• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2 Pembahasan

4.2.2 Aksi Clubber Di Diskotik Kota Cilegon

Golongan apa saja yang masuk ketempat hiburan malam? dan siapa saja orang yang ada di tempat hiburan malam? Berdasarkan pengamatan Peneliti, di dalam tempat hiburan malam ada seorang Dj (Disk Jockey) yang memainkan musik menghentak dan memberikan lagu jenis trance (musik dugem yang berirama cepat) dan house (musik dugem yang berirama kencang dengan bass yang sangat menonjol), bartender (sebagai penyaji dan pelayan minuman), wanita pemandu pendamping yaitu sekumpulan wanita yang suka menemani para pria untuk berminum-minuman dan berjoged, dan selanjutnya ada wanita striptis (wanita yang sering berjoged diatas meja dan tiang khusus yang telah di sediakan), mereka bisa mngekpresikan goyangan mereka yang membuat para

clubber takjub dan bergairah meliatnya.

Suku atau etnis menurut perspektif teori situasional, merupakan hasil dari adanya pengaruh yang berasal dari luar kelompok. Salah satu faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap etnisitas diri seseorang yang akhirnya dari pengaruh itu terbentuk suatu kelompok baru yang sering kita sebut suku. (Simatupang, 2003).

1. VIP

Golongan ini adalah orang yang paling dihormati di dalam Club, biasanya adalah owner club itu sendiri atau keluarganya. Bisa juga clubber-clubber tajir yang sudah menghabiskan ratusan juta untuk clubbing dan sudah cukup kenal dengan ownerclub tersebut.

2. Ketua

Golongan ini cukup banyak menghabiskan uang untuk clubbing tapi kurang kenal, bahkan tidak kenal dengan owner club. Biasanya mereka membawa cukup banyak teman dan semua biaya ditanggung oleh dia sendiri. Cukup sering kelihatan berada di club dan kenal dengan beberapa

waitress.

3. PR (Public Relations)

Golongan ini biasanya sering sok asyik dan terkadang bersikap kalau dia benar-benar adalah PR yang sudah biasa dengan keadaan di club tersebut. Biasanya temannya lebih dari satu group dengan meja yang berlainan, golongan ini akan mondar mandir dari satu meja ke meja lainnya untuk terlihat asyik di mata teman-temannya, tetapi malah lebih terlihat sok sibuk.

4. Sok Cool

Golongan ini biasanya hanya duduk atau berdiri diam dengan tangan dilipat didepan dada atau dimasukkan kekantong celana. Gerakannya

musik. Kurang jelas apa maksud dari suku ini untuk berada di club. 5. Orang Setia

Golongan ini biasanya terlihat di depan tempat jual tiket masuk bisa sendirian bisa juga berkelompok, kadang-kadang terlihat sedang menelepon atau Smsan, dan sekali-kali melihat jam dengan wajah resah, terlihat jelas kalau suku ini sedang menunggu temannya. Tetapi menunggu teman bukan karena solidaritasnya yang tinggi melainkan menunggu untuk dibayarin masuk. Biasanya orang yang ditunggu Si „orang setia‟ ini adalah Si „ketua‟ dan Si „VIP‟.

6. Pak Eko

Alias Paket Ekonomis, biasanya golongan ini minum atau „nyimeng‟ dulu diluar, kalo udah high/tinggi Baru masuk ke club. Jadinya tinggal minum sedikit atau tidak perlu minum sama sekali di dalam, karena minuman didalam club biasanya lebih mahal. Setelah itu mereka tinggal dancing di

dance floor.

Menurut data yang didapatkan berdasarkan hasil observasi dilapangan, diketahui bahwa pertama, di dalam tempat hiburan malam terjadi tanggapan atau reaksi individu satu dengan yang lainnya terhadap suatu rangsangan, baik sedang tidak berkomunikasi dan sedang berkomunikasi. Sebagian dari itu, kegiatan dan kebiasaan yang dilakukan seorang clubber ditempat hiburan malam pun itu di anggap sebagai sebuah perilaku. Contohnya : kegiatan yang dilakukan, seperti

pasangan, mencari kawan, berbisnis dan acara ulang tahun.

