• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya konservasi dan pengembangan ekonomi daerah, diantaranya program pemberdayaan ekonomi, pengembangan SDM serta konservasi ataupun kegiatan lain.

TNKpS 4 Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi)

Pengelolaan ekosistem terumbu karang Kepulauan Seribu yang lebih baik.

TNKpS

5 PT United Adventures

Upaya pelestarian Penyu Sisik beserta habitatnya, Pengembangan aktivitas pelestarian Penyu Sisik (sumber daya alam hayati) sebagai ODTW Pengembangan atraksi wisata alam pada habitat Penyu Sisik di Pulau Macan Kecil.

Pulau Macan Kecil

Sumber: Laporan monitoring dan evaluasi kerjasama dan mita semester I 2013 Kerjasama dan kemitraan merupakan kegiatan pengelolaan bersama pada berbagai aspek, peran pengelola Taman Nasional dalam kerjasama tersebut menjadi penting karena berkaitan dengan area kerja yang dikelola, sehingga penting mengidentifikasi peran Taman Nasional dalam kerjasama tersebut. Salah satu caranya yakni Taman Nasional menjadi pihak yang mengawasi dan membimbing jalannya program pada masing-masing mitra, kemudian Taman Nasional ikut berperan aktif dalam pelaksanaan program yang dilakukan mitra yang bekerjasama. Kegiatan monitoring program dan kerjasama dilakukan setiap 3 bulan sekali, dan setiap 6 bulan sekali dilakukan monitoring serta evaluasi untuk mengetahui perkembangan program-program yang telah dilaksanakan dan mengakomodir keperluan administrasi.

JAAN (Jakarta Animal Aid Network), Yayasan Terangi, PT. Pulau Sepa Permai, PT. United Adventures, dan CNOOC Ses. Ltd merupakan lembaga-lembaga yang menjalin kerjasama dalam sebuah MoU dalam berbagai upaya pengelolaan konservasi. JAAN merupakan LSM yang bekerjasama dengan TNKpS dalam rehabilitasi dan pelepasliaran Elang Bondol serta pemberdayaan masyarakat. Yayasan Terangi memiliki fokus kerjasama dalam pelestarian terumbu karang. Selain itu yayasan Terangi juga melakukan pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan-pelatihan konservasi dan pemanduan ekowisata. PT.

15 Pulau Sepa Permai dan PT. United Adventures memiliki fokus kerjasama bidang pelestarian penyu sisik serta menjadikannya sebagai atraksi wisata edukasi, dan CNOOC Ses. Ltd memiliki fokus peran pada pemberdayaan masyarakat melalui Sentra Penyuluhan Kehutanan Perdesaan (SPKP) serta upaya-upaya rehabilitasi ekosistem mangrove. Pada umumnya lama mitra yang berkerjasama dengan TNKpS adalah minimal lima tahun.

Konsep Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi adalah pandangan dan pengamatan, pengertian dan interpretasi seseorang atau individu terhadap suatu kesan obyektif yang diinformasikan kepada dirinya dari lingkungan tempat ia berada sehingga dapat menentukan tindakannya (Rakhmat, 2005).

Surata dalam Tungabdi (1997) mengemukakan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri individu (faktor internal) dan faktor dari luar individu (faktor eksternal). Faktor internal adalah kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, kapasitas alat indera, dan jenis kelamin. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu, dan perbedaan latar belakang sosial dan budaya. Persepsi seseorang tergantung kepada seberapa jauh suatu objek membuat kesan bagi seseorang. Persepsi juga melibatkan derajat pengertian kesadaran, suatu arti atau suatu penghargaan terhadap obyek tersebut. Persepsi individu terhadap lingkungannya merupakan faktor penting karena akan berlanjut dalam menentukan tindakan individu tersebut. Perilaku adalah hasil persepsi, dan persepsi yang salah bisa menimbulkan perilaku yang salah (Harihanto, 2001).

Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dari dalam diri dipadukan dengan hal-hal yang ditangkap pancaindra pada proses melihat, merasakan, mencium aroma, mendengar dan meraba. Faktor internal tersebut antara lain : umur, jenis kelamin, latar belakang, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan, asal dan status penduduk, tempat tinggal, status ekonomi dan waktu luang. Faktor tersebut kemudian dikombinasikan dengan faktor eksternal yaitu keadaan lingkungan fisik dan sosial, yang kemudian menjadi suatu respon dalam bentuk suatu tindakan (Porteous, 1977 dalam Catur, 2005).

Karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi menurut Osley (1972) adalah:

1. Faktor ciri khas dari objek stimulus yang terdiri dari nilai, arti, familiaritas, dan intensitas.

2. Faktor pribadi, termasuk di dalamnya ciri khas individu seperti tingkat kecerdasan, minat dan emosi.

3. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain dapat memberi arahan suatu tingkah laku yang sesuai.

16

3 METODE

Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan kerangka pikir yang dibentuk seperti pada Gambar 2 untuk mengurutkan tahap-tahap penelitian agar mampu mencapai tujuan.

TNKpS

Pemukiman Pulau Harapan Ekowisata

Masyarakat Pengelola Obyek Pengunjung

Wisata Wisata

Sosial Ekologi Ekonomi

Penetapan harga

Nilai ekonomi Penilaian pakar Perbandingan

langsung Lokasi lain

Kesesuaian Nilai Ekonomi

Nilai Ekonomi wisata WTP Gambar 2 Kerangka Pikir Penelitian

Pulau Harapan merupakan kawasan yang berada di zona pemukiman TNKpS. Secara garis besar, Pulau Harapan dikembangkan sebagai pemukiman desa dan lokasi kegiatan ekowisata. Dalam suatu desa, lokasi Pulau Harapan didiami oleh masyarakat dengan beragam suku yang memiliki budaya, kegiatan pemanfaatan bermacam sumberdaya dan juga melakukan kegiatan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan ekowisata di Pulau Harapan terdiri dari komponen-komponen yang menjadi bagian ekowisata, antara lain adalah pengelola wisata, obyek yang ditawarkan, dan pengunjung sebagai penikmat kegiatan ekowisata. Pengelola

17 wisata menawarkan potensi sumberdaya yang menjadi obyek wisata yang melingkupi 3 hal yaitu aspek sosial, ekologi, dan ekonomi. Ketiga aspek tersebut menjadi daya tarik pengunjung untuk datang berwisata, sehingga ada biaya tertentu yang mereka sediakan untuk mendapatkan hal tersebut.

Persepsi pengunjung dikaji dengan teknik wawancara dan mencari data dari kuesioner yang diisi pengunjung untuk mengetahui faktor pendorong datang ke lokasi wisata Pulau Harapan. Kesediaan membayar dihitung dengan willingness to pay serta menanyakan langsung kepada pengunjung. Nilai ekonomi masing-masing obyek wisata akan dihitung dengan 3 cara yaitu penilaian potensi berdasarkan hasil penelitian, penilaian oleh ahli bidang ekowisata perairan, dan penilaian berdasarkan studi kasus pada lokasi lain yang memiliki potensi dan obyek wisata yang serupa, lalu kemudian hasil dari 3 penilaian tersebut akan dibandingkan dan dianalisis kesesuaian dengan lokasi wisata Pulau Harapan TNKpS.

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014-April 2015 di Pulau Harapan, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS) Provinsi DKI Jakarta. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 3.

18

Alat dan Obyek

Alat yang digunakan adalah: kamera, panduan wawancara berupa kuesioner tertutup dan tallysheet, serta recorder. Obyek penelitian adalah kawasan wisata Pulau Harapan, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, dengan subyek penelitian yaitu pelaku ekowisata yang terlibat dalam kegiatan ekowisata di Pulau Harapan, TNKpS.

Jenis data

Data yang diambil berupa data sekunder yang diperoleh dari studi literatur sebagai data dasar dan penunjang penelitian, serta data primer yang diperoleh dan dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian dan menjadi data utama.

Data primer

Data tentang potensi sumberdaya alam yang dijadikan obyek ekowisata, jenis kegiatan ekowisata, stakeholder yang terlibat, dan bagaimana nilai ekonomi yang diperoleh dari sumberdaya alam yang dijadikan objek dalam kegiatan ekowisata di Pulau Harapan, TNKpS. Pengambilan data dilakukan dengan cara survey lapangan melalui observasi lapang dengan inventarisasi objek ekowisata, teknik kuesioner dan wawancara.

