• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Pocock (1978), citra adalah merupakan hasil dari adaptasi kognitif terhadap kondisi yang potensial mengenai stimulus pada bagian kota

38 yang telah dikenal dan dapat dipahami melalui suatu proses berupa reduksi dan simplifikasi.

Lynch berpendapat bahwa citra merupakan suatu senyawa dari atribut-atirbut dan pengertian fisik, tetapi secara sengaja memilih untuk berkonsentrasi pada fungsi bentuk, dengan mengembangkan hipotesis bahwa pengetahuan manusia mengenai kota merupakan fungsi dari imageabilitasnya. Citra kota ditentukan oleh pola dan struktur lingkungan fisik yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor: sosial, ekonomi, budaya,kelembagaan, adat isitiadat serta politik yangpada akhirnya akan berpengaruh pula dalampenampilan fisiknya.

Menurut Budihardjo (1991), terdapat enam tolok ukur yang sepantasnya digunakan dalam penggalian, pelestarian dan pengembangan citra kota, sebagai berikut:

1.Nilai kesejarahan; baik dalam arti sejarah perjuangan nasional (Gedung Proklamasi, Tugu Pahlawan) maupun sejarah perkembangan kota (Kota Lama di Semarang, Kawasan Malioboro di Yogyakarta)

2. Nilai arsitektur lokal/tradisional; (terdapat keraton, rumah pangeran) 3. Nilai arkeologis; (candi-candi, benteng)

4. Nilai religiositas; (masjid besar, tempat ibadah lain)

5.Nilai kekhasan dan keunikan setempat; baik dalam kegiatan sosial ekonomi maupun sosial budaya; dan

6. Nilai keselarasan antara lingkungan buatan dengan potensi alam yang dimiliki. Kualitas fisik yang diberikan oleh suatu kota dapat menimbulkan suatu image yang cukup kuat dari seorang pengamat. Kualitas ini disebut dengan

40 Universitas Sumatera Utara

Landmark merupakan gambran dengan cepat dan pasti tentang suatu tempat kepada pengamat sehingga membentuk image fisik dan non fisik lokasiLandmarkdan sekitarnya.

3. Jarak

Landmark harus dapat dikenali dari suatu jarak, dimana pengamat berada diluar lingkup proyek.

Proses pembentukan suatu obyek yang mempunyai potensi sebagai landmarkdapat diwujudkan dengan 2 cara dalam hal posisi, yaitu:

a. Memperluas arah pandang

Dengan cara menjadikan obyek dapat terlihat dari arah yang lebih banyak atau luas sehingga arah pandang menjadi lebih terbuka dan medan pengenalan visual lebih luas.

b. Tampilan Obyek

Dengan cara membentuk obyek menjadi kontras dalam komposisi bersama elemen-elemen fisik di sekitarnya, misal menciptakan variasi setback.

Menurut Lynch (1960), ditinjau dari aspek jarak, Landmark dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu:

DistantLandmark

Merupakan obyek landmark yang dapat dilihat dari banyak arah atau posisi dengan suatu jarak yang relatif jauh. “Some landmarks are distant ones, typically seen from many angles and distances, over the tops of smaller elements,

42

44 memudahkan proses identifikasi lingkungan. “More often, local points were remembered as cluster, in which they reinforced each othe by repietition, and were recognizable partly by context” Lynch (1960). Sebuah wilayah atau sebuah tempat kemudian dapat memiliki lebih dari satu landmark, terutama pada jenis locallandmarkyang dipengaruhi oleh tingkat familiaritas seseorang.

Menurut Lynch (1960), fungsi Landmark dalam perancangan dan pembentukan lingkungan fisik urban adalah:

a. Landmarksebagai sarana informasi

Sarana informasi langsung mapun tidak langsung dalam jarak dekat maupun jarak jauh, baik fisik maupun non fisik dimanaLandmarkberada

DistantLandmarkmemberikan informasi secara langsung dari jarak jauh mengenai aspek fisik berupa bangunan Landmark, maupun non fisik berupa kegiatan di sekitarLandmark

LocalLandmark memberi informasi secara langsung maupun tidak langsung dari jarak dekat mengenai aspek fisik dan non fisik

b. Landmarksebagai orientasi lingkungan

Landmark dapat dijadikan patokan arah apabila dikaitkan dengan elemen atau proses alam yang berlangsung secara kontinyu. Orientasi arah dapat dibentuk dari kombinasi Landmark dengan suatu jalan atau jalur menuju atau mendekatiLandmark.

Menurut Lynch (1960), Pengendalian keberadaan Landmark dalam perancangan dan pembentukan lingkungan fisik urban dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:

a. Berdasarkan bentuk

• Distant Landmark pada proses pengendalian dalam perancangan dan pembentukan lingkungan urban berkaitan dengan skala kota, meliputi konfigurasi bangunan, sky line bangunan dan penataan fungsi lahan kota

• Local Landmark pada proses pengendalian ini berpengaruh dalam radius tertentu; seperti komposisi fasade bangunan, arah pandang, dan arah capai

b. Berdasarkan waktu keberadaannya

Ditinjau berdasarkan waktu makaLandmark dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:

• BangunanLandmarklama (old building), yaitu obyekLandmark yang lebih dahulu ada dari proses perancangan kota.

• Bangunan Landmark baru (new building), yaitu obyek Landmark yang keberdaaanya bersamaan atau sesudah proses perancangan kota.

Menurut Lynch (1960), terdapat beberapa kriteria untuk menjadikan suatu obyek sebagaiLandmark:

• Mempunyai karakter fisik lain dari obyek fisik di sekitarnya, mempunyai unsur unik dan mudah diingat.

46 • Mudah diidentifikasikan, hal ini berkaitan dengan tuntutan bahwa

Landmarkharus mudah dikenali pengamat.

• Mempunyai bentuk yang jelas dalam luasan atau benteng yang relatif besar. Hal ini dapat dicapai dengan membentuk kontras antara obyek Landmarkdengan latar belakangnya.

• Mempunyai nilai lebih dalam suatu lingkup atau luasan tempat berupa nilai historis atau nilai estetis.

 Nilai historis menyangkut proses terbentuknya obyek tersebut dan kaitannya dengan lingkup tempat dimanaLandmarkberada.

 Nilai estetis dapat pula nilai historis menyangkut kurun waktu terbentuknya bangunan, karena nilai estetik tiap kurun waktu dapat berlainan.

Tabel 2.1. Citra Kawasan menurut teori Citra Kota dari penelitian Syahrum (2004) Elemen kota menurut teori Citra Kevin Lynch Periode sebelum Kemerdekaan 1896-1945 Periode setelah Kemerdekaan 1945-2002

Periode saat ini 2003-2004

Landmark Istana Maimun sebagaiLandmark dari Kerajaan Deli saat itu

Istana Maimun sebagai Landmark dari kota Medan mulai berkurang, juga pengaruh politik

Pemerintahan daerah mulai mencoba untuk menjadikan Istana Maimun

sangat tegas, selain sebagai pusat pemerintahan juga merupakan bangunan terbesar dan termegah di Medan pada saat itu

saat itu yang mengangkat Balaikota Lama sebagai Landmark Kota Medan karena keberpihakan Kerajaan deli kepada pemerintahan kolonial pada saat yang lalu menyebabkaan istana maimun menjadi simbol kolonialisme dan imperialisme masa lalu

sebagai Landmark Kota Medan, karena dianggap sebagai warisan budaya Melayu yang identik dengan kebudayaan lokal. Kebijakan Politik Pemerintahan Kerajaan Deli pada masa lalu mulai dilupakan

Dokumen terkait