Itu semua telah menjadi kebiasaan seorang clubber dan penghuni tempat hiburan malam. Karena, seperti yang sampaikan oleh sodara martin (27).

“…yang pasti, ketika gua ketempat dugem, gua beli minuman, ya kalau ada barang gua pake, udah enak ya gua joged, sekalian nyari cewe.

begitu-begitu aja sebenernya kegiatan clubbermah, happy bareng temen dan yang lainnya”

Informan yang bernama Martin ini mempunyai kebiasaan hanya berminum-minum ria, berjoged, dan ajang mencari wanita jika sedang di dalam tempat hiburan malam, dan yang jelas dia menekankan bahwa tempat hiburan malam atau diskotik itu tempat happy bareng teman-teman.

Menghilangkan kejenuhan atau justru telah menjadi kebiasaan mendatangi tempat hiburan malam tentunya membawa keasyikan tersendiri. Salah satu tempat yang paling banyak di pilih oleh kawula muda adalah diskotik. Diskotik yang banyak menyajikan paket acara hiburan menjadi daya tarik utama mulai dari sexy dancer’s sampai dengan mendatangkan DJ (Disc Jockey) yang bertarap nasional hingga internasional, (Andy Stevanio, 2007 : 193).

Data dari observasi ini, peneliti melihat segala sesuatu yang dikerjakan dan dilakukan clubber dilihat dari perilaku dan kegiatan yang dilakukan, itu berbeda tiap orangnya.seperti, ada yang minum, ada yang main perempuan, ada yang joged saja, dan ada yang semuanya dilakukan. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh informan saya bernama Dina Kirana (24).

terlalu mabuk parah, ya sebisa mungkin saya Kontrol, agar bisa menikmati pestanya hehehe”

Dina kirana adalah pegawai salah satu bank swasta yang ada di cilegon, dia sangat senang jika menyempatkan waktunya untuk clubbing bareng teman-temannya untuk menghilangkan penat, untuk sekedar minum-minum, menikmati

party, berjoged dengan hentakan lagu house musik yang diaminkan oleh Dj. Hal

tersebut berbeda dengan yang diungkapkan oleh Desy (27)

“…yah, sayang amat kalau kita kesini Cuma sekedar minum ga mabuk hehe, saya sih biasanya sekalian nyari cowo hehe, ga munafik lah, semua orang juga pasti kaya gitu”

Hal ini diperkuat oleh pernyataan informan lainnya yang bernama martin (27). Informan yang bernama desi ini, tidak berbeda jauh dengan informan saya yang bernama martin, dia ditempat hiburan malam mempunyai kebiasaan mencari pasangan untuk nantinya diajak kencan lebih lanjut. Dia juga berkata bahwa sayang rasanya jika sedang di diskotik kita tidak mabuk-mabukan, menurut peneliti mungkin itu telah jadi hal yang wajib bagi dia sebagai seorang clubber.

Simbol dan arti memberikan ciri-ciri khusus pada tindakan sosial manusia (yang melibatkan aktor tunggal) dan pada interaksi sosial manusia (yang melibatkan dua orang aktor atau lebih yang terlibat dalam tindakan sosial timbal balik). Tindakan sosial adalah tindakan dimana individu bertindak dengan orang lain dan pikiran. Dengan kata lain, dalam melakukan tindakan, seorang aktor mencoba menaksir pengaruhnya terhadap aktor lain yang terlibat. Meski mereka

manusia mempunyai kapasitas untuk terlibat dalam tindakan sosial.

