commit to user
BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK
(Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK)
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan guna mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Penyusun :
TRIYATNO WISNU HARJONO D 1206569
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Persetujuan pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
commit to user
PENGESAHANSkripsi ini telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari : Tanggal :
1. Ketua : Drs. Adolfo Eko S.,
M.Si ( )
NIP. 195 80617 198702 1001
2. Sekretaris : Dra.
Indah Budi R, SE, M.Hum ( )
NIP. 195 80317 199010 2001
3. Penguji I : Drs.
Mursito BM, SU ( )
NIP. 195 00926 198503 1001
4. Penguji II : Sri
Hastjarjo, S.Sos, Ph.D ( )
NIP. 197 10217 199802 1001
Mengetahui, Dekan
Drs. H. Supriyadi SN, SU NIP. 195 30128 198103 1001
MOTTO
S K R I P S I
tak akan selesai
jika kau hanya mampu menuliskan huruf S
“The mass media may not successful in telling us what to think, but they are
stunningly successful in telling us what think about”
( Bernard Cohen )
I don’t follow you …
commit to user
PERSEMBAHANPuji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Karya ini saya persembahkan untuk ….
Keluargaku, orang tua dan saudara yang selalu ada dalam hidupku untuk selalu memberikan yang terbaik.
yang selalu memberikan pengalaman baru dalam hidupku.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
tuntunan dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
dan lancar. Proses penulisan skripsi ini banyak memberikan arti kepada penulis,
karena dengan skripsi ini penulis bisa mempunyai kesempatan belajar dalam
berbagai hal dari banyak pihak. Dengan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK
(Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian
Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK)”.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dibalik penyusunan Skripsi ini terdapat banyak
orang – orang luar biasa yang memberikan bantuan, petunjuk, dan bimbingan
serta motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
skripsi ini. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Drs. Mursito BM, SU, selaku dosen Pembimbing I yang telah membimbing
commit to user
2. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D, selaku dosen Pembimbing II atas bimbingan,
arahan dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
lancar.
3. Bapak Ibu petugas perpustakaan, terima kasih atas kesempatan dan
kerjasamanya untuk meminjam buku selama penulis menyusun skripsi.
4. Para responden yaitu mahasiswa Anggota BEM Hukum UNS, terima kasih
karena bersedia meluangkan waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan penulis.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam
rangka kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Surakarta, November 2010
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN ... i
PENGESAHAN ... ii
MOTTO ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
ABSTRAK ... xix
ABSTRACT ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
commit to user
1.Konsep Komunikasi Massa ... 10
2.Fungsi Komunikasi Massa ... 15
3.Efek Komunikasi Massa ... 17
4.Surat Kabar ... 22
5.Persepsi ... 26
6.Citra ... 31
F. Diagram Variabel Penelitian ... 37
G. Hipotesis ... ... 38
H. Definisi Konsepsional dan Operasional ... 1.Definisi Konsepsional ... 38
2.Definisi Operasional ... 39
I. Metodologi Penelitian ... 52
1. Tipe dan Jenis Penelitian ... 52
2. Lokasi Penelitian ... 53
3. Populasi dan Sampel ... 53
4. Jenis Data ... 54
5. Teknik Pengumpulan Data ... 54
6. Analisis Data ... 54
BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Deskripsi Surat Kabar Harian Kompas 55 1.Sejarah Sejarah Surat Kabar Harian Kompas... 55
2.Oplah dan Sirkulasi Kompas... 59
3.Kebijakan Redaksional ... 61
5.Wartawan Kompas ... 65
6.Idealisme Kompas ... 67
B. Deskripsi Berita Antasari Azhar 68 C. Karakteristik Responden 70 1.Sejarah Fakultas Hukum UNS ... 70
2.Visi, Misi Dan Tujuan ... 71
3.Unsur Kemahasiswaan ... 73
1. Dewan Mahasiswa (Dema) ... 73
2. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ... 74
3. Himpunan Mahasiswa ProgramNonReguler (HIMANONREG) 77 4. Unit Kegiatan mahasiswa (UKM) ... 78
BAB III PENYAJIAN DATA A. Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas 82 1.Frekwensi Responden ... 83
2.Tingkat Perhatian Responden ... 84
3.Tingkat Intensitas Responden …... 86
4.Tingkat Perhatian dilihat dari Waktu Luang Responden ... 87
5.Motivasi Responden …... 88
6.Berita Antasari membantu pergaulan ... 89
7.Minat Membaca Berita ... 91
8.Motivasi Membaca Berita Antasari di Kompas... 92
9.Motivasi menulis opini ... 93
commit to user
1.Persepsi Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan
Landasan Peraturan Perundang-undangan
99
2.Persepsi Sebagai lembaga hukum yang memegang asas kepatutan
dalam menangkap koruptor
100
3.Persepsi Sebagai lembaga hukum yang adil dalam memberantas
korupsi
101
4.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu
memberikan informasi yang benar terhadap masyarakat
102
5.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu
memberikan informasi secara jujur terhadap masyarakat
104
6.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu
menjalankan tugas dan fungsinya secara tidak diskriminatif
105
7.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang
bertanggungjawab atas setiap kegiatannya
106
8.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang
melaporkan hasil akhir kepada rakyat sesuai undang-undang
107
9.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang
mendahulukan kesejahteraan umum
108
10.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang
aspiratif
109
11.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang
akomodatif
110
12.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang
selektif
13.Persepsi Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan
Landasan Peraturan Perundang-undangan
113
C. Faktor-faktor Eksternal 117
1. Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan... ... 117
2. Kedekatan Responden Dengan Kelompok Pergaulan... 119
3. Media Lain Yang Dijadikan Sumber... ... 120
BAB V ANALISIS DATA 124
BAB V PENUTUP
commit to user
DAFTAR BAGANBagan 1.1 Proses Persepsi 29
Bagan 1.2 Model Pembentukan Citra 34
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Oplah Kompas Tahun 1965 – 2001 60
Tabel 2.2 Sirkulasi Kompas pada tahun 2003 61
Tabel 3.1 Frekuensi Responden Membaca Berita Antasari di Kompas 83
Tabel 3.2 Tingkat Perhatian Responden Membaca Berita Antasari di
Kompas
85
Tabel 3.3 Tingkat Intensitas Responden Membaca Berita Antasari di
Kompas
86
Tabel 3.4 Waktu Luang Responden Dalam Membaca Berita Antasari
di Kompas
88
Tabel 3.5 Motivasi Responden Mengikuti Kasus Hukum Antasari di
Kompas
89
Tabel 3.6 Berita Antasari di Kompas Membantu Perbincangan dengan
Teman-teman BEM
90
Tabel 3.7 Berita Antasari di Kompas Memberikan Kesenangan dan
Hiburan
92
Tabel 3.8 Motivasi untuk Selalu Membaca Berita Antasari di Kompas 93
Tabel 3.9 Motivasi Menulis Opini di Surat Kabar Mendukung KPK 94
Tabel 3.10 Minat Berdiskusi Tentang Antasari Dengan orang lain 95
Tabel 3.11 Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas tentang Berita Antasari 97
Tabel 3.12 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan Landasan Peraturan
commit to user
Tabel 3.13 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga
Hukum Yang Memegang Asas Kepatutan Dalam
Menangkap Koruptor
101
Tabel 3.14 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga
Hukum Yang Adil Dalam Memberantas Korupsi
102
Tabel 3.15 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan
Informasi Yang Benar Terhadap Masyarakat
103
Tabel 3.16 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan
Informasi Secara Jujur Terhadap Masyarakat
104
Tabel 3.17 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Menjalankan
Tugas Dan Fungsinya Secara Tidak Diskriminatif
105
Tabel 3.18 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Bertanggungjawab Atas
Setiap Kegiatannya
106
Tabel 3.19 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Melaporkan Hasil Akhir
Kepada Rakyat Sesuai Undang-Undang
107
Tabel 3.20 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Mendahulukan Kesejahteraan Umum
108
Tabel 3.21 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Aspiratif
Tabel 3.22 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Akomodatif
111
Tabel 3.23 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum
pemberantas korupsi yang selektif
112
Tabel 3.24 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga
Hukum Pemberantas Korupsi Yang Seimbang Dalam
Menjalankan Tugas, Wewenang, Tanggungjawab Dan
Kewajiban Dalam Memberantas Korupsi
113
Tabel 3.25 Persepsi Responden Terhadap Citra KPK 115
Tabel 3.26 Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan 118
Tabel 3.27 Tingkat Pengaruh Kelompok Pergaulan 119
Tabel 3.28 Banyaknya Media Massa Lain 120
Tabel 3.29 Faktor-faktor Eksternal 122
Tabel 4.1 Tabulasi Silang Variabel X dan Y 125
commit to user
DAFTAR GAMBARGambar 1.1 Data Sirkulasi Nasional Kompas 2008 2
Gambar 1.2 Data Pembaca Utama Kompas berdasar Tingkat
Pendidikan 2008
3
Gambar 1.3 Data Profil Pembaca Kompas 2008 3
Gambar 2.1 Kewenangan Antasari Dilepaskan 69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel skor Item Pertanyaan Penggunaan Surat Kabar
Lampiran 2 Tabel skor Item Pertanyaan Persepsi Terhadap Citra Kpk
Lampiran 3 Tabel skor Item Pertanyaan Faktor-Faktor Eksternal
Lampiran 4 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable X
Lampiran 5 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable Y
Lampiran 6 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable Z
Lampiran 7 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian dari BEM
Lampiran 9 Berita Kompas 1 Mei 2009
Lampiran 10 Berita Kompas 2 Mei 2009
Lampiran 11 Berita Kompas 4 Mei 2009
Lampiran 12 Berita Kompas 5 Mei 2009
Lampiran 13 Berita Kompas 6 Mei 2009
Lampiran 14 Berita Kompas 7 Mei 2009
Lampiran 15 Berita Kompas 8 Mei 2009
Lampiran 16 Berita Kompas 9 Mei 2009
Lampiran 17 Berita Kompas 10 Mei 2009
Lampiran 18 Berita Kompas 11 Mei 2009
Lampiran 19 Berita Kompas 12 Mei 2009
Lampiran 20 Berita Kompas 14 Mei 2009
commit to user
Lampiran 23 Berita Kompas 17 Mei 2009
Lampiran 24 Berita Kompas 18 Mei 2009
Lampiran 25 Berita Kompas 20 Mei 2009
Lampiran 26 Berita Kompas 23 Mei 2009
Lampiran 27 Berita Kompas 24 Mei 2009
Lampiran 28 Berita Kompas 26 Mei 2009
Lampiran 29 Berita Kompas 2 Juni 2009
Lampiran 30 Berita Kompas 12 Juni 2009
Lampiran 31 Berita Kompas 23 Juni 2009
Lampiran 32 Berita Kompas 26 Juni 2009
ABSTRAK
TRIYATNO WISNU HARJONO (D1206569) BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK (Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK) Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.
Kriminalisasi terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berawal dari Antasari Azhar yang terjebak kasus pembunuhan, pemberitaan tentang Antasari bisa merubah persepsi tentang tugas, status, organisasi, wewenang dan tanggung jawab KPK. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan yang lebar antara tuntutan dan harapan masyarakat akan kualitas KPK dengan Citra KPK dalam pemberitaan media.
Surat kabar merupakan media yang menyediakan informasi secara lengkap dibandingkan media lainnya. Pembahasan-pembahasan berita secara tajam dan ide-ide menarik selalu ditulis di surat kabar. Berita Antasari merupakan salah satu berita yang menarik dan hangat karena mengguncang tubuh KPK ditampilkan sebanyak 24 kali menjadi berita utama oleh Surat Kabar Harian Kompas, yang didalamnya memberitakan tentang Kasus Antasari Azhar yang terlibat kasus pembunuhan, biografi Antasari dalam menangani berbagai kasus hukum koruptor dan juga informasi mengenai KPK sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah persepsi mahasiswa anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap citra KPK setelah menggunakan surat kabar harian Kompas tentang berita antasari bulan mei - juni 2009.
Penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Responden dalam penelitian ini merupakan jumlah keseluruhan mahasiswaAnggota BEMFakultas Hukumyang masih aktif di BEM FakultasHukum, Universitas Sebelas Maretdan membaca Kompas tentang berita Antasari. Dalam penelitian yang menggunakan tehnik sensus ini ditemukan responden sebanyak 40 orang. Sedangkan untuk uji analisis digunakan rumus korelasi tabulasi silang.
commit to user
ABSTRACTTRIYATNO WISNU HARJONO (D1206569) ANTASARI NEWS IN KOMPAS AND THE IMAGE OF KPK (Correlation studies between the use of Antasari News in Kompas Daily Newspaper In May-June 2009 With BEM Member Perceptions of Faculty of Law Sebelas Maret University Surakarta againts of KPK Images) Surakarta, 2010.
Criminalization of the Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) began with the Antasari Azhar who stuck a murder case, the preaching of the Antasari can change perceptions about the task, status, organization, powers and responsibilities of the KPK. This can cause a wide gap between the demands and expectations of the quality of the image KPK KPK in the news media.
The newspaper is a media that provides complete information than other media. Discussions sharply news and interesting ideas are always written in the newspaper. News Antasari is one of the interesting news and shake your body warm because the KPK is shown as much as 24 times the headlines by the newspaper Kompas in which, in preaching about Antasari Azhar case involved a murder case, biography Antasari in handling various cases of corrupt law and also information about our Commission as guidance as and protector of society. The purpose of this study is to describe student perceptions of member Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faculty of Law University of Sebelas Maret surakarta on the image of the KPK after using the daily newspaper Kompas on news Antasari in May - June 2009
This study uses an explanatory type of research that describes the relationship between variables by testing the hypothesis that has been previously formulated. Respondents in this study represents the total number of student members of BEM Faculty of Law which is still active in the BEM Faculty of Law, Sebelas Maret University and read about the news Antasari. In a study using the technique of this censusas many as 40 people found the respondent. While the analysis used to test cross-tabulation correlation formula
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia komunikasi massa berkembang sangat pesat dewasa ini, dan telah
menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sosial
manusia. Komunikasi secara tatap muka langsung sekarang menjadi hal yang
sangat langka dan orang telah beralih berkomunikasi jarak jauh dengan sebuah
alat yang berupa internet. Hal ini dilandasi oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang
teknologi yang menjadikan perkembangan industri lebih berbasis pada
pengetahuan dan keahlian, menuntut seluruh pihak untuk mampu dan menguasai
teknologi informasi dan komunikasi.