Pengambilan data wawancara dilakukan kepada pihak pengelola kegiatan ekowisata di Pulau Harapan, antara lain yaitu pihak Taman Nasional, pihak Kelurahan Pulau Harapan, Dinas Perhubungan, serta masyarakat sebagai agen wisata. Sedangkan data yang diperoleh dari pengunjung untuk mengetahui kesediaan membayar (willingness to pay) menggunakan kuesioner dengan jumlah pengunjung 30 orang, dengan asumsi bahwa jumlah 30 sudah dapat mewakili jumlah populasi yang ada, selain itu berdasarkan tabel T pada tabel statistik, jumlah tersebut tidak berbeda nyata dengan jumlah yang lebih besar dari 30, sehingga jumlah itu merupakan batas yang cukup dalam pengambilan populasi. Pertimbangan lainnya diperkuat oleh pendapat Roscoe (1975) bahwa jika sampel dipecah menjadi beberapa kategori, ukuran sampel minimum 30 untuk setiap kategori adalah tepat.

Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang mendukung penelitian, yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada beberapa tulisan ilmiah terkait topik bahasan sejenis yang telah dipublikasikan sebelumnya, antara lain: dokumen Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS) dan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan data terkait nilai ekonomi ekowisata dan pengelolaan kegiatan ekowisata di lokasi Pulau Harapan TNKpS. Data yang dibutuhkan antara lain meliputi potensi sumberdaya alam yang dijadikan objek daya tarik ekowisata, jenis kegiatan ekowisata yang ditawarkan sehingga mampu menarik minat pengunjung untuk datang, dan bagaimana nilai ekonomi yang diperoleh dari sumberdaya alam tersebut.

19

Prosedur Pengambilan Data

Prosedur yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan rangkaian tahap yang harus dilakukan guna memperoleh data yang valid di lapangan dan menjadi bagian terpenting dalam kegiatan penelitian ini. Fokus penelitian meliputi sumberdaya alam hayati yang menjadi potensi objek wisata di Pulau Harapan TNKpS, data mengenai willingness to pay dari pengunjung, serta penghitungan nilai ekonomi ekowisata laut di Pulau Harapan yang kemudian akan dikaji kesesuaian nilai ideal dengan nilai ekonomi riil yang ditawarkan. Adapun prosedur penelitian seperti pada Tabel 4.

Tabel 4 Prosedur Penelitian Fokus Penelitian Jenis Data Data Cara Pengambilan Data

Sumber Data Analisis Data

Potensi Ekowisata Primer Potensi SDA Lokasi Kondisi Observasi lapang Lokasi wisata Pulau Harapan Deskriptif Sekunder Potensi SDA Lokasi Kondisi Analisis dokumen Balai TNKpS Dokumen penelitian Deskriptif Willingness to pay Primer Besaran biaya yang bersedia dikeluarkan pengunjung

Kuesioner Pengunjung Deskriptif kualitatif skala Likert modifikasi Avenzora (2008) Nilai ekonomi ekowisata Primer Biaya masing-masing obyek wisata Perhitungan nilai ekonomi langsung Wawancara Agen wisata Pakar/Ahli Ekowisata Pesisir Obyek wisata Penilaian potensi dan ekonomi langsung Penilaian Pakar Perbandingan lokasi lain Sekunder Biaya masing-masing obyek wisata. Daftar potensi obyek wisata Analisis dokumen Dokumen BTNKpS Dokumen laporan Kelurahan Pulau Harapan Data lokasi yang menjadi pembanding. Penilaian ekonomi langsung Penilaian Pakar Perbandingan lokasi lain Analisis Data Analisis Deskriptif Kualitatif Skala Likert

Skala Likert ialah skala yang sering digunakan dalam pengukuran persepsi, skala ini juga memiliki bentuk yang ringkas, sehingga memudahkan responden

20

dalam menjawab setiap item instrumen (Sugiyono 2010). Skor yang digunakan dalam kuesioner memakai skala likert 1-7 yang pada awalnya hanya 1-5. Skor 1-7 (1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat setuju) (Avenzora 2008).

Hasil penilaian persepsi yang diperoleh dari kuesioner pengunjung lalu dihitung dan dianalisis hasil kisaran skala berapa pada skala Likert. Kemudian dilakukan analisis deskriptif dengan mengubah bilangan skala Likert dalam arti kualitatif masing-masing nilai mulai dari 1-7. Analisis Deskriptif Kualitatif Skala Likert ini akan digunakan untuk melakukan pengolahan data terkait persepsi pengunjung mengenai kegiatan ekowisata di Pulau Harapan dan kesediaan pengunjung untuk membayar atau Willingness to pay.