Teori interaksi simbolik memusatkan perhatian terutama pada dampak dari makna dan simbol terhadap tindakan dan interaksi manusia. Disini akan bermanfaat menggunakan pemikiran mead yang membedakan antara perilaku

lahiriah dan perilaku tersembunyi. Perilaku tersembunyi adalah proses berpikir

yang melibatkan simbol dan arti. Perilaku lahiriah adalah perilaku yang sebenarnya dilakukan oleh aktor. Beberapa perilaku lahiriah tidak melibatkan perilaku tersembunyi (perilaku karena kebiasaan atau tanggapan tanpa pikir terhadap rangsangan external). Tetapi, sebagian besar tindakan manusia melibatkan kedua jenis perilaku itu. Perilaku tersembunyi menjadi sasaran perhatian utama teoritisi interaksionisme simbolik sedangkan perilaku lahiriah menjadi sasaran perhatian utama teoritisi teori pertukaran atau penganut behaviorisme tradisional pada umumnya.

1. Mind

Seperti yang dijelaskan oleh Herbert Mead mengenai asumsinya mengenai (Mind) kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.

Pada saat itu peneliti bertanya, “apa alasan anda menggunakan simbol-simbol komunikasi?” informan martin menjawab:

“agar pada saat berkomunikasi berjalan dengan lancar, dimana obrolan gua dengan kawan gua bisa saling dimengerti dan mempunyai makna yang sama. Kadangkala kan bahasa verbal aja tidak cukup digunakan untuk

simbol nonverbal untuk lebih menjelaskan pada saat mengobrol atau berinteraksi dengan yang lain”

Senada dengan apa yang disampaikan informan yang bernama desi atas jawaban dari pertanyaan peneliti bahwa :

“simbol nonverbal dilakukan untuk menghindari hal-hal yang nantinya tidak bisa dimengerti pada saat berkomunikasi. Ditempat hiburan malam biasanya simbol nonverbal lebih sering digunakan dibandingkan verbal, karena musik yang sangat kencang dan menghentak mengganggu pada saat berinteraksi”

Penjelasan mead berlanjut dengan pernyataan seperti ini, bahwa pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut : Manusia, bertindak, terhadap, manusia, lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, Makna dimodifikasi melalui proses interpretif.

Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan Susanne K. Langer, adalah kebutuhan Simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang atau simbol yang ada di sekitar tempat hiburan malam adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya. Misalkan, pengunjung menggunakan simbol atau lambang meminta minuman di bartender, say hello dengan clubber lain, dan segala kegiatan yang menggunakan simbol nonverbal.

komunikasi?” informan Dina Kirana menjawab:

“sangat penting, karena dunia malam sangat exlusive, karena simbol yang digunakan pada saat di tempat hiburan malam berbeda dengan tempat yang lain”.

Pertanyaan kedua peneliti lontarkan pada informan yang bernama dina kirana ini, “memang apa bahasa dan simbol khusus clubber pada saat berkomunikasi ditempat hiburan malam?” Dina Kirana menjawab kembali :

“pada saat meminta korek api, meminta minuman, menekan tombol

service pada saat di dalam room, melambaikan tangan kepada clubber lain

sebagai tanda ajakan, berjoged, dan mengedipkan mata pada clubber lain yang tandanya mengajak berkenalan lebih dekat”

Sama halnya dengan apa yang di sampaikan informan yang bernama imel bahwa :

“bahasa khusus yang biasanya gua pake seperti, Blur cuy, aman ga nih, masih sehat???, kata kata itu yang sering dikeluarkan pada saat ditempat hiburan malam”

Dunia gemerlap ini semakin banyak diminati kaum muda yang tinggal di metropolis ini. Liat saat weekend (libur akhir pecan). Lokasi yang menyediakan hiburan malam di Kota Cilegon selalu ramai di padati remaja. Apalagi, jika lokasi hiburan malam itu mendatangkan artis ibu kota terkenal atau Dj dari luar daerah, pengunjung akan semakin ramai. Tak peduli berapa mahal tiket masuk yang harus di beli.

