• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK

(Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK)

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan guna mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Penyusun :

TRIYATNO WISNU HARJONO D 1206569

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Persetujuan pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari : Tanggal :

1. Ketua : Drs. Adolfo Eko S.,

M.Si ( )

NIP. 195 80617 198702 1001

2. Sekretaris : Dra.

Indah Budi R, SE, M.Hum ( )

NIP. 195 80317 199010 2001

3. Penguji I : Drs.

Mursito BM, SU ( )

NIP. 195 00926 198503 1001

4. Penguji II : Sri

Hastjarjo, S.Sos, Ph.D ( )

NIP. 197 10217 199802 1001

Mengetahui, Dekan

(4)

Drs. H. Supriyadi SN, SU NIP. 195 30128 198103 1001

MOTTO

S K R I P S I

tak akan selesai

jika kau hanya mampu menuliskan huruf S

“The mass media may not successful in telling us what to think, but they are

stunningly successful in telling us what think about”

( Bernard Cohen )

I don’t follow you …

(5)

commit to user

PERSEMBAHAN

Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Karya ini saya persembahkan untuk ….

Keluargaku, orang tua dan saudara yang selalu ada dalam hidupku untuk selalu memberikan yang terbaik.

(6)

yang selalu memberikan pengalaman baru dalam hidupku.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

tuntunan dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

dan lancar. Proses penulisan skripsi ini banyak memberikan arti kepada penulis,

karena dengan skripsi ini penulis bisa mempunyai kesempatan belajar dalam

berbagai hal dari banyak pihak. Dengan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK

(Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian

Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK)”.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dibalik penyusunan Skripsi ini terdapat banyak

orang – orang luar biasa yang memberikan bantuan, petunjuk, dan bimbingan

serta motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan

skripsi ini. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, dalam kesempatan

ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Drs. Mursito BM, SU, selaku dosen Pembimbing I yang telah membimbing

(7)

commit to user

2. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D, selaku dosen Pembimbing II atas bimbingan,

arahan dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

lancar.

3. Bapak Ibu petugas perpustakaan, terima kasih atas kesempatan dan

kerjasamanya untuk meminjam buku selama penulis menyusun skripsi.

4. Para responden yaitu mahasiswa Anggota BEM Hukum UNS, terima kasih

karena bersedia meluangkan waktu untuk menjawab beberapa pertanyaan penulis.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam

rangka kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat

memberikan manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan

datang.

Surakarta, November 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... i

PENGESAHAN ... ii

MOTTO ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

ABSTRAK ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

(9)

commit to user

1.Konsep Komunikasi Massa ... 10

2.Fungsi Komunikasi Massa ... 15

3.Efek Komunikasi Massa ... 17

4.Surat Kabar ... 22

5.Persepsi ... 26

6.Citra ... 31

F. Diagram Variabel Penelitian ... 37

G. Hipotesis ... ... 38

H. Definisi Konsepsional dan Operasional ... 1.Definisi Konsepsional ... 38

2.Definisi Operasional ... 39

I. Metodologi Penelitian ... 52

1. Tipe dan Jenis Penelitian ... 52

2. Lokasi Penelitian ... 53

3. Populasi dan Sampel ... 53

4. Jenis Data ... 54

5. Teknik Pengumpulan Data ... 54

6. Analisis Data ... 54

BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Deskripsi Surat Kabar Harian Kompas 55 1.Sejarah Sejarah Surat Kabar Harian Kompas... 55

2.Oplah dan Sirkulasi Kompas... 59

3.Kebijakan Redaksional ... 61

(10)

5.Wartawan Kompas ... 65

6.Idealisme Kompas ... 67

B. Deskripsi Berita Antasari Azhar 68 C. Karakteristik Responden 70 1.Sejarah Fakultas Hukum UNS ... 70

2.Visi, Misi Dan Tujuan ... 71

3.Unsur Kemahasiswaan ... 73

1. Dewan Mahasiswa (Dema) ... 73

2. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ... 74

3. Himpunan Mahasiswa ProgramNonReguler (HIMANONREG) 77 4. Unit Kegiatan mahasiswa (UKM) ... 78

BAB III PENYAJIAN DATA A. Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas 82 1.Frekwensi Responden ... 83

2.Tingkat Perhatian Responden ... 84

3.Tingkat Intensitas Responden …... 86

4.Tingkat Perhatian dilihat dari Waktu Luang Responden ... 87

5.Motivasi Responden …... 88

6.Berita Antasari membantu pergaulan ... 89

7.Minat Membaca Berita ... 91

8.Motivasi Membaca Berita Antasari di Kompas... 92

9.Motivasi menulis opini ... 93

(11)

commit to user

1.Persepsi Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan

Landasan Peraturan Perundang-undangan

99

2.Persepsi Sebagai lembaga hukum yang memegang asas kepatutan

dalam menangkap koruptor

100

3.Persepsi Sebagai lembaga hukum yang adil dalam memberantas

korupsi

101

4.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu

memberikan informasi yang benar terhadap masyarakat

102

5.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu

memberikan informasi secara jujur terhadap masyarakat

104

6.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang selalu

menjalankan tugas dan fungsinya secara tidak diskriminatif

105

7.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang

bertanggungjawab atas setiap kegiatannya

106

8.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang

melaporkan hasil akhir kepada rakyat sesuai undang-undang

107

9.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang

mendahulukan kesejahteraan umum

108

10.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang

aspiratif

109

11.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang

akomodatif

110

12.Persepsi Sebagai lembaga hukum pemberantas korupsi yang

selektif

(12)

13.Persepsi Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan

Landasan Peraturan Perundang-undangan

113

C. Faktor-faktor Eksternal 117

1. Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan... ... 117

2. Kedekatan Responden Dengan Kelompok Pergaulan... 119

3. Media Lain Yang Dijadikan Sumber... ... 120

BAB V ANALISIS DATA 124

BAB V PENUTUP

(13)

commit to user

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Proses Persepsi 29

Bagan 1.2 Model Pembentukan Citra 34

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Oplah Kompas Tahun 1965 – 2001 60

Tabel 2.2 Sirkulasi Kompas pada tahun 2003 61

Tabel 3.1 Frekuensi Responden Membaca Berita Antasari di Kompas 83

Tabel 3.2 Tingkat Perhatian Responden Membaca Berita Antasari di

Kompas

85

Tabel 3.3 Tingkat Intensitas Responden Membaca Berita Antasari di

Kompas

86

Tabel 3.4 Waktu Luang Responden Dalam Membaca Berita Antasari

di Kompas

88

Tabel 3.5 Motivasi Responden Mengikuti Kasus Hukum Antasari di

Kompas

89

Tabel 3.6 Berita Antasari di Kompas Membantu Perbincangan dengan

Teman-teman BEM

90

Tabel 3.7 Berita Antasari di Kompas Memberikan Kesenangan dan

Hiburan

92

Tabel 3.8 Motivasi untuk Selalu Membaca Berita Antasari di Kompas 93

Tabel 3.9 Motivasi Menulis Opini di Surat Kabar Mendukung KPK 94

Tabel 3.10 Minat Berdiskusi Tentang Antasari Dengan orang lain 95

Tabel 3.11 Penggunaan Surat Kabar Harian Kompas tentang Berita Antasari 97

Tabel 3.12 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Yang Selalu Mengutamakan Landasan Peraturan

(15)

commit to user

Tabel 3.13 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga

Hukum Yang Memegang Asas Kepatutan Dalam

Menangkap Koruptor

101

Tabel 3.14 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga

Hukum Yang Adil Dalam Memberantas Korupsi

102

Tabel 3.15 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan

Informasi Yang Benar Terhadap Masyarakat

103

Tabel 3.16 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Memberikan

Informasi Secara Jujur Terhadap Masyarakat

104

Tabel 3.17 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Selalu Menjalankan