Teknologi komunikasi saat ini memang mempunyai kelebihan dalam hal
kecepatan menyampaikan pesan komunikasi, tetapi kedalaman memahami
informasi masih menjadi suatu kelemahan. Surat Kabar merupakan salah satu
media komunikasi yang bisa menutup kelemahan tersebut. Sebab dalam surat
kabar informasi yang disampaikan dapat didokumentasikan atau disimpan dan
sewaktu-waktu dapat dibaca kembali. Surat kabar merupakan media massa paling
tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya.
Harian Kompas merupakan salah satu surat kabar nasional yang masih
bisa bertahan di tengah maraknya gempuran media elektronik. Kompas adalah
commit to user
pada tanggal 28 Juni 1965 . Menurut data angket Kompas 2008, sirkulasi Kompas
rata-rata adalah 507.000 seluruh wilayah Indonesia. Sirkulasi tersebut dibagi per
wilayah yang terdiri dari Jakarta (44,2%), Bogor Tangerang Bekasi (19,1%), Jawa
Barat (7,3%), Jawa (16,4%), seluruh Indonesia (13%).
Masih menurut data angket Kompas tahun 2008, Kebiasaan konsumen
dalam membeli surat kabar harian Kompas adalah dengan cara berlangganan
tercatat 70% dan sisanya 30% mempunyai kebiasaan membeli dengan eceran.
Sedangkan pembaca utama Kompas menurut jenis kelamin, Kompas lebih banyak
dibaca oleh kaum pria sekitar 75% dan kaum wanita hanya 25%. Untuk tingkat
pendidikan Kompas lebih banyak dibaca oleh orang yang berpendidikan sarjana,
dan Kompas merupakan surat kabar yang banyak dibaca oleh golongan ekonomi
masyarakat menengah ke atas. Adapun usia pembaca Surat Kabar Harian Kompas
paling banyak adalah usia 25-29 tahun sekitar 15% dan untuk usia mahasiswa
20-24 tahun tercatat sekitar 13%. Sebagai Surat kabar nasional sebagian besar berita
yang disajikan oleh Harian Kompas banyak memuat peristiwa Nasional.
Gb. 1.2 Data Pembaca Utama Kompas berdasar Tingkat Pendidikan 2008 (sumber : Data angket pembaca Kompas 2008)
Gb. 1.3 Data Profil Pembaca Kompas 2008 (sumber : Data angket pembaca Kompas 2008)
Data diatas melatarbelakangi peneliti mengapa memilih media Kompas
sebagai subyek penelitian. Disamping itu Kompas dalam penyajian beritanya
sangat mementingkan aktualitas berita. Dan Kompas memiliki khalayak pembaca
hampir seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu musuh Negara yang paling ditakuti adalah korupsi. Menurut
catatan Jon S.T. Quah, Ph.D. (4:2009) Indonesia merupakan Negara nomor 5
commit to user
keamanan masyarakat, keadilan, hukum, nilai-nilai demokrasi serta mengacaukan
pembangunan. Dalam Jurnal Konstitusi, Volume 6, Nomor 2, Juli 2009 dengan
judul Relasi Antara Korupsi Dan Kekuasaan ditulis oleh H.M. Arsyad Sanusi
sependapat dengan Lord Acton, guru besar sejarah modern di Universitas
Cambridge, Inggris, yang hidup di abad ke-19. Dengan adagium-nya yang
terkenal ia menyatakan: “Power tends to corrupt, and absolute power corrupt
absolutely” (kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut
cenderung korup secara absolut). Jadi tidak mengherankan bila korupsi
merupakan berita nasional yang menggemparkan seluruh masyarakat Indonesia
bahkan dunia. Terbukti harian Kompas selalu menempatkan berita Korupsi
sebagai berita utama di halaman pertama sewaktu penangkapan para koruptor
besar negeri ini gencar dilakukan oleh lembaga yang bernama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
Menurut catatan Ethan S. Burger, Mary S. Holland (2006) Bank Dunia
memperkirakan biaya global korupsi mencapai $ 1.000.000.000.000 per tahun
Indonesia menekan lewat KPK di bawah kepemimpinan Antasari Azhar dengan
menunjukkan kemampuan dan keteguhan dalam memberantas korupsi. Pria
kelahiran Pangkal Pinang, Bangka 18 Maret 1953 ini berhasil menunjukkan KPK
sebagai lembaga yang independen, terbukti ia mampu menyeret Aulia Pohan,
besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke meja hijau yang diduga terlibat
dalam kasus penyimpangan dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia
(YPPI). Tindakannya ini banyak mendapat sambutan baik dari berbagai kalangan.
Namun, di balik kehebatan Antasari Azhar membongkar kasus korupsi ia
Rajawali Banjaran (PRB). Bahkan sekarang ia sudah menjadi tersangka atas
pembunuhan tersebut. Dalam peristiwa tersebut tidak ada yang tahu pasti apakah
dia benar-benar dalang pembunuhan Zulkarnaen atau hanya rekayasa Politik
untuk menggulingkan Antasari Azhar.
“KPK Tunggu Surat Polisi” Antasari dan Tersangka Lain Terancam Hukuman Mati. JAKARTA, KOMPAS – Komisi Pemberantasan Korupsi menunggu surat pemberitahuan resmi dari kepolisian terkait dengan penetapan status tersangka kepada Antasari Azhar. Itu akan dipakai sebagai dasar KPK mengajukan surat pemberhentian sementara Antasari dari jabatannya di KPK kepada Presiden.
Sumber : Harian Kompas, Selasa 5 Mei 2009.
Berbagai dugaan motif sebagai latar belakang tindakan sadis itu merebak,
selain dugaan cinta segitiga antara Nasrudin, Rani Juliani, dan ketua KPK non
aktif Antasari Azhar. Ada juga dugaan bahwa Antasari sedang menangani kasus
korupsi besar yang melibatkan pejabat Negara hingga operasi intelijen pun
digunakan untuk membungkam Antasari. Apakah berita diatas merupakan fakta
atau hanya bahasa media? Menurut mursito BM dalam Jurnal Komunikasi Massa
Vol. 1, No. 1, Juli 2007, 25-34, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul Konstruksi
Realitas dalam (Bahasa) Media mengatakan bahwa Media Massa menggunakan
bahasa terutama untuk mengkonstruksi realitas. Realitas empirik dikonstruksi
menjadi realitas simbolik, lebih khusus lagi, menjadi realitas media. Jadi realitas
empiris seperti apa sebenarnya kisah Antasari tersebut.