Peneliti bertanya, “sudah berapa lama anda berkecimpung di dunia gemerlap malam?” informan Dani Ramdhani menjawab :

terus berkelanjutan akhirnya sering dugem bareng kawan-kawan, malahan tiap ada acara ulang tahun atau acara apa saja di adainnya ya ditempat hiburan mala mini”

Sama halnya dengan apa yang disampaikan oleh informan yang bernama erland :

“gua udah lima tahun menjalani aktivitas sebagai seorang clubber, pada saat awal kuliah sampai saat ini gua kerja padahal awalnya ajakan temen, tapi pada saat itu gua langsung ketagihan dan sering meluangkan waktu untung dating ke tempat hiburan mala mini”

Seperti yang dituturkan salah satu manajemen marketing sebuah hiburan malam Diskotik Dinasty Kota Cilegon, di Diskotik tempatnya bekerja, hiburan musik menjadi suguhan utama. Yang paling paten, pengunjungnya dilarang membawa minuman dan makanan dari luar dan dilarang memebawa senjata tajam.

Tidak bisa dipungkiri, dugem lambat laun telah menjadi gaya hidup yang aman dan nyaman untuk dinikmati remaja yang tinggal di kota metropolis ini. Dan tak dipungkiri, alcohol dan seks bebas amat dekat dengan gaya hidup semacam itu. Tapi itu semua lagi-lagi tergantung pada pribadi masing-masing untuk tidak terjerumus alcohol dan seks bebas.

Pertanyaan selanjutnya peneliti lontarkan mengenai pembahasan di atas, “apa yang anda rasakan setelah menjadi seorang clubber? Dan apakah anda meminum alcohol, memakai narkoba, dan melakukan seks bebas? “informan martin menjawab :

“yang pastinya banyak teman, fun, dan tidak jenuh. Tapi bukan berarti sebelum gua kenal dugem tidak banyak teman, tapi setelah kenal dugem, teman gua makin banyak, ketemu kecengan (pasanga perempuan), dan rekan yang bisa gua ajak berbisnis. Kalau masalah gua mabok dan make

hiburan malam make barang itu, tapi gua bisa ngontrolnya, kalau maslaah seks bebasmah privasi dong bro,masing-masing aja”

Lain halnya dengan apa yang disampaikan oleh informan yang bernama Dina Kirana :

“yang gua rasakan sebenernya biasa saja, tapi yang sedikit perubahan setelah gua jadi clubber ya jadi penyeimbang kerja keras dengan hiburan sebanding, karena lu tau sendiri bahwa kerjaan gua sebagai teller di bank sangat berat, maka dar itu gua butuh aktivitas hiburan di sela-sela kerja gua”

Pada prinsipnya komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Sehingga, semua aspek gerak kita dapat diartikan menjadi sebuah komunikasi. Pada observasi awal yang dilakukan, ditemukan bar di area pinggir, tempat dance floor, tempat live Dj, dan para pengunjung yang menikmati clubbing. Para pengunjung seperti wanita contohnya, dengan pakaian dress sexi dan pakaian terbuka, para lelaki yang high class menunjukan aura kepada para wanitanya. Itu semua menandakan bahwa mereka ingin menunjukan komunikasi dan mencari komunikasi.

Peneliti bertanya, “ bagaimana cara menarik perhatian seorang clubber lain di tempat hiburan malam?” informan Dina Kirana menjawab :

“biasanya mentraktir minuman untuk memulai obrolan, tapi kebanyakan lebih ke pribadi masing-masing, orang kan beda-beda cara pendekatannya. Contoh sederhananya gua, gua selalu caper untuk dapet perhatian cowo yang gua ingin ajak kenalan make isyarat-isyarat gitulah, ga secara langsung”

“yaelah, di tempat dugem masih aja jaim, ga usah munafik entar kesamber orang duluan, langsung aja sikat, deketein, sok kenal so dekat, terus ajak kenalan, hehe “

Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali. Hal ini terjadi di lokasi penelitian ketika pengunjung datang dan melihat isi ditempat hiburan malam seperti orang kebingungan, mungkin karena pengunjung itu baru pertama kali kesitu. Dan pada saat itu ada karyawan yang bekerja disitu, karyawan itu memulai komunikasi dengan berkata „malam mba/mas, mau pesen minuman, open table, atau apa‟. Itu contoh dari sebuah awal komunikasi yang tanpa disengaja, dan akhirnya pengunjung bertanya pada karyawan disitu, dan karyawannyapun menjelaskan kepada pengunjung tersebut.

Dunia gemerlap, adalah istilah popular untuk menunjukan gaya hidup remaja di kota besar pada akhir pecan. Jumat malam, selepas kuliah dan kerja, digunakan sebagian orang untuk melepas ketegangan dan kepenatan setelah 5 hari kuliah dan kerja dengan mendatangi tempat-tempat hiburan. Kafe,, bar, mall, diskotik, tempat billiar, dan tempat hiburan malam lainnya padat dengan orang-orang berdugem dihari itu.sekedar kumpul dengan teman, mencari kenalan, menikmati musik, melepas penat, hingga minum minuman beralkohol.

Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, sosial dan psikologis. Jika dihubungkan dengan objek penelitian, Interaksi yang terjadi antara pengunjung dengan pengunjung dan pengunjung dengan para pekerja di lingkungan tempat hiburan malam berada dalam konteks ruang sosial dan

yaitu didalam tempat hiburan malam.

Remaja masa kini tertarik pada segala hal yang bersangkutan dengan musik, kerlap kerlip lampu beraneka warna, dan berbagai gerak tarian. Mereka menyenangi ruang remang-remang dengan musik yang hingar-bingar dan pergi ke tempat-tempat hiburan malam untuk bersenang-senang. Remaja menemukan rasa aman pada musik, dan bagi para pecinta musik, tempat hiburan malam merupakan panggung utama.

Pada saat itu peneliti bertanya, “dimana saja biasannya anda melakukan

clubbing? dan apa saja yang membedakan anda setelah menjadi seorang clubber

dan sebelum menjadi seorang clubber? Informan imel menjawab :

“biasanya sih kalau gua clubbing yang deket deket aja, di cilegon di dynasty ini, kadang ke anyer, kadang kebandung dan ke jakarta itu juga kalau ada event gede aja. Kalau di bilang perbedaan sebelum dan setelah jadi clubber, ya pasti berbeda, dulu gua bisa di bilang cupu, kuper lah hahaha, sekarang bisa jaga penampilan dan banyak temen”

Senada dengan apa yang disampaikan informan bernama Desi :

“kalau guasih clubbing dimana aja, seringnya di bandung dan Jakarta, tapi di cilegon juga hampir lumayan sering juga. Soalnya kan gua asli serang, pasti kebanyakan ya gua clubbing disini juga bareng anak-anak. Perubahan yang terjadi setelah gua jadi seorang clubber ya bisa dilihat dari style dan fashion. Dulumah gua ga se sexi dan se menor ini hehehe”

Setiap individu adalah suatu sistem yang hidup (a living system). Komunikasi terjadi dalam lingkup dua sistem dasar operasinya yaitu sistem internal dan ekseternal. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa

reference dan frame of experience. Sistem eksternal adalah sistem yang berasal dari lingkungan sekitar dan mempengaruhi pola komunikasinya.

Seperti terlihat ketika para pengunjung saling berinteraksi satu sama lain, mereka akan merasa nyaman dan merasa nyambung jika pengalaman diluar dari tempat hiburan malam satu pemikiran, apalagi jika yang di obrolkan sama-sama menyukai isi dalam obrolan itu, maka mereka akan menerima makna atas simbol-simbol yang terbangun tersebut. Karena, bukan berarti orang yang sering clubbing itu berperilaku dan mempunyai kebiasaan tidak menyenangkan jika di kehidupan bermasyarakat.