Tugas Dan Fungsinya Secara Tidak Diskriminatif

105

Tabel 3.18 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Bertanggungjawab Atas

Setiap Kegiatannya

106

Tabel 3.19 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Melaporkan Hasil Akhir

Kepada Rakyat Sesuai Undang-Undang

107

Tabel 3.20 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Mendahulukan Kesejahteraan Umum

108

Tabel 3.21 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga Hukum Pemberantas Korupsi Yang Aspiratif

(16)

Tabel 3.22 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Akomodatif

111

Tabel 3.23 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai lembaga hukum

pemberantas korupsi yang selektif

112

Tabel 3.24 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga

Hukum Pemberantas Korupsi Yang Seimbang Dalam

Menjalankan Tugas, Wewenang, Tanggungjawab Dan

Kewajiban Dalam Memberantas Korupsi

113

Tabel 3.25 Persepsi Responden Terhadap Citra KPK 115

Tabel 3.26 Pengaruh Pendapat Teman Pergaulan 118

Tabel 3.27 Tingkat Pengaruh Kelompok Pergaulan 119

Tabel 3.28 Banyaknya Media Massa Lain 120

Tabel 3.29 Faktor-faktor Eksternal 122

Tabel 4.1 Tabulasi Silang Variabel X dan Y 125

(17)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Sirkulasi Nasional Kompas 2008 2

Gambar 1.2 Data Pembaca Utama Kompas berdasar Tingkat

Pendidikan 2008

3

Gambar 1.3 Data Profil Pembaca Kompas 2008 3

Gambar 2.1 Kewenangan Antasari Dilepaskan 69

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel skor Item Pertanyaan Penggunaan Surat Kabar

Lampiran 2 Tabel skor Item Pertanyaan Persepsi Terhadap Citra Kpk

Lampiran 3 Tabel skor Item Pertanyaan Faktor-Faktor Eksternal

Lampiran 4 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable X

Lampiran 5 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable Y

Lampiran 6 Tabel Kerja Ranking Di Sesuaikan Untuk Variable Z

Lampiran 7 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian dari BEM

Lampiran 9 Berita Kompas 1 Mei 2009

Lampiran 10 Berita Kompas 2 Mei 2009

Lampiran 11 Berita Kompas 4 Mei 2009

Lampiran 12 Berita Kompas 5 Mei 2009

Lampiran 13 Berita Kompas 6 Mei 2009

Lampiran 14 Berita Kompas 7 Mei 2009

Lampiran 15 Berita Kompas 8 Mei 2009

Lampiran 16 Berita Kompas 9 Mei 2009

Lampiran 17 Berita Kompas 10 Mei 2009

Lampiran 18 Berita Kompas 11 Mei 2009

Lampiran 19 Berita Kompas 12 Mei 2009

Lampiran 20 Berita Kompas 14 Mei 2009

(19)

commit to user

Lampiran 23 Berita Kompas 17 Mei 2009

Lampiran 24 Berita Kompas 18 Mei 2009

Lampiran 25 Berita Kompas 20 Mei 2009

Lampiran 26 Berita Kompas 23 Mei 2009

Lampiran 27 Berita Kompas 24 Mei 2009

Lampiran 28 Berita Kompas 26 Mei 2009

Lampiran 29 Berita Kompas 2 Juni 2009

Lampiran 30 Berita Kompas 12 Juni 2009

Lampiran 31 Berita Kompas 23 Juni 2009

Lampiran 32 Berita Kompas 26 Juni 2009

(20)

ABSTRAK

TRIYATNO WISNU HARJONO (D1206569) BERITA ANTASARI DI KOMPAS DAN CITRA KPK (Studi Korelasi antara Penggunaan Berita Antasari di Surat Kabar Harian Kompas Bulan Mei - Juni 2009 Dengan Persepsi Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Terhadap Citra KPK) Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.

Kriminalisasi terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berawal dari Antasari Azhar yang terjebak kasus pembunuhan, pemberitaan tentang Antasari bisa merubah persepsi tentang tugas, status, organisasi, wewenang dan tanggung jawab KPK. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan yang lebar antara tuntutan dan harapan masyarakat akan kualitas KPK dengan Citra KPK dalam pemberitaan media.

Surat kabar merupakan media yang menyediakan informasi secara lengkap dibandingkan media lainnya. Pembahasan-pembahasan berita secara tajam dan ide-ide menarik selalu ditulis di surat kabar. Berita Antasari merupakan salah satu berita yang menarik dan hangat karena mengguncang tubuh KPK ditampilkan sebanyak 24 kali menjadi berita utama oleh Surat Kabar Harian Kompas, yang didalamnya memberitakan tentang Kasus Antasari Azhar yang terlibat kasus pembunuhan, biografi Antasari dalam menangani berbagai kasus hukum koruptor dan juga informasi mengenai KPK sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah persepsi mahasiswa anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap citra KPK setelah menggunakan surat kabar harian Kompas tentang berita antasari bulan mei - juni 2009.

Penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Responden dalam penelitian ini merupakan jumlah keseluruhan mahasiswaAnggota BEMFakultas Hukumyang masih aktif di BEM FakultasHukum, Universitas Sebelas Maretdan membaca Kompas tentang berita Antasari. Dalam penelitian yang menggunakan tehnik sensus ini ditemukan responden sebanyak 40 orang. Sedangkan untuk uji analisis digunakan rumus korelasi tabulasi silang.

(21)

commit to user

ABSTRACT

TRIYATNO WISNU HARJONO (D1206569) ANTASARI NEWS IN KOMPAS AND THE IMAGE OF KPK (Correlation studies between the use of Antasari News in Kompas Daily Newspaper In May-June 2009 With BEM Member Perceptions of Faculty of Law Sebelas Maret University Surakarta againts of KPK Images) Surakarta, 2010.

Criminalization of the Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) began with the Antasari Azhar who stuck a murder case, the preaching of the Antasari can change perceptions about the task, status, organization, powers and responsibilities of the KPK. This can cause a wide gap between the demands and expectations of the quality of the image KPK KPK in the news media.

The newspaper is a media that provides complete information than other media. Discussions sharply news and interesting ideas are always written in the newspaper. News Antasari is one of the interesting news and shake your body warm because the KPK is shown as much as 24 times the headlines by the newspaper Kompas in which, in preaching about Antasari Azhar case involved a murder case, biography Antasari in handling various cases of corrupt law and also information about our Commission as guidance as and protector of society. The purpose of this study is to describe student perceptions of member Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faculty of Law University of Sebelas Maret surakarta on the image of the KPK after using the daily newspaper Kompas on news Antasari in May - June 2009

This study uses an explanatory type of research that describes the relationship between variables by testing the hypothesis that has been previously formulated. Respondents in this study represents the total number of student members of BEM Faculty of Law which is still active in the BEM Faculty of Law, Sebelas Maret University and read about the news Antasari. In a study using the technique of this censusas many as 40 people found the respondent. While the analysis used to test cross-tabulation correlation formula

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia komunikasi massa berkembang sangat pesat dewasa ini, dan telah

menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sosial

manusia. Komunikasi secara tatap muka langsung sekarang menjadi hal yang

sangat langka dan orang telah beralih berkomunikasi jarak jauh dengan sebuah

alat yang berupa internet. Hal ini dilandasi oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang

teknologi yang menjadikan perkembangan industri lebih berbasis pada

pengetahuan dan keahlian, menuntut seluruh pihak untuk mampu dan menguasai

teknologi informasi dan komunikasi.

