dalam melakukan penarikan sampel, peneliti menggunkan metode “Simple

Random Sampling “ yaitu teknik penarikan sampel dimana setiap anggota

populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel.

Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel

digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :

n = 2

1 Ne N

(Umar, 2002 : 141)

Dimana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan

(e = 5%).

Cara Perhitungan :

Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel

(53)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer

yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber

asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109). Sedangkan sumber data

berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 52 Auditor yang bekerja

pada 15 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Surabaya dan dijadikan

sampel dalam penelitian.

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, ini

yaitu meliputi :

1 Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar

pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data

(Nazir, 2005 : 203).

2 Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan

penelitian langsung pada obyek yang diteliti.(Nazir, 2005 : 212).

3.4. Uji Kualitas Data

3.4.1. Uji Validitas

Menurut Riduwan (2004 : 109) menjelaskan bahwa validitas adalah

(54)

ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner

tersebut (Ghozali, 2006: 135).

Dasar analisis yang digunakan menurut (Ghozali, 2006: 49). yaitu

sebagai berikut :

1. Jika r hitung positif, serta r hitungl > r tabel maka butir atau variabel

tersebut valid.

2. Jika r hitung negatif, serta r hitung < r tabel maka butir atau variabel

tersebut tidak valid.

3.4.2. Uji Reliabilitas

Menurut Riduwan (2004 : 128) reliabilitas digunakan untuk

mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau

dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu (Ghozali, 2006 : 132).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha >

0,60, maka konstruk atau variabel tersebut adalah reliabel (Nunnally, 1960

dalam Ghozali, 2006: 46).

3.4.3. Uji Normalitas

Uji Normalitas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk

menguji apakah dari variabel – variabel yang digunakan dalam model

regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah

data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov

(55)

Pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data

mengikuti distribusi normal adalah (Sumarsono, 2004: 43)

1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka

distribusi adalah tidak normal.

2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka

distribusi adalah normal.

3.5. Asumsi Klasik

Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier

Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini

tidak bias (Sesuai dengan tujuan Untuk mengambil keputusan BLUE, maka

harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh

persamaan tersebut, yaitu (Gujarati, 1999 : 153)

1. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu

cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan cara uji

Durbin-Watson (DW test), dengan ketentuan, yaitu sebagai berikut :

(Santoso, 2001 : 218)

a. Angka D-W di bawah - 2, maka hal ini berarti ada Autokolerasi

positif.

b. Angka D-W diantara -2 sampai +2, maka hal ini berarti tidak ada

Gambar

Gambar. 2.3. Diagram Kerangka Pikir.........................................................
Gambar 2.2 : Prosedur pengambilan keputusan
Gambar. 2.3 : Diagram Kerangka Pikir
Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Aspek atau domain kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Faktor- faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan promosi pariwisata Kota Pekanbaru dalam pengembangan potensi wisata

Dana Alokasi Umum merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah

[r]

Bahwa inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing. Inflasi cenderung akan menurunkan nilai suatu valuta asing. Inflasi menyebabkan

[r]

Hasil penelitian, hutang piutang yang dilakukan di Yayasan Nurul Huda dilakukan oleh masyarakat kepada amil zakat tanpa ada pemberitahuan kepada pihak yayasan maupun