Pada saat itu peneliti bertanya, “bagaimana cara anda berkomunikasi diluar tempat hiburan malam, yaitu dengan masyarakat? Dani ramdhani menjawab :

“ya seperti biasanya, berkomunikasi tanpa ada gangguan apapun. Gua sih propesional aja, ketika gua sedang di tempat hiburan malam dan ketika gua diluar tempat hiburan malam”

Senada dengan apa yang disampaikan informan yang bernama erland : “tidak ada perubahan sama sekali ketika gua ngobrol di tempat dugem ya gua propesional ngobrol dengan kawan gua tentang sekitar dunia malam, dan ketika gua di masyarakat ya sebisa mungkin gua ga bawa obrolan ketika gua ngobrol ditempat hiburan malam, simpel coy”

Rasa penasaran memang salah satu awal perkenalan para remaja laki-laki dan perempuan dengan adanya dunia malam tersebut, ada pula yang disebabkan oleh ajakan teman. Namun, ada juga yang mengatakan alasan mereka menjadikan

mereka. Bahkan menjadi semacam kebutuhan yang harus terlaksana sebagai media penghiburan diri.

Bagi para remaja saat ini, hiburan malam tersebut dapat membawa pengaruh negatif dan positif ke dalam kehidupan mereka, salah satu dampak negatifnya adalah masuknya seseorang kedalam gaya hedonisme. Hedonisme adalah sebuah gaya hidup dimana penganutnya berfikir kalau hidup adalah untuk bersenang senang, foya-foya dan menghamburkan uang. Contoh dampak negatif lain dari clubbing adalah dapat memberikan efek buruk terhadap kesehatan. Kegiatan yang dilakukan malam hari ini, dimana seharusnya tubuh kita beristirahat, ditambah banyaknya asap rokok di dalam ruangan, minuman beralkohol, dan juga sudah menjadi rahasia umum banyaknya pengedar dan pengguna narkoba di dalam club-club malam.

Dampak positifnya dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan adalah banyaknya link dan chanel untuk berbisnis, banyak ketemu orang-orang penting didalam sana, pikiran jadi fresh dan ringan, beban masalah hidup berkurang, dan pergaulan semakin luas, karena tidak semua kegiatan yang dilakukan ditempat hiburan malam itu berdampak negatif bagi seseorang yang ada didalamnya. Semuanya kembali pada diri masing-masing. Jika, kita dapat memanfaatkan hiburan ini secara bijak dan bertanggung jawab juga benar-benar memanfaatkannya sebagai media untuk melepaskan rasa jenuh dari aktivitas sehari-hari.

2. Self

Kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, di dalam tempat hiburan malam seseorang

clubber mampu menunjukan simbol-simbol khusus yang digunakan identitas diri

sebagai seorang clubber, baik dari fashion, fisik, dan kebiasaanya.

Saat ini, memang tak sedikit anak muda yang keranjingan dugem atau istilah lainnya dulalip (dunia kelap kelip malam). Dugem atau dulalip adalah kebiasaan sebagian anak muda perkotaan atau masyarakat metropolis. Entah sejak kapan istilah dugem atau dulalip mulai populer di kancah gaul anak- anak muda kota besar.

Peneliti bertanya, “seperti apa siombol-simbol khusus yang digunakan seorang clubber untuk menunjukan identitasnya?” Informan Dina Kirana menjawab :

“sebenernya biasa saja seperti orang pada umumnya, tapi yang paling menonjol ya dari simbol-simbol dalam obrolan yang menunjukan bahwa dia doyan masuk ketempat hiburanmalam dan dugem, bisa juga kita liat simbol yang menunjukan bahwa seorang menyukai dugem di lihat dari setelan pakaian yang dipakai dan musik yang dia suka dengerin dan dia

Dokumen terkait