• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lynch (1960) mengatakan bahwa identitas kota adalah citra mental yang terbentuk dari ritme biologis tempat dan ruang tertentu yang mencerminkan waktu, yang ditumbuhkan dari dalam secara mengakar oleh aktivitas sosial-ekonomi-budaya masyarakat kota itu sendiri.

Identitas adalah suatu kondisi saat seseorangmampu mengenali atau membedakan suatu tempat dengan tempat lain karena memiliki karakter dan keunikan. Lynch (1960)

Menurut Lynch terdapat tiga komponen yang sangat mempengaruhi gambaran mental terhadap suatu kawasan (kota) yaitu :

26 1. Identitas, artinya orang dapat memahami gambaran perkotaan melaluiidentifikasi obyek, perbedaan antara obyek dan hal-hal yang diketahui tentang

obyek tersebut.

2. Struktur, artinya orang dapat memelihara pola perkotaan melalui hubunganantar obyek-subyek melalui pola yang dapat dilihat.

3. Makna, artinya orang dapat mengalami ruang perkotaan dengan segalaperkembangan fisik, sosial maupun rohani subyeknya sehingga mendapatkanrasa yang dapat dialami.

Utomo (2005) berpendapat bahwa kota memerlukan identitas, baik dalam skala lingkungan maupun skala kota. Ciri atau identitas yang mudah diamati adalah bentukan-bentukan fisik kota. Kesan visual suatu benda atau bangunan mudah dicerna atau diserap oleh ingatan manusia. Ciri-ciri spesifik dari elemen-fisik pembentuk kota, diperkuat dengan struktur yang memisahkannya dengan elemen-elemen di sekitarnya. Oleh karena itu, elemen-elemen fisik tersebut mampu menanamkan citra pada setiap pengamatnya, serta dapat menambah makna bagi keberadaannya. Pemahaman suatu makna identitas berguna terhadap penanaman citra bagi pengamatnya, sehingga pesan yang disampaikan dapat dengan mudah diserap oleh ingatannya.

Elemen-elemen fisik yang tercipta dapat menjadi karakter bagi lingkungan di sekitarnya. Hal ini lebih banyak ditentukan oleh perwujudan rancangan maupun perletakan yang dikaitkan dengan hubungan antara elemen fisik yang satu dengan lainnya. Sebuah kota mempunyai kesan yang tidak sama dengan kota lainnya bagi

orang yang berada didalamnya. Kesan ini timbul dari adanya persepsi manusia terhadap apa yang dilihatnya didalam tersebut. Pesan yang disampaikan oleh suatu lingkungan maupun kota melalui komunikasi visual, menyebabkan seseorang mempunyai kesan yang spesifik terhadap kota dan lingkungan tersebut. Oleh karena itu, keberadaan sebuah kota sering diwujudkan dalam bentuk kekhasan yang dimasukkan dalam elemen-elemen fisik pembentuknya.

Arsitektur juga dapat menjadi salah satu bagian penanda suatu tempat, misalnya membuatlandmarkbagi sebuah kawasan yang dapat menunjang identitas suatu kota. Arsitektur diintisarikan agar dapat merepresentasikan keberadaan identitas kota dapat dilestarikan sebagai benda cagar budaya. Jadi dapat disimpulkan bahwa identitas dari sebuah kota berawal dari nilai budaya yang meliputi nilai historis perjuangan dan perkembangan di bidang politik, ekonomi dan sosial, arstitektur, struktur masyarakat, tata kota serta karakteristik khusus kotanya.

Sedangkan identitas psikis kota, masih perlu upaya penggalian dan pengenalan jati diri yang lebih mendalam. Mengingat identitas psikis merupakan identitas kehidupan masyarakat kota secara psikis yang mempengaruhi wajah kota tersebut, berupa ritme kehidupan masyarakatnya maupun spirit yang dimiliki masyarakat sehingga memberikan identitas kota atau budaya yang hidup dalam keselarasan kota yang menjadi simbol suatu kehidupan kota membentuk identitas kota itu sendiri.