Teknologi komunikasi saat ini memang mempunyai kelebihan dalam hal

kecepatan menyampaikan pesan komunikasi, tetapi kedalaman memahami

informasi masih menjadi suatu kelemahan. Surat Kabar merupakan salah satu

media komunikasi yang bisa menutup kelemahan tersebut. Sebab dalam surat

kabar informasi yang disampaikan dapat didokumentasikan atau disimpan dan

sewaktu-waktu dapat dibaca kembali. Surat kabar merupakan media massa paling

tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya.

Harian Kompas merupakan salah satu surat kabar nasional yang masih

bisa bertahan di tengah maraknya gempuran media elektronik. Kompas adalah

(23)

commit to user

pada tanggal 28 Juni 1965 . Menurut data angket Kompas 2008, sirkulasi Kompas

rata-rata adalah 507.000 seluruh wilayah Indonesia. Sirkulasi tersebut dibagi per

wilayah yang terdiri dari Jakarta (44,2%), Bogor Tangerang Bekasi (19,1%), Jawa

Barat (7,3%), Jawa (16,4%), seluruh Indonesia (13%).

Masih menurut data angket Kompas tahun 2008, Kebiasaan konsumen

dalam membeli surat kabar harian Kompas adalah dengan cara berlangganan

tercatat 70% dan sisanya 30% mempunyai kebiasaan membeli dengan eceran.

Sedangkan pembaca utama Kompas menurut jenis kelamin, Kompas lebih banyak

dibaca oleh kaum pria sekitar 75% dan kaum wanita hanya 25%. Untuk tingkat

pendidikan Kompas lebih banyak dibaca oleh orang yang berpendidikan sarjana,

dan Kompas merupakan surat kabar yang banyak dibaca oleh golongan ekonomi

masyarakat menengah ke atas. Adapun usia pembaca Surat Kabar Harian Kompas

paling banyak adalah usia 25-29 tahun sekitar 15% dan untuk usia mahasiswa

20-24 tahun tercatat sekitar 13%. Sebagai Surat kabar nasional sebagian besar berita

yang disajikan oleh Harian Kompas banyak memuat peristiwa Nasional.

(24)

Gb. 1.2 Data Pembaca Utama Kompas berdasar Tingkat Pendidikan 2008 (sumber : Data angket pembaca Kompas 2008)

Gb. 1.3 Data Profil Pembaca Kompas 2008 (sumber : Data angket pembaca Kompas 2008)

Data diatas melatarbelakangi peneliti mengapa memilih media Kompas

sebagai subyek penelitian. Disamping itu Kompas dalam penyajian beritanya

sangat mementingkan aktualitas berita. Dan Kompas memiliki khalayak pembaca

hampir seluruh wilayah Indonesia.

Salah satu musuh Negara yang paling ditakuti adalah korupsi. Menurut

catatan Jon S.T. Quah, Ph.D. (4:2009) Indonesia merupakan Negara nomor 5

(25)

commit to user

keamanan masyarakat, keadilan, hukum, nilai-nilai demokrasi serta mengacaukan

pembangunan. Dalam Jurnal Konstitusi, Volume 6, Nomor 2, Juli 2009 dengan

judul Relasi Antara Korupsi Dan Kekuasaan ditulis oleh H.M. Arsyad Sanusi

sependapat dengan Lord Acton, guru besar sejarah modern di Universitas

Cambridge, Inggris, yang hidup di abad ke-19. Dengan adagium-nya yang

terkenal ia menyatakan: “Power tends to corrupt, and absolute power corrupt

absolutely” (kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut

cenderung korup secara absolut). Jadi tidak mengherankan bila korupsi

merupakan berita nasional yang menggemparkan seluruh masyarakat Indonesia

bahkan dunia. Terbukti harian Kompas selalu menempatkan berita Korupsi

sebagai berita utama di halaman pertama sewaktu penangkapan para koruptor

besar negeri ini gencar dilakukan oleh lembaga yang bernama Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK).

Menurut catatan Ethan S. Burger, Mary S. Holland (2006) Bank Dunia 

memperkirakan biaya global korupsi mencapai $ 1.000.000.000.000 per tahun

Indonesia menekan lewat KPK di bawah kepemimpinan Antasari Azhar dengan

menunjukkan kemampuan dan keteguhan dalam memberantas korupsi. Pria

kelahiran Pangkal Pinang, Bangka 18 Maret 1953 ini berhasil menunjukkan KPK

sebagai lembaga yang independen, terbukti ia mampu menyeret Aulia Pohan,

besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke meja hijau yang diduga terlibat

dalam kasus penyimpangan dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia

(YPPI). Tindakannya ini banyak mendapat sambutan baik dari berbagai kalangan.

Namun, di balik kehebatan Antasari Azhar membongkar kasus korupsi ia

(26)

Rajawali Banjaran (PRB). Bahkan sekarang ia sudah menjadi tersangka atas

pembunuhan tersebut. Dalam peristiwa tersebut tidak ada yang tahu pasti apakah

dia benar-benar dalang pembunuhan Zulkarnaen atau hanya rekayasa Politik

untuk menggulingkan Antasari Azhar.

“KPK Tunggu Surat Polisi” Antasari dan Tersangka Lain Terancam Hukuman Mati. JAKARTA, KOMPAS – Komisi Pemberantasan Korupsi menunggu surat pemberitahuan resmi dari kepolisian terkait dengan penetapan status tersangka kepada Antasari Azhar. Itu akan dipakai sebagai dasar KPK mengajukan surat pemberhentian sementara Antasari dari jabatannya di KPK kepada Presiden.

Sumber : Harian Kompas, Selasa 5 Mei 2009.

Berbagai dugaan motif sebagai latar belakang tindakan sadis itu merebak,

selain dugaan cinta segitiga antara Nasrudin, Rani Juliani, dan ketua KPK non

aktif Antasari Azhar. Ada juga dugaan bahwa Antasari sedang menangani kasus

korupsi besar yang melibatkan pejabat Negara hingga operasi intelijen pun

digunakan untuk membungkam Antasari. Apakah berita diatas merupakan fakta

atau hanya bahasa media? Menurut mursito BM dalam Jurnal Komunikasi Massa

Vol. 1, No. 1, Juli 2007, 25-34, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul Konstruksi

Realitas dalam (Bahasa) Media mengatakan bahwa Media Massa menggunakan

bahasa terutama untuk mengkonstruksi realitas. Realitas empirik dikonstruksi

menjadi realitas simbolik, lebih khusus lagi, menjadi realitas media. Jadi realitas

empiris seperti apa sebenarnya kisah Antasari tersebut.

Opini seperti itu terus berkembang di kalangan mahasiswa, salah satu

contohnya adalah Mona, seorang mahasiswi anggota Badan Eksekutif Mahasiswa

(27)

commit to user

Antasari yang telah membuat para koruptor kalang kabut. Seakan tidak mau kalah

dengan Mona, anggota BEM yang lain bernama Johan berpendapat bahwa

Antasari Azhar benar-benar terlibat pembunuhan Nasrudin dan cinta segi tiga

sebab buktinya dia ditangkap. Opini lain yang berkembang di kalangan Anggota

BEM setelah Antasari tertangkap adalah pertanyaan tentang masa depan KPK

selanjutnya. Apa yang akan terjadi jika KPK ditinggalkan Antasari. Akankah

KPK tetap menjadi lembaga pembasmi korupsi yang kuat seperti yang

dikomandoi Antasari?