Analisis Pendugaan Nilai Ekonomi Pulau Harapan

a. Analisis Nilai Ekonomi Langsung

Nilai ekonomi langsung merupakan nilai ekonomi yang diperoleh dari kegiatan pemanfaatan langsung dari sebuah sumberdaya/ ekosistem. Pada penelitian ini akan dihitung nilai ekonomi masing-masing kegiatan ekowisata laut di Pulau Harapan dengan menggunakan rumus:

Y = Ai x Ni Keterangan:

Y : nilai ekonomi langsung Ai : biaya yang ditetapkan

Ni : rata-rata jumlah pengguna/pengunjung

b. Perbandingan Nilai Ekonomi Pulau Harapan dengan Lokasi Lain

Penetapan harga ekowisata laut pada masing-masing lokasi memiliki perbedaan yang beragam, hal ini karena belum adanya penetapan harga dasar untuk biaya masing-masing objek ekowisata tersebut. Sehingga pada penelitian ini juga akan dilakukan perbandingan nilai ekonomi ekowisata laut di pulau harapan dengan lokasi lainnya yang berada pada tipe kawasan berbeda (dilindungi dan tidak dilindungi) untuk kemudian dianalisis hal-hal apa saja yang mempengaruhi perbedaan penetapan harga tersebut. Sehingga hasilnya yaitu rekomendasi mengenai perbaikan sistem pengelolaan agar dapat ditetapkan harga yang ideal dan sesuai dengan daya tarik potensi serta fasilitas penunjang kegiatan ekowisata tersebut.

c. Analisis Pakar Terkait Kesesuaian Nilai Ekonomi Ekowisata di Pulau Harapan Pada analisis ini akan dilakukan secara deskriptif mengenai pandangan pakar atau ahli di bidang ekowisata perairan. Adapun hal yang menjadi batasan penelitian pada analisis ini yaitu terkait hal-hal apa saja yang biasanya menjadi syarat penentuan biaya atau nilai ekonomi ekowisata perairan dapat ditetapkan hingga mencapai ketentuan ideal, yaitu pengelolaan lestari dan perlindungan bagi sumberdaya alam yang dimanfaatkan karena sumberdaya alam tersebut dipandang rencan dan berada pada kawasan terlindungi seperti taman nasional.

21

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum dan Potensi Pulau Harapan

Pulau Harapan secara administrasi merupakan bagian dari wilayah Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Kelurahan Pulau Harapan terbagi ke dua pulau pemukiman yaitu Pulau Harapan dan Pulau Sebira. Pulau Harapan merupakan pulau berpenduduk dan memiliki luas daratan kurang lebih 6,7 hektar dan dipadati oleh pemukiman penduduk. Untuk mempermudah akses transportasi darat antara Pulau Harapan dan Pulau Kelapa telah dihubungkan dengan jalan beton dan paving block hasil reklamasi. Kelurahan Pulau Harapan memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.196 jiwa atau 551 KK (Tabel 5) dan terdiri dari 3 RW yaitu RW 1 dan RW 2 di Pulau Harapan, sedangkan RW 3 di Pulau Sebira.

Tabel 5 Jumlah penduduk di tiap pulau pemukiman Kelurahan Pulau Harapan No Nama Pulau Luas (Ha) Jumlah KK Jumlah penduduk Jumlah

L P

1. P. Harapan 6,700 425 856 804 1660

2. P. Sebira 8,882 126 264 272 536

Jumlah 15,582 551 1.120 1.076 2.196

Pulau Harapan merupakan pusat pemerintahan Kelurahan Pulau Harapan

yang membawahi 30 gugusan pulau. Pulau ini memiliki sejarah nama “Pulau Pelemparan” Karena pada awalnya merupakan pulau yang dijadikan tempat tujuan transmigrasi dan relokasi. Status kawasan Pulau Harapan masuk ke dalam Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Status tanah di pulau dimiliki oleh Pemerintah Daerah dan tanah adat. Pulau Harapan merupakan salah satu pulau yang berada di zona pemukiman Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS). Kegiatan wisata di Pulau Harapan mulai berkembang pesat sejak tahun 2011, hal ini diiringi dengan masuknya aliran listrik sehingga Pulau Harapan tercukupi dalam kebutuhan penerangan di wilayah tersebut. Perkembangan wisata di lokasi ini cukup pesat dengan ditandai oleh bertumbuhnya sarana prasarana untuk kebutuhan wisata. Pada tahun 2011 hanya terdapat 16 home stay untuk wisatawan, namun pada tahun ini telah mencapai lebih dari 100 home stay yang secara keseluruhan dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat.