Identitas merupakan pengenalan bentuk ruang dan kuantitas yang paling sederhana, pengertian tersebut disebut pula “A Sense of Place”. Pemahaman

28 tentang nilai dari tempat, merupakan pemahaman tentang keunikan dari suatu tempat secara khusus, bila dibandingkan dengan tempat lain.. Identitas dapat juga berupa peristiwa-peristiwa, yang disebut “Sense of Occasion”, yakni tempat dan peristiwa akan saling menguatkan satu dengan yang lain dan menciptakan suatu keberadaan. Purwanto (2001).

Unsur-unsur pembentuk lingkungan binaan yang perlu mendapat perhatian dalam usaha membangun identitas suatu kawasan adalah bentuk, massa serta fungsi bangunan, dan ruang luar kawasan yang terbentuk. Dari unsur-unsur pembentuk kawasan tersebut, makna kawasan (image) manusia tentang suatu kawasan dapat terbentuk, kesan suatu kawasan adalah hasil dari proses dua arah antara manusia dengan lingkungannya. Suatu kawasan menyediakan objek-objek tertentu dan manusia mengorganisasikannya di dalam otak dan memberikan pengertian khusus.

Keragaman budaya menuntut karya arsitektur harus dirancang semakin serius agar kawasan terhindar dari polusi visual yang kacau, untuk itu rancangan arsitektur yang kontekstual akan memberikan kemungkinan tampilan kawasan yang lebih harmonis secara visual, baik melalui rancangan bangunan maupun perkotaan. Kontinuitas visual kawasan dapat dijaga dengan memperhatikan elemen tampilan seperti bentuk dasar yang sama, namun tampak berbeda, pemakaian bahan, warna, tekstur, serta ornamentasi bangunan.

Pemahaman lain yaitu Shirvani (1985) membedakan antara identitas dan sense, dimana sense adalah makna yang ditangkap oleh manusia yang ada di

30 umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi.

2. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)

Dalam bentuk dan massa bangunan, seharusnya diperhatikan berbagai aspek, meliputi:

a. Ketinggian Bangunan

Ketinggian bangunan berkaitan dengan jarak pandang pemerhati, baik yang berada dalam bangunan maupun yang berada pada jalur pejalan kaki. Ketinggian bangunan pada suatu kawasan membentuk skyline. Skyline dalam skala kota mempunyai makna:

• Sebagai simbol kota • Sebagai indeks sosial • Sebagai alat orientasi • Sebagai perangkat estetis • Sebagai perangkat ritual

Spreiregen (1965), bila tinggi muka bangunan sama dengan jarak dari tempat kita berdiri ke bangunan, maka sudut yang terjadi antara garis puncak muka bangunan dan garis horizontal pandangan adalah 45°. Jika jarak orang ke bangunan = tinggi bangunan atau pandangan membentuk sudut 45°, merupakan pandangan normal manusia, pada jarak tersebut pengamat dapat memperhatikan keseluruhan muka

obyek/bangunan. Demikian pula menurut Panero (2003), sudut pandang yang nyaman adalah sebesar 45 derajat. Jika bangunan lebih tinggi daripada batas atas daerah pandangan kita kedepan, maka kita akan merasa tertutup.

b. Kepejalan Bangunan (Bulky)

Arti dari kepejalan adalah tebal, besar, dan gemuk. Dalam hal ini yang dibicarakan adalah penampakan gedung dalam konteks kota. Kepejalan suatu gedung ditentukan oleh tinggi, luas, lebar panjang, olahan massanya, dan variasi penggunaan material.

c. Koefisien Lantai Bangunan

Koefisien lantai bangunan adalah jumlah luas lantai bangunan dibagi dengan luas tapak. Koefisien lantai bangunan dipengaruhi oleh daya dukung tanah, daya dukung lingkungan, nilai harga tanah dan faktor-faktor khusus tertentu sesuai dengan peraturan atau kepercayaan daerah setempat.

d. Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage)

Koefisien dasar bangunan adalah luas tapak yang tertutup dibandingkan dengan luas tapak keseluruhan. Koefisien dasar bangunan dimaksudkan untuk menyediakan area terbuka yang cukup di kawasan perkotaan agar tidak keseluruhan tapak diisi dengan bangunan sehingga daur lingkungan menjadi terhambat.