Mahasiswa mencoba memberikan komentar atau interpretasi yang

membantu pemahaman makna terhadap kasus tersebut. Opini dan

pertanyaan-pertanyaan di ataslah yang meresahkan peneliti, untuk itu peneliti mencoba

sedikit mengungkap persepsi apa saja yang berkembang di kalangan anggota

Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret. Sebab

banyak mahasiswa anggota BEM yang berlangganan Kompas harga mahasiswa.

Dan mereka adalah mahasiswa jurusan Hukum yang tentu saja berhubungan

dengan kasus Antasari Azhar.

Apakah persepsi terhadap berita ini dapat mempengaruhi citra KPK?

Bahwasannya berdasarkan tulisan Soleh Soemirat, dan Elvinaro Ardianto

(2005:114), dalam bukunya Dasar-Dasar Public Relations menyebutkan bahwa

proses pembentukan citra seseorang terhadap suatu obyek sangat dipengaruhi oleh

efek kognitif dari komunikasi. Jadi citra tersebut terbentuk berdasarkan

pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Kasus inilah yang

menarik peneliti untuk melihat gejala sosial yang timbul di kalangan mahasiswa

(28)

tersebut setelah digembor-gemborkan oleh media massa. Apakah kejelekan satu

orang dalam lembaga tersebut dapat mempengaruhi kejelekan seluruh lembaga?

Apa lembaga tersebut harus dibubarkan?

Peneliti beranggapan bahwa kasus Antasari Azhar yang dijadikan berita

utama dalam suatu media massa nasional merupakan masalah yang besar dan hal

ini dapat mempengaruhi penilaian masyarakat tentang citra KPK, Masalah pribadi

dengan kisah cinta segitiga Antasari yang berakibat pada kasus pembunuhan

kemungkinan merobohkan lembaga KPK yang dikenal sebagai badan hukum

pemberantas korupsi di masyarakat. Pertanyaanya, apa penilaian mahasiswa

terhadap KPK itu hanya datang setelah membaca Kompas, apa tidak ada faktor

lain yang membentuk penilaian tersebut.

Proses pembentukan persepsi mahasiswa BEM terhadap KPK bukan

hanya diperoleh dengan membaca berita Antasari di Kompas saja. Melainkan

dipengaruhi oleh adanya faktor-fakor yang berada diluar diri individu tersebut

(faktor-faktor eksternal). Faktor-faktor eksternal yang dimaksud yaitu meliputi

kelompok pergaulan (reference group) dan peran dari media massa lain. Hal ini

terbukti, salah satu contohnya Dian seorang anggota BEM dalam kegiatan

sehari-hari, Dian cukup sering berdiskusi tentang KPK dengan teman pergaulannya di

Kampus. Dian juga mengikuti berita Antasari di Media Televisi.

Kelompok media massa selain surat kabar, seperti televisi, radio dan

internet, diakses oleh mahasiswa untuk menambah pengetahuan atau informasi

(29)

commit to user

mahasiswa sebagai pemahamannya mengenai KPK. Selain pemahaman tentang

sesuatu, mahasiswa tersebut akan dapat memberikan persepsinya mengenai KPK.

Setelah dikemukan faktor-faktor eksternal tersebut diatas, maka penelitian

ini digunakan untuk mengetahui apakah faktor-faktor eksternal tersebut mampu

mempengaruhi penilaian mahasiswa anggota BEM tentang KPK?

Sementara sebagai sampel peneliti mengambil populasi atau seluruh

mahasiswa anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang benar-benar membaca berita Antasari

Azhar di Kompas dengan pertimbangan karena masih adanya hubungan antara

topik penelitian penegakan hukum sebagai implementasi dari kinerja KPK sebagai

badan hukum pemberantas korupsi di Indonesia.

Mahasiswa fakultas hukum yang di dalam mata kuliahnya mempelajari

diantaranya tentang hukum perdata, hukum pidana, hukum tata negara dan hukum

internasional dan masih banyak lagi mata kuliah yang diberikan berkenaan dengan

masalah hukum, dengan diperolehnya mata kuliah tentang hukum tersebut bisa

menerapkan atau mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya untuk

memberikan penilaian terhadap citra KPK dan kinerja penegakan hukum untuk

koruptor di Indonesia.

Dan sebagai mahasiswa harusnya mereka mempunyai kepekaan dan

kemampuan yang lebih, dikarenakan tingkat pendidikan yang tinggi pemikiran

yang matang sehingga menjadikannya mampu dan mempunyai keleluasaan dalam

mendapatkan informasi yang menyebabkan lebih selektif dalam menerima

(30)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti

dapat merumuskan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Penggunaan berita Antasari

di Surat Kabar Harian KOMPAS dengan Persepsi Mahasiswa Anggota BEM

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap Citra KPK?

2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh oleh

faktor-faktor yang ada diluar diri individu (faktor-faktor-faktor-faktor eksternal) dalam hal ini

kelompok pergaulan (reference group) dan terpaan media massa lain yang

diakses dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang terbentuk tentang citra KPK.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan persepsi

Anggota BEM Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta terhadap

Citra KPK setelah menggunakan Surat Kabar Harian KOMPAS tentang berita

Antasari Azhar dan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan

antara pengaruh oleh faktor-faktor yang ada diluar diri individu (faktor-faktor

eksternal) dalam hal ini kelompok pergaulan (reference group) dan terpaan media

massa lain yang diakses dengan persepsi mahasiswa Anggota BEM Fakultas

(31)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran umum

persepsi mahasiswa terhadap KPK setelah membaca Kompas.

b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai referensi pembuktian teori

persepsi dalam ilmu komunikasi yang dapat menjadi landasan dalam

melakukan penelitian-penelitian di masa yang akan datang dalam

menggunakan media Surat Kabar Harian Kompas.

2. Manfaat Secara Praktis

Sebagai gambaran untuk mengetahui efek dari membaca berita Kompas

dengan pembentukan persepsi mahasiswa tentang citra lembaga KPK.

E. Kerangka Pemikiran dan Teori

1. Konsep Komunikasi Massa a. Definisi Komunikasi Massa :

Menurut Lasswell untuk menjelaskan komunikasi ialah

menjawab pertanyaan sebagai berikut : “Who Says What In Which

Channel To Whom With What Effect ?”. Paradigma Lasswell diatas

menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban

dari pertanyaan yang diajukan yakni :

1) Komunikator (communicator, source, media)

2) Pesan (message)

3) Media (channel, media)

(32)

5) Efek (effect, impact, influence)

Berdasarkan paradigma Lasswell diatas, komunikasi adalah

“proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan

melalui media yang menimbulkan efek tertentu”. (Dalam Morissan,

Wardhani, Hamid 2010 : 18).

Cooley memberi rumusan bahwa komunikasi adalah mekanisme

yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan

mengembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana

untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini

mencakup wajah, sikap, gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis,

percetakan, kereta api, telegraf, telepon, dan apa saja yang merupakan

penemuan-penemuan mutakhir untuk menguasasi ruang dan waktu

(Robbins, 1998: 30). Sedangkan para ahli bersepakat bahwa

komunikasi adalah suatu proses yang dinamis, yakni transaksi yang

akan mempengaruhi pengiriman dan penerima, serta merupakan suatu

proses personal dan simbolik yang membutuhkan kode abstraksi

bersama (Robbins, 1998: 29).

Berdasarkan asumsi di atas, maka para teoritisi komunikasi

membagi definisi komunikasi ke dalam dua aliran yaitu :

1) Definisi yang Berorientasi Pada Sumber

Definisi ini cenderung beranggapan bahwa semua komunikasi pada

(33)

commit to user

tertentu dalam proses komunikasi, seperti isi pesan, dan sifat

persuasifnya. Dengan kata lain komunikasi menurut pandangan ini

memfokuskan perhatian pada produksi pesan-pesan efektif.