Opini seperti itu terus berkembang di kalangan mahasiswa, salah satu
contohnya adalah Mona, seorang mahasiswi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa
commit to user
Antasari yang telah membuat para koruptor kalang kabut. Seakan tidak mau kalah
dengan Mona, anggota BEM yang lain bernama Johan berpendapat bahwa
Antasari Azhar benar-benar terlibat pembunuhan Nasrudin dan cinta segi tiga
sebab buktinya dia ditangkap. Opini lain yang berkembang di kalangan Anggota
BEM setelah Antasari tertangkap adalah pertanyaan tentang masa depan KPK
selanjutnya. Apa yang akan terjadi jika KPK ditinggalkan Antasari. Akankah
KPK tetap menjadi lembaga pembasmi korupsi yang kuat seperti yang
dikomandoi Antasari?
Mahasiswa mencoba memberikan komentar atau interpretasi yang
membantu pemahaman makna terhadap kasus tersebut. Opini dan
pertanyaan-pertanyaan di ataslah yang meresahkan peneliti, untuk itu peneliti mencoba
sedikit mengungkap persepsi apa saja yang berkembang di kalangan anggota
Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret. Sebab
banyak mahasiswa anggota BEM yang berlangganan Kompas harga mahasiswa.
Dan mereka adalah mahasiswa jurusan Hukum yang tentu saja berhubungan
dengan kasus Antasari Azhar.
Apakah persepsi terhadap berita ini dapat mempengaruhi citra KPK?
Bahwasannya berdasarkan tulisan Soleh Soemirat, dan Elvinaro Ardianto
(2005:114), dalam bukunya Dasar-Dasar Public Relations menyebutkan bahwa
proses pembentukan citra seseorang terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi oleh
efek kognitif dari komunikasi. Jadi citra tersebut terbentuk berdasarkan
pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Kasus inilah yang
menarik peneliti untuk melihat gejala sosial yang timbul di kalangan mahasiswa
tersebut setelah digembor-gemborkan oleh media massa. Apakah kejelekan satu
orang dalam lembaga tersebut dapat mempengaruhi kejelekan seluruh lembaga?
Apa lembaga tersebut harus dibubarkan?
Peneliti beranggapan bahwa kasus Antasari Azhar yang dijadikan berita
utama dalam suatu media massa nasional merupakan masalah yang besar dan hal
ini dapat mempengaruhi penilaian masyarakat tentang citra KPK, Masalah pribadi
dengan kisah cinta segitiga Antasari yang berakibat pada kasus pembunuhan
kemungkinan merobohkan lembaga KPK yang dikenal sebagai badan hukum
pemberantas korupsi di masyarakat. Pertanyaanya, apa penilaian mahasiswa
terhadap KPK itu hanya datang setelah membaca Kompas, apa tidak ada faktor
lain yang membentuk penilaian tersebut.
Proses pembentukan persepsi mahasiswa BEM terhadap KPK bukan
hanya diperoleh dengan membaca berita Antasari di Kompas saja. Melainkan
dipengaruhi oleh adanya faktor-fakor yang berada diluar diri individu tersebut
(faktor-faktor eksternal). Faktor-faktor eksternal yang dimaksud yaitu meliputi
kelompok pergaulan (reference group) dan peran dari media massa lain. Hal ini
terbukti, salah satu contohnya Dian seorang anggota BEM dalam kegiatan
sehari-hari, Dian cukup sering berdiskusi tentang KPK dengan teman pergaulannya di
Kampus. Dian juga mengikuti berita Antasari di Media Televisi.
Kelompok media massa selain surat kabar, seperti televisi, radio dan
internet, diakses oleh mahasiswa untuk menambah pengetahuan atau informasi
commit to user
mahasiswa sebagai pemahamannya mengenai KPK. Selain pemahaman tentang
sesuatu, mahasiswa tersebut akan dapat memberikan persepsinya mengenai KPK.
Setelah dikemukan faktor-faktor eksternal tersebut diatas, maka penelitian
ini digunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor eksternal tersebut mampu
mempengaruhi penilaian mahasiswa anggota BEM tentang KPK?
Sementara sebagai sampel peneliti mengambil populasi atau seluruh
mahasiswa anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang benar-benar membaca berita Antasari
Azhar di Kompas dengan pertimbangan karena masih adanya hubungan antara
topik penelitian penegakan hukum sebagai implementasi dari kinerja KPK sebagai
badan hukum pemberantas korupsi di Indonesia.
Mahasiswa fakultas hukum yang di dalam mata kuliahnya mempelajari
diantaranya tentang hukum perdata, hukum pidana, hukum tata negara dan hukum
internasional dan masih banyak lagi mata kuliah yang diberikan berkenaan dengan
masalah hukum, dengan diperolehnya mata kuliah tentang hukum tersebut bisa
menerapkan atau mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya untuk
memberikan penilaian terhadap citra KPK dan kinerja penegakan hukum untuk
koruptor di Indonesia.
Dan sebagai mahasiswa harusnya mereka mempunyai kepekaan dan
kemampuan yang lebih, dikarenakan tingkat pendidikan yang tinggi pemikiran
yang matang sehingga menjadikannya mampu dan mempunyai keleluasaan dalam
mendapatkan informasi yang menyebabkan lebih selektif dalam menerima
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
dapat merumuskan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Penggunaan berita Antasari
di Surat Kabar Harian KOMPAS dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK?
2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh oleh
faktor-faktor yang ada diluar diri individu (faktor-faktor-faktor-faktor eksternal) dalam hal ini
kelompok pergaulan (reference group) dan terpaan media massa lain yang
diakses dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang terbentuk tentang citra KPK.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan persepsi
Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap
Citra KPK setelah menggunakan Surat Kabar Harian KOMPAS tentang berita
Antasari Azhar dan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan
antara pengaruh oleh faktor-faktor yang ada diluar diri individu (faktor-faktor
eksternal) dalam hal ini kelompok pergaulan (reference group) dan terpaan media
massa lain yang diakses dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas
commit to user
D. Manfaat Penelitian1. Manfaat Secara Teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran umum
persepsi mahasiswa terhadap KPK setelah membaca Kompas.
b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai referensi pembuktian teori
persepsi dalam ilmu komunikasi yang dapat menjadi landasan dalam
melakukan penelitian-penelitian di masa yang akan datang dalam
menggunakan media Surat Kabar Harian Kompas.
2. Manfaat Secara Praktis
Sebagai gambaran untuk mengetahui efek dari membaca berita Kompas
dengan pembentukan persepsi mahasiswa tentang citra lembaga KPK.
E. Kerangka Pemikiran dan Teori
1. Konsep Komunikasi Massa a. Definisi Komunikasi Massa :
Menurut Lasswell untuk menjelaskan komunikasi ialah
menjawab pertanyaan sebagai berikut : “Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect ?”. Paradigma Lasswell diatas
menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban
dari pertanyaan yang diajukan yakni :
1) Komunikator (communicator, source, media)
2) Pesan (message)
3) Media (channel, media)
5) Efek (effect, impact, influence)
Berdasarkan paradigma Lasswell diatas, komunikasi adalah
“proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media yang menimbulkan efek tertentu”. (Dalam Morissan,
Wardhani, Hamid 2010 : 18).