32 Garis Sempadan Bangunan merupakan jarak bangunan terhadap as jalan. Garis ini sangat peting dalam mengatur keteraturan bangunan di tepi jalan kota.

f. Langgam

Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik bangunan dimanastuktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam satu periode atau wilayah tertentu. Peran dari langgam ini dalam skala urban jika direncanakan dengan baik dapat menjadi guideline yang mempunyai kekuatan untuk menyatukan fragment-fragment kota.

g. Skala

Rasa akan skala dan perubahan-perubahan dalam ketinggian ruang atau bangunan dapat memainkan peranan dalam menciptakan kontras visual yang dapat membangkitkan daya hidup dan kedinamisan

h. Material

Peran material berkenaan dengan komposisi visual dalam perancangan. Komposisi yang dimaksud diwujudkan oleh hubungan antar elemn visual.

i. Tekstur

Dalam sebuah komposisi yang lebih besar (skala urban) sesuatu yang dilihat dari jarak tertentu maka elemen yang lebih besar dapat menimbulkan efek-efek tekstur.

j. Warna

Dengan adanya warna (kepadatan warna, kejernihan warna), dapat memperluas kemungkinan ragam komposisi yang dihasilkan.

3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking) a. Sirkulasi

Elemen sirkulasi adalah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur lingkungan perkotaan. Sirkulasi dapat berupa bentuk, hubungan atau satu pola bagi yang dapat mengontrol aktivitas kawasan seperti aktivitas jalan raya, jalur pejalan kaki, dan pusat-pusat kegiatan yang bergerak.

b. Tempat Parkir

Unsur yang sangat penting dapat sirkulasi kota adalah tempat parkir kendaraan. Keberadaan tempat parkir sangat menentukan hidup tidaknya suatu kawasan komersial.

4. Ruang Terbuka (Open Space)

Ruang terbuka bisa menyangkut semua lansekap : elemen keras (hardscape, yang meliputi jalan, trotoar dan sebagainya), taman dan ruang rekreasi di kawasan kota.

34 Elemen-elemen ruang terbuka juga menyangkut lapangan hijau, ruang hijau kota, pepohonan, pagar, tanaman, air, penerangan, paving, kios-kios, tempat sampah, air minum, sculpture, jam dan sebagainya. Secara keseluruhan, elemen-elemen tersebut harus dipertimbangkan untuk mencapai kenyamanan dalam perancangan kota. Dan ruang terbuka merupakan elemen yang sangat esensial dalam perancangan kota. Desain ruang terbuka harus dipertimbangkan secara terintegral terhadap bagian dari perancangan kota.

Rustam Hakim (1987) membagi ruang terbuka berdasarkan kegiatan yang terjadi sebagai berikut:

a. Ruang terbuka aktif, yaitu ruang terbuka yang mengundang unsur-unsur kegiatan di dalamnya, misalnya plaza, tempat bermain.

b. Ruang terbuka pasif, yaitu ruang terbuka yang di dalamnya tidak mengandung kegiatan manusia

5. Area Pedestrian (Pedestrian Area)

Pedestrian merupakan elemen penting dalam perancangan kota, karena tidak lagi hanya berorientasi pada keindahan semata, akan tetapi juga masalah kenyamanan dengan didukung oleh kegiatan pedagang eceran yang dapat memperkuat kehidupan ruang kota yang ada. Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi keterkaitan terhadap kendaraan di kawasan pusat kota, meningkatkan penggunaan pejalan kaki, mempertinggi kualitas lingkungan melalui sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kali lima yang lebih banyak dan akhirnya akan

membantu dalam meningkatkan interaksi antara dasar-dasar elemen perancangan kota dalam suatu kawasan hunian dengan berbagai bentuk kegiatan pendukungnya.