2) Definisi yang Berorientasi pada Penerima

Definisi ini memandang bahwa komunikasi sebagai semua

kegiatan dalam mana seseorang (penerima) menanggapi stimulus

dan rangsangan. Jadi proses komunikasi menurut pandangan ini

berkenaan dengan pemahaman dan arti, karena tekanan diletakkan

pada bagaimana penerima melihat dan menafsirkan suatu pesan.

Menurut Werner I. Severin dan James W, dalam Effendy (2001:

20) pengertian komunikasi massa adalah: “sebagian ketrampilan,

sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah ketrampilan dalam

pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang

dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan

tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni

dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif,

seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata

letak yang estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita

yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam

pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang

bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan

(34)

Sedangkan menurut Joseph A. Devito, dalam Effendy (2001: 21)

pengertian komunikasi massa, pertama komunikasi massa adalah

“komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar

biasa banyaknya. Ini tidak berarti khalayak meliputi seluruh penduduk

atau semua orang yang membaca media cetak ataupun semua orang

yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar

dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan”.

Masih menurut Joseph A. Devito, Effendy (2001: 21) pengertian

komunikasi massa yang kedua adalah “Komunikasi yang disalurkan

oleh pemancar-pemancar yang audio dan visual. Komunikasi massa

barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut

bentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita”.

Dari pengertian komunikasi massa diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa komunikasi massa adalah suatu kegiatan Interaksi

atau komunikasi yang ditujukan kepada khalayak umum ataupun

publik dengan melalui sebuah media, baik itu media cetak maupun

media elektronik.

b. Ciri-ciri komunikasi massa

Adapun ciri-ciri dari komunikasi massa, antara lain yaitu (dalam,

Efendy, 2001: 20) :

1) Komunikasi massa berlangsung satu arah.

(35)

commit to user

2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga.

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni institusi atau organisasi.

3) Pesan yang disampaikan bersifat umum.

Pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum..

4) Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan.

Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan pesan yang disebarkan.

5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat.

Sedangkan menurut Hafied Changara (2000: 134) memberikan

karakteristik tentang komunikasi massa antara lain adalah sebagai

berikut :

1) Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2) Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau toh terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3) Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4) Memakai peralatan teknis, seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya.

5) Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa

Dari beberapa definisi tentang komunikasi massa di atas, maka

dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari komunikasi massa,

merupakan suatu proses komunikasi yang menggunakan media

(36)

serempak, bersifat terbuka atau umum, dan menggunakan peralatan

teknis.

2. Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi tidak bisa diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan,

tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran

data, fakta dan ide (Sean Mac Bride dalam Changara, 2000:63) Oleh

karena itu, komunikasi massa dapat berfungsi untuk :

a. Informasi, yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data,

fakta dan pesan, opini, dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui

keadaan yang terjadi diluar dirinya, apakah itu dalam lingkungan

daerah, nasional atau internasional.

b. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan

bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak

sebagai anggota masyarakat secara efektif.

c. Motivasi, yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang

lain melalui apa yang mereka baca, lihat, dengar lewat media massa.

d. Bahan diskusi, yakni membuka kesempatan untuk mencapai

persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang

menyangkut orang banyak.

e. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh

pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah

maupun untuk diluar sekolah. Juga meningkatkan kualitas penyajian

(37)

commit to user

f. Memajukan kebudayaan, media massa menyebarluaskan hasil-hasil

kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi,

ataukah bahan tercetak seperti buku dan penerbitan-penerbitan

lainnnya. Pertukaran ini akan memungkinkan peningkatan daya

kreativitas guna memajukan kebudayaan nasional masing-masing

negara, serta mempertinggi kerja sama hubungan antarnegara.

g. Hiburan, media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua

golongan usia dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam

rumah tangga. Sifat estetika yang dituangkan dalam bentuk lagu, lirik

dan bunyi maupun gambar dan bahasa, membawa orang pada situasi

menikmati hiburan seperti halnya kebutuhan pokok lainnya.

h. Integrasi, banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncang oleh

kepentingan-kepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras.

Komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjembatani

perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh

persatuan bangsa.

Lain halnya dengan Goran Hedebro (dalam Changara, 2000:65) yang

mengemukakan fungsi komunikasi massa ditujukan untuk:

a. Menciptakan iklim perubahan dengan memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kearah modernisasi.

b. Mengajarkan ketrampilan baru.

c. Berperan sebagai pelipat ganda ilmu pengetahuan.

d. Menciptakan efisiensi tenaga dan biaya terhadap mobilitas seseorang. e. Meningkatkan aspirasi seseorang.

f. Menumbuhkan partisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang menyangkut kepentingan orang banyak.

g. Membantu orang menemukan nilai baru dan keharmonisan dari suatu situasi tertentu.

h. Mempertinggi rasa kebangsaan.

(38)

j. Mengubah struktur kekuasaan dalam suatu masyarakat.

k. Menjadi sarana untuk membantu pelaksanaan program-program pembangunan.

l. Mendukung pembangunan ekonomi, sosial dan politik suatu bangsa.

Komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter, dan

encoder. Komunikasi massa mendecode lingkungan sekitar untuk kita,

mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya

persetujuan dan juga efek-efek hiburan. Komunikasi massa

menginterpretasikan hal-hal yang di-decode sehingga dapat mengambil

kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta

membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. (Wilbur

Schramm dalam Wiryanto, 2000: 10)

3. Efek Komunikasi Massa

Dalam penelitian ini teori tentang efek komunikasi massa

merupakan pondasi utama untuk melandasi rancangan bangunan penelitian

ini, menurut Steve M. Chaffee, ada lima jenis efek kehadiran media massa

sebagai benda fisik (Ardianto & Erdinaya, 2007:49) yaitu:

1. Efek Ekonomi

Kehadiran media massa ditengah kehidupan manusia dapat

menumbuhkan usaha produksi, distribusi dan konsumsi jasa media

massa.

Didalam surat kabar berarti menghidupkan pabrik yang mensuplay

(39)

commit to user

membuka lapangan kerja bagi para wartawan, perancang grafik,

pengedar, pengecer dan pencari iklan.

2. Efek Sosial

Berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi social

sebagai akibat dari kehadiran media masa. Sebagai contoh,

misalnya kehadiran televisi dapat meningkatkan status social dari

pemiliknya.

Majalah yang beredar dapat menuntun pembacaanya untuk

memilih majalah yang menjadi kebutuhannya, misalnya majalah

Gadis, umumnya dikonsumsi oleh para remaja putri, majalah

otomotif di komsumsi oleh para pecinta otomotif,dsb.

3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari

Sebelum pergi ke kantor, masyarakat kota pada umumnya

membaca Koran dahulu. Anak-anak sekolah dasar yang biasanya

selalu mandi pagi hari Minggu, setelah hadirnya acara televisi

untuk anak-anak pada pagi hari, mengubah jadwal mandi pagi

menjadi jadwal menonton televisi.

4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman

Orang menggunakan media massa untuk menggunakan kebutuhan

psikologisnya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan tidak

nyaman, misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah,

(40)

Orang yang tertimpa musibah akan menghilangkan perasaan

dukanya dengan mendengarkan radio siaran atau menonton televisi

yang menayangkan acara-acara siraman rohani, misalnya

mendengarkan acara dakwah.

5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu

Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan

tidak nyaman pada diri sesorang, tetapi dapat juga menumbuhkan

perasaan tertentu, terkadang, seseorang mempunyai perasaan

positif atau negative terhadap media tertentu.

