• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

6. Citra

Katz dalam Soemirat dan Ardianto (2004) mengatakan bahwa citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai

commit to user

Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima jenis citra yang dikemukakan, yakni:

1. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi, biasanya adalah pemimpinnya, mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya.

2. Citra yang berlaku (current image). Adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.

3. Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen.

4. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.

5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan.

Berdasarkan teori di atas penelitian ini mencoba mengungkap Citra yang berlaku (current image) yang melekat pada mahasiswa anggota BEM Fakultas Hukum UNS setelah membaca berita Antasari Azhar di Kompas. Untuk mengungkap persepsi tersebut peneliti melihat Citra Perusahaan (corporate image) yang ingin dibentuk atau bisa dikatakan sebagai Citra yang diharapkan (wish image) oleh lembaga KPK. Adapun citra tersebut menurut Undang- Undang RI No.30 Tahun 2002 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi

Bab I Pasal 5 menerangkan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan pada :

a. Kepastian Hukum

Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan menjalankan tugas dan wewenang KPK.

b. Keterbukaan

Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kinerja KPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

c. Akuntabilitas

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan KPK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Kepentingan umum

Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

e. Proporsionalitas

Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas, wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban KPK.

commit to user

berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.

Berdasarkan teori tersebut citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap sutau obyek dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut, bersumber pada aspek kognitif yaitu informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.

Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh john S. Nimpoeno, dalam laporan penelitian tentang Tingkah laku konsumen, seperti yang dikutip Danasaputra, (Soleh Soemirat & Drs. Elvinaro Ardianto, 2005:115) sebagai berikut

Bagan 1.2 Model Pembentukan Citra

Akhir dari proses persepsi adalah interprestasi atau penilaian, bagian ini mengacu pada upaya untuk menemukan arti bagi keadaan disekitar kita. Melalui mekanisme persepsi, informasi yang diterima oleh indera manusia kemudian diorganisasikan, dipahami dan diinterprestasikan atau dievaluasi.

Lingkungan sosial mempunyai peranan dalam pembentukan persepsi seseorang. Yang paling berpengaruh yaitu orang-orang yang paling dekat dengan diri kita (Rakhmat,1999:101).

Walaupun kita menjadi anggota banyak kelompok, kita terikat secara emosional pada beberapa kelonpok saja. Hubungan kita dengan keluarga kita, kawan-kawan sepermainan, dan tetangga-tetangga yang dekat (di kampung kita, bukan di real estates), terasa lebih akrab, lebih personal, lebih menyentuh hati kita (Rakhmat,1999:142).

Menurut Jalaludin Rakhmat (1999:232) dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum yaitu :

1. Pengaruh komunikasi massa diantaranya oleh faktor-faktor seperti predisposisi personal, proses selektif dan keanggotaan kelompok ( faktor – faktor personal )

2. Karena faktor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah ( agent of change )

commit to user

3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konfersi” (perubahan seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.

4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang- bidang di mana pendapat orang lemah.

5. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh.

Teori-teori tentang persepsi dan pembentukan citra diataslah yang mendorong peneliti untuk mengungkap persepsi mahasiswa hukum tentang citra KPK setelah membaca berita Antasari Azhar di harian Kompas

Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya metode penelitian komunikasi (1998:27) metode korelasional adalah meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Hubungan yang dicari itu disebut korelasi. Metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu fakor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Kalau dua variabel saja yang kita hubungkan, korelasi disebut korelasi sederhana (simple correlation) lebih dari dua, kita menggunakan korekasi ganda (multiple correlation)

Pada akhir abad XIX, Karl Pearson,berdasarkan teori Sir Francis Galton, mengembangakan indeks untuk mengukur tingkat hibungan diantara variabel. Dikenal dengan istilah Pearson product coefficient correlation, indeks ini disingkat dengan huruf kecil r. Rakhmat (1998:27).

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagai mana hubungan antara penggunaan surat kabar, faktor-faktor eksternal, dan persepsi yang

terbentuk. Penelitian ini ingin menghubungkan tiga variabel sehingga korelasinya disebut korelasi ganda (multiple correlation). Ketiga variabel tersebut adalah variabel penggunaan surat kabar (variabel independen), variabel faktor-faktor eksternal (variabel kontrol) dan persepsi yang terbentuk (variabel dependen)

Dalam dokumen BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK (Halaman 52-58)

Dokumen terkait