6. Penanda (Signage)

Tanda adalah suatu tulisan (huruf, angka, atau gambar), gambar (ilustrasi atau dekorasi), lambang (simbol atau merek dagang), bendera, atau sesuatu gambar yang:

a. Ditempelkan atau digambar pada suatu bangunan atau struktur lain b. Digunakan sebagai pemberitahuan, penarik perhatian, iklan

c. Terlihat di luar bangunan

Papan reklame merupakan elemen visual yang semakin penting artinya dalam perancangan kota. Perkembangan papan-papan reklame terutama, mengalami persaingan yang berlebihan baik dalam penempatan titik-titiknya, dimensi atau ukuran billboardnya, kecocokan bentuk, dan pengaruh visual terhadap lingkungan kota.

Pedoman teknis mengenai signages menurut Richardson (2003), meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Penggunaan tanda-tanda harus merefleksikan karakter kawasan tersebut.

b. Jarak dan ukuran tanda-tanda harus memadai dan diatur sedemikian rupa agar menjamin jarak penglihatan dan menghindari kepadatan signage.

36 c. Penggunaan penanda harus harmonis dengan bangunanarsitektur di

sekitar lokasi tersebut.

d. Pembatasan penanda dengan lampu hias, kecuali penggunaan khusus sepertitheaterdan tempat pertunjukan.

7. Kegiatan Pendukung (Activity Support)

Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang-ruang publik suatu kawasan kota. Antara kegiatan-kegiatan dan ruang-ruang fisik selalu memiliki keterkaitan satu sama lain. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh pula terhadap fungsi peggunaan lahan dan kegiatan-kegiatannya. Sebaiknya kegiatan yang memperhatikan lokasi tapak yang layak dan baik tergantung seberapa besar aktivitas penggunaan lahan tersebut.

8. Konservasi (Conservation)

Konservasi suatu bangunan individual harus dikaitkan secara keseluruhan kota, agar meyakinkan bahwa konservasi akan harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Konsep tentang konservasi kota memperhatikan beberapa aspek yakni: bangunan-bangunan tunggal, struktur dan gaya arsitektur, hal-hal yang berkaitan dengan kegunaan, umur bangunan atau kelayakan bangunan.

Identitas merupakan aspek yang sifatnya tidak terukur dan tergantung dari persepsi pengamat terhadap setting lingkungannya. Dalam upaya membentuk identitas pada sebuah kawasan, dapat dilakukan dengan pendekatan terhadap

elemen-elemen fisik kota, karena melalui elemen fisik inilah sebuah pemahaman akan ditangkap oleh pengamat secara visual untuk kemudian diolah dalam pikiran dan diberi pemaknaan, aspek-aspek fisik tersebut (land use, ruang luar dan bangunan) dalam konteks kawasan Kesultanan Deli.

Lynch (1960) melihat landmark sebagai sebuah konstruksi fisik yang dapat menyatakan suatu identitas wilayah atau lingkungan karena landmark memiliki entitas bentuk fisik yang berbeda dan terpisah dengan sekitarnya. Landmark dapat berperan menjadi identitas karena ia berperan sebagai basis atau dasar dalam mengenal suatu lingkungan. Ketika landmark dapat menyatakan identitas suatu wilayah, landmark kemudian juga membawa karekter, atmosfir, dan ambience keberadaannya terhadap manusia yang merasaknnya. Landmark yang dapat menyatakan identitas dan karakter suatu wilayah kemudian tidak lagi hanya dipandang sebagai suatu elemen fisik secara visual saja. Narita (2010)

Untuk menetapkan elemen-elemen yang akan digunakan dalam upaya pembentukan identitas sebuah kawasan adalah dengan melihat elemen apa saja yang menonjol dan dapat dijadikan potensi untuk membentuk identitas kawasan, tentunya yang sesuai dengan tema (estetika ataupun budaya), yang dalam konteks penelitian ini adalah elemen-elemen fisik yang terdapat pada bangunan Masjid Raya.

Dokumen terkait