Cooley memberi rumusan bahwa komunikasi adalah mekanisme
yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan
mengembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana
untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini
mencakup wajah, sikap, gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis,
percetakan, kereta api, telegraf, telepon, dan apa saja yang merupakan
penemuan-penemuan mutakhir untuk menguasasi ruang dan waktu
(Robbins, 1998: 30). Sedangkan para ahli bersepakat bahwa
komunikasi adalah suatu proses yang dinamis, yakni transaksi yang
akan mempengaruhi pengiriman dan penerima, serta merupakan suatu
proses personal dan simbolik yang membutuhkan kode abstraksi
bersama (Robbins, 1998: 29).
Berdasarkan asumsi di atas, maka para teoritisi komunikasi
membagi definisi komunikasi ke dalam dua aliran yaitu :
1) Definisi yang Berorientasi Pada Sumber
Definisi ini cenderung beranggapan bahwa semua komunikasi pada
commit to user
tertentu dalam proses komunikasi, seperti isi pesan, dan sifat
persuasifnya. Dengan kata lain komunikasi menurut pandangan ini
memfokuskan perhatian pada produksi pesan-pesan efektif.
2) Definisi yang Berorientasi pada Penerima
Definisi ini memandang bahwa komunikasi sebagai semua
kegiatan dalam mana seseorang (penerima) menanggapi stimulus
dan rangsangan. Jadi proses komunikasi menurut pandangan ini
berkenaan dengan pemahaman dan arti, karena tekanan diletakkan
pada bagaimana penerima melihat dan menafsirkan suatu pesan.
Menurut Werner I. Severin dan James W, dalam Effendy (2001:
20) pengertian komunikasi massa adalah: “sebagian ketrampilan,
sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah ketrampilan dalam
pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang
dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan
tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni
dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif,
seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata
letak yang estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita
yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam
pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang
bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan
Sedangkan menurut Joseph A. Devito, dalam Effendy (2001: 21)
pengertian komunikasi massa, pertama komunikasi massa adalah
“komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar
biasa banyaknya. Ini tidak berarti khalayak meliputi seluruh penduduk
atau semua orang yang membaca media cetak ataupun semua orang
yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar
dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan”.
Masih menurut Joseph A. Devito, Effendy (2001: 21) pengertian
komunikasi massa yang kedua adalah “Komunikasi yang disalurkan
oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual. Komunikasi massa
barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut
bentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita”.
Dari pengertian komunikasi massa diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa komunikasi massa adalah suatu kegiatan Interaksi
atau komunikasi yang ditujukan kepada khalayak umum ataupun
publik dengan melalui sebuah media, baik itu media cetak maupun
media elektronik.
b. Ciri-ciri komunikasi massa
Adapun ciri-ciri dari komunikasi massa, antara lain yaitu (dalam,
Efendy, 2001: 20) :
1) Komunikasi massa berlangsung satu arah.
commit to user
2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga.
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni institusi atau organisasi.
3) Pesan yang disampaikan bersifat umum.
Pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum..
4) Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.
Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan pesan yang disebarkan.
5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.
Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat.
Sedangkan menurut Hafied Changara (2000: 134) memberikan
karakteristik tentang komunikasi massa antara lain adalah sebagai
berikut :
1) Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.
2) Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau toh terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.
3) Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.
4) Memakai peralatan teknis, seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya.
5) Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa
Dari beberapa definisi tentang komunikasi massa di atas, maka
dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari komunikasi massa,
merupakan suatu proses komunikasi yang menggunakan media
serempak, bersifat terbuka atau umum, dan menggunakan peralatan
teknis.
2. Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi tidak bisa diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan,
tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran
data, fakta dan ide (Sean Mac Bride dalam Changara, 2000:63) Oleh
karena itu, komunikasi massa dapat berfungsi untuk :
a. Informasi, yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data,
fakta dan pesan, opini, dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui
keadaan yang terjadi diluar dirinya, apakah itu dalam lingkungan
daerah, nasional atau internasional.
b. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan
bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak
sebagai anggota masyarakat secara efektif.
c. Motivasi, yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang
lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dengar lewat media massa.
d. Bahan diskusi, yakni membuka kesempatan untuk mencapai
persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang
menyangkut orang banyak.
e. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh
pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah
maupun untuk diluar sekolah. Juga meningkatkan kualitas penyajian
commit to user
f. Memajukan kebudayaan, media massa menyebarluaskan hasil-hasil
kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi,
ataukah bahan tercetak seperti buku dan penerbitan-penerbitan
lainnnya. Pertukaran ini akan memungkinkan peningkatan daya
kreativitas guna memajukan kebudayaan nasional masing-masing
negara, serta mempertinggi kerja sama hubungan antarnegara.
g. Hiburan, media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua
golongan usia dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam
rumah tangga. Sifat estetika yang dituangkan dalam bentuk lagu, lirik
dan bunyi maupun gambar dan bahasa, membawa orang pada situasi
menikmati hiburan seperti halnya kebutuhan pokok lainnya.
h. Integrasi, banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncang oleh
kepentingan-kepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras.
Komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjembatani
perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh
persatuan bangsa.
Lain halnya dengan Goran Hedebro (dalam Changara, 2000:65) yang
mengemukakan fungsi komunikasi massa ditujukan untuk:
a. Menciptakan iklim perubahan dengan memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kearah modernisasi.
b. Mengajarkan ketrampilan baru.
c. Berperan sebagai pelipat ganda ilmu pengetahuan.
d. Menciptakan efisiensi tenaga dan biaya terhadap mobilitas seseorang. e. Meningkatkan aspirasi seseorang.
f. Menumbuhkan partisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang menyangkut kepentingan orang banyak.
g. Membantu orang menemukan nilai baru dan keharmonisan dari suatu situasi tertentu.
h. Mempertinggi rasa kebangsaan.
j. Mengubah struktur kekuasaan dalam suatu masyarakat.
k. Menjadi sarana untuk membantu pelaksanaan program-program pembangunan.
l. Mendukung pembangunan ekonomi, sosial dan politik suatu bangsa.
Komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter, dan
encoder. Komunikasi massa mendecode lingkungan sekitar untuk kita,
mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya
persetujuan dan juga efek-efek hiburan. Komunikasi massa
menginterpretasikan hal-hal yang di-decode sehingga dapat mengambil
kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta
membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. (Wilbur
Schramm dalam Wiryanto, 2000: 10)
3. Efek Komunikasi Massa
Dalam penelitian ini teori tentang efek komunikasi massa
merupakan pondasi utama untuk melandasi rancangan bangunan penelitian
ini, menurut Steve M. Chaffee, ada lima jenis efek kehadiran media massa
sebagai benda fisik (Ardianto & Erdinaya, 2007:49) yaitu:
1. Efek Ekonomi
Kehadiran media massa ditengah kehidupan manusia dapat
menumbuhkan usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media
massa.
Didalam surat kabar berarti menghidupkan pabrik yang mensuplay
commit to user
membuka lapangan kerja bagi para wartawan, perancang grafik,
pengedar, pengecer dan pencari iklan.
2. Efek Sosial
Berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi social
sebagai akibat dari kehadiran media masa. Sebagai contoh,
misalnya kehadiran televisi dapat meningkatkan status social dari
pemiliknya.