Penduduk Pulau Harapan sebagian besar merupakan pendatang dan bukan penduduk asli pulau yang berasal dari berbagai macam suku yakni Bugis, Mandar, dan Jawa yang datang dari Pulau Kelapa maupun pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu lainnya. Penduduk Pulau Harapan 100% menganut agama Islam. Mata pencaharian sebagian besar penduduk sebagai nelayan tangkap dan budidaya yaitu sebanyak 469 orang. Organisasi yang terdapat di Pulau Harapan terdiri Karang Taruna, Kube (Kelompok Usaha Bersama) dan PKK.

Tipe substrat di lokasi sekitar Pulau Harapan merupakan tempat tumbuhnya lamun dan mangrove, karena substrat tersebut berupa pasir yang ditumbuhi oleh alga pada beberapa populasi. Mangrove yang berada di pulau ini hampir

22

semuanya sengaja ditanam dan hanya ada beberapa pohon saja yang merupakan mangrove alami. Mangrove yang ditemukan dari Genus Rhizophora, adapun dari Genus Sonneratia hanya ditemukaan 1 pohon namun sudah tumbang. Jenis lamun yang banyak ditemukan di perairan Pulau Harapan adalah Cymodocea rotundata. Aktivitas pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang ada di Pulau Harapan antara lain:

 Perikanan tangkap  Perikanan budidaya

 Konservasi terumbu karang  Restorasi mangrove.

Di Pulau Harapan tersedia sarana untuk mendukung kegiatan kepemerintahan berupa bangunan fisik kantor lurah dan rumah dinas. Pada Kelurahan Pulau Harapan terdapat satu unit Puskesmas untuk mendukung pelayanan kesehatan. Sarana peribadahan berupa satu buah masjid yang terletak di pemukiman warga. Sumber air bersih berasal dari sumur yang airnya masih terasa payau, namun dengan bantuan prasarana penyulingan air payau menjadi air tawar dengan menggunakan Reverse Osmosis (RO). Sumber air juga diperoleh dari air hujan yang ditampung dalam tower-tower air yang di rumah masing-masing warga. Sebagian jalan di pulau ini dibuat menggunakan paving block dengan lebar kurang lebih 1 meter yang mengelilingi pulau. Jalan ini jika ditempuh untuk mengelilingi pulau dibutuhkan waktu sekitar 10-20 menit. Pulau ini juga memiliki dermaga untuk kapal berlabuh yang berada di sisi timur pulau.

Potensi Ekowisata di Pulau Harapan

Sumberdaya ekowisata terdiri dari sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu bagi pemanfaatan wisata. Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan (Yulianda, 2007):

a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.

b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya sebagai obyek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.

c. Ekowisata (Ecotourism, green tourism atau alternative tourism), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan. Bagian penting dari ekowisata adalah untuk merubah budaya dalam kaitannya dengan lingkungan, seperti mempromosikan tentang daur ulang, efisiensi energi dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk lokal. (Srinivas, 2005).

Menurut Reynolds dan Braithwaite (1999) tujuan yang harus diperhatikan dalam ekowisata adalah:

a. Agar turis atau pelaku perjalanan memiliki kepuasan dan sikap hidup yang lebih menjaga alam.

b. Agar dapat mengurangi degradasi lingkungan serta memiliki kontribusi dalam pengembangan lingkungan yang sehat.

c. Agar dapat ditentukan seberapa banyak pengunjung yang diperbolehkan dalam waktu tertentu.

23 Ekowisata bahari merupakan kegiatan wisata pesisir dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi laut. Pengelolaan ekowisata bahari merupakan suatu konsep pengelolaan yang memprioritaskan kelestarian yang memanfaatkan sumberdaya masyarakat (Yulianda, 2007). Ekowisata bahari adalah perjalanan yang bertanggung jawab ke alam laut dengan tetap memelihara lingkungan dan meningkatkan pendapatan penduduk lokal (The International Ecotourism Society, 2001). Menurut Garrod dan Wilson (2004), ekowisata bahari adalah suatu komponen dari sektor ekowisata yang lebih luas yang dianggap akan tumbuh dengan cepat baik volume maupun nilainya.