Misalnya, seseorang akan mempunyai perasaan positif terhadap

harian Kompas daripada Media Indonesia. Para ibu rumah tangga

ada yang senang membaca majalah Kartini, tetapi ada juga yang

senang membaca majalah Femina.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa timbulnya

perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat

kaitanya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut.

Dalam penyampaian pesan, komunikator mengharapkan efek yang

yang ditimbulkan oleh komunikan. Menurut Saverin dan Tankard Jr

(1988:311) ada tiga macam model dan efek komunikasi massa, yaitu :

1. The Powerful Effect Model

Model ini berkaitan dengan instinctive S-R, teori dari Melvin Defleur

dan Bullet Theory. Dalam model ini media menyajikan stimuli yang

(41)

commit to user

berdaya ditembaki oleh stimuli media massa sehingga disini terlihat

betapa perkasanya media mempengaruhi massa.

2. The Limited Effect Model

Model ini media massa lebih berfungsi memperteguh keyakinan yang

ada, dimana khalayak bukan lagi tubuh pasif karena khalayak

menyaring informasi melalui proses yang disebut persepsi selektif

(selective perception), terpaan selektif (selective exposure), dan

ingatan selektif (selective retention). Ketiga proses tersebut menjadi

perantara dari efek komunikasi massa, sehingga disini menunjukkan

terbatasnya efek dari komunikasi massa.

3. The Moderate Effect

Model ini khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk

memenuhi kebutuhannya, karena penggunaan media adala salah satu

cara untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan tercapai. Media massa

memang tidak dapat dipenuhi orang untuk merubah sikap, tetapi media

massa cukup berpengaruh terhadap apa yang diperkirakan orang.

Model effect ini adalah “Uses and Gratification model”

Penelitian ini mengacu pada “The Powerful Effect Model ” yang

menyatakan bahwa media massa menyajikan stimuli yang perkasa dan

seragam sehingga massa tidak berdaya ditembaki oleh stimuli media

massa. Model ini mempunyai asumsi bahwa komponen-komponen

komunikasi (komunikator, pesan, media) amat perkasa dalam

mempengaruhi komunikasi, karena komunikan dianggap pasif dalam

(42)

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan

tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan apa yang kita harapkan.

Apabila sikap dan tingkah laku komunikan sesuai, maka itu berarti

komunikasi berhasil, efek komunikasi meliputi tiga aspek, yaitu :

1) Aspek kognitif yaitu yang menyangkut kesadaran dan pengetahuan.

Contoh : Menjadi sadar atau ingat, menjadi tahu atau kenal.

2) Aspek afektif yaitu mengangkut sikap atau perasaan dan emosi.

Contoh : Sikap setuju atau tidak setuju, perasaan sedih, gembira,

perasaan benci, dan menyukai.

3) Aspek psikomotorik yaitu menyangkut prilaku atau tindakan.

Contoh : Berbuat seperti apa yang disarankan dan berbuat seperi

apa yang tidak disarankan. (H. A. W. Widjaja, 2000: 93).

Pesan mencapai segi kognitif dari individu apabila pesan tersebut

telah diterima oleh khalayak. Pesan yang diterima oleh seseorang

melalui panca inderanya dapat berubah menjadi stimuli yang diantarai

oleh keadaan internal tertentu dalam organisme manusia yang akan

menimbulkan respon tertentu pula.

Penerimaan informasi dapat disebut juga dengan perubahan

kegiatan kognitif yang berhubungan dengan proses persepsi yang

terjadi dalam diri individu. Khalayak terdiri dari individu-individu

yang akan mempersepsikan stimulus melalui proses pemilihan

terhadap stimulus. Individu dapat muncul dengan persepsi yang

(43)

commit to user

Dengan kata lain, meskipun pesan (stimulus) yang disampaikan

media massa sama namun akibat yang terjadi dikalangan khalayak

akan berbeda antara satu orang dengan orang lain

4. Surat Kabar

Surat kabar merupakan media massa paling tua dibandingkan

dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan

surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann

Gutterberg di Jerman. Prototipe pertama surat kabar diterbitkan di Bremen

Jerman pada tahun 1609. Pada tahun yang sama, surat kabar yang

sederhana terbit di Strasborg. Bentuk surat kabar yang sesungguhnya terbit

pada tahun 1620 di Frankfurt, Berlin, Humberg, Vienna, Amsterdam dan

Antwerp (Hiebert, Ungurait, Bohn, pada Elvinaro Ardianto & Lukiati

Komala Erdinaya, 2004:99). Menurut majalah Concept (2006) di

Indonesia surat kabar tercetak pertama bernama Batavia Nouvelles lahir

dari Percetakan Benteng yang dikelola oleh Jan Erdman Jordens, tepatnya

pada pada 8 Agustus 1744. Hanya terdiri dari selembar kertas berukuran

folio, yang kedua halamannya masing-masing berisi 2 kolom. Isinya

memuat maklumat pemerintah, iklan dan pengumuman lelang. Pembaca

bisa mendapatkannya setiap Senin dari Jan Abel, perusahaan penjilidan

milik Kompeni di Benteng. Setekah Batavia Nouvelles mati, tahun 1776,

hadir surat kabar Vendu Niews yang merupakan surat kabar pertama yang

bersentuhan langsung dengan orang Indonesia. Surat kabar pertama

berbahas jawa terbit di Surakarta sekali seminggu, namanya Bromartani,

(44)

Surat kabar nasional pertama terbit di Jakarta tahun 1910 bernama

Medan Prijaji. Untuk surat kabar cetak offset di Indonesia dimulai oleh

Sinar Harapan (1961) dan Kompas (1965) disadur dari Majalah Concept

(2006:12). Selanjutnya menurut buku berjudul “Komunikasi dan

Modernisasi” pengertian surat kabar adalah lembaran tercetak yang

memuat laporan-laporan yang terjadi di masyarakat yang terbit secara

periodik, umum, isinya termassa, aktual, mengenai apa saja dan dari mana

saja sumbernya yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak

pembaca. (Effendy,1981).

Meskipun saat ini sudah ada media massa modern yaitu media

elektronik namun peran surat kabar tidak juga tergantikan oleh munculnya

TV dan Radio maupun internet. Hal ini terjadi karena surat kabar memiliki

keunggulan (Riyoyo Pratikno,1982) yaitu :

1. Pembaca dapat mempelajari isi berita secara berulang-ulang agar

dapat memperoleh pengertian yang lebih baik dari isi media tersebut.

2. Informasi yang disampaikan dapat didokumentasikan atau disimpan

dan sewaktu-waktu dapat dibaca kembali.

3. Khalayak tidak terikat oleh waktu.

Surat kabar tidak dapat lepas dari jurnalisme, yang artinya aktivitas

pengelolaan informasi, merupakan proses pencarian, pengumpulan,

pemormatan, dan penyiaran informasi. Adapun karakteristik jurnalisme

menurut Kiith Windschuttle (Mursito,2006:151) antara lain : pertama,

(45)

commit to user

memberikan informasi yang layak kepada pembaca. Ketiga, jurnalis harus

menulis berita dengan jelas dan grammer yang tepat.

Penggunaan Surat Kabar dan Efeknya

Menurut Jalaluddin Rakhmat, dalam buku Metode Penelitian

Komunikasi (2002;65) penggunaan media adalah jumlah waktu yang

digunakan dalam berbagai jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai

hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang

dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Dalam penelitian ini

media yang disebut adalah surat kabar. Individu akan memenuhi

kebutuhan informasinya dengan melakukan aktivitas membaca surat

kabar. Pendekatan ini termasuk dalam Teori Uses & Effect.