Majalah yang beredar dapat menuntun pembacaanya untuk
memilih majalah yang menjadi kebutuhannya, misalnya majalah
Gadis, umumnya dikonsumsi oleh para remaja putri, majalah
otomotif di komsumsi oleh para pecinta otomotif,dsb.
3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari
Sebelum pergi ke kantor, masyarakat kota pada umumnya
membaca Koran dahulu. Anak-anak sekolah dasar yang biasanya
selalu mandi pagi hari Minggu, setelah hadirnya acara televisi
untuk anak-anak pada pagi hari, mengubah jadwal mandi pagi
menjadi jadwal menonton televisi.
4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman
Orang menggunakan media massa untuk menggunakan kebutuhan
psikologisnya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak
nyaman, misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah,
Orang yang tertimpa musibah akan menghilangkan perasaan
dukanya dengan mendengarkan radio siaran atau menonton televisi
yang menayangkan acara-acara siraman rohani, misalnya
mendengarkan acara dakwah.
5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu
Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan
tidak nyaman pada diri sesorang, tetapi dapat juga menumbuhkan
perasaan tertentu, terkadang, seseorang mempunyai perasaan
positif atau negative terhadap media tertentu.
Misalnya, seseorang akan mempunyai perasaan positif terhadap
harian Kompas daripada Media Indonesia. Para ibu rumah tangga
ada yang senang membaca majalah Kartini, tetapi ada juga yang
senang membaca majalah Femina.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa timbulnya
perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat
kaitanya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.
Dalam penyampaian pesan, komunikator mengharapkan efek yang
yang ditimbulkan oleh komunikan. Menurut Saverin dan Tankard Jr
(1988:311) ada tiga macam model dan efek komunikasi massa, yaitu :
1. The Powerful Effect Model
Model ini berkaitan dengan instinctive S-R, teori dari Melvin Defleur
dan Bullet Theory. Dalam model ini media menyajikan stimuli yang
commit to user
berdaya ditembaki oleh stimuli media massa sehingga disini terlihat
betapa perkasanya media mempengaruhi massa.
2. The Limited Effect Model
Model ini media massa lebih berfungsi memperteguh keyakinan yang
ada, dimana khalayak bukan lagi tubuh pasif karena khalayak
menyaring informasi melalui proses yang disebut persepsi selektif
(selective perception), terpaan selektif (selective exposure), dan
ingatan selektif (selective retention). Ketiga proses tersebut menjadi
perantara dari efek komunikasi massa, sehingga disini menunjukkan
terbatasnya efek dari komunikasi massa.
3. The Moderate Effect
Model ini khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhannya, karena penggunaan media adala salah satu
cara untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan tercapai. Media massa
memang tidak dapat dipenuhi orang untuk merubah sikap, tetapi media
massa cukup berpengaruh terhadap apa yang diperkirakan orang.
Model effect ini adalah “Uses and Gratification model”
Penelitian ini mengacu pada “The Powerful Effect Model ” yang
menyatakan bahwa media massa menyajikan stimuli yang perkasa dan
seragam sehingga massa tidak berdaya ditembaki oleh stimuli media
massa. Model ini mempunyai asumsi bahwa komponen-komponen
komunikasi (komunikator, pesan, media) amat perkasa dalam
mempengaruhi komunikasi, karena komunikan dianggap pasif dalam
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan
tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan apa yang kita harapkan.
Apabila sikap dan tingkah laku komunikan sesuai, maka itu berarti
komunikasi berhasil, efek komunikasi meliputi tiga aspek, yaitu :
1) Aspek kognitif yaitu yang menyangkut kesadaran dan pengetahuan.
Contoh : Menjadi sadar atau ingat, menjadi tahu atau kenal.
2) Aspek afektif yaitu mengangkut sikap atau perasaan dan emosi.
Contoh : Sikap setuju atau tidak setuju, perasaan sedih, gembira,
perasaan benci, dan menyukai.
3) Aspek psikomotorik yaitu menyangkut prilaku atau tindakan.
Contoh : Berbuat seperti apa yang disarankan dan berbuat seperi
apa yang tidak disarankan. (H. A. W. Widjaja, 2000: 93).
Pesan mencapai segi kognitif dari individu apabila pesan tersebut
telah diterima oleh khalayak. Pesan yang diterima oleh seseorang
melalui panca inderanya dapat berubah menjadi stimuli yang diantarai
oleh keadaan internal tertentu dalam organisme manusia yang akan
menimbulkan respon tertentu pula.
Penerimaan informasi dapat disebut juga dengan perubahan
kegiatan kognitif yang berhubungan dengan proses persepsi yang
terjadi dalam diri individu. Khalayak terdiri dari individu-individu
yang akan mempersepsikan stimulus melalui proses pemilihan
terhadap stimulus. Individu dapat muncul dengan persepsi yang
commit to user
Dengan kata lain, meskipun pesan (stimulus) yang disampaikan
media massa sama namun akibat yang terjadi dikalangan khalayak
akan berbeda antara satu orang dengan orang lain
4. Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan
dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan
surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann
Gutterberg di Jerman. Prototipe pertama surat kabar diterbitkan di Bremen
Jerman pada tahun 1609. Pada tahun yang sama, surat kabar yang
sederhana terbit di Strasborg. Bentuk surat kabar yang sesungguhnya terbit
pada tahun 1620 di Frankfurt, Berlin, Humberg, Vienna, Amsterdam dan
Antwerp (Hiebert, Ungurait, Bohn, pada Elvinaro Ardianto & Lukiati
Komala Erdinaya, 2004:99). Menurut majalah Concept (2006) di
Indonesia surat kabar tercetak pertama bernama Batavia Nouvelles lahir
dari Percetakan Benteng yang dikelola oleh Jan Erdman Jordens, tepatnya
pada pada 8 Agustus 1744. Hanya terdiri dari selembar kertas berukuran
folio, yang kedua halamannya masing-masing berisi 2 kolom. Isinya
memuat maklumat pemerintah, iklan dan pengumuman lelang. Pembaca
bisa mendapatkannya setiap Senin dari Jan Abel, perusahaan penjilidan
milik Kompeni di Benteng. Setekah Batavia Nouvelles mati, tahun 1776,
hadir surat kabar Vendu Niews yang merupakan surat kabar pertama yang
bersentuhan langsung dengan orang Indonesia. Surat kabar pertama
berbahas jawa terbit di Surakarta sekali seminggu, namanya Bromartani,
Surat kabar nasional pertama terbit di Jakarta tahun 1910 bernama
Medan Prijaji. Untuk surat kabar cetak offset di Indonesia dimulai oleh
Sinar Harapan (1961) dan Kompas (1965) disadur dari Majalah Concept
(2006:12). Selanjutnya menurut buku berjudul “Komunikasi dan
Modernisasi” pengertian surat kabar adalah lembaran tercetak yang
memuat laporan-laporan yang terjadi di masyarakat yang terbit secara
periodik, umum, isinya termassa, aktual, mengenai apa saja dan dari mana
saja sumbernya yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak
pembaca. (Effendy,1981).