Ekowisata bahari terbagi menjadi 2 yaitu kegiatan di darat (pantai) dan kegiatan di laut (Garrod dan Wilson, 2004). Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata bahari dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu wisata pantai dan wisata bahari (Tabel 6). Menurut Yulianda (2007) Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga dan menikmati pemandangan, sedangkan wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya bawah laut dan dinamika air laut (Tabel 6).

Tabel 6 Kegiatan ekowisata bahari yang dapat dikembangkan

Wisata Pantai Wisata Bahari

 Rekreasi pantai

 Panorama

 Resort/peristirahatan

 Berenang, berjemur

 Olahraga pantai (volley pantai, jalan pantai, lempar cakram, dll)

 Berperahu

 Memancing

 Wisata mangrove

Rekreasi pantai dan laut

Resort/peristirahatan

Wisata selam (diving) dan wisata snorkling Selancar, jet ski, banana boat, perahu kaca,

kapal selam

Wisata ekosistem lamun, wisata nelayan, wisata pulau, wisata pendidikan, wisata pancing

Wisata satwa (penyu, duyung, paus, lumba-lumba, burung, mamalia, buaya)

Menurut Yulianda (2007) penentuan zonasi dalam dilakukan dengan mempertimbangkan faktor ekologi, sosial dan ekonomi. Faktor ekologi yang dipertimbangkan adalah keberadaan satwa yang dilindungi dan kerentanan habitat/ekosistem serta tingkat ancaman kerusakan, misalnya zona inti berada di tengah kawasan atau jauh dari sumber kegiatan manusia. Faktor sosial mempertimbangkan kegiatan masyarakat dan pengunjung serta gangguan yang ditimbulkannya, sedangkan faktor ekonomi yang dipertimbangkan nilai manfaat ekowisata yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan (Tabel 7).

Tabel 7 Zonasi di Kawasan Ekowisata Bahari

No. Zona Tujuan Keterangan

1. Zona Inti (10%-20%)

Melindungi satwa dan ekosistem yang sangat rentan.

Dilarang untuk masuk ke dalam.

2. Zona khusus (10%-20%)

Pemanfaatan terbatas dengan tujuan khusus (peneliti, pencinta alam,

Jumlah pengunjung terbatas dengan izin dan aturan-aturan khusus agar tidak menimbulkan

24

No. Zona Tujuan Keterangan

petualang, penyelam). gangguan terhadap ekosistem. 3. Zona

Penyangga (40%-60%)

Sebagai kawasan penyangga yang dibuat untuk perlindungan terhadap zona-zona inti dan khusus.

Dapat dimanfaatkan terbatas untuk ekowisata dengan batasan minimal gangguan terhadap zona inti dan khusus.

4. Zona Pemanfaatan (10%-20%) Pengembangan kepariwisataan alam, termasuk pengembangan fasilitas-fasilitas wisata alam.

Persyaratan: Kestabilan bentang alam dan ekosistem, resisten terhadap berbagai kegiatan manusia yang berlangsung di dalamnya.

Pengunjung yang datang ke lokasi wisata Pulau Harapan biasanya berkelompok lebih dari 2 orang. Dalam melakukan kegiatan wisata di lokasi tersebut, pengunjung dapat melakukan dengan memesan paket kegiatan wisata yang disediakan oleh travel atau penyedia jasa wisata maupun secara reguler (tanpa paket). Untuk paket yang disediakan beragam disesuaikan dengan jumlah rombongan, yang mecangkup seluruh kebutuhan wisata selama 2 hari 1 malam mulai dari Penjemputan di Pelabuhan Muara Angke hingga kepulangan di Pelabuhan Muara Angke kembali. Biasanya pengunjung dapat melakukan berbagai kegiatan wisata laut antara lain yaitu:

a. Diving b. Snorkeling

c. Wisata Jelajah Pulau d. Wisata Pantai, dll.

Gambar 4 Potensi Objek Daya Tarik Wisata Laut Pulau Harapan

Kegiatan inventarisasi terhadap keanekaragaman hayati di kawasan laut TNKpS dilakukan oleh pihak Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

Dokumen terkait