Teori Uses & Effect ini pertama kali dikemukakan oleh Sven

Windahl (1979) dalam Bungin (2008:287), menurutnya teori ini

merupakan sintesis antara pendekatan uses and gratification dan teori

tradisional mengenai efek. Konsep ‘use” (penggunaan) merupakan bagian

yang sangat penting atau pokok dari pemikiran ini. Karena pengetahuan

mengenai penggunaan media yang menyebabnya, akan memberikan jalan

bagi pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari suatu proses komunikasi

massa. Seperti halnya penelitian ini ingin mengungkap perhatian

mahasiswa yang seperti apa terhadap berita antasari surat kabar kompas.

Sebab teori ini memfokuskan perhatian pada motivasi dan perilaku

audiens terhadap media atau bagaimana dan mengapa mereka

(46)

Sedangkan teori uses and gratification sendiri bukan lagi

mempersoalkan apa yang dilakukan media massa terhadap khalayak tapi

memusatkan perhatian pada bagaimana khalayak menggunakan media

untuk memenuhi kebutuhannya. Individu berharap bahwa penggunaan

media tertentu akan memenuhi sebagian kebutuhannya.

Menurut Katz, Blumler, dan Gurevitch (1974) dalam Morissan,

Wardhani, Hamid, (2010:78) asumsi dasar dari teori uses and

gratifications adalah:

a) Khalayak dianggap aktif; artinya, sebagian penting dari penggunaan

media massa diasumsikan mempunyai motivasi, tujuan dan kebutuhan.

b) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan

pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota

khalayak.

c) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk

memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah

bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana

kebutuhan itu terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung

kepada prilaku khalayak yang bersangkutan.

d) Audien sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif, dan

penggunaan media.

e) Penilaian isi media ditentukan oleh audien. Berita dalam surat kabar

yang dianggap tidak bermutu bisa berguna bagi audien tertentu karena

(47)

commit to user

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang

menggunakan surat kabar untuk penelitian ini dapat dipengaruhi oleh suatu

motivasi tertentu, perhatian tertentu, dan untuk tujuan tertentu juga.

Dalam penelitian ini, khalayak dianggap telah mendapatkan

informasi yang cukup mengenai KPK setelah melakukan aktivitas

membaca berita di Kompas, sehingga penelitian ini bukan lagi

menanyakan kepuasan akan informasi tentang KPK melainkan persepsi

seperti apa yang muncul setelah mendapatkan informasi tersebut.

Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa membaca pemahaman

merupakan proses aktif yang di dalamnya melibatkan banyak faktor.

Keterlibatan faktor-faktor itu bertujuan untuk memperoleh pemahaman

baik dan benar. Sama halnya dengan pembaca berita Antasari di Harian

Kompas maka seseorang akan banyak memperoleh informasi dan semakin

tinggi pula pengetahuannya tentang KPK.

5. Persepsi

Dalam penerimaan pesan dari media menurut Jalaludin Rakhmat

(1999:49) pembaca akan mengalami suatu proses, yaitu meliputi sensasi,

persepsi, memori, dan berpikir.

1. Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan informasi.

Sensasi adalah proses menangkap stimuli atau rangsangan oleh indera,

masing-masing manusia mempunyai kepekaan indera yang berbeda-beda.

(48)

“sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, tidak memerlukan

penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali

berhubungan dengan kegiatan alat indera”.

2. Persepsi, adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli

indrawi (sensory stimuli) sehingga manusia memperoleh pengetahuan

baru.

Dengan kata lain persepsi mengubah sensasi menjadi informasi atau

sensasi baru mempunyai makna ketika seseorang yang mendapat stimulan

mempersepsikannya. Hubungan sensasi dengan persepsi adalah sensasi

adalah bagian dari persepsi. Selain sensasi, juga melibatkan atensi,

ekspektasi, motivasi, dan memori ( Desidarato,1976 : 129)

3. Memori adalah “sistem yang sangat berstuktur, yang menyebabkan

organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan

pengetahuanya untuk membimbing prilakunya,” ini merupakan devinisi

dari Schessinger dan Groves (1976 : 352).

Memori mempunyai tiga tahap,yaitu perekaman, penyimpanan, dan

pemanggilan.

4. Berpikir, merupakan proses keempat yang mempengaruhi penafsiran kita

terhadap stimuli. Dalam berpikir kita melibatkan semua proses yang kita

sebut sensasi, persepsi, dan memori. Berpikir adalah menggunakan,

(49)

memori-commit to user

Faktor yang sangat mempengaruhi persepsi, yaitu perhatian. Perhatian

terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan

mengesampikan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.

(Rakhmat,1999:52)

Harvey dan Smith (1977), dan Wrigthman dan Deaux (1981),

menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses membuat penilaian

(judgment) atau membangun kesan (impression) mengenai berbagai macam

hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang. Pembuatan

penilaian atau pembentukan kesan ini, pada hakekatnya merupakan suatu

upaya pemberian makna kepada hal-hal tersebut (Istikomah Wibowo, 1988: 23)

Masih dalam buku Psikologi Sosialnya Istikomah Wibowo, Menurut

Taguiri (1969) persepsi merupakan proses melalui mana seseorang menjadi

‘tahu’ atau ‘mengerti’ ini tidak serupa dengan tahu atau mengerti yang

didasarkan pada proses berpikir logis ataupun intuisi. Dalam hal ini persepsi,

kita tahu atau mengerti tentang sesuatu melalui penginderaan kita.

Sedangkan Shaver (1977) menjelaskan bahwa proses yang terjadi

adalah suatu proses asosiasi. Informasi yang didapatkan melalui

penginderaan dihubung-hubungkan dengan hal-hal yang ada dalam

pengalaman-pengalaman orang yang bersangkutan di masa lampau. Asosiasi

tersebut terutama bekerja dalam tahapan penafsiran.

Menurut Dendi Sudiana (1996:14) proses persepsi tidak dapat berjalan

dengan sendirinya, melainkan melalui tahapan-tahapan dalam individu yang

(50)

Bagan 1.1 Proses Persepsi

Sumber : Dendi Sudiana (1996)

a. Pada tahap pertama dalam individu terdapat saringan perhatian (attention

filter), yaitu setiap orang, sengaja atau tidak sengaja akan menghindari

sebuah rangsangan (stimuli) yang menerpanya. Individu akan mencari

informasi tertentu yang sesuai dengan kebutuhannya, dan kadangkala

banyak terpaan stimuli yang ditepisnya karena dianggap tidak menarik

atau kurang relevan baginya, sehingga hanya sebagian kecil informasi

yang berhasil menerpa seseorang.

b. Tahap kedua adalah proses penafsiran, dimana setiap individu

mengorganisasikan isi rangsangan yang diterimanya kedalam model

realitasnya sendiri. Ketika hal itu terjadi, maka yang terjadi adalah proses

penyederhanaan, distorsi, pengaturan bahkan “penciptaan” rangsang juga.

Hasil (out put) dari proses ini adalah suatu kesadaran mengamati

(cognitive awareness) dan penafsiran rangsangan suatu pengamatan

(cognition). Artinya, bahwa individu menginterprestasikan sendiri setiap

pesan yang diterimanya sesuai dengan pengalamanya sehingga

menghasilkan suatu pemahaman yang sesuai pula dengan pengalaman Rangsangan

Perhatian Pencarian aktif Pencarian pasif Perhatian aktif

Penafsiran

Menyederhanakan Menyimpang menyusun

(51)

commit to user

tersebut menjelaskan bahwa sebelum sampai pada pemahaman (suatu

pesan) dan pengambilan keputusan (tindakan), seseorang mempelajari

segala rangsangan atau stimuli yang diterimanya terlebih dahulu.