Meskipun saat ini sudah ada media massa modern yaitu media
elektronik namun peran surat kabar tidak juga tergantikan oleh munculnya
TV dan Radio maupun internet. Hal ini terjadi karena surat kabar memiliki
keunggulan (Riyoyo Pratikno,1982) yaitu :
1. Pembaca dapat mempelajari isi berita secara berulang-ulang agar
dapat memperoleh pengertian yang lebih baik dari isi media tersebut.
2. Informasi yang disampaikan dapat didokumentasikan atau disimpan
dan sewaktu-waktu dapat dibaca kembali.
3. Khalayak tidak terikat oleh waktu.
Surat kabar tidak dapat lepas dari jurnalisme, yang artinya aktivitas
pengelolaan informasi, merupakan proses pencarian, pengumpulan,
pemormatan, dan penyiaran informasi. Adapun karakteristik jurnalisme
menurut Kiith Windschuttle (Mursito,2006:151) antara lain : pertama,
commit to user
memberikan informasi yang layak kepada pembaca. Ketiga, jurnalis harus
menulis berita dengan jelas dan grammer yang tepat.
Penggunaan Surat Kabar dan Efeknya
Menurut Jalaluddin Rakhmat, dalam buku Metode Penelitian
Komunikasi (2002;65) penggunaan media adalah jumlah waktu yang
digunakan dalam berbagai jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai
hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang
dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Dalam penelitian ini
media yang disebut adalah surat kabar. Individu akan memenuhi
kebutuhan informasinya dengan melakukan aktivitas membaca surat
kabar. Pendekatan ini termasuk dalam Teori Uses & Effect.
Teori Uses & Effect ini pertama kali dikemukakan oleh Sven
Windahl (1979) dalam Bungin (2008:287), menurutnya teori ini
merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratification dan teori
tradisional mengenai efek. Konsep ‘use” (penggunaan) merupakan bagian
yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan
mengenai penggunaan media yang menyebabnya, akan memberikan jalan
bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi
massa. Seperti halnya penelitian ini ingin mengungkap perhatian
mahasiswa yang seperti apa terhadap berita antasari surat kabar kompas.
Sebab teori ini memfokuskan perhatian pada motivasi dan perilaku
audiens terhadap media atau bagaimana dan mengapa mereka
Sedangkan teori uses and gratification sendiri bukan lagi
mempersoalkan apa yang dilakukan media massa terhadap khalayak tapi
memusatkan perhatian pada bagaimana khalayak menggunakan media
untuk memenuhi kebutuhannya. Individu berharap bahwa penggunaan
media tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya.
Menurut Katz, Blumler, dan Gurevitch (1974) dalam Morissan,
Wardhani, Hamid, (2010:78) asumsi dasar dari teori uses and
gratifications adalah:
a) Khalayak dianggap aktif; artinya, sebagian penting dari penggunaan
media massa diasumsikan mempunyai motivasi, tujuan dan kebutuhan.
b) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak.
c) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah
bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana
kebutuhan itu terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung
kepada prilaku khalayak yang bersangkutan.
d) Audien sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif, dan
penggunaan media.
e) Penilaian isi media ditentukan oleh audien. Berita dalam surat kabar
yang dianggap tidak bermutu bisa berguna bagi audien tertentu karena
commit to user
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang
menggunakan surat kabar untuk penelitian ini dapat dipengaruhi oleh suatu
motivasi tertentu, perhatian tertentu, dan untuk tujuan tertentu juga.
Dalam penelitian ini, khalayak dianggap telah mendapatkan
informasi yang cukup mengenai KPK setelah melakukan aktivitas
membaca berita di Kompas, sehingga penelitian ini bukan lagi
menanyakan kepuasan akan informasi tentang KPK melainkan persepsi
seperti apa yang muncul setelah mendapatkan informasi tersebut.
Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa membaca pemahaman
merupakan proses aktif yang di dalamnya melibatkan banyak faktor.
Keterlibatan faktor-faktor itu bertujuan untuk memperoleh pemahaman
baik dan benar. Sama halnya dengan pembaca berita Antasari di Harian
Kompas maka seseorang akan banyak memperoleh informasi dan semakin
tinggi pula pengetahuannya tentang KPK.
5. Persepsi
Dalam penerimaan pesan dari media menurut Jalaludin Rakhmat
(1999:49) pembaca akan mengalami suatu proses, yaitu meliputi sensasi,
persepsi, memori, dan berpikir.
1. Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan informasi.
Sensasi adalah proses menangkap stimuli atau rangsangan oleh indera,
masing-masing manusia mempunyai kepekaan indera yang berbeda-beda.
“sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, tidak memerlukan
penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali
berhubungan dengan kegiatan alat indera”.
2. Persepsi, adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli
indrawi (sensory stimuli) sehingga manusia memperoleh pengetahuan
baru.
Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi atau
sensasi baru mempunyai makna ketika seseorang yang mendapat stimulan
mempersepsikannya. Hubungan sensasi dengan persepsi adalah sensasi
adalah bagian dari persepsi. Selain sensasi, juga melibatkan atensi,
ekspektasi, motivasi, dan memori ( Desidarato,1976 : 129)
3. Memori adalah “sistem yang sangat berstuktur, yang menyebabkan
organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan
pengetahuanya untuk membimbing prilakunya,” ini merupakan devinisi
dari Schessinger dan Groves (1976 : 352).
Memori mempunyai tiga tahap,yaitu perekaman, penyimpanan, dan
pemanggilan.
4. Berpikir, merupakan proses keempat yang mempengaruhi penafsiran kita
terhadap stimuli. Dalam berpikir kita melibatkan semua proses yang kita
sebut sensasi, persepsi, dan memori. Berpikir adalah menggunakan,
memori-commit to user
Faktor yang sangat mempengaruhi persepsi, yaitu perhatian. Perhatian
terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan
mengesampikan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.
(Rakhmat,1999:52)
Harvey dan Smith (1977), dan Wrigthman dan Deaux (1981),
menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses membuat penilaian
(judgment) atau membangun kesan (impression) mengenai berbagai macam
hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang. Pembuatan
penilaian atau pembentukan kesan ini, pada hakekatnya merupakan suatu
upaya pemberian makna kepada hal-hal tersebut (Istikomah Wibowo, 1988: 23)
Masih dalam buku Psikologi Sosialnya Istikomah Wibowo, Menurut
Taguiri (1969) persepsi merupakan proses melalui mana seseorang menjadi
‘tahu’ atau ‘mengerti’ ini tidak serupa dengan tahu atau mengerti yang
didasarkan pada proses berpikir logis ataupun intuisi. Dalam hal ini persepsi,
kita tahu atau mengerti tentang sesuatu melalui penginderaan kita.
Sedangkan Shaver (1977) menjelaskan bahwa proses yang terjadi
adalah suatu proses asosiasi. Informasi yang didapatkan melalui
penginderaan dihubung-hubungkan dengan hal-hal yang ada dalam
pengalaman-pengalaman orang yang bersangkutan di masa lampau. Asosiasi
tersebut terutama bekerja dalam tahapan penafsiran.