Dalil persepsi menurut Krech dan Crutcfield (Rakhmat, 2001:56) adalah :

a. Dalil pertama : persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti

bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya

objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental,

suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi. Bila

orang lapar dan orang haus duduk di restoran, yang pertama akan melihat

nasi dan lauk pauk, yang kedua akan melihat air atau es jeruk. Kebutuhan

bilogis menyebabkan persepsi yang berbeda.

b. Dalil kedua : medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan

diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya.

Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya

dengan interpretasi yang konsisten dengaan rangkaian stimuli yang kita

persepsi.

c. Dalil ketiga : sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan

pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil

ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat

individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh

keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau

(52)

d. Dalil keempat ; objek atau pristiwa yang berdekatan dalam ruang atau

waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai

bagian dari strutur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat

struktural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis,

atau balok.

Kita segera menganggap bentuk-bentuk segitiga sebagai suatu kelompok,

dan titik-titik sebagai kelompok yang lain. Kita dapat meramalkan dengan

cermat, dengan mengukur jarak diantaranya objek atau melihat kesamaan

bentuk, benda-benda mana yang akan dikelompokkan.

Akhir dari proses persepsi adalah interprestasi atau penilaian, bagian ini

mengacu pada upaya untuk menemukan arti bagi keadaan disekitar kita.

Melalui mekanisme persepsi, informasi yang diterima oleh indera manusia

kemudian diorganisasikan, dipahami dan diinterprestasikan atau dievaluasi.

(Rakhmat, 2001:61)

6. Citra

Katz dalam Soemirat dan Ardianto (2004) mengatakan bahwa citra adalah

cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu

komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap

perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya.

Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan

potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi

(53)

commit to user

Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima

jenis citra yang dikemukakan, yakni:

1. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau

anggota-anggota organisasi, biasanya adalah pemimpinnya, mengenai

anggapan pihak luar tentang organisasinya.

2. Citra yang berlaku (current image). Adalah suatu citra atau pandangan

yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.

3. Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan

oleh pihak manajemen.

4. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi

secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan

pelayanannya.

5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai (individu),

cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat

memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau

perusahaan tersebut secara keseluruhan.

Berdasarkan teori di atas penelitian ini mencoba mengungkap Citra yang

berlaku (current image) yang melekat pada mahasiswa anggota BEM Fakultas

Hukum UNS setelah membaca berita Antasari Azhar di Kompas. Untuk

mengungkap persepsi tersebut peneliti melihat Citra Perusahaan (corporate

image) yang ingin dibentuk atau bisa dikatakan sebagai Citra yang diharapkan

(wish image) oleh lembaga KPK. Adapun citra tersebut menurut

(54)

Bab I Pasal 5 menerangkan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan

pada :

a. Kepastian Hukum

Adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan

peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam

setiap kebijakan menjalankan tugas dan wewenang KPK.

b. Keterbukaan

Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif

tentang kinerja KPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

c. Akuntabilitas

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir

kegiatan KPK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi

negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Kepentingan umum

Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara

yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

e. Proporsionalitas

Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas,

wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban KPK.

(55)

commit to user

berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang.

Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi

cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang

lingkungan.

Berdasarkan teori tersebut citra adalah kesan yang diperoleh seseorang

berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau

kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap sutau obyek dapat

diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut, bersumber pada aspek

kognitif yaitu informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Komunikasi tidak

secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung

mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.

Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan

pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh john S. Nimpoeno, dalam

laporan penelitian tentang Tingkah laku konsumen, seperti yang dikutip

Danasaputra, (Soleh Soemirat & Drs. Elvinaro Ardianto, 2005:115) sebagai

berikut

Bagan 1.2 Model Pembentukan Citra

(56)

Akhir dari proses persepsi adalah interprestasi atau penilaian, bagian ini

mengacu pada upaya untuk menemukan arti bagi keadaan disekitar kita. Melalui

mekanisme persepsi, informasi yang diterima oleh indera manusia kemudian

diorganisasikan, dipahami dan diinterprestasikan atau dievaluasi.

Lingkungan sosial mempunyai peranan dalam pembentukan persepsi

seseorang. Yang paling berpengaruh yaitu orang-orang yang paling dekat dengan

diri kita (Rakhmat,1999:101).

Walaupun kita menjadi anggota banyak kelompok, kita terikat secara

emosional pada beberapa kelonpok saja. Hubungan kita dengan keluarga kita,

kawan-kawan sepermainan, dan tetangga-tetangga yang dekat (di kampung kita,

bukan di real estates), terasa lebih akrab, lebih personal, lebih menyentuh hati kita

(Rakhmat,1999:142).

Menurut Jalaludin Rakhmat (1999:232) dalam hubungannya dengan

pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkan

pada lima prinsip umum yaitu :

1. Pengaruh komunikasi massa diantaranya oleh faktor-faktor seperti

predisposisi personal, proses selektif dan keanggotaan kelompok ( faktor –

faktor personal )

2. Karena faktor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi

memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang

(57)

commit to user

3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil

pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada “konfersi” (perubahan

seluruh sikap) dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.

4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada

bidang-bidang di mana pendapat orang lemah.

5. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang

masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh.

Teori-teori tentang persepsi dan pembentukan citra diataslah yang

mendorong peneliti untuk mengungkap persepsi mahasiswa hukum tentang citra

KPK setelah membaca berita Antasari Azhar di harian Kompas

Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Menurut Jalaludin

Rakhmat dalam bukunya metode penelitian komunikasi (1998:27) metode

korelasional adalah meneliti hubungan diantara variabel-variabel. Hubungan yang

dicari itu disebut korelasi. Metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi

pada satu fakor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Kalau dua variabel saja

yang kita hubungkan, korelasi disebut ko

Gambar

Tabel 3.13
Tabel 3.24 Persepsi Responden Terhadap KPK Sebagai Lembaga
Tabel skor Item Pertanyaan Penggunaan Surat Kabar
Tabel 2.1 Oplah Kompas Tahun 1965 – 2001
+7

Referensi

Dokumen terkait

Serta untuk melihat media massa sebagai arena sosial yang dibentuk oleh harian Kompas melalui pemberitaan sikap presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait perseteruan Polri dan

DEIKSIS PADA BERITA HALAMAN UTAMA SURAT KABAR KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN MENULISi. BERITA DI SEKOLAH

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana media cetak khusus surat kabar harian Kompas dan Sindo edisi bulan Maret-April 2013 dalam membingkaikan berita tentang

Berupa tingkat keseringan membaca surat kabar harian KOMPAS di bulan November 2010. Pengukuran dilakukan dengan data ordinal. 2) Intensitas (durasi/kedalaman) pembaca membaca

Dari enam dimensi tersebut, kualitas isi berita mengenai kasus mafia pajak Gayus Halomoan P Tambunan pada Surat Kabar Harian Kompas dan Koran Tempo diteliti berdasarkan

Kecenderungan surat kabar Kompas dalam menampilkan kedua pihak yang berkonflik dalam teras berita juga terlihat dalam tema penyidikan kasus simulator SIM dan penarikan

“ Konstruksi Realitas Pemberantasan Korupsi Oleh KPK pada Surat Kabar Kompas dan Seputar Indonesia Analisis Framing terhadap Pemberitaan Mengenai Isu Upaya Penangkapan Penyidik

Penelitian dengan judul “Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Inggris dalam Bahasa Indonesia pada Surat Kabar Harian Kompas rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Mei- Juni