Menurut Dendi Sudiana (1996:14) proses persepsi tidak dapat berjalan
dengan sendirinya, melainkan melalui tahapan-tahapan dalam individu yang
Bagan 1.1 Proses Persepsi
Sumber : Dendi Sudiana (1996)
a. Pada tahap pertama dalam individu terdapat saringan perhatian (attention
filter), yaitu setiap orang, sengaja atau tidak sengaja akan menghindari
sebuah rangsangan (stimuli) yang menerpanya. Individu akan mencari
informasi tertentu yang sesuai dengan kebutuhannya, dan kadangkala
banyak terpaan stimuli yang ditepisnya karena dianggap tidak menarik
atau kurang relevan baginya, sehingga hanya sebagian kecil informasi
yang berhasil menerpa seseorang.
b. Tahap kedua adalah proses penafsiran, dimana setiap individu
mengorganisasikan isi rangsangan yang diterimanya kedalam model
realitasnya sendiri. Ketika hal itu terjadi, maka yang terjadi adalah proses
penyederhanaan, distorsi, pengaturan bahkan “penciptaan” rangsang juga.
Hasil (out put) dari proses ini adalah suatu kesadaran mengamati
(cognitive awareness) dan penafsiran rangsangan suatu pengamatan
(cognition). Artinya, bahwa individu menginterprestasikan sendiri setiap
pesan yang diterimanya sesuai dengan pengalamanya sehingga
menghasilkan suatu pemahaman yang sesuai pula dengan pengalaman Rangsangan
Perhatian Pencarian aktif Pencarian pasif Perhatian aktif
Penafsiran
Menyederhanakan Menyimpang menyusun
commit to user
tersebut menjelaskan bahwa sebelum sampai pada pemahaman (suatu
pesan) dan pengambilan keputusan (tindakan), seseorang mempelajari
segala rangsangan atau stimuli yang diterimanya terlebih dahulu.
Dalil persepsi menurut Krech dan Crutcfield (Rakhmat, 2001:56) adalah :
a. Dalil pertama : persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti
bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya
objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental,
suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Bila
orang lapar dan orang haus duduk di restoran, yang pertama akan melihat
nasi dan lauk pauk, yang kedua akan melihat air atau es jeruk. Kebutuhan
bilogis menyebabkan persepsi yang berbeda.
b. Dalil kedua : medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan
diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya.
Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya
dengan interpretasi yang konsisten dengaan rangkaian stimuli yang kita
persepsi.
c. Dalil ketiga : sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan
pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil
ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat
individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh
keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau
d. Dalil keempat ; objek atau pristiwa yang berdekatan dalam ruang atau
waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai
bagian dari strutur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat
struktural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis,
atau balok.
Kita segera menganggap bentuk-bentuk segitiga sebagai suatu kelompok,
dan titik-titik sebagai kelompok yang lain. Kita dapat meramalkan dengan
cermat, dengan mengukur jarak diantaranya objek atau melihat kesamaan
bentuk, benda-benda mana yang akan dikelompokkan.
Akhir dari proses persepsi adalah interprestasi atau penilaian, bagian ini
mengacu pada upaya untuk menemukan arti bagi keadaan disekitar kita.
Melalui mekanisme persepsi, informasi yang diterima oleh indera manusia
kemudian diorganisasikan, dipahami dan diinterprestasikan atau dievaluasi.
(Rakhmat, 2001:61)
6. Citra
Katz dalam Soemirat dan Ardianto (2004) mengatakan bahwa citra adalah
cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu
komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap
perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya.
Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan
potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi
commit to user
Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima
jenis citra yang dikemukakan, yakni:
1. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau
anggota-anggota organisasi, biasanya adalah pemimpinnya, mengenai
anggapan pihak luar tentang organisasinya.
2. Citra yang berlaku (current image). Adalah suatu citra atau pandangan
yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.
3. Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan
oleh pihak manajemen.
4. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi
secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan
pelayanannya.
5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai (individu),
cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat
memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau
perusahaan tersebut secara keseluruhan.
Berdasarkan teori di atas penelitian ini mencoba mengungkap Citra yang
berlaku (current image) yang melekat pada mahasiswa anggota BEM Fakultas
Hukum UNS setelah membaca berita Antasari Azhar di Kompas. Untuk
mengungkap persepsi tersebut peneliti melihat Citra Perusahaan (corporate
image) yang ingin dibentuk atau bisa dikatakan sebagai Citra yang diharapkan
(wish image) oleh lembaga KPK. Adapun citra tersebut menurut
Bab I Pasal 5 menerangkan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan
pada :
a. Kepastian Hukum
Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam
setiap kebijakan menjalankan tugas dan wewenang KPK.
b. Keterbukaan
Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif
tentang kinerja KPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
c. Akuntabilitas
Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
kegiatan KPK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Kepentingan umum
Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
e. Proporsionalitas
Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas,
wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban KPK.
commit to user
berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang.
Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi
cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang
lingkungan.
Berdasarkan teori tersebut citra adalah kesan yang diperoleh seseorang
berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau
kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap sutau obyek dapat
diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut, bersumber pada aspek
kognitif yaitu informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Komunikasi tidak
secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung
mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.
Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan
pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh john S. Nimpoeno, dalam
laporan penelitian tentang Tingkah laku konsumen, seperti yang dikutip
Danasaputra, (Soleh Soemirat & Drs. Elvinaro Ardianto, 2005:115) sebagai
berikut
Bagan 1.2 Model Pembentukan Citra
Akhir dari proses persepsi adalah interprestasi atau penilaian, bagian ini
mengacu pada upaya untuk menemukan arti bagi keadaan disekitar kita. Melalui
mekanisme persepsi, informasi yang diterima oleh indera manusia kemudian
diorganisasikan, dipahami dan diinterprestasikan atau dievaluasi.
Lingkungan sosial mempunyai peranan dalam pembentukan persepsi
seseorang. Yang paling berpengaruh yaitu orang-orang yang paling dekat dengan
diri kita (Rakhmat,1999:101).
Walaupun kita menjadi anggota banyak kelompok, kita terikat secara
emosional pada beberapa kelonpok saja. Hubungan kita dengan keluarga kita,
kawan-kawan sepermainan, dan tetangga-tetangga yang dekat (di kampung kita,
bukan di real estates), terasa lebih akrab, lebih personal, lebih menyentuh hati kita
(Rakhmat,1999:142).
Menurut Jalaludin Rakhmat (1999:232) dalam hubungannya dengan
pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan
pada lima prinsip umum yaitu :
1. Pengaruh komunikasi massa diantaranya oleh faktor-faktor seperti
predisposisi personal, proses selektif dan keanggotaan kelompok ( faktor –
faktor personal )
2. Karena faktor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi
memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang
commit to user
3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil
pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konfersi” (perubahan
seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.
4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada
bidang-bidang di mana pendapat orang lemah.
5. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang
masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh.
Teori-teori tentang persepsi dan pembentukan citra diataslah yang
mendorong peneliti untuk mengungkap persepsi mahasiswa hukum tentang citra
KPK setelah membaca berita Antasari Azhar di harian Kompas
Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Menurut Jalaludin
Rakhmat dalam bukunya metode penelitian komunikasi (1998:27) metode
korelasional adalah meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Hubungan yang
dicari itu disebut korelasi. Metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi
pada satu fakor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Kalau dua variabel saja
yang kita hubungkan, korelasi disebut ko